Anda di halaman 1dari 16

HAM DI INDONESIA

Disusun oleh :
1. Kadek Yunia Kartika Dewi (19089014056)
2. Ni Kadek Meli Agustina (19089014029)
3. Luh Nelly Yuliartini (19089014032)
4. Putu Sudiantara (19089014044)
5. Arya Pangestu Putra Astawa (19089014058)
6. I Komang Ari Putra Mahendr a (19089014007)

S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan berkat-Nya, sehingga dengan kekuatan pikiran dan keterbukaan hati , penyusun

dapat menyelesaikan makalah mengenai promosi kesehatan dengan judul “HAM DI

INDONESIA” guna memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan Studi S1 Keperawatan

Dalam penulisan makalah ini, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dosen pengampu mata kuliah Kewarganegaraan yang telah banyak membimbing penyusun

dalam menyusun makalah ini

2. Anggota kelompok yang senantiasa bekerja sama dalam penyusunan makalah ini

3. Berbagai pihak di sekitar penyusun yang tidak dapat penyusun sebutkan satu – persatu yang

telah banyak membantu penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu penyusun sangatt mengharapkan kritikan ndan saran yang sifatnya

membangun untuk kelengkapan tulisan ini ke depan agar dapat berguna bagi kita semua

Bungkulan,14 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HAM DI INDONESIA ............................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 1
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................................... 1
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................................................................. 1
1.4 Manfaat ............................................................................................................................ 2
1.4.1 Bagi Penulis .................................................................................................................. 2
1.4.2 Bagi Instansi.................................................................................................................. 2
1.4.3 Bagi Masyarakat ........................................................................................................... 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
2.1 PENGERTIAN HAK ASASI MANUSIA....................................................................... 3
2.2 PERKEMBANGAN HAM DI INDONESIA .................................................................. 3
2.2.1 Periode Tahun 1945 - 1950 .......................................................................................... 3
2.2.3 Periode Tahun 1950 – 1959 ......................................................................................... 4
2.2.4 Periode Tahun 1959 - 1966 .......................................................................................... 5
2.2.5 Periode Tahun 1966 - 1998 .......................................................................................... 5
2.2.6 Periode Tahun 1998 - Sekarang .................................................................................. 5
2.3.1 Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi : .............................................. 6
2.3.2 Kasus pelanggaran HAM yang ringan, meliputi : ........................................................ 6
2.3.3 Kasus pelanggaran HAM yang pernah terjadi di Indonesia, di antaranya sebagai
berikut. ................................................................................................................................... 6
2.4 KAITAN MATERI HAM DI INDONESIA DENGAN BIDANG KEPERAWATAN
DAN DI KEHIDUPAN SEHARI – HARI ............................................................................ 8
2.4.1 Dalam Bidang Kesehatan .............................................................................................. 8
2.4.2 Dalam Kehidupan Sehari – hari .................................................................................... 9

iii
BAB III .................................................................................................................................... 11
PENUTUP................................................................................................................................ 11
3.1 KESIMPULAN ........................................................................................................ 11
3.2 SARAN ...................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Meningkatnya pelayanan kesehatan, tugas perawat tidak lagi hanya terbatas pada
bentuk asuhan pelayanan pasien berupa perawatan. Namun mulai dengan apa yang sering
disebut program keperawatan mandiri atau INP (Independent Nurse Practitioner). Hanya saja
program ini membawa dampak yang cukup besar di masyarakat karena kemudian terjadi
kerancuan pengertian dan tugas pendelegasian antara dokter dan perawat Perawat sebagai salah
satu tenaga paramedis yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
umum. Tugas utama perawat adalah memberikan pelayanan kesehatan atau memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan keterampilan dan keahlian yang dimilikinya. Perawat dalam
memberikan pelayanan kesehatan terdapat beberapa peran. Pertama, perawat memiliki peran
dalam mengatasi masalah yang dihadapi pasien. Kedua, perawat memiliki tanggung jawab
dalam memberikan penyuluhan kepada pasien/klien. Ketiga, perawat memiliki peran dalam
menjamin dan memantau kualitas asuhan keperawatan. Keempat, perawat memiliki tugas
sebagai peneliti dalam upaya untuk mengembangkan body of knowledge keperawatan Data
dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia mengenai malpraktik keperawatan di Indonesia
pada tahun 2010-2015 ada sekitar 485 kasus.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat menyimpulkan rumusan masalah
sebagai berikut : Bagaimana perkembangan ham di Indonesia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui perkembangan ham di Indonesia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui pengertian ruang lingkup dari Ham di Indonesia.
1.3.2.2 Untuk mengetahui perkembangan Ham di Indonesia.
1.3.2.3 Untuk mengetahui pelanggaran Ham yang pernah terjadi di Indonesia.
1.3.2.4 Untuk mengetahui kaitan dari materi Ham di Indonesia dengan bidang
keperawatan dan di kehidupan sehari - hari

