Dilaksanakan oleh,
M. DZIKRUL NURIMAN
150110159
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya, sehingga Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dengan judul
“Pembangunan Gedung FISIP UIN Ar-Raniry” dapat diselesaikan. Praktek Kerja
Lapangan ini dilakukan dalam waktu dua bulan sejak tanggal 27 Juli 2018 s/d 27
Agustus 2018.
Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Kurnia Anggi Syahputra, ST.,M.Sc selaku pembimbing
2. Bapak Dr.Ir. Wesli, MT selaku penguji 1
3. Bapak Burhanuddin, ST., MT selaku penguji 2
4. Teman-teman dan semua pihak yang telah memberikan semangat dan
motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa Buku Laporan Praktek Kerja Lapangan ini jauh
dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan, untuk itu kritik dan saran
sangat diharapkan agar pada masa yang akan datang penulis dapat melakukan
perbaikan untuk penulisan ilmiah lainnya.
Akhirnya kepada Allah jualah kita menyerahkan segalanya semoga
penulisan ini dapat bermanfaat dan terima kasih.
M. Dzikrul Nuriman
(150110159)
ii
DAFTAR ISI
iii
2.2.1 Pekerjaan Galian dan Timbunan ........................................... 27
2.3 Pekerjaan Beton Bertulang .............................................................. 28
iv
4.2.3 Solusi Terhadap Masalah ............................................................... 75
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR NOTASI ILMIAH
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Consultant yang beralamat di Jl. Kayee Adang No. 10 Gp. Peurada, Kec. Syiah
Kuala, Banda Aceh. Jangka waktu pengerjaan dalam proyek ini ialah 210 hari
kalender.
Kegiatan kerja praktek dalam jurusan teknik sipil adalah satu kegiatan
wajib yang harus di lakukan seluruh mahasiswa untuk memenuhi tahapan dalam
jenjang pendidikannya di bangku perkuliahan. Kerja praktek ini memiliki peranan
penting untuk seorang calon sarjana karena ilmu-ilmu yang selama ini hanya di
pelajari di dalam kelas tentu dapat di lihat aplikasi kegunaannya dalam kehidupan
nyata yaitu dalam kegiatan pembangunan. Dengan adanya kerja prakek ini tentu
dapat di tarik ilmu-ilmu pelaksanaan yang tidak bisa di dapatkan pada bangku
kuliah.
Melalui kegiatan ini pula mahasiswa memiliki wawasan yang luas
terhadap perkembangan pembangunan di bidang konstruksi serta dapat melihat
dan mempelajari kebijakan serta cara kontraktor utama sebagai pembangun dalam
menghadapi permasalahan yang timbul secara tidak di duga. Sehingga pada
akhirnya setelah menyelesaikan pendidikannya di bangku perkuliahan, lulus, dan
mendapat gelar, mahasiswa tidak hanya memiliki teori literatur saja, namun telah
memiliki pengalaman dan gambaran tentang kehidupan pembangunan dan
pelaksanaan kegiatan di proyek yang dapat di jadikan bekal untuk kedepannya.
Pemilik Proyek
UIN AR RANIRY
masing-masing pihak harus menjalankan tugas sesuai isi perjanjian dan akan
mendapat haknya sesuai yang di janjikan dalam kontrak. Untuk lebih jelas
hubungan kerja antar unsur-unsur organisasi tersebut dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
Pemilik Proyek
UIN AR RANIRY
Dalam hal ini Kepala Biro AUPK mengganti fungsi bendahara pada proyek,
yang mana mempunyai fungsi untuk:
- Melaksanakan semua kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan
keuangan proyek menerima, menyimpan, dan mengeluarkan serta
bertanggung jawab atas pemakaian dan perhitungan jumlah uang yang
telah dititipkan proyek sesuai dengan peraturan yang berlaku,
- Dalam melaksanakan tugasnya bendaharawan proyek berkewajiban
mengindahkan dan mentaati ketentuan dan pedoman yang berlaku bagi
pelaksanaan Keuangan Negara dan Daerah,
- Menyelenggarakan data kas simpanan yang bersangkutan dengan bukti-
bukti pembakuannya.
- Melakanakan tugas lain sesuai dengan penugasan dari pemimpin proyek,
- Bertanggungjawab kepada pemimpin proyek atas kelancaran penyelesaian
SPJ beban tetap dan beban sementara,
- Membuat Laporan Keuangan Proyek yang berkelalanjutan setiap akhir
bulan.
c. PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)
PPK tidak bekerja pada akhir pengadaan. PPK sudah mulai bekerja sejak
perencanaan pengadaan. Hal ini karena PPK adalah orang yang paling
mengetahui tentang proyek yang akan diadakan. Oleh sebab itu, apabila terjadi
kesalahan pada proses pengadaan proyek yang disebabkan karena kesalahan
perencanaan, maka PPK juga bertanggung jawab terhadap hal tersebut.
