Anda di halaman 1dari 26

i

LITERATURE REVIEW PENGELOLAAN SYMPTOM PADA


PASIEN PALIATIF (NYERI)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah stase Keperawatan
Paliatif pada Program Profesi Ners XXXVII

Disusun Oleh:
Kelompok 2

Tia Dwi Aprilia 220112180509


Rizka Aisyah 220112180511
Sinta Sri Wulandari 220112180518
Risa Utami 220112180519
Medina Habibah D. M. 220112180532
Dede Lukman 220112180553
Nugraha Firdaus 220112180554
Dimas Nasliani F. 220112180556

PROGRAM PROFESI NERS XXXVII


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas stase
Keperawatan Paliatif Program Profesi Ners XXXVII Universitas Padjadjaran.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari berbagai kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat
penulis harapkan demi mencapai penulisan yang sempurna dan menjadi bahan
evaluasi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, menambah wawasan, dan
memperlancar proses belajar bagi pembaca.

Bandung, 15 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ................................................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................. 3
METODOLOGI ................................................................................................... 3
2.1 Memilih Topik ....................................................................................... 3
2.2 Analisa dan Sintesis Literatur................................................................. 4
2.3 Menulis Review ..................................................................................... 4
2.4 Referensi ............................................................................................... 4
BAB III................................................................................................................ 5
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 5
3.1 Hasil ...................................................................................................... 5
3.2 Pembahasan ......................................................................................... 11
BAB IV ............................................................................................................. 12
PENUTUP ......................................................................................................... 12
4.1 Kesimpulan.......................................................................................... 12
4.2 Saran ................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13
Lampiran ........................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawat merupakan salah satu elemen dalam pemberian pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Hal ini menjadi tuntutan peran dan fungsi perawat untuk
memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang berkualitas untuk memenuhi
kebutuhan dasar pasien.
Dalam keperawatan ada pula poin yang seringkali terlupakan yaitu
perawatan paliatif. Perawatan paliatif adalah pendekatan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien (dewasa atau anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi
penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderita dari rasa sakit
melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri
serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual (World Health
Organization, 2016). Perawatan paliatif juga merupakan suatu pendekatan dalam
perawatan pasien yang terintegrasi dengan terapi pengobatan untuk
mengoptimalkan kualitas hidup pasien dengan penyakit kronis atau mengancam
jiwa (National Consensus Project for Quality Palliative Care, 2009).
Perawatan paliatif bertujuan untuk membantu pasien yang sudah mendekati
ajalnya, agar pasien aktif dan dapat bertahan hidup selama mungkin. Perawatan
paliatif meliputi penanganan nyeri dan gejala, dukungan psikososial, emosional,
dukungan spiritual, dan kondisi hidup nyaman dengan perawatan yang tepat, baik
di rumah, rumah sakit atau tempat lain sesuai pilihan pasien. Perawatan paliatif
dilakukan sejak awal perjalanan penyakit, bersamaan dengan terapi lain dan
menggunakan pendekatan tim multidisiplin untuk mengatasi kebutuhan pasien dan
keluarga mereka (Canadian Cancer Society, 2016).
Pasien dengan palliative care tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik
seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga
mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup
pasien dan keluarganya (Doyle & Macdonald, 2003: 5). Gejala fisik yang paling
sering menyertai pasien paliatif yaitu nyeri. Nyeri yang tidak tertangani akan
berdampak pada kecemasan, depresi, helpness, hopelessness, keinginan untuk

1
mengakhiri kehidupan, dan ketakutan pada pasien maupun keluarga terutama pada
pasien yang harus menjalani kemoterapi berulang-ulang. Pemberian analgesik pada
beberapa kasus tidak sepenuhnya dapat mengurangi nyeri pada pasien paliatif
stadium lanjut. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan diharapkan mampu
memberikan intervensi-intervensi terbaru untuk mengatasi masalah nyeri pada
pasien paliatif.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam literature review ini adalah "Manajemen Nyeri
pada pasien paliatif”.

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui atau menganalisa
manajemen nyeri pada pasien paliatif.

1.4 Manfaat
Penulisan literature review ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:
1. Penulis
Penulisan literature review ini merupakan media bagi penulis untuk
meningkatkan pemahaman mengenai intervensi nyeri bagi pasien paliatif.
2. Institusi Pelayanan Kesehatan
Sebagai sumber referensi untuk mengaplikasikan intervensi-intervensi
terbaru untuk mengatasi nyeri pada pasien paliatif.
3. Institusi Pendidikan
Sebagai referensi untuk pembelajaran salah satu poin perawatan paliat if
yaitu penanganan symptom pada pasien paliatif, dengan fokus utama gejala
nyeri.

2
BAB II
METODOLOGI

Jenis penulisan yang digunakan adalah standard systematic literature


review method. Literature review merupakan uraian analisa kritis mengenai teori,
temuan dan bahan penelitian lainnya yang diperoleh dari bahan acuan untuk
dijadikan landasan kegiatan penelitian dalam menyusun kerangka pikir yang jelas
dari perumusan masalah yang akan diteliti. Adapun sistematika penulisan literature
review ini dirumuskan berdasarkan tata cara penulisan literature review menurut
Cronin, Ryan, dan Coughlan (2008) yaitu memilih topik, analisa dan sintesis
literatur, menulis review, dan referensi.

