Disusun oleh :
1. Kadek Yunia Kartika Dewi (19089014056)
2. Ni Kadek Meli Agustina (19089014029)
3. Luh Nelly Yuliartini (19089014032)
4. Putu Sudiantara (19089014044)
5. Arya Pangestu Putra Astawa (19089014058)
6. I Komang Ari Putra Mahendr a (19089014007)
S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan berkat-Nya, sehingga dengan kekuatan pikiran dan keterbukaan hati , penyusun
Dalam penulisan makalah ini, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Dosen pengampu mata kuliah Kewarganegaraan yang telah banyak membimbing penyusun
2. Anggota kelompok yang senantiasa bekerja sama dalam penyusunan makalah ini
3. Berbagai pihak di sekitar penyusun yang tidak dapat penyusun sebutkan satu – persatu yang
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penyusun sangatt mengharapkan kritikan ndan saran yang sifatnya
membangun untuk kelengkapan tulisan ini ke depan agar dapat berguna bagi kita semua
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB III .................................................................................................................................... 11
PENUTUP................................................................................................................................ 11
3.1 KESIMPULAN ........................................................................................................ 11
3.2 SARAN ...................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningkatnya pelayanan kesehatan, tugas perawat tidak lagi hanya terbatas pada
bentuk asuhan pelayanan pasien berupa perawatan. Namun mulai dengan apa yang sering
disebut program keperawatan mandiri atau INP (Independent Nurse Practitioner). Hanya saja
program ini membawa dampak yang cukup besar di masyarakat karena kemudian terjadi
kerancuan pengertian dan tugas pendelegasian antara dokter dan perawat Perawat sebagai salah
satu tenaga paramedis yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
umum. Tugas utama perawat adalah memberikan pelayanan kesehatan atau memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan keterampilan dan keahlian yang dimilikinya. Perawat dalam
memberikan pelayanan kesehatan terdapat beberapa peran. Pertama, perawat memiliki peran
dalam mengatasi masalah yang dihadapi pasien. Kedua, perawat memiliki tanggung jawab
dalam memberikan penyuluhan kepada pasien/klien. Ketiga, perawat memiliki peran dalam
menjamin dan memantau kualitas asuhan keperawatan. Keempat, perawat memiliki tugas
sebagai peneliti dalam upaya untuk mengembangkan body of knowledge keperawatan Data
dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia mengenai malpraktik keperawatan di Indonesia
pada tahun 2010-2015 ada sekitar 485 kasus.
1
2
1.4 Manfaat
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN HAK ASASI MANUSIA
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan
segala kesempurnaanya. Salah satu kesempurnaan yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa
kepada manusia adalah “akal dan pikiran” yang membedakannya dengan makhluk lain. Sejak
diciptakan dan dilahirkan manusia telah dianugerahi hak-hak ,
Hak asasi manusia adalah hak dasar atau hak pokok yang melekat pada diri
manusia sejak manusia diciptakan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak yang
dimiliki setiap orang tentunya tidak dapat dilaksanakan sebebas-bebasnya, karena ia
berhadapan langsung dan harus menghormati hak yang dimiliki orang lain. Hak asasi
manusia terdiri atas dua hak yang paling fundamental, yaitu hak persamaan dan hak
kebebasan.Tanpa adanya kedua hak ini maka akan sangat sulit untuk menegakkan hak asasi
lainnya. Pengakuan terhadap hak asasi manusia pada hakikatnya merupakan penghargaan
terhadap segala potensi dan harga diri manusia menurut kodratnya. Walaupun demikian, kita
tidak boleh lupa bahwa hakikat tersebut tidak hanya mengundang Hak asasi manusia
adalah hak dasar atau hak pokok yang melekat pada diri manusia sejak manusia diciptakan
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak yang dimiliki setiap orang tentunya tidak
dapat dilaksanakan sebebas-bebasnya, karena ia berhadapan langsung dan harus
menghormati hak yang dimiliki orang lain. Hak asasi manusia terdiri atas dua hak yang paling
fundamental, yaitu hak persamaan dan hak kebebasan. Tanpa adanya kedua hak ini
maka akan sangat sulit untuk menegakkan hak asasi lainnya. Pengakuan terhadap hak asasi
manusia pada hakikatnya merupakan penghargaan terhadap segala potensi dan harga diri
manusia menurut kodratnya. Walaupun demikian, kita tidak boleh lupa bahwa hakikat
tersebut tidak hanya mengundang hak untuk menikmati kehidupan secara kodrati. Sebab
dalam hakikat kodrati itupun terkandung kewajiban pada diri manusia tersebut.
