Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

LAPORAAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


DENGAN KASUS OSTEOMALASIA

Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III

Dosen Pembimbing : Oka Ludianita, S. Kep., Ners., M. Kes.

Di Susun Oleh

Kelompok 4 :

1. Addin Fitria Himmatul A’la (A2R17001)


2. Anang Prasetyo Efendi (A2R17003)
3. Irma Soviya Afriliana (A2R17010)
4. Mellynia Nurfadillah B.U (A2R17016)
5. Moh. Ari Zawawi (A2R17017)
6. Rizky Gusti Saleh (A2R17029)
7. Rofiul Maunah (A2R17030)
8. Ronaldo Firda Kusuma (A2R17032)
9. Siti Zuliza (A2R17034)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN TINGKAT III-A

STIKES HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini yang berjudul Laporan Pendahuluan dengan Kasus
Osteomalasia.

Makalah ini diajukan sebagai persyaratan mengikuti bimbingan pada mata


kuliah Keperawatan Medikal Bedah III. Pembuatan makalah ini tidak terlepas
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. H. Yitno, S.Kp., M.Pd., sebagai Ketua STIKes Hutama Abdi
Husada Tulungagung.
2. Ibu Oka Ludianita, S.Kep, Ners, M.Kes. sebagai dosen pengajar pada mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah III, dan sekaligus sebagai dosen
pembimbing tugas kelompok dengan judul Laporan Pendahuluan dengan
Kasus Tumor Tulang.
3. Pihak perpustakaan yang telah menyediakan buku penugasan
Keperawatan Medikal Bedah III.
4. Teman-teman yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah yang penulis buat ini masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang penulis miliki kurang. Oleh karena itu, penulis harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan kritik atau pun masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Besar harapan penulis, mudah-
mudahan makalah ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya, dan
kelompok pada khususnya.

Tulungagung, 12 Desember 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 1
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN ............................................................... 2
2.1 Definisi Osteomalacia .............................................................................. 2
2.2 Etiologi Osteomalacia .............................................................................. 2
2.3 Patofisiologi Osteomalacia ....................................................................... 3
2.4 Pathway .................................................................................................... 5
2.5 Manifestasi Klinis Osteomalacia .............................................................. 6
2.6 Pemeriksaan Penunjang Osteomalacia ..................................................... 7
2.7 Penatalaksanaan Osteomalacia ................................................................. 7
2.8 Komplikasi Osteomalacia......................................................................... 8
2.9 Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS OSTEOMALACIA ... 9
3.1 Pengkajian ................................................................................................ 9
3.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 15
3.3 Intervensi Keperawatan .......................................................................... 16
3.4 Implementasi Keperawatan .................................................................... 22
3.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................ 22
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 23
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 23
4.2 Saran ....................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagaimana diketahui salah satu mineral utama penyusun tulang
adalah kalsium. Kurangnya konsumsi kalsium akan mengakibatkan
berkurangnya kalsium yang terdapat pada tulang, sehingga lama kelamaan
akan terjadi perubahan pada mikroarsektur tulang dan tulang menjadi lunak.
Akibatnya tulang menjadi kehilangan kepadatan dan kekuatannya, sehingga
mudah retak dan patah. Osteomalaisea ialah perubahan patologik berupa
hilangnya mineralisasi tulang yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium
fosfat sampai tingkat dibawah kadar yang diperlukan untuk mineralisasi
matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio antara mineral tulang
dengan matriks tulang berkurang. Pada orang dewasa kondisi ini adalah
kronis dan deformitas skeletal tidak separah yang terjadi pada anak-anak
karena pertumbuhan skeletal telah terhenti. Pada pasien ini, sejumlah
osteoid atau remodeling tulang baru tidak mengalami klasifikasi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini bagaimana konsep dari osteomalaisea dan asuhan keperawatan
pada osteomalaisea

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa itu osteomalaisea
2. Untuk mengetahui penyebab dari osteomalaisea
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis osteomalaisea
4. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit osteomalaisea