Tanggung jawab PPK pada tahap perencanaan adalah:
Drs. Junaidi
PPK
Kasubbag Humas
Nazaruddin, SE
d. Ahli Arsitektur
- Bertanggung jawab atas hasil pekerjaan pada bidangnya
- Mendukung dan memberi input design arsitek
- Memecahkan problem design
- Mengadakan review dan diskusi
- Konsultasi dengan dinas teknis bangunan atau unit satuan kerja terkait lain
- Mendisain, menghitung secara konstruksi pada proses perencanaan dan
proses pelaksanaan
- Mengumpulkan serta mengolah data dan informasi lapangan
- Membuat gambar skematik sistem struktur yang akan digunakan
- Pekerjaan Grading, Pekerjaan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan
lahan agar siap untuk Dibangun
DIREKTUR
Annasra
AHLI
AHLI SIPIL OPERATOR CAD
Amelia, ST
ARSITEKTUR
Zamzami, ST
Heri Azumar, ST.,MT
spesifikasi data teknis bahan dan volume pekerjaan. Selain itu, juga membuat
metode pelaksanaan yang di perlukan oleh proyek dan waktu kerja yang
diperlukan.
c. Pelaksana
Memberikan laporan kemajuan proyek meliputi laporan harian, mingguan,
dan bulanan kepada pemilik proyek yang berisi antara lain:
- Prestasi kerja dicapai.
- Jumlah tenaga kerja yang digunakan.
- Jumlah bahan-bahan yang masuk. Keadaan cuaca dan lain-lain.
d. Quality Control (QC)
Orang yang bertanggung jawab untuk memperoleh kualitas dalam produk dan
jasa perusahaannya. Dan memeriksa secara visual dan menguji suatu
pekerjaan. Pemeriksaan suatu pekerjaan berlangsung selama proses
pembangunan proyek.
e. Quantity Control
Bertugas dalam pengawasan dan pengendalian keuangan proyek agar dalam
hal penggunaannya tidak menyimpang dari perencanaan dan bertugas dalam
pembuatan dokumen lelang, dokumen kontrak dan Bills Of Quantities dan
mencatat progress kemajuan konstruksi.
f. Logistik
Bagian peralatan bertugas memonitor dan membuat laporan keluar masuk
barang, membantu memonitor material/alat yang di perlukan, belanja
keperluan material/alat yang di perlukan (jika perlu).
g. Drafter
Drafter bertanggung jawab atas record-record pekerjaan, melakukan
pengarsipan serta penyimpanan gambar desain dan perencanaan,
melaksanakan penyediaan gambar pelaksanaan lapangan.
h. Surveyor
Surveyor bertanggung jawab atas ketetapan pengukuran di lapangan yang
dilakukan sesuai dengan rencana yang di tetapkan, menggunakan dan merawat
21
alat-alat ukur yang di pakai agar sesuai kebutuhan di lapangan dan melakukan
metode pelaksanaan survey yang sesuai dengan kondisi di lapangan.
Dari hasil tinjauan di lapangan, untuk pekerjaan kolom dan plat lantai
dimulai dari pabrikasi pembesian yaitu tulangan utama dan sengkang yang diikat
dengan menggunakan kawat bendrat sehingga sengkang dan tulangan utama
kuat tidak mengalami pergeseran saat di cor. Untuk tulangan pada kolom K1
dipakai tulangan dengan spesifikasi 16D19 dan menggunakan sengkang Ø10.
Untuk pemasangan plat lantai digunakan tulangan dengan ukuran Ø8. Kemudian
berlanjut ke pemasangan bekisting untuk kolom, pengerjaan lantai kerja dan
pemasangan kayu di pinggir plat lantai 1 yang bertujuan sebagai cetakan pada saat
pengecoran. Pemasangan bekisting juga diperlukan ketelitian agar bekisting tidak
miring.
23
24
lain yang dapat merusak beton serta baja tulangan atau jaringan kawat baja.
Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.
f. Penggunaan Additive tidak diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari
pengawas. Untuk mempercepat pengerasan beton atau bila slump yang
disyaratkan tinggi, beton dapat digunakan bahan additive yang disetujui
Pengawas. Bahan additive yang digunakan produksi SIKA atau yang setara.
Semua perubahan design mix atau penambahan bahan additive, sepenuhnya
menjadi tanggungan Penyedia Jasa Konstruksi.
g. Menyiapkan tulangan beton, tulangan beton harus bebas dari karatan.
Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan di tentukan oleh konsultan
pengawas. Baja tulangan harus memenuhi persyaratan SNI, dengan tegangan
leleh (αα = 4000 kg / cm 2 ) atau Baja U – 40. Untuk diameter ≥ 10 MM
dan tegangan leleh (αα = 4000 kg / cm 2 ) atau baja D-20 untuk diameter <
10 mm.
h. Kawat pengikat harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang
disyaratkan dalam standard kelayakan yang telah ditentukan.
i. Rancangan campuran beton (job mix desain), sebelum melaksanakan
pekerjaan pengecoran beton struktural dengan mutu K-250 sampai mutu K-
300 kontraktor pelaksana harus membuat rancangan campuran beton (job mix
design). Job mix design adalah hasil pekerjaan ahli beton pada laboratorium
beton yang di akui oleh pemerintah. Material pasir dan batu pecah yang di
pakai untuk job mix design haruslah material yang akan di pakai nantinya
pada pelaksanaan di lapangan dan material tersebut tersedia dalam jumlah
yang cukup di lokasi pekerjaan sampai volume pekerjaan beton selesai
dikerjakan. Penggantian material dengan material selain material dalam
laporan job mix design pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton tidak
dibenarkan. Jika memang mengharuskan penggantian material maka
kontraktor pelaksana harus membuat job mix design yang baru. Job mix
design yang dibuat kontraktor pelaksana harus disetujui oleh konsultan
pengawas sebelum dilaksanakan. Semua aturan yang disyaratkan dalam job
31
mix design dan telah disetujui oleh konsultan pengawas harus diikuti dan
dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana.