3
4
telah mendapat legitimasi secara formal karena telah memperoleh pengaturan dan masuk
ke dalam hukum dasar negara (konstitusi), yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.dengan itu prinsip kedaulatan rakyat dan negara berdasarkan
atas hukum dijadikan sebagai sendi bagi penyelenggaraan negara Indonesia merdeka.
Komitmen terhadap HAM
pada periode awal kemerdekaan sebagaimana ditunjukkan dalam
Maklumat Pemerintah tanggal 1 November 1945 yang tertulis dalam buku 30 Tahun
Indonesia Merdeka
Langkah selanjutnya memberikan keleluasaan kepada rakyat untuk mendirikan
partai politik. Sebagaimana tertera dalam Maklumat Pemerintah tanggal 3 November
1945 yang antara lain menyatakan sebagai berikut.
1) Pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik, karena dengan adanya partai-
partai politik itulah dapat dipimpin ke jalan yang teratur segala aliran paham yang ada
dalam masyarakat.
2) Pemerintah berharap partai-partai itu telah tersusun sebelum dilangsungkannya
pemilihan anggota badan perwakilan rakyat pada bulan Januari 1946.
Hal yang sangat penting dalam kaitan dengan HAM adalah adanya perubahan
mendasar dan signifikan terhadap sistem pemerintahan dari presidensial menjadi sistem
parlementer, sebagaimana tertuang dalam Maklumat Pemerintah tanggal 14
November 1945, yang tertulis dalam buku 30 Tahun Indonesia Merdeka. Isi Maklumat
tersebut adalah sebagai berikut. “Pemerintah Republik Indonesia setelah mengalami ujian-
ujian yang ketat dengan selamat, dalam tingkatan pertama dari usahanya menegakkan
diri, merasa bahwa saat sekarang sudah tepat utnuk menjalankan macam-macam
tindakan darurat guna menyempurnakan tata usaha negara kepada susunan demokrasi.
Yang terpenting dalam perubahanperubahan susunan kabinet baru itu ialah tanggung jawab
ada di dalam tangan menteri”.
2.3.3 Kasus pelanggaran HAM yang pernah terjadi di Indonesia, di antaranya sebagai
berikut.
1. Kerusuhan Tanjung Priok, tanggal 12 September 1984. Dalam kasus ini sebanyak 24
orang tewas, 36 orang luka berat dan 19 orang luka ringan.
2. Pelanggaran HAM di daerah konflik yang diberi status Daerah Operasi Militer
(DOM), di Aceh. Peristiwa ini telah menimbulkan bentuk-bentuk pelanggaran HAM
terhadap penduduk sipil yang berupa penyiksaan, penganiayaan, dan pemerkosaan
yang berulang-ulang dan dengan pola yang sama.
3. Sepanjang tahun 80-an, dalam rangka menanggulangi aksi-aksi kriminal yang
semakin meningkat, telah terjadi pembunuhan terhadap “para penjahat” secara
misterius yang terkenal dengan istilah “petrus” (penembakan misterius)
4. Penembakan mahasiswa Universitas Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998. Dalam kasus
ini korban yang meninggal antara lain: Hery Hartanto, Elang Mulya Lesmana,
Hendrawan Sie, Hapidin Royan dan Alan Mulyadi.