1
2

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Penulis


Bagi penulis, makalah ini dijadikan sebagai referensi, penambah wawasan,
dan juga penambah nilai dalam mata kuliah Kewarganegaraan.

1.4.2 Bagi Instansi


Bagi instansi, makalah ini bosa dijadikan sebagai bahan penambah referensi di
perpustakan, dan bisa dijadikan sebagai penelitian untuk mengembangkan materi ini.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat, makalah ini bisa dijadikan sebagai penambah wawasan
dalam bidang Ham di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN HAK ASASI MANUSIA

Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan
segala kesempurnaanya. Salah satu kesempurnaan yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa
kepada manusia adalah “akal dan pikiran” yang membedakannya dengan makhluk lain. Sejak
diciptakan dan dilahirkan manusia telah dianugerahi hak-hak ,

Hak asasi manusia adalah hak dasar atau hak pokok yang melekat pada diri
manusia sejak manusia diciptakan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak yang
dimiliki setiap orang tentunya tidak dapat dilaksanakan sebebas-bebasnya, karena ia
berhadapan langsung dan harus menghormati hak yang dimiliki orang lain. Hak asasi
manusia terdiri atas dua hak yang paling fundamental, yaitu hak persamaan dan hak
kebebasan.Tanpa adanya kedua hak ini maka akan sangat sulit untuk menegakkan hak asasi
lainnya. Pengakuan terhadap hak asasi manusia pada hakikatnya merupakan penghargaan
terhadap segala potensi dan harga diri manusia menurut kodratnya. Walaupun demikian, kita
tidak boleh lupa bahwa hakikat tersebut tidak hanya mengundang Hak asasi manusia
adalah hak dasar atau hak pokok yang melekat pada diri manusia sejak manusia diciptakan
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak yang dimiliki setiap orang tentunya tidak
dapat dilaksanakan sebebas-bebasnya, karena ia berhadapan langsung dan harus
menghormati hak yang dimiliki orang lain. Hak asasi manusia terdiri atas dua hak yang paling
fundamental, yaitu hak persamaan dan hak kebebasan. Tanpa adanya kedua hak ini
maka akan sangat sulit untuk menegakkan hak asasi lainnya. Pengakuan terhadap hak asasi
manusia pada hakikatnya merupakan penghargaan terhadap segala potensi dan harga diri
manusia menurut kodratnya. Walaupun demikian, kita tidak boleh lupa bahwa hakikat
tersebut tidak hanya mengundang hak untuk menikmati kehidupan secara kodrati. Sebab
dalam hakikat kodrati itupun terkandung kewajiban pada diri manusia tersebut.

2.2 PERKEMBANGAN HAM DI INDONESIA

2.2.1 Periode Tahun 1945 - 1950


Pemikiran HAM pada periode awal kemerdekaan masih menekankan pada hak untuk
merdeka, hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan serta
hak kebebasan untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen. Pemikiran HAM

