Anda di halaman 1dari 8

PROSES PEMBUATAN SOSIS IKAN

A. TUJUAN

Tujuan dari kegiatan pratikum ini adalah :

1) Memahami prinsip teknik produksi pengolahan hasil hewani dalam pembuatan sosis ikan dengan cermat dan
teliti sesuai kriteria.

2) Menganalisis kebutuhan sarana dan prasarana produksi produk hasil perikanan dalam pembuatan sosis dengan
cermat dan teliti sesuai kriteria.

3) Menerapkan teknik pengendalian mutu dalam produksi produk hasil perikanan dengan cermat dan teliti sesuai
kriteria.

B. DASAR TEORI

Sosis Ikan

Sosis dibuat oleh bangsa Sumeria (Irak) sekitar 300 SM. Mereka mencincang daging, kemudian diberi garam dan
bumbu, dan menjejalkan ke usus hewan. Makanan ini pun berkembang ke Yunani dan populer dengan nama orya.
Banyak karya literatur Yunani yang membahas tentang sosis, salah satu yang legendaris adalah cerita Odyssey.
Ketika bangsa Romawi menaklukan Yunani pun, mereka turut membawa sosis ke negaranya, hingga sosis
berkembang luas ke berbagai penjuru Eropa. Salah satunya adalah yang kelak menjadi Jerman, yang kelak
mengklaim diri mereka sebagai bangsa pencetus sosis.

Sosis merupakan suatu teknik produksi dan pengawetan daging dengan mencincang daging, dicampur dengan
rempah, dan dibungkus secara tradisional menggunakan usus hewan atau secara modern menggunakan bahan
sintetis. Bahkan, kata sosis sendiri berasal dari kata bahasa Latin ‘Salsus” yang berarti diasinkan atau diawetkan.
Perlu dimaklumi, dahulu orang kesulitan untuk mengawetkan makanan. Mulai ditemukan berbagai cara mulai dari
mengeringkan, mengasinkan, hingga mendinginkan. Namun, berbagai teknik itu meskipun berhasil, ternyata justru
mengubah rasa secara signifikan. Akhirnya, ditemukan teknik mengawetkan daging dengan membuatnya menjadi
sosis. Selain membuat daging awet, teknik ini juga membuat daging lebih nikmat dan lezat.

Jerman sekarang memang mengklaim dirinya sebagai “negeri sosis” sebenarnya patut dimaklumi, karena telah
mengembangkan 1.500 sosis di berbagai daerahnya. Bagi mereka sosis adalah makanan kebanggaannya, seperti
orang Italia membanggakan pizza, orang Jepang membanggakan sushi, atau orang China yang membanggakan
bebek peking. Orang Jerman biasanya menyebut sosis dengan sebutan ‘wurst’, dan setiap wilayah di Jerman
memiliki wurst khas tersendiri. Namun, dari ribuan jenis sosis yang paling terkenal adalah Bratwurst, Weißwurst,
Knackwurst, Leberkäse, Frankfurter, hingga Teewurst.

Dilansir dari A Global History, by Gary Allen, sosis muncul karena kebiasaan nenek moyang manusia yang hidup
dari berburu daging hewan. Namun, ukuran daging hewan yang besar dan sifatnya yang mudah rusak menjadi
sebuah masalah. Mereka terus mencari cara untuk mengatasinya. Awalnya, mereka mengeringkan daging serta
menambahkan garam untuk membuat daging tahan lama. Akhirnya, bangsa Mesir mulai menemukan cara baru,
yaitu daging dimasukkan ke dalam sebuah tempat dan dibakar. Inilah yang menjadi asal mula terbentuknya sosis.
Hingga kini, sosis digemari banyak orang dan sudah bisa ditemukan di mana-mana, tentunya termasuk di Indonesia.
a. Pengertian Sosis Ikan

ikan merupakan salah satu olahan yang berbahan dasar ikan dengan tambahan bumbu. Pastinya Anda sudah
tidak asing lagi dengan makanan yang satu ini. Saat ini cukup mudah untuk mendapatkan makanan ini, karena
banyak pedagang kaki lima yang menjual makanan ini. Pada umumnya makanan ini dibungkus dengan pembungkus
yang menggunakan bahan sintetis.  Di Indonesia, makanan ini merupakan salah satu makanan praktis yang cukup
diminati oleh semua kalangan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Banyak orang mengkonsumsi makanan ini
sebagai makanan bergizi tinggi karena mengandung nutrisi seperti protein, vitamin A, D, B6, B12, mineral, zat besi,
asam lemak omega 3, fosfor, dan kalsium.

