Osteomalasia LP + ASKEP
Osteomalasia LP + ASKEP
Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III
Di Susun Oleh
Kelompok 4 :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini yang berjudul Laporan Pendahuluan dengan Kasus
Osteomalasia.
1. Bapak Dr. H. Yitno, S.Kp., M.Pd., sebagai Ketua STIKes Hutama Abdi
Husada Tulungagung.
2. Ibu Oka Ludianita, S.Kep, Ners, M.Kes. sebagai dosen pengajar pada mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah III, dan sekaligus sebagai dosen
pembimbing tugas kelompok dengan judul Laporan Pendahuluan dengan
Kasus Tumor Tulang.
3. Pihak perpustakaan yang telah menyediakan buku penugasan
Keperawatan Medikal Bedah III.
4. Teman-teman yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah yang penulis buat ini masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang penulis miliki kurang. Oleh karena itu, penulis harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan kritik atau pun masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Besar harapan penulis, mudah-
mudahan makalah ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya, dan
kelompok pada khususnya.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Adanya malnutrisi
Kekurangan vitamin D yang berhubungan dengan asupan
kalsium yang jelek, terutama akibat kemiskinan, makanan kurang
matang dan kurangnya pengetahuan mengenai nutrisi juga
merupakan salah satu faktor. Paling sering terjadi dimana vitamin
D tidak ditambahkan dalam makanan juga kekurangan dalam diet
dan jauh dari sinar matahari.
2
2. Faktor resiko berkaitan dengan penyakit patologis.
Penyakit-penyakit patologik yang dapat memicu terjadinya
osteomalacia meliputi gagal ginjal kronik sehingga proses
ekskresi/pembuangan kalsium akan meningkat. Dengan begitu
proses mineralisasi akan terhambat. Penyakit hati karena organ
hatinya tak mampu memroses vitamin D sehingga fase
mineralisasi tidak terjadi. terapi antikonvulsan berkepanjangan
(fenitoin fenobarbital), dan gastrektomi. Osteomalacia dalam hal
ini terjadi sebagai akibat kegagalan absorpsi kalsium ataupun
kehilangan kalsium yang berlebihan dari tubuh.
3
tidak dapat dimasukkan ke tempat kalsifikasi tulang, sehingga
mengakibatkan kegagalan mineralisasi, terjadi perlunakan dan perlemahan
kerangka tubuh.
4
2.4 Pathway
5
2.5 Manifestasi Klinis Osteomalacia
Secara umum terdapat sepuluh tanda klinis utama dari osteomalsia yaitu
sebagai berikut:
1. Lemahnya tulang.
2. Nyeri tulang.
3. Nyeri tulang pelvis.
4. Nyeri tulang panjang.
5. Nyeri tulang belakang.
6. Kelemahan otot.
7. Hipokalsemia.
8. Tulang vertebra mengalami tekanan.
9. Pendataran pelvis.
10. Fraktur, baik secara jumlah dan mudahnya patah tulang
6
10. Kelemahan dan ketidakseimbangan meningkatkan risiko jatuh dan
fraktur.
7
vitamin D dalam tubuh cobalah sering berjemur di bawah sinar
matahari pagi antara pukul 7 - 9 pagi dan sore pada pukul 16 - 17.
8
BAB III
3.1 Pengkajian
Riwayat kesehatan meliputi infomasi tentang aktivitas hidup sehari-
hari,pola ambulasi, alat bantu yang digunakan (misalnya kursi roda,tongkat,
walker), dan nyeri (jika ada nyei tetapkan lokasi,derajat nyeri,lama, faktor
yang memperberat dan fakto pencetus) kram atau kelemahan.
a. Anamnesis
9
6. Aktivitas kegiatan sehari-hari : identifikasi pkerjaan pasien dan
aktivitas sehari-hari. Kebiasaan membawah benda-benda berat
yang dapat menimbulkan regangan otot dan trauma lainya.
Kurangnya melakukan aktivitas mengakibatkan tonus otot
menurun. Fraktur atau trauma dapt timbul pada olahraga sepak bola
dan hoki, sedangkan nyeri sendi tengan dapat timbul akibat
olahraga tenis. Pemakaian hak sepatu yang terlalu tinggi dapat
menimbulkan kontraksi pada tendon achiles dan dapat terjadi
dislokasi. Perlu di kaji pula aktivitas hidup sehari-hari, saat
ambulasi apakah ada nyeri pada sendi, apakah menggunakan alat
bantu (kursi roda,tongkat ataupun walker).
7. Riwayat ksehatan masa lalu : data ini meliputi kondisi kesehatan
individu.
10
badan bertumpu pada sendi tersebut. Degenerasi pada lutut
menimbulkan nyeri selama dan setelah berjalan. Nyeri pada
osteoartritis makin meningkat pada suhu dingin. Tanyakan
kapan nyeri makin meningkat pada pagi atau malam hari.
Inflamasi pada bursa dan tendon makin meningkat pada
malam hari. Tanyakan apakah nyeri hilang saat istirahat.
Apakah nyeri bisa diatasi dengan obat tersebut.
b) Kekuatan sendi : tanyakan sendi mana yang mengalami
kekakuan, lamanya kekakuan tersebut dan apakah selalu
terjadi kekakuan. Beberapa kondisi seperti spondilitis
ankilosis terjadi remisi kekakuan beberapa kali sehari. Pada
penyakit degenerasi sendi sering terjadi kekakuan yang
meningkat pada pagi setelah bangun tidur (inaktivitas).
Bagaimana dengan perubahan suhu dan aktivitas. Suhu
dingin dan kurang aktivitas biasanya meningkatkan kekakuan
sendi. Suhu panas biasanya menurunkan spasmen otot.
c) Bengkak : tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan,
apakah juga disertai dengan nyeri, karena bengkak dan nyeri
sering menyertai cedera pada otot. Penyakit degenerasi sendi
sering kali tidak timbul bengkak pada awal serangan, tetepi
muncul setelah beberapa minggu terjadi nyeri. Dengan
istirahat dan meninggikan bagian tubuh,ada yang dipasang
gips. Identifikasi apakah ada padas atau kemerahan karen
tanda tersebut menunjukan adanya inflamasi,infeksi atau
cedera.
d) Derformitas dan imobilitas : tanyakan kapan terjadinya,
apakah tiba-tiba atau bertahap, apakah menimbulkan
keterbatasan gerak. Apakah semakin memburuk dengan
aktivitas, apakah dengan posisi tertentu makin memburuk.
Apakah klien menggunakan alat bantu (kruk,tongkat dll).
e) Perubahan sensori : tanyakan apakah ada penurunan rasa
pada bagian tubuh tertentu. Apakah menurutnya rasa atau
11
sensasi tersebut berkaitan dengan nyeri. Penekanan pada
syaraf dan pembuluh darah akibat bengkak,tumor atau fraktur
dapat menyebabkan menurunnya sensasi.
b. Pemeriksaan fisik
12
c) Lordosis (membbek, kurvantura tulang bagian pinggang yang
berlebihan lordosis biasa di temukan pada wanita hamil
Pada saat inspeksi tulang belakang sebaiknya baju pasien
dilepaskan untuk melihat seluruh punggung,bkng dan tungkai.
Pemeriksaan kurvantura tulang belakang dan kesimetrisan batang
tubuh dilakukan dari pandangan anterior,posterior,dan lateral.
Dengan berdiri dibelakang pasien,perhatikan setiab perbedaan
tinggi bahu dan krista iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris.
Kesimetrisan bahu,pinggul dan kelurusan tulang belakang diperiksa
pada posisi pasien berdiri tegak dan membungkuk ke depan.
13
3. Osteoatritis,benjolan keras dan tidak nyeri merupakan
pertumbuhantulang akibat destruksi permukaan kartilago pada
tulang kapsul sendi, biasanya ditemukan pada lansia.
14
Dapat melakukan gerakan sendi (ROM) secara
3 (fair) penuh dengan melawan gravitasi, tetapi tidak
dapat melawan tahanan
Dapat melakukan ROM secara penuh dan dapat
4 (good)
melawan tahanan tingkat sedang
Dapat melakukan gerakan sendi (ROM) secara
5 (normal)
penuh dan dapat melawan gravitasi dan tahanan
15
3.3 Intervensi Keperawatan
16
(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik, imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Fasilitas istirahat dan tidur
17
2 Resiko cedera berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan Tindakan :
dengan kehilangan integritas tindakan keperawatan 2x24jam, Observasi :
tulang tidak terjadi resiko cedera Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis. kondisi fisik, fungsi
kognitif dan riwayat perilaku)
Faktor Resiko : Kriteria Hasil : Monitor perubahan status keselamatan lingkungan
Terpapar pathogen Tidak ada kejadian cedera Terapeutik :
Terpapar zat kimia toksik Tidak ada luka/lecet Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan (mis. fisik, biologi,
Terpapar agen nosocomial Tidak adanya fraktur dan kimia), jika memungkinkan
Ketidakamanan transportasi Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
Sediakan alat bantu keamanan lingkungan (mis. commode chair
dan pegangan tangan)
Gunakan perangkat pelindung (mis. pengekangan fisik, rel
samping, pintu terkunci, pagar)
Hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas (mis.
puskesmas, polisi, damkar)
Fasilitas relokasi ke lingkungan yang aman
Lakukan program skrining bahaya lingkungan (mis. timbal)
Edukasi :
18
Ajarkan individu, keluarga, kelompok resiko tinggi bahaya
lingkungan
19
Anjurkan melakukan mobilisasi dini
Ajarkan mobilisasi sederhan yang harus dilakukan (mis : duduk
di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat
tidur ke kursi)
20
perilaku
Lakukan pengekangan fisik sesuai indikasi
Hindari bersikap menyudutkan dan menghentikan pembicaraan
Hindari sikap mengancam dan berdebat
Hindari berdebat atau menawar batas perilaku yang telah
ditetapkan
Edukasi :
Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar
pembentukan kognitif
21
3.4 Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan dilaksanakan berdasarkan intervensi yang telah
direncanakan sesuai kondisi pasien saat itu
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Osteomalaisea adalah penyakit yang ditandai oleh gagalnya
pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Penyebab utana
adalah tidak cukupnya mineralisasi tulang terutama kekurangan vitamin D.
tanda dan gejala dari osteomalaisea antara lain lemahnya tulang, nyeri
tulang, nyeri tulang pelvis, nyeri tulang panjang, nyeri tulang belakang.
4.2 Saran
Adapun saran kami kepada pembaca agar pembaca dapat
mengetahui dan memahami tentang “Asuhan Keperawatan
Ostiomalaisea”. Selain dari pada itu, kami memohon maaf apabila terdapat
kesalahan karena kami masih dalam proses belajar. Kami berharap dengan
adanya makalah ini, dapat menjadi wacana yang membuka pola pikir
pembaca.
23
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.
Edisi 4. Jakarta : EGC, 1998
Robbins, Kumar. Buku Ajar Patofisiologi II. Edisi 4. Jakarta: EGC, 1995
Smeltzer & Brenda G. bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi
8. Jakarta : EGC, 2002
24