3
4

telah mendapat legitimasi secara formal karena telah memperoleh pengaturan dan masuk
ke dalam hukum dasar negara (konstitusi), yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.dengan itu prinsip kedaulatan rakyat dan negara berdasarkan
atas hukum dijadikan sebagai sendi bagi penyelenggaraan negara Indonesia merdeka.
Komitmen terhadap HAM
pada periode awal kemerdekaan sebagaimana ditunjukkan dalam
Maklumat Pemerintah tanggal 1 November 1945 yang tertulis dalam buku 30 Tahun
Indonesia Merdeka
Langkah selanjutnya memberikan keleluasaan kepada rakyat untuk mendirikan
partai politik. Sebagaimana tertera dalam Maklumat Pemerintah tanggal 3 November
1945 yang antara lain menyatakan sebagai berikut.
1) Pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik, karena dengan adanya partai-
partai politik itulah dapat dipimpin ke jalan yang teratur segala aliran paham yang ada
dalam masyarakat.
2) Pemerintah berharap partai-partai itu telah tersusun sebelum dilangsungkannya
pemilihan anggota badan perwakilan rakyat pada bulan Januari 1946.
Hal yang sangat penting dalam kaitan dengan HAM adalah adanya perubahan
mendasar dan signifikan terhadap sistem pemerintahan dari presidensial menjadi sistem
parlementer, sebagaimana tertuang dalam Maklumat Pemerintah tanggal 14
November 1945, yang tertulis dalam buku 30 Tahun Indonesia Merdeka. Isi Maklumat
tersebut adalah sebagai berikut. “Pemerintah Republik Indonesia setelah mengalami ujian-
ujian yang ketat dengan selamat, dalam tingkatan pertama dari usahanya menegakkan
diri, merasa bahwa saat sekarang sudah tepat utnuk menjalankan macam-macam
tindakan darurat guna menyempurnakan tata usaha negara kepada susunan demokrasi.
Yang terpenting dalam perubahanperubahan susunan kabinet baru itu ialah tanggung jawab
ada di dalam tangan menteri”.

2.2.3 Periode Tahun 1950 – 1959


Periode 1950-1959 dalam perjalanan negara Indonesia dikenal dengan sebutan
periode demokrasi parlementer. Pemikiran HAM pada periode ini mendapatkan
momentum yang sangat membanggakan, karena suasana kebebasan yang menjadi
semangat demokrasi liberal atau demokrasi parlementer mendapatkan tempat di kalangan
elit politik seperti dikemukakan leh ptof.Bagir Manan dalam buku Perkembangan Pemikiran
dan Pengaturan HAM di Indonesia menyatakan bahwa pemikiran dan aktualisasi HAM
ada periode ini mengalami "pasang”dan menikmati bulan madu
kebebasan.Indikatornya menurut ahli hukum tata negara ini ada 5 (lima) aspek.
1. Pertama, semakin banyak tumbuh partai-partai politik dengan
beragam ideologinya masing-masing.
2. Kedua, Kebebasan pers sebagai salah satu pilar demokrasi betul-
betul menikmati kebebasannya.
3. Ketiga, pemilihan umum sebagai pilar lain dari demokrasi harus berlangsung dalam
suasana kebebasan, fair (adil) dan demokratis.
4. Keempat, parlemen atau dewan perwakilan
5

5. Kelima, wacana dan pemikiran tentang HAM mendapatkan


iklim yang kondusif sejalan dengan tumbuhnya kekuasaan yang memberikan
ruang kebebasan. Dalam perdebatan di Konstituante misalnya, berbagai partai politik
yang berbeda aliran dan ideologi sepakat tentang substansi HAM universal dan
pentingnya HAM masuk dalam UUD serta menjadi bab tersendiri. Bahkan
diusulkan oleh anggota Konstituante keberadaannya mendahului bab-bab UUD.

2.2.4 Periode Tahun 1959 - 1966


Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem demokrasi
terpimpin sebagai reaksi penolakan Soekarno terhadap sistem demokrasi parlementer. Pada
sistem ini (demokrasi terpimpin), kekuasaan terpusat dan berada di tangan
Presiden. Akibat dari sistem demokrasi terpimpin, Presiden melakukan
tindakan inkonstitusional, baik pada tataran suprastruktur politik maupun dalam tantaran
infrastruktur politik.dalam kaitan dengan ham ,telah terjadi pemasungan hak asasi manusia
yaitu hak sipil dan hak plitik seperti hak untuk berserikat,berkumpul dan mengeluarkan
pikiran dengan tulisan.
2.2.5 Periode Tahun 1966 - 1998
Setelah terjadi peralihan pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto, ada
semangat untuk menegakkan HAM. Pada masa awal periode ini telah diadakan
berbagai seminar tentang HAM. Salah satu seminar tentang HAM dilaksanakan pada
tahun 1967 yang merekomendasikan gagasan tentang perlunya pembentukan pengadilan
HAM, pembentukan komisi, dan pengadilan HAM untuk wilayah Asia. Selanjutnya, pada
tahun 1968 diadakan Seminar Nasional Hukum II yang merekomendasikan perlunya hak uji
materiil (judicial review) guna melindungi HAM. Hak uji materi tidak lain diadakan .dalam
pengabdian sepenuhnya sepada Tuhan Yang MAha Esa manusia melakukan hak-hak dan
kewajiban dalam hubungan yang timbal balik,antarmanusia dengan manusia ,antar manusia
dengan bangsa,negara dan tanah air antar bangsa
2.2.6 Periode Tahun 1998 - Sekarang
Pergantian pemerintahan pada tahun 1998 memberikan dampak yang sangat
besar pada pemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia. Pada saat ini dilakukan
pengkajian terhadap beberapa kebijakan pemerintah pada masa orde baru yang
berlawanan dengan pemajuan dan perlindungan HAM. Selanjutnya, dilakukan
penyusunan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pemberlakuan HAM
dalam kehidupan ketatanegaraan dan kemasyarakatan di Indonesia.
Demikian pula pengkajian dan ratifikasi terhadap instrumen HAM internasional
semakin ditingkatkan. Hasil dari pengkajian tersebut menunjukkan banyaknya
norma dan ketentuan hukum nasional khususnya yang terkait dengan penegakan HAM
diadopsi dari hukum dan instrumen internasional dalam bidang HAM.
6