5. Tragedi Semanggi I pada tanggal 13 November 1998. Dalam kasus ini lima orang
korban meninggal, yaitu Bernadus Irmawan, Teddy Mahdani Kusuma, Sigit Prsetyo,
Muzamil Joko Purwanto dan Abdullah. Kemudian terjadi lagi tragedi Semanggi II
pada tanggal 24 September 1999 yang memakan lima orang korban meninggal yaitu
Yap Yun Hap, Salim Ternate, Fadli, Denny Yulian dan Zainal.
6. Pembunuhan Munir sebagai Aktivis HAM Indonesia, pada tanggal 7 September
2004. Munir tewas dalam perjalanan udara dari Jakarta ke Amsterdam. Munir
tewas akibat racun arsenic yang kadarnya sangat mematikan.
7. Kasus Bulukumba
Kasus Bulukumba merupakan kasus yang terjadi pada tahun 2003. Dilatar belakangi
oleh PT. London Sumatra (Lonsum) yang melakukan perluasan area perkebunan,
namun upaya ini ditolak oleh warga sekitar. Polisi Tembak Warga di Bulukumba.
7
Kolaborasi lintas sektor sangat dibutuhkan, tentu saja dengan melibatkan masyarakat di
dalamnya. Seluruh stakeholder terkait harus menjadikan momentum hari kesehatan nasional
12 November tahun 2015 untuk mengevaluasi capaian-capaiannya dalam upaya mewujudkan
masyarakan sehat. Pada akhirnya kita berharap masyarakat akan memeroleh layanan
kesehatan yang berkeadilan dengan menjunjung tinggi asas-asas hak asasi manusia.
2.4.2 Dalam Kehidupan Sehari – hari
1. .Menahan diri apabila terjadi pertengkaran diantara sesama rekan mahsiswa atau dosen
dan karyawan di kampus. menyelesaikan pertengkaran tersebut dengan baik dan
terhormat, serta tidak main hakim sendiri, jika melakukan main hakim sendiri akan
berakaitan dengan hukum.
2. Melakukan kegiatan kemahasiswaan tidak mengganggu ketenangan dan ketertiban
teman-teman di lingkungan kampus dan warrga yang berada di sekitar lingkungan kam
pus.
3. Mentaati tata tertib lingkungan hidup sehari-hari di lingkungan mahasiswa masing-
masing.
4. Menghindari pertengkaran/adu fisik karena masing-masing merasa dirinya benar.
5. Larangan Ketentuan-ketentuan dalam UU tentang HAM, tidak satupun boleh diartikan
bahwa pemerintah, partai, golongan atau pihak manapun dibenarkan mengurangi,
merusak atau menghapuskan HAM atau kebebasan dasar sebagaimana diatur dalam
UUsiapapun tidak dibenarkan mengambil keuntungan dan atau mendatangkan kerugian
pihak lain dalam mengartikan ketentuan dalam UU HAM yang mengakibatkan
berkurangnya dan atau hapusnya HAM yang dijamin dalam UU.Pada saat ini HAM
telah menjadi issue global, yang tidak mungkin diabaikan dengan dalih apapun
termasuk di Indonesia.
Konsep dan implementasi HAM di setiap negara tidakmungkin sama, meskipun demikian
sesungguhnya sifat dan hakikat HAM itu sama. Dalam hal ini, ada tiga konsep dan model
pelaksanaan HAM di dunia yang dianggap mewakili, masing-masing di negara-negara Barat,
Komunis-Sosialis dan ajaran Islam. Adanya HAM menimbulkan konsekwensi adanya
kewajiban asasi, di mana keduanya berjalan secara paralel dan meru pakan satu kesatuan yang
tak dapat dipisahkan. Pengabaian salah satunya akan menimbulkan pelanggaran HAM itu
sendiri. Khusus tentang implementasi HAM di Indonesia, meskipun ditengarai banyak kasus
pelanggaran HAM berat di Indonesia dan belum kondusifnya mekanisme penyelesaiannya,,
tetapi secara umum baik menyangkut perkembangan dan penegakkann
menampakkan tanda-tanda kemajuan. Hal ini terlihat dengan adanya regulasi hukum HAM
melalui peraturan perundang-undangan serta dibentuknya Pengadilan HAM dalam upaya
menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi.