1
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Definisi Osteomalacia


Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristik
oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang
anak-anak yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia
berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah
dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan
tulang sudah lengkap (komplit). (Smeltzer. 2001: 2339)
Osteomalasia adalah manifestasi defisiensi vitamin D. Perubahan
mendasar pada penyakti ini adalah gangguan mineralisasi tulang, disertai
meningkatnya osteoid yang tidak mengalami mineralisasi. (Robins, 2007)
Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh
gagalnya pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah
lain dari osteomalasia adalah ”soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini
mirip dengan rakitis, hanya saja pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan
pada lempeng epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena pada
orang dewasa sudah tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.

2.2 Etiologi Osteomalacia


Umumnya penyebab utama adalah tidak cukupnya mineralisasi tulang
terutama kekurangan vitamin D. Ada berbagai kasus osteomalacia yang
terjadi akibat gangguan umum metabolisme mineral, antara lain :

1. Adanya malnutrisi
Kekurangan vitamin D yang berhubungan dengan asupan
kalsium yang jelek, terutama akibat kemiskinan, makanan kurang
matang dan kurangnya pengetahuan mengenai nutrisi juga
merupakan salah satu faktor. Paling sering terjadi dimana vitamin
D tidak ditambahkan dalam makanan juga kekurangan dalam diet
dan jauh dari sinar matahari.

2
2. Faktor resiko berkaitan dengan penyakit patologis.
Penyakit-penyakit patologik yang dapat memicu terjadinya
osteomalacia meliputi gagal ginjal kronik sehingga proses
ekskresi/pembuangan kalsium akan meningkat. Dengan begitu
proses mineralisasi akan terhambat. Penyakit hati karena organ
hatinya tak mampu memroses vitamin D sehingga fase
mineralisasi tidak terjadi. terapi antikonvulsan berkepanjangan
(fenitoin fenobarbital), dan gastrektomi. Osteomalacia dalam hal
ini terjadi sebagai akibat kegagalan absorpsi kalsium ataupun
kehilangan kalsium yang berlebihan dari tubuh.

2.3 Patofisiologi Osteomalacia


Ada berbagai macam penyebab dari Osteomalasia yang umumnya
menyebabkan gangguan metabolisme mineral. Faktor yang berbahaya
untuk osteomalasia adalah kesalahan diet, malabsobrsi, gastrectomi, GGK,
terapi anticonvilsan jangka lama (phenyton, phenorbar bital) dan insufisiensi
vitamin D (diet sinar matahari). Tipe malnutrisi (defisiensi vitamin D sering
di golongkan dalam hal kekurangan kalsium) terutama terjadi gangguan
fungsi tetapi faktor dan kurangnya pengetahuan tentang nutrisi juga dapat
menjadi faktor pencetus hal itu terjadi dengan frekuensi tersering dimana
kandungan vitamin D dalam makanan kurang dan adanya kesalahan diet
serta kekurangan sinar matahari.
Defisiensi vitamin D menyebabkan penurunan kalsium serum, yang
merangsang pelepasan hormon paratiroid. Peningkatan hormon paratiroid
meningkatkan penguraian tulang dan ekskresi fosfat oleh ginjal. Tanpa
mineralisasi tulang yang adekuat, maka tulang menjadi tipis. Terjadi
penimbunan osteoid yang tidak terkristalisasi dalam jumlah abnormal yang
membungkus saluran-saluran tulang bagian dalam, hal ini menimbulkan
deformitas tulang. Diperkirakan defek primernya adalah kekurangan vitamin
D aktif yang memacu absorbsi kalsium dari traktus gastrointestinal dan
memfasilitasi mineralisasi tulang. Pasokan kalsium dan fosfat dalam cairan
ekstrasel rendah. Tanpa vitamin D yang mencukupi, kalsium dan fosfat

3
tidak dapat dimasukkan ke tempat kalsifikasi tulang, sehingga
mengakibatkan kegagalan mineralisasi, terjadi perlunakan dan perlemahan
kerangka tubuh.