Di negara lain, makanan ini diolah sebagai pelengkap atau topping yang sangat populer untuk pizza dan
makanan olahan. Dengan bentuk lonjong, agak pipih dan memanjang. Jika Anda memijatnya, Anda akan merasakan
tekstur yang kenyal, sedikit alot dan keras seperti daging padat. Makanan ini biasanya disajikan dalam keadaan
matang atau siap santap, namun banyak juga jenis makanan ini yang memang khusus diperuntukkan sebagai bahan
masakan agar tahan lebih lama.

Sosis ikan merupakan salah satu olahan hasil perikanan yang dibuat dari pasta ikan (surimi) dan dicampur
dengan bumbu-bumbu, kemudian dikemas dengan usus kambing atau bahan sejenis yang disebut casing. Pada
dasarnya semua jenis ikan, baik air tawar maupun air laut bisa dibuat olahan berupa sosis. Namun biasanya, ikan
yang digunakan sebagai bahan baku olahan sosis adalah ikan hasil sampingan dari tangkapan yang terdiri dari
berbagai jenis ikan non ekonomis. Tetapi, tidak menutup kemungkinan ikan yang digunakan sebagai bahan baku
olahan sosis adalah ikan air tawar hasil dari budidaya seperti yang diproduksi oleh Poklahsar Prima Melati di
Kabupaten Purbalingga.

Peluang pengembangan olahan ikan air tawar khususnya di Kabupaten Purbalingga masih sangat terbuka. Selain
sebagai upaya diversifikasi olahan produk hasil perikanan, dimana saat ini telah ada produk olahan ikan seperti
nugget, bakso, rolade dan otak otak, juga sebagai alternatif pilihan bagi calon konsumen dalam memilih produk
olahan ikan, khususnya ikan air tawar.

Di kabupaten Purbalingga, ikan air tawar yang potensial untuk diolah menjadi produk olahan ikan berupa sosis
adalah ikan lele. Hal ini dikarenakan di Purbalingga, produksi ikan lele merupakan penyumbang terbesar produksi
total perikanan budidaya sehingga dari segi bahan baku tidak akan kekurangan. Disisi lain, Mengkonsumsi produk
olahan ikan atau produk yang mengandung ikan, juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai gizi
masyarakat melalui protein ikan. Salah satu bentuk dari aneka produk olahan hasil perikanan adalah sosis ikan.
Dengan semakin teredukasinya masyarakat akan pentingnya makan ikan, produk olahan hasil perikanan termasuk
sosis ikan lele akan semakin dicari. Apalagi dengan jaminan bahwa produk tersebut merupakan produk yang diolah
dengan prinsip-prinsip pengolahan yang baik dan benar.

b. Bahan Dasar Sosis

Dari teknologi produksinya, sosis terbuat dari daging yang di gilingkan (dihaluskan), di beri bumbu lalu
dimasukkan kedalam selonsong (casing) berbentuk bulat panjang simetris yang kemudian di olah lebih lanjut.
Produksi sosis dapat di buat dari daging ayam, ikan, dan lain-lain. Tetapi yang paling popular di masyarakat adalah
chicken sosis atau sosis yang terbuat dari daging ayam.

Pada kegiatan produksi kali ini, kita menggunakan daging ikan tenggiri.
c. Bahan Pendukung sosis

Pada pembuatan sosis ikan selain bahan dasar juga di gunakan bahan pendukung lainnya berupa : Tepung
tapioca, bawang merah, bawang putih, minyak goreng, garam, lada halus, gula halus, MSG dan es batu.

1. Tepung Tapioka
Tepung tapioca merupakan tepung yang terbuat dari pati singkong atau cassava. Tepung tapioka
dikatakan sebagi binder karenamemiliki kemampuan dalam mengikat air. Amilosa dan amilopektin yang berada
didalam tepung tapioka akan menyerap air sehingga menghasilkan tekstur produk yang padat. Kandungan
amilopektin pada tepung tapioka adalah 83%, kandungan amilosa sebesar 17%. Tepung tapioka memiliki harga
yang relatif terjangkau, memiliki larutan yang jernih rasa yang netral, daya gel dan daya lekat yang baik, serta
memiliki warna yang terang. Tepung tapioka tidak mengandung gluten sehingga aman bagi alergent. Tapioka
merupakan pati yang diekstrak dari singkong. Cara memperoleh pati ini yaitu dengan mencuci singkong,
melumatkannya menjadi bubur lunak, dan kemudian memerasnya untuk mengekstrak cairannya. Ketika cairan
menguap, bubuk putih ekstra halus yang tersisa (yang merupakan pati murni) dikenal sebagai tepung tapioka.
Tapioka memiliki sifat-sifat yang serupa dengan tepung sagu, sehingga penggunaan keduanya dapat
dipertukarkan. Bahkan, dalam percakapan sehari-hari, orang Betawi pun menamainya tepung sagu.
Sedangkan Tepung singkong sebenarnya berbeda dengan tepung tapioka. Tepung tapioka adalah hasil ekstraksi
umbi singkong sedangkan tepung singkong adalah tepung dari hasil parutan singkong yg dikeringkan.

2. Bawang Merah

Bawang merah merupakan salah satu tanaman sayuran yang menjadi menu pokok hampir pada semua
jenis masakan dengan fungsi sebagai penyedap masakan. Fungsi essensial pada bawang merah menunjukkan
jumlah penggunaan pada tiap masakan yang memerlukan penyedap sayuran. Bawang merah mengandung
vitamin C, kalium, serat, dan asam folat. Selain itu, bawang merah juga mengandung kalsium dan zat besi.
Bawang merah juga mengandung zat pengatur tumbuh alami berupa hormon auksin dan giberelin. Kegunaan
lain bawang merah adalah sebagai obat tradisional, bawang merah dikenal sebagai obat karena mengandung
efek antiseptik dan senyawa alliin. Senyawa alliin oleh enzim alliinase selanjutnya diubah menjadi asam piruvat,
amonia, dan alliisin sebagai anti mikoba yang bersifat bakterisida (Anonimb , 2013)

3. Bawang Putih
Bawang putih berfungsi sebagai bahan pengawet, juga merupakan bahan alami yang dapat ditambahkan
pada bahan atau produk sehingga didapatkan aroma yang khas dan mampu meningkatkan selera makan
(palungkun dan budiarti, 1992). Menurut Maradjo (1977) bawang putih mempunyai bau yang khas dan tajam,
sehingga penggunaannya lebih sedikit dibandingkan dengan bawang yang lain.

4. Minyak Goreng

Dalam pengolahan sosis ayam, lemak memiliki peranan sebagai penentu karakteristik fisik
(pembentukan emulsi, tekstur dan juiceness), rasa serta aroma sosis. Fungsi penggunaan minyak
memberikan daya mengikat air, kadar air dan susut masak yang lebih baik dalam menghasilkan sosis ayam
fungsional.

5. Bumbu Penyedap rasa

Bahan penyedap yang digunakan sebagai pembangkit aroma dan cita rasa pada makanan merupakan
senyawa-senyawa sintetik. Pada umumnya senyawa yang digunakan adalah senyawa-senyawa ester dalam
jumlah sangat kecil telah dapat memberikan aroma dan cita rasa yang baik. Salah satu senyawa cita rasa adalah
monosodium glutamate (MSG) yang merupakan garam natrium dari asam glutamate. MSG dibuat melalui proses
fermentasi dari tetes-tetes gula (molasses) oleh bakteri. Dalam proses fermentasi ini akan menghasilkan asam
glutamate, kemudian penambahan sodium karbonat akan terbentuk MSG setelah terlebih dahulu dimurnikan
dan dikristalisasikan. Tingkat penggunaan yang tepat secara umum berkisar antara 0,2-0,6% berdasarkan berat
makanan yang dikonsumsi (Anonima , 2013).