“Demokrasi tanpa kebebasan sipil”, demikian istilah yang melekat untuk Indonesia d
engan iklim kehidupan sosial politiknya. Apalagi jika kita menyoroti kondisi kehidupan
beragama, kebebasan agaknya merupakan sebuah “barang langka”. Karena melaksanakan
sholat dua bahasa Usman Roy harus mendekam dalam penjara, perlakuan yang sama
jugadialami oleh Lia Aminuddin sebagai pemimpin “komunitas eden” karena dianggap sebagai
nabi palsu.Belum lagi teror fisik dan penyerangan yang dilakukan terhadap Jamaah
Ahmadiyah, serta kasus terakhir yang belakangan ini menimpa Ahmad Mushadieq dengan
ajaran al-qiyadah al-Islamiyahnya. Seluruh catatan-catatan fenomena tersebut menjadi bukti
10
nyata bahwa Indonesiamerupakan negeri yang belum cukup longgar terhadap kebebasan
beragama. Padahal, Indone
sia merupakan negeri pancasila yang mencerminkan “keanekaragaman” dengan semboyan
Bhineka Tunggal Ika-nya. Apa yang salah dengan negeri pancasila?, bukankah kebebasan
beragama telah mendapatkan jaminan konstitusi yang cukup kuat di negeri ini?, lantas mengapa
k ebebasan beragama seolah tidak memiliki tempat di bumi pancasila? Tulisan ini merupakan
sebuah pengembaraan intelektual guna menemukan jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut,
sembari mengurai realitas implementasi Hak Azasi Manusia, tulisan ini akan mengantarkankita
kepada fenomena-fenomena kondisi realitas kebebasan beragama di Indonesia, terjadi setelah
adanya perlawanan terhadap penjajahan bangsa asing, sehingga tidak bisa Perkembangan dan
perjuangan dalam mewujudkan tegaknya HAM di Indonesia terutama dilihat sebagai
pertentangan yang hanya mewakili kepentingan suatu golongan tertentu saja, melainkan
menyangkut kepentingan bangsa Indonesia secara utuh Dewasa ini, meskipun ditengarai
banyak kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia, tetapi secara umum Implementasi HAM
di Indonesia, baik menyangkut perkembangan dan penegakkannya mulai menampakkan tanda-
tanda kemajuan. Hal ini terlihat dengan adanya regulasi hukum HAM melalui peraturan
perundang-undangan. Di samping itu telah dibentuknya Pengadilan HAM dalam upaya
menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
HAM (hak asasi manusia) adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal di
lahirkan yang berrlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun HAM
tidak perlu diberikan, dibeli maupun diwarisi.HAM sudah menjadi bagian dari manusia secara
otomatis sejak lahir. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis
kelamin,ras,agama,suku,pandangan politik,budaya atau asal social dan bangsa. HAM tidak
bisa dilanggar. Tidak seorang pun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang
lain.
3.2 SARAN
Demikianlah makalah ini saya susun, pemakalah menyadari tentunya makalah ini masih
banyak keasalahan dan kekurangan. Untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun.
Selanjutnya diharapkan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
11
DAFTAR PUSTAKA
Djarot, Eros & Haas, Robert. 1998. Hak-Hak Asasi Manusia dan Manusia (Human rightsand The
Media). Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Prof. Dr. H. Zainudin Ali, M.A. 2006. Sosiologi Hukum. Jakrta : Sinar Grafika.