4
2.4 Pathway

5
2.5 Manifestasi Klinis Osteomalacia
Secara umum terdapat sepuluh tanda klinis utama dari osteomalsia yaitu
sebagai berikut:
1. Lemahnya tulang.
2. Nyeri tulang.
3. Nyeri tulang pelvis.
4. Nyeri tulang panjang.
5. Nyeri tulang belakang.
6. Kelemahan otot.
7. Hipokalsemia.
8. Tulang vertebra mengalami tekanan.
9. Pendataran pelvis.
10. Fraktur, baik secara jumlah dan mudahnya patah tulang

Umumnya gejala yang memperberat dari osteomalasia adalah :


1. Nyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi
kalsium, biasanya terdapat kelemahan otot, pasien kemudian
nampak terhuyung-huyung atau cara berjalan loyo/lemah. Nyeri
tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada daerah pinggang
dan paha.
2. Kemajuan penyakit, kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan
kerapuhan tulang), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang
tubuh pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis).
3. Penurunan berat badan.
4. Nyeri tulang dan nyeri tekan tulang.
5. Kelemahan otot.
6. Cara berjalan seperti bebek atau pincang.
7. Pada penyakit yang lebih lanjut, tungkai melengkung (karena berat
tubuh dan tarikan otot).
8. Vertebra yang melunak mengalami kompresi, sehingga mengalami
pemendekan tinggi badan dan merusak bentuk toraks (kifosis).
9. Sakrum terdorong ke bawah dan depan, pelvis tertekan ke lateral.

6
10. Kelemahan dan ketidakseimbangan meningkatkan risiko jatuh dan
fraktur.

2.6 Pemeriksaan Penunjang Osteomalacia


1. Pemeriksaan Diagnostik
Foto Rontgen, pada sinar-x jelas terlihat demineralisasi tulang secara
umum. Pemeriksaan vertebra memperlihatkan adanya patah tulang
kompresi tanpa batas vertebra yang jelas. Pada radiogram,
osteomalasia tampak sebagai pengurangan densitas tulang, terutama
pada tangan, tengkorak, tulang iga dan tulang belakang.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil lab memperlihatkan kadar kalsium serum dan fosfor yang
rendah dan peningkatan moderat kadar alkali fosfatase. Ekskresi
kreatinin dan kalsium urine rendah serta biopsi tulang yang
menunjukkan peningkatan jumlah osteoid.

2.7 Penatalaksanaan Osteomalacia


1. Penatalaksanaan Medik
a. Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan
vitamin D 200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang
kemudian dilanjutkan dengan 1.600 IU setiap hari atau 200.000 IU
setiap 4-6 bulan.
b. Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati
dengan mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D.
2. Penatalaksanan non medik
a. Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah
memperbanyak konsumsi unsur kalsium. Agar sel osteoblas
(pembentuk tulang) bisa bekerja lebih keras lagi. Selain
mengkonsumsi sayur-sayuran, buah, tahu, tempe, ikan teri, daging,
yogurt. Konsumsi suplemen kalsium sangatlah disarankan.
b. Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk
memperbanyak konsumsi makanan seperti ikan salmon, kuning
telur, minyak ikan, dan susu. Untuk membantu pembentukan

7
vitamin D dalam tubuh cobalah sering berjemur di bawah sinar
matahari pagi antara pukul 7 - 9 pagi dan sore pada pukul 16 - 17.

2.8 Komplikasi Osteomalacia


Pada anak-anak jika penyakit ini tidak segera diobati maka
pertumbuhannya akan terhalang, anak jadi lambat untuk duduk, merangkak
dan berjalan. Berat tubuhnya mungkin akan membengkokan lutut, tulang
serta persendian lainya sehingga menyebabkan kaki O (genu varum), dada
busung (pigeon chest) dan lutut bengkok ke dalam (genu valgum). Pada
orang dewasa kelemahan tulang menimbulkan resiko fraktur. Os vertebrata
yang melunak akan tertekan menjadi pendek sehingga orang itu akan
berkurang tingginya atau cebol. Trunkus yang memendek, sehingga
mengubah bentuk toraks disebut kifosis dimana terlihat bungkuk dan
skoliosis.

2.9 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri b/d Kompresi vertebrata
2. Gangguan Mobilisasi Fisik b/d Resiko Fratur meningkat
3. Resiko Cidera d/d Cara Berjalan Pincang
4. Harga Diri Rendah d/d Pemendekan Tinggi badan

8
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS OSTEOMALACIA

3.1 Pengkajian
Riwayat kesehatan meliputi infomasi tentang aktivitas hidup sehari-
hari,pola ambulasi, alat bantu yang digunakan (misalnya kursi roda,tongkat,
walker), dan nyeri (jika ada nyei tetapkan lokasi,derajat nyeri,lama, faktor
yang memperberat dan fakto pencetus) kram atau kelemahan.

Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis,teliti dan terarah. Data


yang dikumpulkan meliputi data subjektif dan objektif dengan cara
melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diasnotik.

a. Anamnesis

1. Data demografi : data ini meliputi nama,usia, jenis kelamin, tempat


tinggal orang yang dekat dengan klien.
2. Riwayat perkembangan : data ini untuk mengetahui tingkat
perkembangan pada neonatus,bayi,prasekolah,remaja,dewasa,tua.
3. Riwayat sosial : data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan.
Sseorang yang terpapar terus-menerus dengan agens tertentu dalam
pekerjaan status kesehatan dapat dipengaruhi.
4. Riwayat penyakit keturunan : riwayat penyakit keluarga perlu
diketahui untuk menentukan hubungan genetik yang perlu
diidentifikasi misalnya (penyakit diabetes melitus yang merupakan
predisposisi penyakit sendi
degeneratif,TBC,artritis,riketsia,osteomielitis dll).
5. Riwayat diet : identifikasi adanya kelebihan berat badan karena
kondisi ini dapat mengakibatkan stes pada sendi penyangga tubuh
dan predisposisi terjadi instabilitas ligamen,khsu pada punggung
bagian bawah, kurangnya asupan kalsium dapat menimbulkan
fraktur karena adanya delkasifikasi. Bagaimana menu makanan
sehari-hari dan konsumsi vitamin A,D, kalsium, serta protein yang
merupakan zat untuk menjaga kondisi muskuloskeletal.

9
6. Aktivitas kegiatan sehari-hari : identifikasi pkerjaan pasien dan
aktivitas sehari-hari. Kebiasaan membawah benda-benda berat
yang dapat menimbulkan regangan otot dan trauma lainya.
Kurangnya melakukan aktivitas mengakibatkan tonus otot
menurun. Fraktur atau trauma dapt timbul pada olahraga sepak bola
dan hoki, sedangkan nyeri sendi tengan dapat timbul akibat
olahraga tenis. Pemakaian hak sepatu yang terlalu tinggi dapat
menimbulkan kontraksi pada tendon achiles dan dapat terjadi
dislokasi. Perlu di kaji pula aktivitas hidup sehari-hari, saat
ambulasi apakah ada nyeri pada sendi, apakah menggunakan alat
bantu (kursi roda,tongkat ataupun walker).
7. Riwayat ksehatan masa lalu : data ini meliputi kondisi kesehatan
individu.

a. Data tentang adanya efek langsung atau tidak langsung


terhadap muskulokeletal, misalnya riwayat trauma atau
kerusakan tulang rawan, riwaya artritis osteomielitis.

8. Riwayat kesehatan sekarang : sejak kapan timbul keluhan, apakah


ada riwayat trauma. Hal-hal yang menimbulkan gejala. Timbulnya
gejala mendadak atau berlahan. Timbulnya untuk pertamakalinya
atau berulang. Perlu ditanyakan pula tentang ada tidak gangguan
pada sistem lainnya kaji klien untuk mengungkapkan alasan klien
emeriksa diri atau mengunjungi fasilitas kesehatan, keluhan utama
pasien dan ganngguan muskuloskeletal meliputi :
a) Nyeri : identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan
dengan pembuluh darah,sendi,fasia atau periosteum. Nyeri
berdenyut biasanya berkaitan dengan tulang dan sakit
berkaitan dengan otot, sedangkan nyeri yang menusuk
berkaitan dengan fraktur atau infeksi tulang. Identifikasi
apakah nyeri timbul setelah diberi aktivitas atau gerakan.
Nyeri saat bergerak merupakan satu tanda masalah
persendian. Degenerasi panggul menimbulkan nyeri selama

10
badan bertumpu pada sendi tersebut. Degenerasi pada lutut
menimbulkan nyeri selama dan setelah berjalan. Nyeri pada
osteoartritis makin meningkat pada suhu dingin. Tanyakan
kapan nyeri makin meningkat pada pagi atau malam hari.
Inflamasi pada bursa dan tendon makin meningkat pada
malam hari. Tanyakan apakah nyeri hilang saat istirahat.
Apakah nyeri bisa diatasi dengan obat tersebut.
b) Kekuatan sendi : tanyakan sendi mana yang mengalami
kekakuan, lamanya kekakuan tersebut dan apakah selalu
terjadi kekakuan. Beberapa kondisi seperti spondilitis
ankilosis terjadi remisi kekakuan beberapa kali sehari. Pada
penyakit degenerasi sendi sering terjadi kekakuan yang
meningkat pada pagi setelah bangun tidur (inaktivitas).
Bagaimana dengan perubahan suhu dan aktivitas. Suhu
dingin dan kurang aktivitas biasanya meningkatkan kekakuan
sendi. Suhu panas biasanya menurunkan spasmen otot.
c) Bengkak : tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan,
apakah juga disertai dengan nyeri, karena bengkak dan nyeri
sering menyertai cedera pada otot. Penyakit degenerasi sendi
sering kali tidak timbul bengkak pada awal serangan, tetepi
muncul setelah beberapa minggu terjadi nyeri. Dengan
istirahat dan meninggikan bagian tubuh,ada yang dipasang
gips. Identifikasi apakah ada padas atau kemerahan karen
tanda tersebut menunjukan adanya inflamasi,infeksi atau
cedera.
d) Derformitas dan imobilitas : tanyakan kapan terjadinya,
apakah tiba-tiba atau bertahap, apakah menimbulkan
keterbatasan gerak. Apakah semakin memburuk dengan
aktivitas, apakah dengan posisi tertentu makin memburuk.
Apakah klien menggunakan alat bantu (kruk,tongkat dll).
e) Perubahan sensori : tanyakan apakah ada penurunan rasa
pada bagian tubuh tertentu. Apakah menurutnya rasa atau

11
sensasi tersebut berkaitan dengan nyeri. Penekanan pada
syaraf dan pembuluh darah akibat bengkak,tumor atau fraktur
dapat menyebabkan menurunnya sensasi.

b. Pemeriksaan fisik

1. Pengkajian skeletal tubuh

Hal-hal yang perlu dikaji pada skelet tubuh,yaitu :

a) Adanya derformitas dan ketidak sejajaran yang dapat


disebabkan oleh penyakit sendi
b) Pertumbuhan tulang abnormal. Hal ini dapat disebabkan oleh
adanya tumor tulang
c) Pendekatan eksteremitas, aputasi dan bagian tubuh yang tidak
sejajar dengan anatomis
d) Angulasi abnormal pada tulang panjang. Gerakan pada titik
buka sendi teraba krepitus pada titik gerakan abnormal.
Manunjukan adanya patah tulang
2. Pengkajian tulang belakang

Deformitas tulang belakang yang sering terjadi perlu diperhatikan


yaitu :

a) Skoliosis (deviasi kurvantura lateral tulang belakang)


1) Bahu tidak sama tinggi
2) Garis pinggang yang tidak simetris
3) Skapula yang menonjol
Skoliosis tidak diketahui penyebabnya (idiopatik),kelainan
kongenital, atau akibat kerusakan otat para-spinal,seperti
poliomielitis
b) Kifosis (kenaikan kurvantura tulang belakang bagian dada).
Sering terjadi pada lansia dengan osteoporosis atau penyakit
neuromuskular.