2.3 PELANGGARAN HAM DI INDONESIA


2.3.1 Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :
1. Pembunuhan masal (genosida: setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa)
2. Pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan pengadilan
3. Penyiksaan
4. Penghilangan orang secara paksa
5. Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis.

2.3.2 Kasus pelanggaran HAM yang ringan, meliputi :


1. Pemukulan
2. Penganiayaan
3. Pencemaran nama baik
4. Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya

2.3.3 Kasus pelanggaran HAM yang pernah terjadi di Indonesia, di antaranya sebagai
berikut.
1. Kerusuhan Tanjung Priok, tanggal 12 September 1984. Dalam kasus ini sebanyak 24
orang tewas, 36 orang luka berat dan 19 orang luka ringan.
2. Pelanggaran HAM di daerah konflik yang diberi status Daerah Operasi Militer
(DOM), di Aceh. Peristiwa ini telah menimbulkan bentuk-bentuk pelanggaran HAM
terhadap penduduk sipil yang berupa penyiksaan, penganiayaan, dan pemerkosaan
yang berulang-ulang dan dengan pola yang sama.
3. Sepanjang tahun 80-an, dalam rangka menanggulangi aksi-aksi kriminal yang
semakin meningkat, telah terjadi pembunuhan terhadap “para penjahat” secara
misterius yang terkenal dengan istilah “petrus” (penembakan misterius)
4. Penembakan mahasiswa Universitas Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998. Dalam kasus
ini korban yang meninggal antara lain: Hery Hartanto, Elang Mulya Lesmana,
Hendrawan Sie, Hapidin Royan dan Alan Mulyadi.
5. Tragedi Semanggi I pada tanggal 13 November 1998. Dalam kasus ini lima orang
korban meninggal, yaitu Bernadus Irmawan, Teddy Mahdani Kusuma, Sigit Prsetyo,
Muzamil Joko Purwanto dan Abdullah. Kemudian terjadi lagi tragedi Semanggi II
pada tanggal 24 September 1999 yang memakan lima orang korban meninggal yaitu
Yap Yun Hap, Salim Ternate, Fadli, Denny Yulian dan Zainal.
6. Pembunuhan Munir sebagai Aktivis HAM Indonesia, pada tanggal 7 September
2004. Munir tewas dalam perjalanan udara dari Jakarta ke Amsterdam. Munir
tewas akibat racun arsenic yang kadarnya sangat mematikan.
7. Kasus Bulukumba
Kasus Bulukumba merupakan kasus yang terjadi pada tahun 2003. Dilatar belakangi
oleh PT. London Sumatra (Lonsum) yang melakukan perluasan area perkebunan,
namun upaya ini ditolak oleh warga sekitar. Polisi Tembak Warga di Bulukumba.
7