2.1 Memilih Topik


Dalam literature review ini, pemilihan topik yang digunakan yaitu secara
umum mengenai manajemen nyeri, secara khusus topik yang digunakan
manajemen nyeri pada pasien paliatif.
Literature review ini dilakukan berbasis komputer dengan menggunakan
mesin pencari google scholar dan ProQuest. Adapun keyword yang digunakan yaitu
“Pain Management, Palliative Patients”. Pencarian artikel terkait dilakukan
dengan menggunakan istilah pencarian Boolean yaitu penggunaan kata “AND” dan
“OR”. Pada pencarian literatur, penulis merancang kriteria inklusi. Kriteria inklusi
dalam literature review ini yaitu:

Kriteria Inklusi

Publikasi artikel antara tahun 2013 – 2019


Jenis penelitian RCT, Quasi eksperimen
Artikel tersedia dalam bentuk full text
Artikel tidak berbayar
Artikel mengenai pain management pada pasien paliatif

3
Berdasarkan hasil pencarian literatur terkait pain management pada situs
google schoolar dan ProQuest, diperoleh 3000 artikel yang berhubungan kemudian
dilakukan skrining berdasarkan kriteria inklusi. Terdapat 8 artikel terpilih yang
akan digunakan dalam analisa.

2.2 Analisa dan Sintesis Literatur


Literatur yang telah dicari kemudian dievaluasi dan dikelompokkan
berdasarkan apa yang ingin diketahui dan disesuaikan dengan tujuan yang ingin
dicapai. Dapat disimpulkan bahwa hasil analisis dan sintesis diperoleh 8 artikel
terkait dengan pain management pada pasien paliatif.

2.3 Menulis Review


Literature review ini ditulis berdasarkan tujuan penulisan. Dalam
melakukan literature review, penulis membuat poin-poin yang menjadi pokok
pembahasan, yaitu: metode, intervensi, dan hasil.

2.4 Referensi
Semua sumber kutipan dan pembahasan pada literature review ini dituliskan
di dalam referensi baik berupa artikel ilmiah, laporan, atau pun media lainnya. Di
dalam hal penulisan referensi penulis berpatokan pada tata cara penulisan referensi
berdasarkan APA 6th editions.

4
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Dari hasil literature review yang telah dilakukan, didapatkan beberapa
teknik manajemen nyeri yang dapat digunakan pada pasien paliatif. Manajemen
nyeri tersebut efektif untuk menurunkan skala nyeri pada pasien paliatif.
Adapun penjelasan dari artikel yang dibahas, intervensi dikelompokan
menjadi beberapa kategori, yaitu berdasarkan kriteria pasien, durasi intervensi, dan
intervensi yang dilakukan.

No Kriteria Durasi Intervensi


1. Kriteria inklusi: 1. Tidak 1. Pasien dalam kelompok
1. Pasien memiliki dijelaskan intervensi (IG) menerima
skor nyeri 3 – 10, 2. 20 sesi terapi rekomendasi untuk perawatan
mereka mengatur musik aktif nyeri canggih dengan layanan
sendiri nyeri atau reseptif konsultasi perawatan paliatif
mereka setelah dengan setiap di rumah sakit atau layanan
pulang, memiliki sesi 15-30 manajemen nyeri akut.
harapan hidup menit. Intervensi ANtiPain termasuk
lebih dari 3 bulan 3. (Detremin: komponen terstruktur dan
dan dapat cholecalciferol dirancang dan didasarkan
memahami, yang dilarutkan pada 3 strategi utama:
membaca dan dalam Informasi, pengembangan
menulis dengan Miglyoil) keterampilan, dan pelatihan
bahasa Jerman. sebanyak 8 perawat. Itu dilakukan setelah
2. Pasien yang tetes (100 μg) protokol intervensi rinci oleh
dirawat karena setiap hari setidaknya sarjana yang
kanker darah selama 3 bulan. disiapkan perawat onkologi
kemoterapi atau 4. Setiap terapi ini yang merupakan bagian dari
terapi radiasi di diberikan tim klinis di departemen
rumah sakit di onkologi. Intervensi terdiri

5
kota Gorgan dari selama 15−20 dari kunjungan di rumah sakit
Iran. menit. sebelum pemulangan dan
3. Berusia ≥ 18 5. Selama 5-10 panggilan telepon setelah
tahun, pasien menit. Setelah pemulangan. Kunjungan
dengan penyakit terapi langsung setelah pemulangan
kanker yang tidak kombinasi dijadwalkan hanya jika pasien
bisa disembuhkan dilakukan. memiliki kunjungan tindak
4. Berusia 18 tahun 6. 15-25 menit lanjut rutin karena perawatan
ke atas, yang tidak 7. Tidak kanker mereka. Kartu
mengalami dijelaskan laminasi digunakan untuk
gangguan 8. Diberikan memvisualisasikan konten
pendengaran, dan selama 20 intervensi untuk pasien.
menyukai musik. menit Pasien menerima buklet
5. Pasien yang terkait yang merangkum
berusi 25-60 informasi dari sesi intervensi
tahun yang dan kotak pil untuk mengatur
menderita kanker pengobatan oral mereka.
serviks stadium Waktu dan durasi panggilan
IV. telepon tindak lanjut
6. Pasien Usia 18 dirancang secara individual
tahun atau lebih, sesuai dengan algoritma
skala nyeri 3 atau klinis standar yang
lebih dari 10 NRS didasarkan pada intensitas
nyeri yang dilaporkan pasien,
kepuasan dengan manajemen
nyeri, dan kepatuhan terhadap
Kriteria eksklusi: rejimen analgesik.
1. Deficit kognitif 2. Jenis musik dalam terapi
yang akan musik reseptif adalah musik
mencegah pasien pop yang disukai oleh pasien
berpartisipasi akif dan instrument yang
digunakan dalam terapi musik

6
dalam dukungan aktif adalah gitar. Kelompok
manajemen diri. kontrol hanya menerima
2. Pasien yang pengobatan medis rutin
berada dalam berupa kemoterapi dan
kisaran usia 20 radioterapi.
hingga 40 tahun 3. Pasien di kelompok intervensi
menjalani diberikan vitamin D3
kemoterapi atau (Detremin: cholecalciferol
radioterapi yang dilarutkan dalam
selama minimal 6 Miglyoil) sebanyak 8 tetes
bulan, tidak (100 μg) setiap hari selama 3
menderita bulan. (terdapat 8 jenis:
gangguan kanker payudara, kanker GI,
psikologis dan kanker paru-paru, kanker
tertarik dengan pankreas, kanker prostat,
musik. kanker ginekologi,
3. Pasien paliatif kolangiokarsinoma, dan
dengan kanker kanker kepala dan leher),
yang dirawat di kadar serum 25-OHD, C-
ASIH Stockholm Reactive Protein (CRP) dan
SoÈdra, Långbo albumin, waktu bertahan
Park. hidup, dan jumlah hari
4. Pasien yang mengikuti penelitian. Selain
menderita kanker itu, diukur pula dosis opioid
stadium III atau yang digunakan, infeksi, dan
IV. skor kualitas hidup pada awal
5. Penderita kanker penelitian, setelah 1 bulan,
IIb yang berada dan setelah 3 bulan. Setelah 3
pada skala nyeri bulan, kadar 25-OHD, CRP,
1-10. albumin, dan S-kalsium
dipantau kembali. Infeksi
diukur dengan melihat

7
persentase hari dengan
pengobatan antibiotik 1 bulan
sebelum penelitian dimulai.
Kualitas hidup/quality of life
(QoL) diukur secara rutin
setiap minggu kedua dengan
Edmonton Symptom
Assessment Scale (ESAS).
Skala ESAS berkisar dari 0 ±
10 di mana skor 10
menunjukkan kualitas hidup
yang buruk dan 0
merepresentasikan kualitas
hidup baik.
4. Intervensi self-Selected
Individual Music Therapy
diberikan empat kali selama
dua hari melalui MP3 player
dan earphone. Intervensi self-
Selected Individual Music
Therapy diberikan sebagai
terapi komplementer setelah
responden minum obat
analgesik sesuai dengan dosis
Dokter, kira-kira 1-2 jam
setelah jam terapi
farmakologi. Setiap terapi ini
diberikan selama 15−20 menit
dan memberikan kebebasan
pasien untuk memilih musik
yang disukai dan
dikombinasikan dengan napas

8
dalam selama 1 menit.
Sebelum dan sesudah terapi
dilakukan pengukuran nyeri.
5. Pasien meminum obat sesuai
dengan prosedur RSU Dr.
Soetomo di ikuti dengan
pemberian teknik SEFT oleh
peneliti selama 5-10 menit.
Setelah terapi kombinasi
dilakukan maka sekala nyeri
diukur kembali 30 menit
kemudian oleh perawat lain
untuk mendapatkan
obyektivitas. Terapi
kombinasi ini dilakukan 1 kali
selama 5 hari.
6. Terapi murottal dalam
penelitian ini menggunakan
surat Ar-Rahman dengan qori
Muhammad Thaha Al Junayd
yang diberikan selama 15
menit untuk kelompok 15
menit dan 25 menit untuk
kelompok 25 menit dengan
intensitas bunyi 50-60 dB.
7. (Step 1), untuk rasa nyeri
yang meningkat atau menetap
diberikan opiod lemah ± non
opioid ± adjuvant (step 2),
untuk nyeri yang lebih hebat
atau menetap opiod kuat ±
non opioid ± adjuvant (step 3)

9
[11,12]. Kekuatan efek
analgesik dapat dinyatakan
dengan nilai Number Needed
to Treat (NNT), semakin kecil
nilai NNT menunjukkan efek
analgesik yang lebih kuat
[13,14]. Adjuvant analgesik
adalah jenis/golongan obat
yang dapat meningkatkan
efek analgesik obat golongan
analgesik, yaitu antidepresan,
kortikosteroid, agonis
adrenergik alfa-2 dan
neuroleptik [15].
8. Sampel dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kelompok
terapi musik dan kelompok
kontrol.
Kelompok terapi musik
diberikan intervensi yaitu
musik selama 20 menit.
Musik yang diberikan
berisikan perintah verbal
untuk melakukan tindakan
napas dalam dan relaksasi
otot-otot. Pada kelompok
kontrol, intervensi yang
diberikan musik namun tidak
ada perintah dan terapi
diberikan selama 20 menit.

10
Dari tabel di atas, diketahui bahwa intervensi yang dibahas yaitu mengenai
manajemen nyeri pada pasien paliatif dengan beberapa teknik yaitu dengan cara
dukungan terhadap diri sendiri, terapi musik, pemberian terapi farmakologi dengan
vitamin D, spiritual emotion, dan dengan teknik murottal. Jika melihat hasil dari
analisis jurnal, pasien yang dapat diberikan manajemen nyeri tersebut yaitu pasien
kanker dan pasien palliative care lainnya dengan kriteria inklusi skala nyeri 3-10
dan usia ≥ 18 tahun. Sedangkan kriteria eksklusi yaitu pasien yang tidak memiliki
gangguan psikologis. Berdasarkan beberapa literatur yang dibahas, tidak
disebutkan durasi yang spesifik sama, akan tetapi dapat direntangkan 15-30 menit
per hari.

3.2 Pembahasan
Jurnal yang dianalisis menggambarkan keefektifan teknik manajemen nyeri
pada pasien paliatif. Persepsi rasa sakit disebabkan dari kombinasi fisik, emosional,
spiritual dan sosial. Pada pasien kanker yang sangat emosional mengalami rasa
sakit yang lebih dibandingkan dengan pasien kanker yang kurang emosional
(Borda, 2013). Pasien palliative care memerlukan manajemen nyeri untuk
mengatasi nyeri yang dirasakan, karena nyeri yang tidak tertangani akan berdampak
pada kecemasan, depresi, helpness, hopelessness, keinginan untuk mengakhiri
hidup, dan ketakutan karena harus menjalani kemoterapi berulang-ulang. Oleh
karena itu, perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan perlu memberikan teknik
manajemen nyeri terbaru (Hertanti, 2015).