12
c) Lordosis (membbek, kurvantura tulang bagian pinggang yang
berlebihan lordosis biasa di temukan pada wanita hamil
Pada saat inspeksi tulang belakang sebaiknya baju pasien
dilepaskan untuk melihat seluruh punggung,bkng dan tungkai.
Pemeriksaan kurvantura tulang belakang dan kesimetrisan batang
tubuh dilakukan dari pandangan anterior,posterior,dan lateral.
Dengan berdiri dibelakang pasien,perhatikan setiab perbedaan
tinggi bahu dan krista iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris.
Kesimetrisan bahu,pinggul dan kelurusan tulang belakang diperiksa
pada posisi pasien berdiri tegak dan membungkuk ke depan.

c. Pengkajian sistem persendian

Pengkajian sistem persendian dengan pemeriksaan luas gerak


sendi baik aktif maupun pasif,deformitas ,stabilitas dan adanya
benjolan. Pemeriksaan sendi menggunakan alat goniometer. Yaitu
busur derajat yang yang dirancang khusus untuk evakuasi gerak sendi.

1. Jika sendi diekstensikan maksimal namun masih ada sisa fleksi,


luas grakan ini dianggap terbatas. Keterbatasan ini dapat
disebabkan oleh deformitas skeletal, patologi sendi, kontraktur
otot dan tendon sekitar.
2. Jika gerakan sendi mengalami gangguan atau nyeri, harus dipaksa
adanya kelebihan cairan dalam kapsulnya (efusi) pembengkakan
dan inflamasi. Tempat yang sering terjadi efusi adalah pada lutut.
Palpasi sendi sambil sendi digerakkan secara pasif akan memberi
informasi mengenai inegritas sendi. Suara “gemeletuk” dapat
menunjukan adanya ligamen yang tergelncir di antara tonjolan tulang.
Adanya krepitus karena permukaan sendi yang tidak rata di temukan
pada pasien artritis. Jaringan sekitar sendi terdapat benjolan yang khas
di temukan pada pasien :

1. Artritis reumatoid,benjolan lunak di dalam dan sepanjang tendon

2. Gout, benjolan keras di dalam dan di sebelah sendi

13
3. Osteoatritis,benjolan keras dan tidak nyeri merupakan
pertumbuhantulang akibat destruksi permukaan kartilago pada
tulang kapsul sendi, biasanya ditemukan pada lansia.

Kadang-kadang ukuran sendi menonjol akibat artrofi otot di


proksimal dan distal sendi sering terlihat pada artritis reumatoid sendi
lutut.

d. Pengkajian sistem otot

Pengkajian sistem otot meliputi kemampuan mengubah pasisi,


kekuatan dan koordianasi otot,serta ukuran masing-masing otot.
Kelemahan sekelompok otot menunjukkan berbagai kondisi seperti
polineuropati,gangguan elektrolit,miastenia grafis,poliomielitis dan
distrofi otot.

Palpasi otot dilakukan ketika ekstremitasi rileks dan di gerakkan


secara pasif. Perawat akan merasakan tonus otot. Kekuatan otot dapat
dapat diukur dengan minta pasien menggerakkan ekstremitasdengan
atau tanpa tahanan. Musalnya, otot bisep yang diuji dengan meminta
klien mluruskan dengan sepenuhnya kemudian fleksikan lengan
melawan tahanan yang diberikan oleh perawat. Tonis otot (konteksi
ritmk otot)dapat dibangkitkan pada pergelangan kaki dengan dorso-
fleksi kaki mendadak dan kuat,dan tangan dengan ekstensi pergelangan
tangan.