6. Es Batu

Penambahan es batu atau air es pada saat pembuatan bakso dapat membantu memper- baiki stabilitas
emulsi yang terbentuk. Es batu yang ditambahkan pada saat pembuatan bakso dapat menurunkan suhu adonan
akibat panas yang ditimbulkan oleh alat penggiling.

d. Pengemasan

Sosis adalah produk olahan pangan yang diperoleh dari campuran daging(mengandung daging tidak kurang dari
75%) dengan tepung pati atau tanpa penambahan bumbu mengacu pada syarat mutu sosis Standar
Nasional Indonesia01-3020 (BSN, 1995). Kemasan yang baik dan sesuai akan menjaga produk sosisdari kerusakan
dan penurunan kualitas selama penyimpanan. Produk sosis yang beredar di masyarakat sebagian besar menggunakan
kemasan plastik. Penggunaankemasan plastik dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bagi manusia
karena berpindahnya zat vinil kholirida ke dalam bahan pangan.Vinil khlorida danakrilonitril merupakan monomer
yang berbahaya karena dapat menimbulkankanker (Sulchanet al., 2007). Edible packaging merupakan kemasan
alternatif pengganti kemasan plastik pada sosis yang aman bagi kesehatan.

Keuntungan dari edible packaging adalah dapat melindungi


produk pangan, penampakan asli produk dapat dipertahankan dan dapat langsungdimakan serta aman bagi
lingkungan (Kinzel, 1992). Edible packaging meliputiedible coating sebagai pelapis dan edible film yang berbentuk
lembaran (Krochtadkk., 1994). Edible coating banyak digunakan untuk pelapis produk daging beku, buah-
buahan, sayuran, makanan semi basah, sosis, dan enkapsulasi. Edible film banyak digunakan pada produk kering
seperti roti, burger, dan sosis. Penggunaanedible film memperlambat penurunan mutu karena edible film bisa
menghambatmasuknya uap air, oksigen, dan karbondioksida ke bahan makanan, serta menahanflavor keluar. Edible
film merupakan alternatif bahan pengemas yang tidak berdampak pada pencemaran dan kerusakan lingkungan
karena terbuat dari bahantersedia di alam, yang dapat diperbaharui dan harganya murah. Menurut Krochtadkk.
(1994) komponen edible film adalah hidrokoloid, lipida, dan komposit.Hidrokoloid yang bisa digunakan adalah
polisakarida dan protein. Lipida yangumum digunakan dalam pembuatan edible film adalah lilin alami
(beeswax,carnauba wax, parrafin wax), asil gliserol, asam lemak (asam oleat dan asamlaurat) serta emulsifier.
Komposit adalah campuran antara hidrokoloid dan lipida.Polisakarida yang termasuk antara lain karbohidrat, pati,
selulosa, alginat, pektindan polisakarida lainnya.

Karakteristik Pelapis edible film pada produk sosis ialah dapatmempertahankan daya ikat air pada daging karena
selongsong edible film mengandung protein, sehingga protein tersebut dapat mengikat air bebas yangterdapat pada
sosis (Soeparno, 2005). Namun kelemahan pelapis edible film ialahmempunyai transmisi yang kurang baik dibanding
selongsong plastik yangmempunyai tingkat kerapatan yang ketat untuk melapisi permukaan sosis,sehingga kecil
kemungkinan adanya oksigen yang terlepas dari sosis (Hafriyantidan Elfawati, 2008), sehingga oksigen mudah masuk
dalam sosis (Bourtoom,2008). Untuk itu digunakan teknik pengemasan vakum yang didasarkan pada prinsip
pengeluaran udara dari kemasan sehingga tidak ada udara dalam kemasanyang dapat menyebabkan produk yang
dikemas menjadi rusak.Pengemasan vakum pada prinsipnya adalah pengeluaran gas dan uap airdari produk yang
dikemas, sedangkan pengemasan non vakum dilakukan tanpamengeluarkan gas dan uap air yang terdapat dalam
produk.
Oleh karena itu pengemasan vakum cenderung menekan jumlah bakteri, perubahan bau, rasa,serta
penampakan selama penyimpanan, karena pada kondisi vakum, bakteri aerobyang tumbuh jumlahnya relatif lebih
kecil dibanding dalam kondisi tidak vakum(Syarief dan Halid, 1993). Hal termudah untuk memodifikasi atmosfir
padakemasan adalah dengan melakukan pengemasan dengan plastik vakum. Produkyang akan dikemas diletakkan
dalam kemasan yang terbuat dari plastik film yangtidak dapat ditembus oksigen. Udara didalam kemasan kemudian
dikeluarkan lalukemasan disegel (Blakistone, 2012).Kemasan vakum membantu mencegah deteiorisasi oleh
mikroorganismedan juga lumut. Kemasan vakum juga memiliki volume yang lebih kecildibandingkan kemasan plastik
biasa.