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian studi dari 8 artikel jurnal yang telah dianalisis,
didapatkan beberapa intervensi untuk menurunkan nyeri pada pasien paliatif. Tiga
dari delapan artikel yang dianalisis membahas tentang terapi musik.
Intervensi yang mudah diaplikasikan untuk menurunkan tingkat nyeri
pasien terutama pada pasien paliatif yaitu dengan terapi musik. Terapi musik
memiliki kelebihan sebagai intervensi yang dapat diterapkan secara sederhana,
noninvasif perangsang relaksasi nonfarmakologi yang aman, murah, dan efektif.
Terapi musik yang dapat dilakukan salah satunya yaitu self-selected individual
music therapy di mana pasien dapat bebas memilih musik yang disukai.

4.2 Saran
Dari 8 jurnal yang ditemukan ada beberapa jurnal yang dapat diaplikasikan
atau diterapkan yaitu:
1. Terapi murottal Al Quran surat Ar-Rahman dengan qori Muhammad Thaha
Al Junayd
2. Terapi musik: musik yang disukai pasien dengan instrumen gitar dan musik
yang berisikan perintah verbal untuk melakukan relaksasi napas dan
relaksasi otot-otot

12
DAFTAR PUSTAKA

Borda, A. P. (2013). Pain Management & Palliative Care. European Association


of Urology. Retrieved from https://uroweb.org/wp-
content/uploads/24_Pain_Management_LR.pdf
Cronin, P., Ryan, F., & Coughlan, M. (2008). Undertaking a Literature Review: A
step-by-step approach. British Journal of Nursing, 17 (1), 38-43.
Doyle, Hanks, and Macdonald. (2003). Oxford Textbook of Palliative Medicine.
Oxford Medical Publications (OMP) 3rd ed.
Gutgsell, K. J., Schluchter, M., et al. (2013). Music Therapy Reduces Pain in
Palliative Care Patients: A Randomized Controlled Trial. Journal of Pain
and Symptom Management. 45 (2).
Hakam, M., Yetty, K., & Hariyati, T. S. (2009). Intervensi spiritual freedom
technique (SEFT) untuk mengurangi rasa nyeri pasien kanker. Makara
kesehatan Vol.13.
Helde-Frankling, M., Höljer, J., Bergqvist, J., Bjölkhem-Bergmann, L. (2017).
Vitamin D supplementation to palliative cancer patient shows positive
effects on pain and infections—Result from a matched case-control study.
PLoS One; San Fransisco Vol. 12, Iss. 8.
Herawati, F., & Pratiwi, V. F. (2018). Penggunaan Analgesik untuk Perawatan
Paliatif Pasien Kanker di Poli Paliatif Puskesmas di Kota Surabaya. Media
Pharmaceutica Indonesiana Vol. 2 No. 1 Juni 2018.
Hertanti, N. S., Setiyarini, S., & Kristanti, M. S. (2015). Pengaruh self-selected
individual music therapy (SeLIMuT) terhadap tingkat nyeri pasien kanker
paliatif di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. Indonesian Journal of
Cancer, 9(4), 159-165.
Koller, A., Gaertner, J., De Geest, S., Hasemann, M., & Becker, G. (2018). Testing
the Implementation of a Pain Self-management Support Intervention for
Oncology Patients in Clinical Practice. Cancer Nursing, 41(5), 367–378.
https://doi.org/10.1097/NCC.0000000000000502.
National Consensus Project for Quality Palliative Care. (2013). Clinical Practice
Guidelines for Quality Palliative Care, Third Edition. USA: National
Consensus Project for Quality Palliative Care.
Vinayak, S., Dehkhoda, F., & Rohinvinayak. (2017). The Efficacy Of Music
Interventions On Pain In Cancer Patients Undergoing Therapeutic
Treatment. International Journal of Current Research. Vol. 9, Issue, 03,
pp.48043-48047, March, 2017.
World Health Organization. (2016). Definition of Palliative Care.
http://www.who.int/cancer/palliative/definition/en/

13
Lampiran

Lampiran 1
HASIL ANALISIS JURNAL

No. Judul Artikel, Tujuan Metode Intervensi Hasil Kekuatan &


Penulis & Tahun Penelitian Kelemahan Penelitian
1 Testing the Dalam uji coba Penelitian ini adalah Kelompok Kontrol Intervensi ini melibatkan hasil Kelebihan jurnal ini
Implementation of a terkontrol secara randomized controlled pilot yang berkaitan dengan fungsi yaitu:
Pain Self- acak percontohan study pada 39 pasien onkologi Layanan konsultasi perawatan serta kemanjuran diri. Karena - Penelitiannya
management ini, implementasi dewasa. Kriteria inklusi paliatif rumah sakit atau efek ini paling bermakna bagi sederhana
Support Intervention intervensi adalah pasien memiliki skor layanan manajemen nyeri akut pasien dengan nyeri yang
for Oncology ANtiPain ke nyeri 3 – 10, mereka mengatur merekomendasikan perawatan berhubungan dengan kanker,
Patients in Clinical dalam praktik sendiri nyeri mereka setelah mengikuti pedoman terkini. kontribusi ANtiPain untuk Kekurangan jurnal ini
Pratice klinis diuji untuk pulang, memiliki harapan Selain itu, pasien dalam manajemen nyeri kanker yaitu:
menilai efek hidup lebih dari 3 bulan dan kelompok kontrol menerima farmasi berbasis dokter - Penelitiannya kurang
Menguji Penerapan intensitas nyeri dapat memahami, membaca perawatan kanker rutin yang mungkin sangat berharga. terstruktur
Intervensi Dukungan anak, hasil yang dan menulis dengan bahasa tidak termasuk dukungan Oleh karena itu, ANtiPain
Diri Untuk terkait fungsi, Jerman. Kriteria eksklusi manajemen sendiri nyeri dapat menjadi intervensi yang
Mengatasi Nyeri efikasi diri, dan yaitu deficit kognitif yang kanker standar. Setelah masa menjanjikan untuk
pada Pasien penghalang yang akan mencegah pasien studi 6 minggu, pasien di meningkatkan manajemen
Onkologi Dalam berhubungan berpartisipasi akif dalam kelompok kontrol ditawari nyeri kanker ketika
Praktik Klinis dengan pasien dukungan manajemen diri. dukungan manajemen diri diintegrasikan ke dalam
menghentikan nyeri oleh salah satu perawat praktik klinis.
Penulis: manajemen Penelitian ini dibagi menjadi 2 intervensi.
- Antje Koller, Phd, untuk kelompok, kelompok kontrol
RN mempersiapkan (n=19) menerima perawatan Kelompok Intervensi
- Jan Gaertner, MD percobaan standard dan kelompok
- Sabina De Geest, efektivitas yang intervensi (n=20) menerima Pasien dalam kelompok
PhD, RN, FAAN lebih besar. ANtiPain, intervensi intervensi (IG) juga menerima

14
- Monika dukungan manjemen nyeri rekomendasi untuk perawatan
Hasemann kanker berdasarkan 3 strategi nyeri canggih dengan layanan
- Gerhild Becker, utama: penyediaan informasi, konsultasi perawatan paliatif
MD, MTh, MSc pengembangan keterampilan rumah sakit atau layanan
dan pelatihan perawat. Sesi manajemen nyeri akut. Selain
intervensi dilakukan di rumah itu, pasien di IG berpartisipasi
Tahun 2018 sakit. Setelah pulang, follow dalam intervensi ANtiPain,
up dilakukan melalui telepon. yang dijelaskan secara rinci
Data dikumpulkan pada awal mengikuti taksonomi Michie
minggu pertama dan minggu et al. Jika pengasuh keluarga
ke 6. terlibat dalam manajemen diri
nyeri, mereka diundang untuk
mengambil bagian dalam
intervensi. Intervensi
ANtiPain termasuk komponen
terstruktur dan dirancang dan
didasarkan pada 3 strategi
utama: informasi,
pengembangan keterampilan,
dan pelatihan perawat. Itu
dilakukan setelah protokol
intervensi rinci oleh
setidaknya sarjana yang
disiapkan perawat onkologi
yang merupakan bagian dari
tim klinis di departemen
onkologi. Intervensi terdiri
dari kunjungan di rumah sakit
sebelum pemulangan dan
panggilan telepon setelah
pemulangan. Kunjungan
langsung setelah pemulangan
dijadwalkan hanya jika pasien
memiliki kunjungan tindak

15
lanjut rutin karena perawatan
kanker mereka. Kartu laminasi
digunakan untuk
memvisualisasikan konten
intervensi untuk pasien. Pasien
menerima buklet terkait yang
merangkum informasi dari sesi
intervensi dan kotak pil untuk
mengatur pengobatan oral
mereka. Waktu dan durasi
panggilan telepon tindak lanjut
dirancang secara individual
sesuai dengan algoritma klinis
standar yang didasarkan pada
intensitas nyeri yang
dilaporkan pasien, kepuasan
dengan manajemen nyeri, dan
kepatuhan terhadap rejimen
analgesik (lihat Tabel 1).
2 The Efficacy Of Tujuannya yaitu Menggunakan metode Intervensi keperawatan yang Hasil penelitian menunjukkan Kelebihan jurnal ini
Music Interventions untuk eksperimental pre dan post diberikan pada kelompok bahwa kedua jenis terapi yaitu:
On Pain In Cancer mengetahui tes. intervensi menerima 20 sesi musik memiliki pengaruh - Penelitiannya mudah
Patients Undergoing efektifitas terapi Populasi dalam penelitian ini terapi musik aktif atau reseptif yang signifikan berdampak dimengerti dan jelas
Therapeutic musik pada adalah pasien yang menderita dengan setiap sesi 15-30 pada ras sakit di antara pasien dalam analisanya
Treatment pasien kanker kanker darah setidaknya 6 menit. kanker karena ada perubahan
bulan atau sedang menjalani Jenis musik dalam terapi skor pre test ke skor post test Kekurangan jurnal ini
Penulis: kemoterapi dan terapi radiasi musik reseptif adalah musik di kedua kelompok intervensi. yaitu:
Seema Vinayak, serta dirawat di rumah sakit. pop yang disukai oleh pasien Terapi musik aktif adalah - Durasi terapi yang
Farnaz Dehkhoda Sampel diambil dari semua dan instrument yang terapi terapi paling efektif kurang dari satu
And Rohinvinayak pasien, memenuhi kriteria digunakan dalam terapi musik dibandingkan dengan terapi bulan dan hanya 20
inklusi, yang dirawat karena aktif adalah gitar. Setelah itu musik reseptif dan kelompok sesi. Namun,
Tahun: kanker darah kemoterapi atau partisipan diberikan kuesioner kontrol dalam penguragan kebutuhan untuk
2017 terapi radiasi di rumah sakit di skala analog nyeri McGill. rasa sakit pada pasien kanker memeriksa
kota Gorgan dari Iran. 180 darah

16
pasien kanker darah dewasa Skor diperoleh sebelum dan keefektifan terapi
(dengan jumlah yang sama sesudah terapi musik musik berkelanjutan.
pria dan wanita) yang
menerima kemoterapi atau Kelompok kontrol hanya
terapi radiasi dipilih secara menerima pengobatan medis
purposive sampling dan rutin berupa kemoterapi dan
secara acak ditugaskan ke 3 radioterapi
kelompok yaitu 2 kelompok
intervensi (terapi musik aktif
dan reseptif) dan kelompok
kontrol. Para peserta berada
dalam kisaran usia 20 hingga
40 tahun menjalani
kemoterapi atau radioterapi
selama minimal 6 bulan, tidak
menderita gangguan
psikologis dan tertarik dengan
musik

3 Judul: Untuk Penelitian ini merupakan studi Kelompok kontrol: Dosis opioid (fentanyl): Kekuatan:
Vitamin D mengetahui kasus-kontrol dengan 78 Pasien di kelompok kontrol Pada awal penelitian, tidak Penelitian ini tidak hanya
supplementation to apakah responden yang dibagi diambil dari pasien yang ada perbedaan yang berfokus pada
palliative cancer suplementasi menjadi 2 kelompok yaitu mengikuti penelitian signifikan mengenai dosis manajemen nyeri saja,
patient shows vitamin D dapat kelompok intervensi dan sebelumnya yaitu opioid yang digunakan pada 2 tetapi juga melihat dari
positive effects on meningkatkan kelompok kontrol. Populasi observasional vitamin D pada kelompok. sisi kualitas hidup dan
pain and manajemen dalam penelitian ini yaitu tahun 2014. Pada pasien di Dosis opioid rata-rata pada kejadian infeksi pada
infections—Result nyeri, kualitas pasien paliatif dengan kanker kelompok kontrol, kadar kelompok intervensi: pasien paliatif dengan
from a matched hidup (quality of yang dirawat di ASIH serum 25-OHD diukur namun - Awal (n=39): 31 μg/jam kanker.
case-control study life), dan Stockholm SoÈdra, Långbo tidak ada suplemen vitamin D - 1 bulan (n=39): 37 μg/jam
mengurangi Park Advanced Palliative yang diberikan. - 3 bulan (n=26): 22 μg/jam Kelemahan:
Penulis: infeksi pada Home Care Team atau Dosis opioid rata-rata pada Tidak adanya penjelasan
Maria Helde- pasien paliatif Hospice Ward dari September Kelompok intervensi: kelompok kontrol: mengenai seberapa
Frankling, Jonas dengan kanker. 2015 sampai Juni 2016. Pasien di kelompok intervensi - Awal (n=39): 43 μg/jam banyak dosis
Höljer, Jenny diberikan vitamin D3 - 1 bulan (n=39): 95 μg/jam cholecalciferol yang akan

17
Bergqvist, Linda Kriteria inklusi: (Detremin: cholecalciferol - 3 bulan (n=26): 117 μg/jam dilarutkan ke dalam
Bjölkhem-Bergmann Berusia ≥ 18 tahun, pasien yang dilarutkan dalam Miglyoil (tidak dijelaskan
dengan penyakit kanker yang Miglyoil) sebanyak 8 tetes Kualitas hidup: pula berapa cc pelarut
Tahun: tidak bisa disembuhkan (100 μg) setiap hari selama 3 Pada awal penelitian, terdapat yang dibutuhkan).
2017 (semua jenis kanker), bulan. perbedaan yang cukup
perkiraan waktu bertahan signifikan pada kelompok
hidup lebih dari 1 bulan, dan Item yang diukur dalam intervensi dan kontrol. Rata-
kadar serum 25- penelitian ini meliputi jenis rata skor QoL pada kelompok
hydroxyvitamin D (25-OHD) kelamin, perkiraan usia, jenis intervensi yaitu 5,5 dan
<75 nmol/L (kadar serum 25- kanker (terdapat 8 jenis: kelompok kontrol 4,1; hal ini
OHD yang >75 nmol/L adalah kanker payudara, kanker GI, berarti pasien di kelompok
optimal untuk sistem kanker paru-paru, kanker intervensi memiliki kualitas
kekebalan tubuh). pankreas, kanker prostat, hidup lebih buruk dibanding
kanker ginekologi, pasien di kelompok kontrol.
kolangiokarsinoma, dan Kemudian, setelah 1 bulan
kanker kepala dan leher), rata-rata skor QoL pada
kadar serum 25-OHD, C- kelompok intervensi
Reactive Protein (CRP) dan mengalami penurunan
albumin, waktu bertahan (peningkatan kualitas hidup)
hidup, dan jumlah hari sehingga skornya tidak jauh
mengikuti penelitian. berbeda dengan kelompok
kontrol. Sedangkan pada
Selain itu, diukur pula dosis bulan ketiga, tidak ada
opioid yang digunakan, perubahan signifikan lebih
infeksi, dan skor kualitas hidup lanjut pada kedua kelompok.
pada awal penelitian, setelah 1
bulan, dan setelah 3 bulan. Infeksi:
Setelah 3 bulan, kadar 25- Pada awal penelitian, tidak
OHD, CRP, albumin, dan S- ada perbedaan signifikan
kalsium dipantau kembali. antara kedua kelompok (16%
hari penggunaan antibiotik
Infeksi diukur dengan melihat pada kelompok intervensi dan
persentase hari dengan 14% pada kelompok kontrol).
pengobatan antibiotik 1 bulan

18
sebelum penelitian dimulai. Setelah 1 bulan, ada
Kualitas hidup/quality of life kecenderungan kejadian
(QoL) diukur secara rutin infeksi lebih rendah pada
setiap minggu kedua dengan kelompok intervensi (10%)
Edmonton Symptom dibanding kelompok kontrol
Assessment Scale (ESAS). (18%). Setelah 3 bulan,
Skala ESAS berkisar dari 0 ± perbedaan rata-rata yang
10 di mana skor 10 signifikan terkait kejadian
menunjukkan kualitas hidup infeksi dapat diamati pada
yang buruk dan 0 kedua kelompok, dengan nilai
merepresentasikan kualitas lebih rendah pada kelompok
hidup baik. intervensi (3%) dibanding
kelompok kontrol (26%).

Kesimpulan:
Suplementasi vitamin D
untuk pasien paliatif dengan
kanker aman dan dapat
meningkatkan manajemen
nyeri (yang terlihat setelah 1
bulan intervensi),
meningkatkan kualitas hidup,
dan menurunkan angka
infeksi.
4 Judul: Untuk Intervensi dengan rancangan Terapi self-Selected Individual Terdapat adanya perbedaan Kelebihan:
Pengaruh Self- mengetahui Quasi Experiment- pre-test Music Therapy adalah yang signifikan rerata selisih Intervensi terinci jelas
Selected Individual pengaruh self- and post-test design with prosedur pemberian terapi nyeri pre-post pada kedua
Music Therapy Selected Comparison Group. musik yang mudah, murah, kelompok Kekurangan:
(SeLiMuT) terhadap Individual Music Dilakukan dua kali dan efektif dengan -
Tingkat Nyeri Therapy terhadap pengukuran variabel nyeri mendengarkan jenis musik
Pasien Kanker tingkat nyeri (pre- dan post-test) pada slow tempo stabil, level suara
Paliatif di RSUP Dr. pasien kanker kedua kelompok. rendah dan soft dynamic, serta
Sardjito, Yogyakarta paliatif Pengambilan data dilakukan tekstur konsisten (kombinasi
pada November−Desember suara dan instrumental).

19
Penulis: 2012 di Instalasi Rawat Inap I Intervensi self-Selected
Nuzul Sri Hertanti, (IRNA I) Rumah Sakit Umum Individual Music Therapy
Sri Setiyarini, Pusat (RSUP) Dr. Sardjito, diberikan empat kali selama
Martina Sinta Yogyakarta. Sampel dua hari melalui MP3 player
Kristanti penelitian didapatkan dan earphone. Intervensi self-
menggunakan teknik Selected Individual Music
Tahun: purposive and consecutive Therapy diberikan sebagai
2015 sampling terapi komplementer setelah
responden minum obat
Kriteria inklusi: analgesik sesuai dengan dosis
pasien terdiagnosis kanker Dokter, kira-kira 1-2 jam
stadium III dan atau IV oleh setelah jam terapi farmakologi.
dokter, mengalami nyeri Setiap terapi ini diberikan
ringan sampai berat, berusia selama 15−20 menit dan
18 tahun ke atas, tidak memberikan kebebasan pasien
mengalami gangguan untuk memilih musik yang
pendengaran, menyukai disukai dan dikombinasikan
musik, dan bersedia terlibat dengan napas dalam selama 1
dalam penelitian. menit. Sebelum dan sesudah
terapi dilakukan pengukuran
nyeri.
5 Penggunaan Untuk Penelitian ini adalah non Pengurangan nyeri dapat Hasil penelitian menunjukkan Kekuatan: penelitiannya
Analgesik untuk mengetahui eksperimental dengan tercapai dengan digunakannya bahwa profil penggunaan bisa dimengerti
Perawatan Paliatif profil rancangan penelitian cross WHO three-step analgesic analgesik pada pasien kanker
Pasien Kanker di penggunaan sectional. ladder tentang penggunaan sudah sesuai dengan pedoman Kelemahan: tidak
Poli Paliatif analgesik dan dosis yang tepat berdasarkan bebas nyeri WHO yaitu step 2 dicantumkan untuk dosis
Puskesmas di Kota mengevaluasi tingkatan nyeri, sebagai pengobatan untuk nyeri pemberian terapi obatnya
Surabaya. tingkat kualitas berikut: untuk nyeri diberikan ringan hingga sedang dengan
hidup pasien analgesik non opioid ± obat yang digunakan
Penulis: kanker setelah adjuvant (step 1), untuk rasa kombinasi antara kodein dan
Fauna Herawati, mendapatkan nyeri yang meningkat atau parasetamol. Kualitas hidup
Vina Fitriana Pratiwi perawatan menetap diberikan opiod pasien kanker yang telah
paliatif dengan lemah ± non opioid ± adjuvant menerima perawatan paliatif
Tahun: alat ukur nyeri (step 2), untuk nyeri yang lebih sudah cukup baik, diukur

20
Juni 2018 berupa kuesioner hebat atau menetap opiod kuat menggunakan alat ukur untuk
Brief Pain ± non opioid ± adjuvant (step penilaian nyeri, BPI, terlihat
Inventory (BPI) 3) [11,12]. Kekuatan efek bahwa nyeri yang dirasakan
dan kuesioner analgesik dapat dinyatakan adalah nyeri ringan dengan
Indonesian dengan nilai Number Needed hasil penilaian 0,8322 serta
Barrier to Treat (NNT), semakin kecil diukur menggunakan
Quetionnaire nilai NNT menunjukkan efek kuesioner IBQ dapat terlihat
(IBQ). analgesik yang lebih kuat hambatan yang terjadi adalah
[13,14]. Adjuvant analgesik kecil dengan hasil penilaian
adalah jenis/golongan obat 0,432.
yang dapat meningkatkan efek
analgesik obat golongan
analgesik, yaitu antidepresan,
kortikosteroid, agonis
adrenergik alfa-2 dan
neuroleptik [15].
6 Judul: Untuk Kelompok kontrol: Penelitian menunjukan bahwa Kekuatan:
Intervensi spiritual mengetahui Quasi-eksperimental dengan Setelah dikaji skala nyerinya kombinasi intervensi SEFT Penelitian ini dapat
emotional freedom pengaruh pre test and post test design dengan numeric rating skale dalam terapi analgesik lebih dapat dijadikan intervensi
technique (SEFT) intervensi SEFT dengan kelompok kontrol pasien diminta minum obat efektif untuk menurunkan dalam menangani
untuk mengurangi dalam digunakan pada 20 sampel (2 analgetik sesuai prosedu RSU nyeri pada pasien kanker manajemen nyeri,
rasa nyeri pasien mengurangi nyeri kelompok) yang dipilih Dr. Soetomo setelah 30 menit dibandingkan hanya terapi sehingga pasien dan
kanker pada pasien dengan cara consecutive pemberian terapi analgetik, analgesik saja. Hasil keluarga mendapatkan
kanker sampling. Kelompok perawat mengkaji kembali penelitian ini dapat digunakan informasi tentang
Penulis: intervensi diberikan skala nyeri responden dengan untuk mengurangi nyeri pada penanganan nyeri.
Mulia Hakam, kombinasi intervensi SEFT menggunakan numeric pasien kanker serta
Krisna Yetti, Rr. dan terapi analgesik, mendorong kemandirian Kelemahan:
Tutik Sri Hariyati sedangkan kelompok kontrol Kelompok Intervensi: dalam peran autonomi Tidak adanya penjelasan
hanya diberikan terapi Pasien meminum obat sesuai perawat dan mengurangi berapa hari efektifnya
Tahun: analgesik dengan prosedur RSU Dr. ketergantungan pasien pada dilakukan intervensi
2009 Soetomo di ikuti dengan terapi analgetik spiritual emotional
Kriteria inklusi: pemberian teknik SEFT oleh freedom technique.
peneliti selama 5-10 menit. Kesimpulan:
Setelah terapi kombinasi