Gradasi Ukuran Kekuatan Otot

0 (zero) Tidak ada kontraksi saat palpasi


Terasas adanya kontraksi otot, tetapi tidak ada
1 (trace)
gerakan
Dengan bantuan atau menyangga sendi dapat
2 (poor) melakukan gerakan sendi (range of motion,
ROM) secara penuh

14
Dapat melakukan gerakan sendi (ROM) secara
3 (fair) penuh dengan melawan gravitasi, tetapi tidak
dapat melawan tahanan
Dapat melakukan ROM secara penuh dan dapat
4 (good)
melawan tahanan tingkat sedang
Dapat melakukan gerakan sendi (ROM) secara
5 (normal)
penuh dan dapat melawan gravitasi dan tahanan

Lingkaran ekstremitas harus diukur untuk membantu pertambhan


ukuran akibat edema atau perdarahan, penurunan akibat atrofi dan
dibandingkan ekstremitas yang sehat. Pengukuran otot dilakukan di
lingkaran terbesar ektremitas pada lokasi yang sama, pada posisi yang
sama dan otot dalam keadaan istirahat.

e. Pengkajian Cara Berjalan

Pada pengkajian ini, pasien diminta berjalan. Perhatikan hal berikut :

1. Kehalusan dan irama berjalan, gerakan teratur atau tidak


2. Pincang dapat disebabkan oleh nyeri atau salah satu ekstrimitas
pendek
3. Keterbatassan gerak sendi dapat memengaruhi cara berjalan
Abnormalitas neourologis yang berhubungan dengan cara
berjalan. Misalnya, pasien hemiparesis – stroke menunjukkan cara
berjalan spesifik, pasien dengan penyakit parkinson nmenunjukkan cara
berjalan bergetar.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri b/d Kompresi vertebrata
2. Gangguan Mobilisasi Fisik b/d Resiko Fratur meningkat
3. Resiko Cidera d/d Cara Berjalan Pincang
4. Harga Diri Rendah d/d Pemendekan Tinggi badan

15
3.3 Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI KEPERAWATAN


HASIL
1 Nyeri berhubungan dengan Tujuan : Setelah dilakukan Tindakan :
kompresi saraf spinal tindakan keperawatan 2x24jam, Observasi :
nyeri menurun  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
Batasan Karakteristik : intensitas nyeri
 Mengeluh nyeri Kriteria Hasil :  Identifikasi skala nyeri
 Tampak meringis  Keluhan nyeri menurun  Identifikasi respon nyeri non verbal
 Bersikap protektif (mis.  Tidak ada raut wajah  Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
waspada, posisi menghindari meringis  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
nyeri)  Tidak ada sikap protektif  Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Gelisah  Tidak ada kesulitan tidur  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Frekuensi nadi meningkat  Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
 Sulit tidur diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik :
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

16
(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik, imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitas istirahat dan tidur

 Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi


meredakan nyeri
Edukasi :
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

17
2 Resiko cedera berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan Tindakan :
dengan kehilangan integritas tindakan keperawatan 2x24jam, Observasi :
tulang tidak terjadi resiko cedera  Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis. kondisi fisik, fungsi
kognitif dan riwayat perilaku)
Faktor Resiko : Kriteria Hasil :  Monitor perubahan status keselamatan lingkungan
 Terpapar pathogen  Tidak ada kejadian cedera Terapeutik :
 Terpapar zat kimia toksik  Tidak ada luka/lecet  Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan (mis. fisik, biologi,
 Terpapar agen nosocomial  Tidak adanya fraktur dan kimia), jika memungkinkan
 Ketidakamanan transportasi  Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
 Sediakan alat bantu keamanan lingkungan (mis. commode chair
dan pegangan tangan)
 Gunakan perangkat pelindung (mis. pengekangan fisik, rel
samping, pintu terkunci, pagar)
 Hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas (mis.
puskesmas, polisi, damkar)
 Fasilitas relokasi ke lingkungan yang aman
 Lakukan program skrining bahaya lingkungan (mis. timbal)
Edukasi :