menyatakan pengemasan menggunakan plastik secara vakum dapat mengurangi jumlahoksigen dalam kemasan,


mencegah kontaminasi mikroorganisme, danmemperpanjang umur simpan produk pangan. Selain itu kemasan
vakum jugamemberikan efek visual yang baik bagi makanan. Sifat-sifat permeabilitas.kemasan plastik ini akan
mempengaruhi produk yang akan disimpan secara vakum. Pemilihan teknik pengemasan sosis dengan metode
vakum juga dapatdilihat dari karakteristik kimia sosis berupa kandungan air, lemak dan proteinserta karakteristik
mikrobiologi yang terkandung dalam produk sosis.Karakterisitik mikroba yang umumnya ada pada produk daging
dan olahannya ialah  Enterobacteriaceae,  salmonella,  dll.

 Menurut Bhattacharyya et al. (2013)sosis yang dikemas secara vakum menciptakan lingkungan yang
tidakmenguntungkan bagi pertumbuhan mikroba dalam produk olahan. Salmonellaspp. rentan terhadap berbagai
desinfektan, dapat dimatikan dengan panas (121ºC selama 15 menit) atau panas kering (160‒170ºC selama
setidaknya 1 jam) (Center for Food Security and Public Health, 2005). Brewer (1991) menyatakan
bahwa pertumbuhan Salmonella dapat dicegah dengan memasak makanan secaramenyeluruh. Beberapa bakteri
memiliki ketahanan terhadap panas, tetapi beberapaspesies membutuhkan 10 sampai 15 menit pada suhu 65ºC
untuk membunuh 90%dari populasi, oleh karena itu dengan pemasakan hinggga 100ºC akan
membunuh bakteri termasuk Salmonella. Sosis disimpan dalam keadaan vakummemungkinkan tidak terjadinya
kontaminasi dari lingkungan luar masuk ke dalamkemasan. Brody (2000) menyatakan bahwa pengemasan bertujuan
mencegahmasuknya kembali mikroorganisme setelah proses penghilangan (pemasakan)kembali, meminimalkan
probabilitas penyakit, infeksi dari makanan, danmengurangi pembusukan yang dapat menyebabkan toksin.Brody
(2000) menyatakan bahwa produk harus dilindungi untukmengontrol kadar air. Sebagian besar produk kering
bersifat higroskopis dapatmenyerap air, sebaliknya produk olahan daging yang merupakan produk basahrentan
terhadap hilangnya kadar air, pengemasan vakum menjaga agar air tidakmasuk ke dalam produk, sehingga tidak
mempengaruhi kadar air.

Menurut Paine (1992) beberapa syarat syarat bahan pengemas untuk bahan yang dibekukan adalah sebagai
berikut:

a) Harus mampu memberikan proteksi terhadap kemungkinan adanya dehidrasi. Dalam keadaan udara kering (suhu
dingin) bahan pangan cenderung akan kehilangan air.

b) Adanya oksigen bagi produk beku akan mempercepat terjadinya rancidity terutama bahan yang mengandung
lemak sehingga bahan pengemas mampu menghalang masuknya oksigen.

c) Bila terjadi dehidrasi dan oksidasi dalam bahan pangan yang dikemas menyebabkan terjadinya freezeburn,
permukaan bahan pangan akan mengalami pemucatan warna dan kemunduran tekstur (bahan pengemas
mampu menghalangai penguapan bahan organic sehingga aroma dan flavor bahan dapat dipertahankan d)
Bagian dari wadah terluar dapat digunakan agar embun udara atmosfer tidak meresap dalam wadah, bila terjadi
peresapan uap air ke dalam bahan yang dikemas mengakibatkan pembekuan yang berlebihan.
C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

Alat yang di gunakan dalam proses pembuatan sosis ikan adalah sebagai berikut :

a) Casing/Selongsong
b) Food Processor/chooper
c) Stuffer
d) Benang Wool
e) Loyang Alumunium
f) Pisau
g) Talenan
h) Timbangan
i) Wajan
j) Kompor
k) Gelas Ukur
l) Mangkuk
m) Gunting

2. Bahan
a) Daging Ikan Tenggiri (100%)
b) Garam ( 2,5% )
c) Bawang Merah ( 2,5% )
d) Bawang Putih ( 3% )
e) Minyak Goreng ( 3% )
f) Lada halus ( 0,5%)
g) Gula Halus ( 1,5% )
h) MSG ( 0,75 )
i) Es Batu ( 15% )

D. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

1. Waktu Pelaksanaan

a. Waktu

Waktu pelaksanaan kegiatan pratikum pembuatan sosis ikan tenggiri adalah sebagai berikut :

Hari, Tanggal : Kamis, 8 maret 2023

Pukul : 12.20 WIT sampai dengan selesai.

b. Tempat Pelaksanaan

Tempat pelaksanaan kegiataan pratikum pembuatan sosis ikan tenggiri di laksanakan di laboratorium APHP
(agribisnis Pengolahan hasil Pertanian) SMK Negeri 04 Jayapura.
2. Langkah Kerja

1) Siapkan alat dan bahan.


2) Timbang bahan sesuai resep yang telah di tentukan.
3) Cuci dan bersihkan daging dari kulit serta tulang (fillet), lalu timbang berat bersih daging ikan.
4) Kupas dan Rajang bawang merah dan putih, kemudian goreng hingga harum. Lalu haluskan.
5) Giling daging menggunakan chooper dan masukkan es batu untuk menstabilkan suhu daging.
6) Campurkan semua bahan dan aduk hingga rata.
7) Masukkan adonan kedalam selongsong/casing menggunakan stuffer dan ikat menggunakan benang wool.
lalu padatkan adonan.
8) Rebus sosis selama menggunakan suhu 60° C selama 30 menit, di lanjutkan menggunakan suhu 80 ° C selama
20 menit.
9) Angkat dan dinginkan.
10) Sosis ikan tenggiri siap di sajikan.

E. Hasil Pengamatan

a. Sifat Organaleptik

Produk Tekstur Warna Rasa Bau

Sosis Ikan Tenggiri Kenyal, padat dan Warna putih pucat Gurih terasa khas Bau khas ikan
lembut apabila di khas ikan tenggiri ikan tenggiri tenggiri
gigit

F. PEMBAHASAN
Sosis adalah makanan yang dibuat dari daging atau kadang-kadang dari ikan yang telah dicincang kemudian
dihaluskan dan diberi bumbubumbu, dimasukkan kedalam pembungkus yang berbentuk bulat panjang yang berupa
usus hewan atau pembungkus buatan, dengan atau tanpa dimasak, dengan atau tanpa pengasapan. Pembuatan sosis
terdiri dari beberapa tahap, yaitu curing (penyimpanan suhu rendah 2-4ºC sehari semalam), pembuatan adonan dan
pemasakan (Hadiwiyoto, 1989). Sosis merupakan emulsi minyak dalam air (oil in water atau o/w). Emulsi adalah suatu
dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan lain, yang molekul-molekul kedua cairan itu tidak berbaur tetapi
antagonistik. Pada emulsi terdapat tiga bagian utama; yaitu bagian yang terdispersi yang terdiri dari butir-butir lemak,
bagian kedua disebut media pendispersi (continuos phase) yang terdiri dari air, dan bagian ketiga adalah emulsifier
yang berfungsi menjaga agar butir minyak tadi tetap tersuspensi didalam air (Winarno, 1997). Menurut SNI 01-3020-
1995 (DSN, 1995) sosis adalah produk makanan yang diperoleh dari campuran daging halus (mengandung daging tidak
kurang dari 75%) dengan tepung atau pati dengan atau tanpa penambahan bumbu-bumbu dan bahan tambahan
makanan lain yang diizinkan dan dimasukan ke dalam selongsong sosis.

G. KESIMPULAN

Produk sosis ikan lele ini adalah sebuah produk olahan ikan tenggiri dengan bahan pengisi adalah tepung tapioca.
Sosis ikan tenggiri ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas gizi masyarakat, perubahan pola pada masyarakat yang
secara umum adalah daging dan unggas menjadi ikan,serta dapat menekan biaya produksi dan penghasilan limbah
produksi yang dapat di daur ulang atau digunakan kembali.
Laporan Pratikum Pembuatan
Sosis Ikan Tenggiri

Di Susun Oleh :
1. Arvianzy Utarika
2. Rita
3. Fitria Assadiqia
4. Fitri Syafira
5. Yubena Kaldana
6. Teku Wonda
7. Paul Christian Heluka
8. Gwen Tawane

Kelas XI APHP
SMK Negeri 04 Agribisnis dan Agroteknologi Jayapura

Anda mungkin juga menyukai