j. Rencana campuran lapangan (job mix formula), berdasarkan job mix design
yang telah disetujui oleh konsultan pengawas, kontraktor pelaksana harus
membuat rencana campuran lapangan (job mix formula) beton struktural
dengan mutu K-250 sampai mutu K-300. Job mix formula tidak boleh beda
dengan job mix design terutama dari segi komposisi material beton.
Kontraktor pelaksana harus melakukan pengujian hasil perhitungan job mix
formula dengan media benda uji kubus beton ukuran Pengujian mutu beton
ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji kubus beton 15 x 15 x 15 cm
atau silinder sesuai standar SNI, minimal 5 benda uji. Kekentalan adukan
beton diperiksa dengan pengujian “slump”, dimana nilai slump harus dalam
batas-batas yang disyaratkan dalam SNI. Pengujian compresive strength untuk
beton dilaksanakan sesuai ASTM dan SNI di laboratorium yang disetujui
Pengawas. Mengenai pengambilan contoh/sampel/spesimen untuk benda
uji dilaksanakan secara berkala, paling sedikit setiap 5 m3 beton yang
diproduksi atau pada pekerjaan beton dengan volume kurang dari 5 m3.
Pengujian dilaksanakan pada setiap item pekerjaan beton. 12.6. Hasil
pengujian dikeluarkan pada saat benda uji berumur 3 – 7 hari, saat benda uji
berumur 14 hari, saat benda uji berumur 28 hari.
k. Pekerjaan perakitan tulangan, untuk perakitan tulangan balok dan kolom dapat
dilakukan di bengkel kerja oleh kontraktor pelaksana atau langsung pada
lokasi konstruksi, khusus untuk perakitan tulangan plat lantai memang harus
dilakukan langsung di lokasi konstruksi atau bekisting. Dimensi, model,
bengkokan, jarak dan panjang penyaluran tulangan harus sesuai dengan
gambar bestek dan shop drawing, Persyaratan Beton Struktural Untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2013), Baja Tulangan Beton (SNI 07-2052-
2014).
l. Pekerjaan sambungan antar tulangan, sambungan antar tulangan,
penjangkaran tulangan, dan panjang penyaluran tulangan pada kondisi
pembeban lentur, beban tarik, beban tekan, jika tidak ditentukan dalam
32
gambar bestek maka harus sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam
Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2013),
Baja Tulangan Beton (SNI 07-2052-2014). Titik-titik sambungan tulangan
lewatan pada plat lantai tidak boleh dibuat pada posisi satu garis lurus.
Sambungan harus dibuat selang-seling atau zig-zag antara batang yang
disambung dengan batang yang tidak disambung. Panjang sambungan lewatan
jika tidak ditentukan lain dalam gambar bestek, Persyaratan Beton Struktural
Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2013), Baja Tulangan Beton (SNI 07-
2052-2014), harus diambil minimal 40 kali diameter batang yang disambung.
Sambungan-sambungan harus dibuat antara sesama tulanagan utama. Tidak
dibenarkan dengan alasan apapun menggunakan tulangan extra (tulanagan
tambahan) untuk menyambung tulangan utama dengan tulangan utama lain
kecuali ditentukan lain dalam, Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan
Gedung (SNI 03-2847-2013), Baja Tulangan Beton (SNI 07-2052-2014)
m. Pekerjaan bekisting, bahan utama Cetakan untuk pekerjaan kolom dan
pekerjaan beton lainnya harus menggunakan papan tebal minimal 2,5 cm atau
multliptek 18 mm, balok 5/7, 6/10, 8/10 dan dolken diameter 8-12 cm, dapat
digunakan dari mutu kayu Klas II. Acuan harus direncanakan agar dapat
memikul beban-beban konstruksi dan getaran- getaran yang ditimbulkan oleh
peralatan penggetar. Defleksi maksimal dari cetakan dan acuan antara
tumpuannya harus dibatasi sampai 1/400 bentang antara tumpuan tersebut.