Anggota Brigade Mobil Kepolisian Resor Bulukumba, Sulawesi Selatan, dilaporkan


menembak seorang warga Desa Bonto Biraeng, Kecamatan Kajang, Bulukumba,
Senin (3 Oktober 2011) sekitar pukul 17.00 Wita. Ansu, warga yang tertembak
tersebut, ditembak di bagian punggung. Warga Kajang sejak lama menuntut PT
London mengembalikan tanah mereka.
8. Pembantaian Massal Komunis (PKI) 1965
Pembantaian ini merupakan peristiwa pembunuhan dan penyiksaan terhadap orang
yang dituduh sebagai anggota komunis di Indonesia yang pada saat itu Partai
Komunis Indonesia (PKI) menjadi salah satu partai komunis terbesar di dunia dengan
anggotanya yang berjumlah jutaan. Pihak militer mulai melakukan operasi dengan
menangkap anggota komunis, menyiksa dan membunuh mereka. Sebagian banyak
orang berpendapat bahwa Soeharto diduga kuat menjadi dalang dibalik pembantaian
1965 ini. Dikabarkan sekitar satu juta setengah anggota komunis meninggal dan
sebagian menghilang. Ini jelas murni terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia.
9. Pembantaian Santa Cruz
Kasus ini masuk dalam catatan kasus pelanggaran HAM di Indonesia, yaitu
pembantaian yang dilakukan oleh militer (anggota TNI) dengan menembak warga
sipil di Pemakaman Santa Cruz, Dili, Timor Timur pada 12 November 1991.
Kebanyakan warga sipil yang sedang menghadiri pemakaman rekannya di
Pemakaman Santa Cruz ditembak oleh anggota militer Indonesia. Puluhan
demonstran yang kebanyakkan mahasiswa dan warga sipil mengalami luka-luka
bahkan ada yang meninggal. Banyak orang menilai bahwa kasus ini murni
pembunuhan yang dilakukan oleh anggota TNI dengan melakukan agresi ke Dili, dan
merupakan aksi untuk menyatakan Timor-Timur ingin keluar dari Indonesia dan
membentuk negara sendiri.
10. Kasus Dukun Santet di Banyuwangi
Peristiwa pembunuhan ini terjadi pada tahun 1998. Pada saat itu di Banyuwangi
sedang marak maraknya terjadi praktek dukun santet di desa desa. Warga sekitar
yang berjumlah banyak mulai melakukan kerusuhan berupa penangkapan serta
pembunuhan terhadap orang yang dituduh sebagai dukun santet. Sejumlah orang
yang dituduh dukun santet pun dibunuh tanpa peradilan, ada yang dibacok,
dipancung bahkan dibakar hidup-hidup. Tentu saja polisi bersama anggota TNI dan
ABRI tidak tinggal diam, mereka menyelamatkan orang yang dituduh dukun santet
yang beruntung masih selamat dari amukan warga.
k. Peristiwa 27 Juli (1996)
Peristiwa ini disebabkan oleh para pendukung Megawati Soekarno Putri yang
menyerbu dan mengambil alih kantor DPP PDI di Jakarta Pusat pada tanggal 27 Juli
1996. Massa mulai melempari dengan batu dan bentrok, ditambah lagi kepolisian dan
anggota ABRI datang berserta Pansernya. Kerusuhan meluas sampai ke jalan-jalan,
massa mulai merusak bangunan dan rambu-rambu lalu-lintas. Dikabarkan lima orang
meninggal dunia, puluhan orang (sipil maupun aparat) mengalami luka-luka dan
sebagian ditahan. Menurut Komnas HAM, dalam peristiwa ini telah terbukti
terjadinya pelanggaran HAM.
8

11. Kasus Penganiayaan Wartawan Udin (1996)


Kasus penganiayaan dan terbunuhnya Wartawan Udin (Fuad Muhammad
Syafruddin)terjadi di yogyakarta 16 Agustus 1996. Sebelum kejadian ini, Udin kerap
menulis artikel kritis tentang kebijakan pemerintah Orde Baru dan militer. Ia menjadi
wartawan di Bernas sejak 1986. Udin adalah seorang wartawan dari harian Bernas
yang diduga diculik, dianiaya oleh orang tak dikenal dan akhirnya ditemukan sudah
tewas.