18
 Ajarkan individu, keluarga, kelompok resiko tinggi bahaya
lingkungan

3 Gangguan mobilitas fisik Tujuan : Setelah dilakukan Tindakan :


berhubungan dengan tindakan keperawatan 2x24jam, Observasi
nyeri/ketidaknyamanan dapat melakukan mobilitas fisik  Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
secara mandiri  Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
Batasan Karakteristik :  Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
 Mengeluh sulit menggerakkan Kriteria Hasil : mobilisasi
ekstermitas  Pergerakan ekstermitas  Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
 Kekuatan otot menurun meningkat Terapeutik
 Rentang gerak (ROM)  Kekuatan otot meningkat  Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis : pagar
menurun  Rentang gerak (ROM) tempat tidur)
meningkat  Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

19
 Anjurkan melakukan mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi sederhan yang harus dilakukan (mis : duduk
di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat
tidur ke kursi)

4 Harga diri rendah Tujuan : Setelah dilakukan Tindakan :


berhubungan dengan tindakan keperawatan 2x24jam, Observasi :
perubahan penampilan peran dapat meningkatkan harga diri  Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku
Terapeutik :
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil :  Diskusikan tanggungjawab terhadap perilaku
 Berbicara pelan dan lirih  Penilaian diri positif  Jadwalkan kegiatan terstruktur
 Menolak berinteraksi dengan  Minat mencoba hal baru  Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan kegiatan perawatan
orang lain  Berjalan menampakkan konsisten setiap dinas
 Berjalan menunduk wajah  Tingkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan
 Postur tubuh menunduk  Postur tubuh tegap  Batasi jumlah pengunjung
 Kontak mata kurang  Adanya kontak mata  Bicara dengan nada rendah dan tenang
 Cegah perilaku pasif dan agresif
 Beri penguatan positif terhadap keberhasilan mengendalikan

20
perilaku
 Lakukan pengekangan fisik sesuai indikasi
 Hindari bersikap menyudutkan dan menghentikan pembicaraan
 Hindari sikap mengancam dan berdebat
 Hindari berdebat atau menawar batas perilaku yang telah
ditetapkan
Edukasi :
 Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar
pembentukan kognitif

21
3.4 Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan dilaksanakan berdasarkan intervensi yang telah
direncanakan sesuai kondisi pasien saat itu

3.5 Evaluasi Keperawatan


1. Nyeri menurun
2. Tiidak terjadi resiko cedera
3. Mampu melakukan mobilitas fisik secara mandiri
4. Harga diri Meningkat

22
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Osteomalaisea adalah penyakit yang ditandai oleh gagalnya
pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Penyebab utana
adalah tidak cukupnya mineralisasi tulang terutama kekurangan vitamin D.
tanda dan gejala dari osteomalaisea antara lain lemahnya tulang, nyeri
tulang, nyeri tulang pelvis, nyeri tulang panjang, nyeri tulang belakang.

4.2 Saran
Adapun saran kami kepada pembaca agar pembaca dapat
mengetahui dan memahami tentang “Asuhan Keperawatan
Ostiomalaisea”. Selain dari pada itu, kami memohon maaf apabila terdapat
kesalahan karena kami masih dalam proses belajar. Kami berharap dengan
adanya makalah ini, dapat menjadi wacana yang membuka pola pikir
pembaca.

23
DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.
Edisi 4. Jakarta : EGC, 1998
Robbins, Kumar. Buku Ajar Patofisiologi II. Edisi 4. Jakarta: EGC, 1995
Smeltzer & Brenda G. bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi
8. Jakarta : EGC, 2002

24

Anda mungkin juga menyukai