Penggunaan papan kayu sebagai bekisting dengan alasan apapun tidak
diperbolehkan. Penggantian material bekisting dengan material selain yang
disebutkan pada point 1 harus dengan persetujuan konsultan pengawas. Hasil
pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran elevasi, kelurusannya
terhadap arah vertikal oleh kontraktor pelaksana dengan alat theodolit dan
waterpass dan hasilnya harus disetujui oleh konsultan pengawas. Pembuatan
lantai kerja beton (line concrete), untuk komponen struktur beton yang
berhubungan langsung dengan tanah atau pasir urug pada lapisan dasarnya
harus memakai lantai kerja beton (line concrete) dengan tebal minimal 5 cm
atau sesuai gambar bestek. Lantai kerja beton dibuat dari beton mutu K-175,
33
yang mana pekerjaan ini harus benar-benar elevasi dan harus dibuktikan
dengan pekerjaan waterpassing.
n. Pengecoran beton (casting concrete), pengecoran beton structural mutu K-250
sampai K-300 hanya boleh dilakukan oleh kontraktor pelaksana jika job mix
design, job mix formula, perakitan tulangan, bekisting, request pekerjaan dan
hal-hal lain yang diperlukan dan berhubungan dengan pekerjaan pengecoran
sudah disetujui oleh konsultan pengawas. Pengecoran beton harus dilakukan
dengan concrete mixer (molen) dan tidak diperbolehkan melakukan
pengecoran dengan cara manual kecuali untuk beton-beton dengan mutu
dibawah K-175 atau nonstruktural. Penyedia Jasa Konstruksi harus
memberitahukan pengawas selambat-lambatnya 2 (Dua) hari sebelum
pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan untuk melaksanakan pengecoran
beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan baja
tulangan serta bukti bahwa Penyedia Jasa Konstruksi akan dapat
melaksanakan pengecoran tanpa gangguan. Beton harus dicor sesuai dengan
persyaratan dalam Struktur Bangunan Gedung. Bila tidak disebutkan lain atau
persetujuan Pengawas, tinggi jatuh dari beton yang dicor jangan melebihi 1,5
m. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus
bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang lepas. Bagian-bagian
yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk
instalasi listrik, Plumbing dan perlengkapan lainnya). Cetakan atau pasangan
dinding yang akan berhubungan dengan beton harus sudah dibasahi dengan air
sampai jenuh dan tulangan harus sudah terpasang dengan baik. Bidang-bidang
beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan kemudian
dibersihkan dari segala kotoran yang lepas. Waktu pengangkutan harus
diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu antara pengadukan dan
pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam dan tidak terjadi perbedaan
pengikatan yang mencolok antara beton yang sudah dicor dan akan dicor.
Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang
telah ditentukan, maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan
(Retarder) dengan persetujuan pengawas. Adukan tidak boleh dituang bila
34
waktu sejak dicampur air pada semen dan agregat telah melampaui 1,5 jam;
dan waktu ini dapat berkurang, bila pengawas menganggap perlu berdasarkan
kondisi tertentu. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk
menghindarkan terjadinya pemisahan material (Segresi) dan perubahan letak
tulangan. Cara penuangan dengan alat-alat bantu seperti talang, pipa,
chute dan sebagainya harus mendapat persetujuan pengawas dan alat-alat
tersebut harus bersih dan bebas dari sisa-sisa beton yang mengeras.
o. Pemadatan beton, penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab untuk
menyediakan peralatan guna pengangkutan dan penuangan beton dengan
kekentalan secukupnya agar didapat beton yang padat tanpa perlu penggetaran
secara berlebihan. Pemadatan beton seluruhnya hars dilaksanakan dengan
Mechanical Vibrator dan dioperasikan oleh orang yang berpengalaman.
Penggetaran dilakukan secukupnya agar tidak terjadi Over Vibration dan tidak
diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud untuk mengalirkan
beton. Hasil beton harus merupakan massa yang utuh, bebas dari lubang-
lubang segresi atau keropos. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran
dilakukan dengan alat penggetar yang mempunyai frekuensi tinggi untuk
menjamin pengisian beton dan pemadatan beton yang baik. Alat penggetar
tidak boleh disentuh pada tulangan yang telah masuk pada beton yang telah
mulai mengeras.
p. Pekerjaan pembongkaran bekisting/mal beton, bekisting boleh dibuka/
dibongkar dan di bebani dengan ketentuan, bagian sisi balok 48 Jam, balok
tanpa beban konstruksi 7 hari, balok dengan beban konstruksi 21 hari, Pelak
beton 21 hari terhitung sejak waktu pengecoran, kecuali ditentukan lain oleh
konsultan supervisi karena ada alasan penggunaan zat additive yang dapat
mempercepat proses pengerasan beton atau alasan-alasan teknis yang dapat
dipertanggung jawabkan.
q. Perawatan Beton, Secara umum harus memenuhi persyaratan dalam
standarisasi bangunan gedung. Beton setelah dicor harus dilindungi
terhadap preoses pengeringan yang belum saatnya dengan cara
mempretahankan kondisi dimana kehilangan kelembaban adalah minimal
35
dan suhu yang konstan dalam jangka waktu yang diperlukan untuk proses
hydrasi semen serta pengerasan beton. Perawatan beton segera dimulai setelah
pengecoran beton selesai dilaksanakan dan harus berlangsung terus menerus
selama paling sedikit 2 (dua) minggu jika tidak ditentukan lain. Suhu beton
pada awal pengecoran harus dipertahankan supaya tidak melebihi 30° C.
Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan beton pun harus tetap dalam
keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan beton dibuka sebelum selesai masa
perawatan maka selama sisa waktu tersebut pelaksanaan perawatan tetap
dilakukan dengan membasahi permukaan beton terus menerus dengan
menutupinya dengan karung-karung basah atau dengan cara lain yang
disetujui Pengawas. Cara pelaksanaan perawatan serta alat dipergunakan harus
mendapat persetujuan dulu dari Pengawas.
dan dinding keramik sesuai dengan detail yang disebutkan dalam gambar atau
petunjuk Pengawas.
Pekerjaan keramik dinding, Spesifikasi Bahan Keramik yang digunakan
adalah:
- Type: Glazur Tile dan Homogenus Tile (Granit Tile) dengan 2 x
pembakaran (firing)
- Homogenus Tile Polished (permukaan kilat) ukuran 60 x 60 cm untuk lantai
ruang dalam dan dinding.
- Homogenus Tile Unpolihsed (permukaan matte/dof) ukuran 60 x 60 cm untuk
lantai teras.
- Glazur Tile jenis Rustic (permukaan kasar) uk. 30 x 30 cm untuk lantai
toilet/kamar mandi.
- Glazur Tile jenis Glossy (permukaan kilat) uk. 30 x 60 untuk dinding
toilet/kamar mandi.
- Produksi : Niro/Sandjimas atau setara (Granit tile), Roman/Platinum atau
setara(glazur tile)
- Warna dan corak : akan ditentukan kemudian.
Keramik yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, warna,
motif tiap keramik harus sama, tidak boleh retak, gompal atau cacat lainnya.
Lebar celah lantai dan dinding keramik maksimal 1 mm untuk keramik
homogenus, atau 4 mm untuk keramik glazur. Pengisi celah/naad/siar diberi
warna dengan warna sesuai keramik yang dipasang atau warna lain atas
persetujuan Pengawas. Pola pemasangan keramik harus sesuai dengan gambar
detail atau sesuai petunjuk Pengawas. Pemotongan keramik harus menggunakan
alat pemotong khusus, sesuai petunjuk produsen pembuat.
Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam
noda-noda yang melekat sehingga benar-benar bersih (warna keramik tidak
kusam/buram). Adukan pengikat untuk pemasangan keramik pada lantai
menggunakan campuran 1 PC : 4 PS, sedangkan untuk daerah basah (toilet)
adukan pengikat dengan campuran 1 PC : 2 PS. Lebar siar-siar harus sama dengan
37
3.2.1 Kolom
Kolom pada proyek ini memiliki banyak jenis dan diberi masing-masing
kode yang berbeda. Untuk mutu beton yang digunakan pada pengecoran kolom
ini adalah K-300 atau f’c 25 MPa. Berikut jenis-jenis kolom dengan ukuran
dan spesifikasinya :
Tabel 3. 1 Spesifikasi Kolom Persegi
39
40
16D22
7 K5 0,4 x 0,4 x 4,2 K300 BJTD 40 Ø10
4D16
16D22
8 K6 0,25x0,25x 4,2 K300 BJTD 40 Ø10
4D16
Sumber: Dokumen Proyek
Beton yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah beton ready mix yang
diangkut dari batching plan PT. Lhoknga Beton yang berada di Kawasan
Lhoknga, Aceh Besar. Sebelum pengecoran dilakukan diambil sampel benda uji
untuk dilakukan slump test oleh direksi teknis dan diikuti dengan pengawas
lapangan. Cetakan yang digunakan adalah cetakan silinder ukuran diameter 150
mm dan tinggi 300 mm (SNI 2493-2011). Rata-rata hasil slump test memenuhi
syarat untuk mutu beton yang digunakan, berikut ini adalah gambar dari uji
slump di lapangan.
Nilai slump yang didapat rata-rata 120 mm – 140 mm sesuai dengan nilai
slump yang disyaratkan untuk kolom. Dari hasil uji kuat tekan beton yang
dilakukan lab teknik sipil UNSYIAH, kuat tekan beton yang didapat melebihi
dari kuat tekan beton yang disyaratkan untuk digunakan pada kolom yaitu beton
dengan mutu K-300 atau f’c = 25 MPa.
Gambar 3. 2 Sampel Beton Kolom dan Pengujian Kuat Tekan Beton Kolom
Sumber: dokumentasi lapangan
Material Properties
No Layer Spesifikasi Tulangan
Beton Baja
Atas
1 K-250 BJTP 24 Ø8
Bawah
Sumber: Dokumen Proyek
Beton yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah beton ready mix yang
diangkut dari batching plan PT. Lhoknga Beton yang berada di Kawasan
Lhoknga, Aceh Besar. Sebelum pengecoran dilakukan diambil sampel benda uji
untuk dilakukan slump test oleh direksi teknis dan diikuti dengan pengawas
lapangan. Cetakan yang digunakan adalah cetakan silinder ukuran diameter 150
mm dan tinggi 300 mm (SNI 2493-2011). Rata-rata hasil slump test memenuhi
syarat untuk mutu beton yang digunakan, berikut ini adalah gambar dari uji
slump di lapangan.
Gambar 3.4 Sampel Beton plat lantai 1 dan Pengujian Kuat Tekan Beton plat
lantai 1
a. Theodolite
Theodolite merupakan alat ukur tanah yang berfungsi untuk menentukan
tingga tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak (horizontal dan vertikal).
Cara kerja alat ini menyerupai teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar
berbentuk piringan yang dapat diputar mengelilingi sumbu vertikal sehingga
memungkinkan pembacaan sudut vertikal. Teleskop tersebut juga dapat
mengelilingi sumbu horizontal sehingga pembacaan sudut horizontal juga
mungkin dilakukan. Tingkat ketelitian yang dapat dihasilkan oleh alat ini juga
dapat tergolong sangat tinggi (Farrinfton,1997). Dalam penggunaan survey,
theodolite digunakan untuk pengukuran pekerjaan vertikal. Pekerjaan vertikal
tersebut meliputi pengukuran jarak kolom dari as ke as,pengukuran panjang
shear-wall, pematokan titik acu bangunan dan lain sebagainya.
b. Waterpass
Secara bentuk fisik, waterpass mempunyai ukuran yang lebih kecil daripada
theodolite, namun cara kerja dan prinsip pemakaiannya hampir menyerupai
theodolite. Theodolite dipergunakan untuk pengukuran pekerjaan horizontal,
seperti pengukuran ketinggian balok, plat lantai, slab dan lain sebagainya.
Teropong yang ada pada waterpass memungkinkan pengguna waterpass
melihat garis-garis yang menunjukan level (ketinggian) suatu titik. Melalui
garis-garis tersebut dapat dilihat dan dapat diketahui posisi ketinggian titik
yang akan diukur dan titik acuan.
3.2.2 Alat Bantu Ukur
Dalam proses pembanguna alat ukur sangat diperlukan untuk mengetahui
panjang dan presisi bangunan, dalam pengukuran bangunan juga ditemukan
banyak alat ukur dengan fungsi yang berbeda beda. Untuk proyek pembangunan
gedung FISIP UIN Ar Raniry menggunakan alat sebagai berikut:
a. Patok
Patok merupakan alat yang berfungsi untuk acuan titik yang akan diukur
dengan salah satu alat pengukuran utama tersebut. Untuk menggunakan patok,
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan seperti halnya posisi patok pada
saat akan ditembak harus tegak lurus dengan permukaan tanah. Kurangnya
45
b. Concrete Pump
47
c. Concrete Vibrator
Concrete vibrator merupakan alat yang digunakan selama proses pengecoran
untuk menyalurkan agregat-agregat dari beton tersebut sehingga dapat
terdistribusi secara merata. Penyaluran agregat tersebut agar merata di setiap
titiknya dan mendapatkan mutu beton yang sama di setiap titik pengecoran
tersebut dilakukan secara penggetaran (vibrator). Penggunaan alat ini juga
menyebabkan campuran beton menjadi lebih padat karena selama proses
pemadatan tersebut, rongga udara pada beton menjadi hilang sehingga
mengurangi volume void yang ada. Concrete vibrator juga tidak boleh
dipergunakan hanya di satu titik dan tidak berpindah karena akan
menyebabkan segregasi pada beton. Penggunaan vibrator tersebut hanya
dipergunakan selama 5-15 detik untuk suatu titik. Pada umumnya jarum
penggetar harus dimasukkan ke dalam adukan kira-kira vertikal, tetapi dalam
keadaan-keadaan khusus boleh miring sampai 45o. Selama penggetaran, jarum
tidak boleh digerakkan ke arah horisontal karena hal iniakan menyebabkan
pemisahan bahan-bahan. Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau
bagian beton yang sudah mulai mengeras. Karena itu jarum tidak boleh
dipasang lebih dekat dari 5 cm dari cetakan atau dari beton yang sudah
mengeras.
d. Cetakan Decking
Cetakan decking ini digunakan sebagai acuan pada saat pemasangan bekisting,
sehingga pada saat pengecoran mendapatkan tebal decking sesuai dengan
yang ditentukan. Beton decking memiliki bentuk seperti silinder yang terbuat
dari pasta semen dan pasir halus serta ukurannya berbeda-beda karena
memiliki ketinggian yang berbeda. Tinggi beton decking berdasarkan tebal
selimut beton kolom, balok, dan plat.
dengan tebal 20 mm untuk kolom dan 12 mm untuk balok dan plat lantai.
Berikut ini foto dokumentasi dari plywood /multipleks.
Terdapat dua jenis baja yang digunakan yaitu baja ulir dan baja polos. Kode
untuk besi ulir adalah D dan untuk baja polos yaitu Ø. Berikut adalah
spesifikasi besi tulangan yang dipakai dalam proyek pembangunan gedung
FISIP UIN Ar Raniry:
Besi Tulangan D-19 : Tulangan Kolom,
Besi Tulangan D-16 : Tulangan Kolom,
Besi Tulangan D-14 : Tulangan Kolom,
Besi Tulangan Ø 12 : Tulangan pengekang
Besi Tulangan Ø 10 : Tulangan sengkang,
Besi Tulangan Ø 8 : Tulangan pada plat lantai, tulangan sengkang.
f. Air
Air yang digunakan untuk pembuatan beton pada proyek ini berasal dari air
PAM maupun dari sumur bor. Air yang digunakan harus bersih dan tidak
mengandung zat-zat kimia berbahaya, tidak mengandung minyak, garam, dan
bahan pengotor lainnya yang dapat menyebabkan kekuatan beton menurun.
Plat Lantai
Pekerjaan Pembesian
1
Pemasangan Bekisting
Kolom K1
Pekerjaan Pembesian
Marking Kolom
Pengecoran Kolom
Volume
Tinggi Dimensi &
No Tipe Elevasi Jumlah Beton
Diameter (m)
(m) (m3)
1 K1 ± 0,00 58 4,2 0,6 x 0,6 129,02
2 K1A ± 0,00 10 4,2 0,35x0,4 5,88
2 K1A ± 4,80 10 3,4 0,35x0,4 4,76
2 K1A ± 8,80 10 3,5 0,35x0,4 4,9
3 KB1 - 0,60 2 4,9 0.6 2,76
4 K2 ± 4,80 58 3,4 0,6 x 0,6 70,99
5 K3 ± 8,80 58 3,5 0,6 x 0,6 73,08
6 K4 ± 12,80 8 1,7 0,5 x 0,5 3,4
7 K5 ± 15,00 8 4,1 0.4 x 0,4 5,24
8 K6 ± 0,00 15 4,2 0,25x0,25 3,93
9 K6 ± 4,80 23 3,4 0,25x0,25 4,88
10 K6 ± 8,80 18 3,5 0,25x0,25 3,93
11 K6 ± 12,80 8 1,7 0,25x0,25 0,85
12 K6 ± 15,00 16 4,1 0,25x0,25 4,1
Total 317,72
Sumber: Dokumen Proyek
54
Volume
Banyak Beton bersih
No B (m) P (m) H (m)
(n)
(m3)
Total 132,731
Sumber: Dokumen Proyek
Tabel di atas merupakan hasil perhitungan volume bersih beton plat lantai
dimana perhitungan volume menggunakan rumus volume persegi panjang yaitu
(panjang x lebar x tinggi) kemudian dikalikan dengan banyaknya jumlah plat
lantai1.
55
Tahap pengecoran
Setelah adukan beton memenuhi syarat yang ditentukan, terutama
kelecakan beton segar telah memenuhi standart untuk pengerjaan, maka
dapat langsung di cor. Tahapan pengecoran struktur elemen plat antar lain:
- Mempersiapkan pekerja pada posisi masing-masing
- Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengambilan benda uji, maka
pekerjaan pengecoran dapat dilakukan.
Adukan beton ready mix kemudian dimasukkan ke dalam concrete
pump truck untuk dilakukan pemompaan dari luar bangunan ke plat lantai
yang akan dilakukan proses pengecoran serta dilakukan pemadatan dengan
63
65
66
= 504 m2
14 hari
= 36 m2/hari
Produktivitas mandor
Dalam pengerjaan bekisting kolom dipekerjakan 1 orang mandor, jadi
produktivitas mandor tersebut ialah 36 m2/hari
Produktivitas kepala tukang
Dalam pengerjaan bekisting kolom dipekerjakan 1 orang kepala tukang,
jadi produktivitas kepala tukang tersebut ialah 36 m2/hari
Produktivitas tukang
Dalam pengerjaan bekisting kolom dipekerjakan 1 orang tukang, jadi
produktivitas tukang tersebut ialah 36 m2/hari
Produktivitas pekerja
Dalam pengerjaan bekisting kolom dipekerjakan orang pekerja, jadi
produktivitas pekerja tersebut ialah 36 m²/hari dibagi 6 orang pekerja.
Maka, 1 orang pekerja memiliki produktivitas 6 m²/hari.
70
Alat yang digunakan untuk pekerjaan bekisting kolom ialah martil (palu) 3
unit, gergaji 2 unit dan pensil 1 unit. Adapun produktivitas masing-masing
alat yaitu:
Produktivitas martil (palu)
Dalam pengerjaan bekisting kolom digunakan 4 unit martil (palu), jadi
produktivitas martil (palu) tersebut ialah 36 m2/haridibagi 4 unit. Maka, 1
unit martil (palu) memiliki produktivitas 9m²/hari.
Produktivitas gergaji
Dalam pengerjaan bekisting kolom digunakan 2 unit gergaji, jadi
produktivitas gergaji tersebut ialah 36 m2/hari dibagi 2 unit. Maka, 1 unit
gergaji memiliki produktivitas 18 m²/hari.
Produktivitas pensil
Dalam pengerjaan bekisting kolom digunakan 1 unit pensil, jadi
produktivitas 1 unit pensil ialah 36 m²/hari
= 129,02 m3
71
2 hari
= 64,51 m3/hari
Produktivitas mandor
Dalam pengerjaan pengecoran kolom dipekerjakan 1 orang mandor, jadi
produktivitas mandor tersebut ialah 64,51 m3/hari.
Produktivitas kepala tukang
Dalam pengerjaan pengecoran kolom dipekerjakan 1 orang kepala tukang,
jadi produktivitas kepala tukang tersebut ialah 64,51 m3/hari.
Produktivitas tukang
Dalam pengerjaan pengecoran kolom dipekerjakan 2 orang tukang, jadi
produktivitas tukang tersebut ialah 64,51 m3/hari dibagi 2 orang tukang.
Maka, 1 orang pekerja memiliki produktivitas 32,255 m3/hari.
Produktivitas pekerja
Dalam pengerjaan pengecoran kolom dipekerjakan 16 orang pekerja, jadi
produktivitas pekerja tersebut ialah 64,51 m3/hari dibagi 16 orang pekerja.
Maka, 1 orang pekerja memiliki produktivitas 4,032 m3/hari.
bekerja dengan baik. Dengan jumlah total volume beton 277,89 m3 yang
dikerjakan dalam waktu 2 hari pengecoran, dengan produktivitas sebagai
berikut:
74
= 277,89 m3
2 hari
= 138,94 m3/hari
Produktivitas mandor
Dalam pengerjaan pengecoran pelat lantai dipekerjakan 1 orang mandor,
jadi produktivitas mandor tersebut ialah 138,94 m3/hari.
Produktivitas kepala tukang
Dalam pengerjaan pengecoran pelat lantai dipekerjakan 1 orang kepala
tukang, jadi produktivitas kepala tukang tersebut ialah 138,94 m3/hari.
Produktivitas tukang
Dalam pengerjaan pengecoran pelat lantai dipekerjakan 2 orang tukang,
jadi produktivitas tukang tersebut ialah 138,94 m3/hari dibagi 2 orang
tukang. Maka, 1 orang tukang memiliki produktivitas 69,47 m3/hari.
Produktivitas pekerja
Dalam pengerjaan pengecoran pelat lantai dipekerjakan 16 orang pekerja,
jadi produktivitas pekerja tersebut ialah 138,94 m3/hari dibagi 16 orang
pekerja. Maka, 1 orang pekerja memiliki produktivitas 8,7 m3/hari.
Alat yang digunakan untuk pekerjaan pengecoran pelat lantai ialah Mixer
Truck 14 unit, Concrete pump Truck 1 unit dan mesin vibrator 1 unit.
Adapun produktivitas masing-masing alat yaitu:
Produktivitas Mixer Truck
Dalam pengerjaan pengecoran pelat lantai digunakan 8 unit Mixer Truck
berkapasitas 7 m3 setiap Mixer Truck, jadi produktivitas Mixer Truck
tersebut ialah 138,94 m3/hari dibagi 8 unit. Maka, 1 unit Mixer Truck
memiliki produktivitas 17,367 m3/hari.
Produktivitas Concrete pump Truck
75
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan hasil pengamatan selama mengikuti prakek
kerja lapangan, ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut:
a. Pada pekerjaan kolom secara keseluruhan didapatkan hasil yang baik,
dimulai dari dimensi, diameter tulangan, selimut beton dan mutu beton.
b. Pada pekerjaan pemasangan besi plat lantai tidak sesuai dengan
pemasangan plat yang semestinya.
c. Adanya perubahan dalam detail gambar perencana, ini terjadi karena
permintaan dari pemilik proyek (owner) yaitu UIN Ar Raniry.
d. Digunakan beton ready mix untuk pengecoran kolom dan plat lantai,
pengadukan dilakukan di batching plat oleh PT. Lhoknga Beton dengan
mutu beton K-300 atau f’c 25 MPa untuk kolom dan K-250 atau f’c 21
untuk plat lantai.
e. Didapat volume beton plat lantai 1 sebesar 277,89 m3, berat total besi
77
78
m3/hari/orang.
5.2 Saran
Pada pembangunan Gedung FISIP UIN Ar-Raniry berjalan lancar dan
baik, dan ada beberapa hal yang menjadi perhatian bagi pelaksana yang
bertanggung jawab terhadap kelancaran pembangunan proyek ini, yaitu :
a. Perlu perhitungan yang teliti dan tepat pada saat pemesanan beton ready
mix, sehingga beton tidak kekurangan dan tidak berlebih terlalu banyak
hingga terbuang sia-sia.
b. Setiap terjadi kesalahan sebaiknya diselesaikan secara teknis agar tidak
mengganggu pelaksanaan.
c. Sebaiknya dapat dipakai tulangan yang tertimpa/tersimpan paling bawah
terlebih dahulu pada saat pemotong tulangan dan perlindungan terhadap
penyimpanan tulangan.
d. Setiap pemakaian alat dapat disimpan pada tempatnya agar dapat
digunakan kembali dan mudah dalam pengambilan dan agar tidak hilang.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012, SNI 2847-2013 SNI Beton, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta
Anonim, 2012, SNI 7656-2012 Tata Cara Pemilihan Campuran untuk Beton
Normal, Beton Berat, dan Beton Massa, Badan Standarisasi Nasional,
Jakarta
Anonim, 2018, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) Pekerjaan
Pembangunan Gedung FISIP UIN Ar-Raniry, PT. Sarjis Indrajaya.
Ervianto, 2002, Manajemen Proyek Kontruksi, Andi, Yogyakarta
Ilmu sipil, 2016, Konsultan Pengawas Dalam Pelaksanaan Proyek,
http://www.ilmusipil.com.
Ilmu sipil, 2016, Konsultan Perencana Proyek, http://www.ilmusipil.com.
Khalid mustafa, 2012 , PPK Tidak Sekedar Tanda Tangan Kontrak,
https://www.khalidmustafa.info
Sastraatmadja, Soedradjat. 1984. Analisa (cara modern) Anggaran Biaya
Pelaksanaan. Bandung; Nova
79