2.4 KAITAN MATERI HAM DI INDONESIA DENGAN BIDANG KEPERAWATAN


DAN DI KEHIDUPAN SEHARI – HARI

2.4.1 Dalam Bidang Kesehatan


Dalam UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 4 – 8 menyatakan setiap orang
berhak atas, kesehatan, akses atas sumber daya di bidang kesehatan, pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu, dan terjangkau. Juga berhak menentukan sendiri pelayanan kesehatan
yang diperlukan bagi dirinya, lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan,
informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.Juga berhak
atas informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah
maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan Saat ini pemerintah telah menerbitkan
kebijakan terkait pemenuhan hak masyarakat dalam kesehatan yaitu BPJS Kesehatan & BPJS
Ketenagakerjaan.BPJS sebagai bentuk jaminan pembiayaan kesehatan warga negara
Indonesia, tidak boleh lagi ada masyarakat yang tidak memperoleh layanan kesehatan karena
alasana biaya. BPJS telah berlaku efektif tahun 2014. Namun faktanya, masih banyak kasus-
kasus yang mengabaikan hak-hak masyarakat dalam pelayanan kesehatan.
Kasus
Di Sulawesi Selatan misalnya. Pernah terjadi kasus seperti Zahrah (pasien hidrocepalus) yang
ditolak oleh rumah sakit. Ada juga Revan Adiyaksa Andi Amir, balita berumur 1 tahun 3
bulan yang meninggal pada 26 Juni 2013. Bayi perempuan Naila Mustari, berusia 2 bulan
sepuluh hari meninggal dunia setelah gagal mendapat perawatan di Rumah Sakit Lasinrang.
Naila meninggal dunia di ruang tunggu loket jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) saat
mengurus administrasi asuransi kesehatan gratis.
Kasus lainnya menimopa Masra Nurhidaya (7 Tahun), warga dusun Bontopannu, Desa
Mattunrung Tellue, Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai, karena orang tuanya tidak
mampu membayar ambulans mayat Masra terpaksa diangkut menggunakan sepeda motor dari
Puskesmas Lappadata ke kampungnya.
Sungguh Ironi, peristiwa seperti ini masih saja terjadi. Ini adalah fakta yang menunjukkan
bahwa pelayanan kesehatan secara adil belum tercapai maksimal. Negara harus
bertanggungjawab sepenuhnya dalam mewujudkan keadilan tersebut dalam hal ini
pemenuhan, perlindungan, dan penegakan HAM dalam pelayanan kesehatan.
Penyedia fasilitas kesehatan seperti puskesmas, klinik, dan rumah sakit harus ditindak tegas
jikalau melakukan-melakukan pelanggaran. Untuk menjawab tantang tersebut adalah dengan
mensinergiskan setiap kebijakan pemerintah pusat dan daerah.
9

Kolaborasi lintas sektor sangat dibutuhkan, tentu saja dengan melibatkan masyarakat di
dalamnya. Seluruh stakeholder terkait harus menjadikan momentum hari kesehatan nasional
12 November tahun 2015 untuk mengevaluasi capaian-capaiannya dalam upaya mewujudkan
masyarakan sehat. Pada akhirnya kita berharap masyarakat akan memeroleh layanan
kesehatan yang berkeadilan dengan menjunjung tinggi asas-asas hak asasi manusia.
2.4.2 Dalam Kehidupan Sehari – hari
1. .Menahan diri apabila terjadi pertengkaran diantara sesama rekan mahsiswa atau dosen
dan karyawan di kampus. menyelesaikan pertengkaran tersebut dengan baik dan
terhormat, serta tidak main hakim sendiri, jika melakukan main hakim sendiri akan
berakaitan dengan hukum.
2. Melakukan kegiatan kemahasiswaan tidak mengganggu ketenangan dan ketertiban
teman-teman di lingkungan kampus dan warrga yang berada di sekitar lingkungan kam
pus.
3. Mentaati tata tertib lingkungan hidup sehari-hari di lingkungan mahasiswa masing-
masing.
4. Menghindari pertengkaran/adu fisik karena masing-masing merasa dirinya benar.
5. Larangan Ketentuan-ketentuan dalam UU tentang HAM, tidak satupun boleh diartikan
bahwa pemerintah, partai, golongan atau pihak manapun dibenarkan mengurangi,
merusak atau menghapuskan HAM atau kebebasan dasar sebagaimana diatur dalam
UUsiapapun tidak dibenarkan mengambil keuntungan dan atau mendatangkan kerugian
pihak lain dalam mengartikan ketentuan dalam UU HAM yang mengakibatkan
berkurangnya dan atau hapusnya HAM yang dijamin dalam UU.Pada saat ini HAM
telah menjadi issue global, yang tidak mungkin diabaikan dengan dalih apapun
termasuk di Indonesia.