21
dilakukan maka sekala nyeri Rata-rata penurunan tingkat
Yaitu pasien kanker serviks diukur kembali 30 menit nyeri kanker serviks stadium
stadium IIb, yang kemudian oleh perawat lain IIb setelah diberikan
mendapatkan terapi analgetik untuk mendapatkan intervensi antara responden
non opioid, berusia 25 sampai obyektivitas. Terapi kombinasi yang dilakukan teknik SEFT
60 tahun. ini dilakukan 1 kali selama 5 ditambah analgesik pada
hari. kelompok kontrol diperoleh
perbedaan yang bermakna.
Penurunan tingkat nyeri pada
kelompok intervensi jauh
lebih besar jika dibandingkan
dengan klompok kontrol. Jadi
dapat disimpulkan bahwa
pemberian teknik SEFT lebih
efektif dalam menurunkan
tingkat nyeri pasien kanker
serviks stadium IIb (p=0,047,
α=0,05). Bagi pelayanan
keperawatan, teknik ini dapat
dijadikan intervensi dalam
menangani manajemen nyeri,
sehingga pasien dan keluarga
mendapatkan informasi
tentang penanganan nyeri.
7 Perbedaan Pengaruh Tujuan penelitian Quasi experimental Pengukuran skala nyeri Terdapat perbedaan yang Kelebihan:
Terapi Murottal ini adalah untuk sebelum dan sesudah diberi signifikan antara skala nyeri Kelebihan pada
selama 15 menit dan mengetahui terapi murottal. Terapi sebelum dan sesudah diberi penelitian ini yaitu dapat
25 menit terhadap perbedaan terapi murottal dalam penelitian ini terapi murottal pada kedua diaplikasikan sebagai
Penurunan Skala murottal selama menggunakan surat Ar- kelompok. Namun, tidak ada terapi non farmakologi
Nyeri pada Pasien 15 menit dan 25 Rahman dengan qori perbedaan yang signifikan untuk menurunkan nyeri.
Kanker Pasca Bedah menit pada Muhammad Thaha Al Junayd antara penurunan skala nyeri
pengurangan yang diberikan selama 15 pada kelompok 15 menit dan Kekurangan:
Penulis: skala nyeri pada menit untuk kelompok 15 kelompok 25 menit. Kekurangan penelitian
menit dan 25 menit untuk ini yaitu tidak

22
Nani Sri Mulyani, pasien kanker kelompok 25 menit dengan dilakukannya penelitian
Iwan Purnawan, pasca operasi intensitas bunyi 50-60 dB. kadar β-Endorfin setelah
Arif Setyo Upoyo diberikan terapi murottal.

Tahun:
2019
8 Judul: Untuk Populasi dalam penelitian ini Sampel dibagi menjadi dua Dari intervensi yang Kekuatan:
Music Therapy mengetahui adalah seluruh pasien di kelompok yaitu kelompok diberikan, didapatkan hasil Intervensi mudah
Reduces Pain in keefektifan terapi University Hospital Case terapi musik dan kelompok yang signifikan pada diaplikasikan dan tidak
Palliative Care musik dalam Medical Center. Adapun kontrol. kelompok terapi musik membutuhkan biaya yang
Patients: A mengurangi nyeri kriteria inklusinya yaitu dengan nilai mean (-1,94) dan banyak
Randomized pada pasien pasien yang di diagnosa Kelompok terapi musik untuk kelompok kontrol mean
Controlled Trial paliatif bahwa hidupnya tidak akan diberikan intervensi yaitu (-0.56). sehingga dapat Kelemahan:
lama, 18 tahun atau lebih, musik selama 20 menit. Musik disimpulkan bahwa terapi Di jurnal tidak
Penulis: skala nyeri 3 atau lebih dari 10 yang diberikan berisikan musik dapat menurunkan dicantumkan berapa
Kathy Jo Gutgsell, NRS, mengerti Bahasa perintah verbal untuk skala nyeri pada pasien jumlah di masing-masing
Mark Schluchter, Inggris. Teknik pengambilan melakukan tindakan napas paliatif. kelompok.
Seunghee sampel dalam penelitian ini dalam dan relaksasi otot-otot.
Margevicius, Peter yaitu dengan metode total
A. DeGolia, , Beth sampling. Jumlah sampel Pada kelompok kontrol,
McLaughlin, dalam penelitian ini adalah 2. intervensi yang diberikan
Mariel Harris, Janice Alat pengumpulan data yang musik namun tidak ada
Mecklenburg, dan digunakan yaitu wawancara perintah dan terapi diberikan
Clareen Wiencek dan mengisi NRS atau skala selama 20 menit.
nyeri dan FLACC (The Face,
Tahun: Legs, Activity, Cry,
2013 Consolability Scale)

23

Anda mungkin juga menyukai