Konsep dan implementasi HAM di setiap negara tidakmungkin sama, meskipun demikian
sesungguhnya sifat dan hakikat HAM itu sama. Dalam hal ini, ada tiga konsep dan model
pelaksanaan HAM di dunia yang dianggap mewakili, masing-masing di negara-negara Barat,
Komunis-Sosialis dan ajaran Islam. Adanya HAM menimbulkan konsekwensi adanya
kewajiban asasi, di mana keduanya berjalan secara paralel dan meru pakan satu kesatuan yang
tak dapat dipisahkan. Pengabaian salah satunya akan menimbulkan pelanggaran HAM itu
sendiri. Khusus tentang implementasi HAM di Indonesia, meskipun ditengarai banyak kasus
pelanggaran HAM berat di Indonesia dan belum kondusifnya mekanisme penyelesaiannya,,
tetapi secara umum baik menyangkut perkembangan dan penegakkann
menampakkan tanda-tanda kemajuan. Hal ini terlihat dengan adanya regulasi hukum HAM
melalui peraturan perundang-undangan serta dibentuknya Pengadilan HAM dalam upaya
menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi.
“Demokrasi tanpa kebebasan sipil”, demikian istilah yang melekat untuk Indonesia d
engan iklim kehidupan sosial politiknya. Apalagi jika kita menyoroti kondisi kehidupan
beragama, kebebasan agaknya merupakan sebuah “barang langka”. Karena melaksanakan
sholat dua bahasa Usman Roy harus mendekam dalam penjara, perlakuan yang sama
jugadialami oleh Lia Aminuddin sebagai pemimpin “komunitas eden” karena dianggap sebagai
nabi palsu.Belum lagi teror fisik dan penyerangan yang dilakukan terhadap Jamaah
Ahmadiyah, serta kasus terakhir yang belakangan ini menimpa Ahmad Mushadieq dengan
ajaran al-qiyadah al-Islamiyahnya. Seluruh catatan-catatan fenomena tersebut menjadi bukti
10

nyata bahwa Indonesiamerupakan negeri yang belum cukup longgar terhadap kebebasan
beragama. Padahal, Indone
sia merupakan negeri pancasila yang mencerminkan “keanekaragaman” dengan semboyan
Bhineka Tunggal Ika-nya. Apa yang salah dengan negeri pancasila?, bukankah kebebasan
beragama telah mendapatkan jaminan konstitusi yang cukup kuat di negeri ini?, lantas mengapa
k ebebasan beragama seolah tidak memiliki tempat di bumi pancasila? Tulisan ini merupakan
sebuah pengembaraan intelektual guna menemukan jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut,
sembari mengurai realitas implementasi Hak Azasi Manusia, tulisan ini akan mengantarkankita
kepada fenomena-fenomena kondisi realitas kebebasan beragama di Indonesia, terjadi setelah
adanya perlawanan terhadap penjajahan bangsa asing, sehingga tidak bisa Perkembangan dan
perjuangan dalam mewujudkan tegaknya HAM di Indonesia terutama dilihat sebagai
pertentangan yang hanya mewakili kepentingan suatu golongan tertentu saja, melainkan
menyangkut kepentingan bangsa Indonesia secara utuh Dewasa ini, meskipun ditengarai
banyak kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia, tetapi secara umum Implementasi HAM
di Indonesia, baik menyangkut perkembangan dan penegakkannya mulai menampakkan tanda-
tanda kemajuan. Hal ini terlihat dengan adanya regulasi hukum HAM melalui peraturan
perundang-undangan. Di samping itu telah dibentuknya Pengadilan HAM dalam upaya
menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

HAM (hak asasi manusia) adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal di
lahirkan yang berrlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun HAM
tidak perlu diberikan, dibeli maupun diwarisi.HAM sudah menjadi bagian dari manusia secara
otomatis sejak lahir. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis
kelamin,ras,agama,suku,pandangan politik,budaya atau asal social dan bangsa. HAM tidak
bisa dilanggar. Tidak seorang pun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang
lain.

3.2 SARAN

Demikianlah makalah ini saya susun, pemakalah menyadari tentunya makalah ini masih
banyak keasalahan dan kekurangan. Untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun.
Selanjutnya diharapkan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

11
DAFTAR PUSTAKA
Djarot, Eros & Haas, Robert. 1998. Hak-Hak Asasi Manusia dan Manusia (Human rightsand The
Media). Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Prof. Dr. H. Zainudin Ali, M.A. 2006. Sosiologi Hukum. Jakrta : Sinar Grafika.

Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma.

Sadjiman, Djunaedi. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Daerah :Tanpa Nama Penerbit.

Sumarsono, dkk. 2006. Pendidikan kewarganegaraan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai