Anda di halaman 1dari 19

TUGAS PENGUKURAN TEKNIK

CONTOH SOAL PENGUKURAN DEBIT AIR


IRIGASI

DI SUSUN OLEH :
NAMA : JESSICA TSANIYAH NOVITA
NIM : D211 16 003
KELAS : MESIN C

TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Air sangat dibutuhkan oleh setiap tanaman. Kebutuhan air untuk setiap
luasan lahan berbeda-beda. Air merupakan salah satu kebutuhan yang
sangat penting bagi tanaman, karena sebagian besar penyusun tubuh
tanaman terdiri dari air. Selain itu banyak proses pada tanaman yang
membutuhkan air, oleh karena itu jika tanaman kekurangan air akan
menyebabkan tanaman layu bahkan mati. Untuk menghindari hal tersebut
maka diperlukan saluran irigasi jika kekurangan air atau drainase untuk
meminimalisir kelebihan air (Direktorat Jenderal Pengairan. 1986).
Irigasi adalah penambahan kekurangan kadar air tanah secara buatan
dengan cara menyalurkan air yang perlu untuk pertumbuhan tanaman ke
tanah yang diolah dan mendistribusikannya secara sistematis. Sebaliknya
pemberian air yang berlebih pada tanah yang diolah itu akan merusakkan
tanaman. Jika terjadi curah hujan yang lama yang disebabkan oleh curah
hujan yang deras, maka tanah yang diolah itu akan tergenang dan dibanjiri
air, yang kadang-kadang mengakibatkan kerusakan yang banyak. Daerah-
daerah yang rendah yang kurang baik drainasenya, selalu akan tergenang
air. Pada daerah-daerah demikian, pelapukan dan dekomposisi tanah tidak
berkembang, sehingga daerah itu tidak akan menjadi lingkungan yang baik
untuk pertumbuhan padi.
Banyaknya air yang diperlukan untuk berbagai tanaman, masing-
masing daerah dan masing-masing musim adalah berlainan. Hal ini
tergantung dari beberapa faktor antara lain jenis tanaman, sifat tanah,
keadaan tanah, cara pemberian air, pengelolaan tanah, iklim, waktu tanam,
kondisi saluran dan bangunan, serta tujuan pemberian air. Oleh karena itu
diperlukan perhitungan yang tepat agar pemberian air pada lahan tidak
melebihi yang dibutuhkan tanaman untuk proses pertumbuhan dan
perkembangan.
B. Tujuan
Untuk mengetahui kecepatan debit air sungai dengan berbagai luasan
penampang yang berbeda-beda dan untuk mengetahui kecukupan air bagi
luasan lahan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Debit Air
Menurut Asdak (2002) debit adalah laju aliran air (dalam bentuk volume
air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu.
Dalam satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per
detik (m3/dt). Pengukuran debit air sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus
air. Kecepatan arus yang berkaitan dengan pengukuran debir air ditentukan
oleh kecepatan gradien permukaan, tingkat kekasaran, kedalaman, serta
lebarnya perairan.
Data debit atau aliran sungai merupakan informasi yang paling penting
bagi pengelola sumberdaya air (Bazak. 1999). Debit puncak (banjir)
diperlukan untuk merancang bangunan pengendali banjir. Sementara data
debit aliran kecil diperlukan untuk perencanaan alokasi (pemanfaatan) air
untuk berbagai keperluan terutama pada musim kemarau panjang. Debit rata-
rata tahunan dapat memberikan gambaran potensi sumberdaya air yang dapat
dimanfaatkan dari suatu daerah aliran sungai.
Menurut Harsoyo (1977) Metode pengukuran debit dilakukan dengan
dua metode, yaitu pengukuran debit secara langsung dan pengukuran debit
secara tidak langsung. Dimana pengukuran ini dilakukan dengan alat dan cara
yang telah ditetapkan sebelumnya.
a. Pengukuran debit secara langsung (debit sesaat) :
Dalam pengukuran debit air secara langsung digunakan beberapa alat
pengukur yang langsung dapat menunjukkan ketersediaan air dalam
pengairan bagi penyaluran melalui jaringan-jaringan yang telah ada atau telah
dibangun. Dalam hal ini berbagai alat pengukur yang telah biasa digunakan
yaitu :
1. Alat Ukur Pintu Romin
Ambang dari pintu Romin dalam pelaksanaan pengukuran dapat di naik
turunkan, yaitu dengan bantuan alat pengangkat. Pengukuran debit air
dengan pintu ukur romijin yaitu dengan menggunakan rumus:
3/2
Q= 1,71 b h
Keterangan:
Q = debit air
b = lebar ambang
h= tinggi permukaan air
2. Sekat Ukur Thompson
o
Berbentuk segitiga sama kaki dengan sudut 90 dapat dipindah-
pindahkan karena bentuknya sangat sederhana (potable), lazim digunakan
untuk mengukur debit air yang relatif kecil. Penggunaan dengan alat ini
dengan memperhatikan rumus sebagai berikut:
Q = 0,0138
Keterangan:
Q = debit air
h = tinggi permukaan air
3. Alat Ukur Parshall Flume
Alat ukur tipe ini ditentukan oleh lebar dari bagian penyempitan, yang
artinya debit air diukur berdasarkan mengalirnya air melalui bagian yang
menyempit (tenggorokan) dengan bagian dasar yang direndahkan.
4. Bangunan Ukur Cipoletti
Prinsip kerja bangunan ukur Cipoletti di saluran terbuka adalah
menciptakan aliran kritis. Pada aliran kritis, energi spesifik pada nilai
minimum sehingga ada hubungan tunggal antara head dengan debit.
Dengan kata lain Q hanya merupakan fungsi H saja. Pada umumnya
hubungan H dengan Q dapat dinyatakan dengan:
Q = k . H3./2 . b
Keterangan:
Q = debit air
H = head
k dan n = konstanta ,(0/0186)
Besarnya konstanta k dan n ditentukan dari turunan pertama
persamaan energi pada penampang saluran yang bersangkutan. Pada
praktikum ini besarnya konstanta k dan n ditentukan dengan membuat
serangkaian hubungan H dengan Q yang apabila diplotkan pada grafik
akan diperoleh garis hubungan H-Q yang paling sesuai untuk masing-
masing jenis bangunan ukur.
Dalam pelaksanaan pengukuran-pengukuran debit air secara langsung
dengan pintu ukur romijin, sekat ukur tipe cipoletti dan sekat ukur tipe
Thompson biasanya lebih mudah karena untuk itu dapat
memperhatikan daftar debit air yang tersedia.
b. Pengukuran debit air secara tidak langsung
1. Pelampung
Menurut Harsoyo (1977) terdapat dua tipe pelampung yang digunakan
yaitu: (1) pelampung permukaan, dan (2) pelampung tangkai. Tipe pelampung
tangkai lebih teliti dibandingkan tipe pelampung permukaan. Pada permukaan
debit dengan pelampung dipilih bagian sungai yang lurus dan seragam, kondisi
aliran seragam dengan pergolakannya seminim mungkin. Pengukuran
dilakukan pada saat tidak ada angin. Pada bentang terpilih (jarak tergantung
pada kecepatan aliran, waktu yang ditempuh pelampung untuk jarak tersebut
tidak boleh lebih dari 20 detik) paling sedikit lebih panjang dibanding lebar
aliran. Kecepatan aliran permukaan ditentukan berdasarkan rata-rata yang
diperlukan pelampung menempuh jarak tersebut. Sedang kecepatan rata-rata
didekati dengan pengukuran kecepatan permukaan dengan suatu koefisien
yang besarnya tergantung dari perbandingan antara lebar dan kedalaman air.
Koefisien kecepatan pengaliran dari pelampung permukaan sebagai berikut :

B/H 5’ 10’ 15’ 20’ 30’ 40’


Vm/Vs 0,98 0,95 0,92 0,90 0,87 0,85

Keterangan:
B = lebar permukaan aliran
H= kedalaman air
Vm = kecepatan rata – rata
Vs = kecepatan pada permukaan
Dalam pelepasan pelampung harus diingat bahwa pada waktu pelepasannya,
pelampung tidak stabil oleh karena itu perhitungan kecepatan tidak dapat
dilakukan pada saat pelampung baru dilepaskan, keadaan stabil akan dicapai 5
detik sesudah pelepasannya. Pada keadaan pelampung stabil baru dapat
dimulai pengukuran kecepatannya. Debit aliran diperhitungkan berdasarkan
kecepatan rata-rata kali luas penampang. Pada pengukuran dengan pelampung,
dibutuhkan paling sedikit 2 penampang melintang. Dari 2 pengukuran
penampang melintang ini dicari penampang melintang rata-ratanya, dengan
jangka garis tengah lebar permukaan air kedua penampang melintang yang
diukur pada waktu bersama-sama disusun berimpitan, penampang lintang rata-
rata didapat dengan menentukan titik-titik pertengahan garis-garis horizontal
dan vertikal dari penampang itu, jika terdapat tiga penampang melintang, maka
mula-mula dibuat penampang melintang rata-rata antara penampang melintang
rata-rata yang diperoleh dari penampang lintang teratas dan terbawah. Debit
aliran kecepatan rata-rata:
Q = C . Vp Ap
Keterangan:
Q = debit aliran
C = koefisien yang tergantung dari macam pelampung yang digunakan
Vp = kecepatan rata – rata pelampung
Ap = luas aliran rata – rata
2. Pengukuran dengan Current meter
Alat ini terdiri dari flow detecting unit dan counter unit. Aliran yang
diterima detecting unit akan terbaca pada counter unit, yang terbaca pada
counter unit dapat merupakan jumlah putaran dari propeller maupun langsung
menunjukkan kecepatan aliran, aliran dihitung terlebih dahulu dengan
memasukkan dalam rumus yang sudah dibuat oleh pembuat alat untuk tiap –
tiap propeller. Pada jenis yang menunjukkan langsung, kecepatan aliran yang
sebenarnya diperoleh dengan mengalihkan factor koreksi yang dilengkapi pada
masing-masing alat bersangkutan. Propeler pada detecting unit dapat berupa :
mangkok, bilah dan sekrup. Bentuk dan ukuran propeler ini berkaitan dengan
besar kecilnya aliran yang diukur.
Debit aliran dihitung dari rumus :
Q=Vx A
dimana :
V = Kecepatang aliran
A = Luas penampang
Dengan demikian dalam pengukuran tersebut disamping harus mengukur
kecepatan aliran, diukur pula luas penampangnya. Distribusi kecepatan
untuk tiap bagian pada saluran tidak sama, distribusi kecepatan tergantung
pada :
 Bentuk Saluran
 Kekasaran Saluran dan
 Kondisi Kelurusan Saluran
Dalam penggunaan current meter pengetahuan mengenai distribusi
kecepatan ini amat penting. Hal ini bertalian dengan penentuan kecepatan
aliran yang dapat dianggap mewakili rata-rata kecepatan pada bidang
tersebut. Dari hasil penelitian “United Stated Geological Survey” aliran air
di saluran (stream) dan sungai mempunyai karakteristik distribusi kecepatan
sebagai berikut:
a. Kurva distribusi kecepatan pada penampang melintang berbentuk
parabolic.
b. Lokasi kecepatan maksimum berada antara 0,05 s/d 0,25 h kedalam air
dihitung dari permukaan aliran.
c. Kecepatan rata-rata berada ± 0,6 kedalaman dibawah permukaan air.
d. Kecepatan rata-rata ± 85 % kecepatan permukaan.
e. Untuk memperoleh ketelitian yang lebih besar dilakukan pengukuran
secara mendetail kearah vertical dengan menggunakan integrasi dari
pengukuran tersebut dapat dihitung kecepatan rata-ratanya. Dalam
pelaksanaan kecepatan rata-rata nya.
Pengukuran luas penampang aliran dilakukan dengan membuat profil
penampang melintangnya dengan cara mengadakan pengukuran kearah
horizontal (lebar aliran) dan ke arah vertical (kedalamam aliran).Luas aliran
merupakan jumlah luas tiap bagian (segmen) dari profil yang terbuat pada
tiap bagian tersebut di ukur kecepatan alirannya. Debit aliran di segmen =
(Qi) = Ai x Vi
Keterangan : Qi : Debit aliran segmen i
Ai : Luas aliran pada segmen i
Vi : Kecepatan aliran pada segmen in
Untuk dapat menentukan debit air maka harus mengetahui satuan ukuran
volume dan satuan ukuran waktu terlebih dahulu, karena debit air berkaitan erat
dengan satuan volume dan satuan waktu.
Perhatikan konversi satuan waktu berikut :
1 jam = 60 menit, 1 menit = 60 detik, 1 jam = 3.600 detik, 1 menit = 1/60 jam, 1
detik = 1/60 detik, 1 jam = 1/3.600 detik.
Konversi satuan volume :
1 liter = 1 dm³ = 1.000 cm³ = 1.000.000 mm³ = 0.001 m³
1 cc = 1 ml = 1 cm
Persamaan debit air yang diperoleh adalah :
Q = A × K × U m3/detik
Keterangan :
Q = debit aliran (m3/detik)
U = kecepatan pelampung
K = koefisien pelampung
A = luas penampang basah

B. Irigasi
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah
tanah, irigasi pompa dan irigasi rawa (Susanto. 2006). Semua proses
kehidupan dan kejadian di dalam tanah yang merupakan tempat media
pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak
sebagai pelaku (subjek) atau air sebagai media (objek). Proses-proses utama
yang menciptakan kesuburan tanah atau sebaliknya yang mendorong
degradasi tanah hanya dapat berlangsung apabila terdapat kehadiran air. Oleh
karena itu, tepat kalau dikatakan air merupakan sumber kehidupan (Bustomi.
2000).
Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang
tersedia kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Dengan
demikian tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur sesuai
kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas tanah tidak mencukupi untuk
mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara
normal (Lenka 1991). Pemberian air irigasi yang efisien selain dipengaruhi
oleh tatacara aplikasi, juga ditentukan oleh kebutuhan air guna mencapai
kondisi air tersedia yang dibutuhkan tanaman (sudjarwadi. 1990).
Adapun fungsi irigasi yaitu :
a. memasok kebutuhan air tanaman
b. menjamin ketersediaan air apabila terjadi betatan
c. menurunkan suhu tanah
d. mengurangi kerusakan akibat frost (pembekuan)
e. melunakkan lapis keras pada saat pengolahan tanah

Tujuan irigasi yaitu sebagai berikut :


a. Irigasi bertujuan untuk membantu para petani dalam mengolah lahan
pertaniannya, terutama bagi para petani di pedesaan yang sering
kekurangan air.
b. Meningkatkan produksi pangan terutama beras
c. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air irigasi
d. Meningkatkan intensitas tanam
e. Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat desa dalam pembangunan
jaringan irigasi perdesaan.

Irigasi sangat bermanfaat bagi pertanian, terutama di pedesaan. Dengan


irigasi, sawah dapat digarap tiap tahunnya, dapat dipergunakan untuk
peternakan, dan keperluan lain yang bermanfaat.

a. Irigasi Permukaan
Irigasi Permukaan terjadi di mana air dialirkan pada permukaan lahan. Di
sini dikenal alur primer, sekunder dan tersier. Pengaturan air ini dilakukan
dengan pintu air. Prosesnya adalah gravitasi, tanah yang tinggi akan
mendapat air lebih dulu.
b. Irigasi curah
Irigasi curah atau siraman (sprinkle) menggunakan tekanan untuk
membentuk tetesan air yang mirip hujan ke permukaan lahan pertanian.
Disamping untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Sistem ini dapat pula
digunakan untuk mencegah pembekuan, mengurangi erosi angin,
memberikan pupuk dan lain-lain. Pada irigasi curah air dialirkan dari sumber
melalui jaringan pipa yang disebut mainline dan sub-mainlen dan ke beberapa
lateral yang masing-masing mempunyai beberapa mata pencurah (sprinkler)
(Prastowo, 1995).
c. Irigasi pompa
Pompa Irigasi digunakan bila Muka Air berada jauh dari lahan pertanian
yang diusahakan. Menaikan Muka air selain dengan membangun konstruksi
bagunan bendung dan mengalirkannya melalui saluran memang sangat tepat
namun pembiayaan pembangunan juga sangat tinggi. Penggunaan pompa-
pompa irigasi dapat mengatasi hal tersebut. Namun peyediaan dan
pengoperasian pompa mekanis berbahan bakar minyak juga memerlukan
biaya operasi dan pemeliharaan yang tinggi pula dan mereka belum tahu
bagaimana menggunakan mesin-mesin penggerak untuk pompa-pompa
irigasi dengan baik, apalagi memelihara mesin-mesin itu supaya tetap dapat
terawat dengan baik. Maka penggunaan pompa irigasi sederhana tanpa
menggunakan BBM dapat menjadi alternatifnya.
d. Irigasi tetes
Irigasi tetes adalah metode irigasi yang menghemat air dan pupuk dengan
membiarkan air menetes pelan-pelan ke akar tanaman, baik melalui
permukaan tanah atau langsung ke akar, melalui jaringan katup, pipa dan
emitor.
Kegiatan menyiram tanaman di musim kemarau bagi sebagian petani
tradisional menjadi rutinitas yang cukup merepotkan. Mulai dari mengambil
air dari sumbernya, mengangkutnya ke kebun, hingga menyiramkannya satu
per satu pada setiap tanaman, merupakan aktivitas yang melelahkan. Namun
bagi petani yang "melek" teknologi kegiatan menyiram tanaman menjadi hal
yang mudah dan praktis, tinggal putar kran maka semua tanaman pun akan
tersiram secara merata. Salah satu cara mempermudah rutinitas penyiraman
tersebut adalah dengan sistem irigasi tetes (drip irrigation). Sistem irigasi ini
menggunakan air sedikit sekali yang langsung mengalirkan air ke tanaman-
tanaman secara terus menerus sesuai kebutuhan. Irigasi jenis ini terbukti
berhasil menyuburkan tanaman di daerah pertanian Israel yang kering.
Prinsip dasar irigasi tetes adalah memompa air dan mengalirkannya ke
tanaman dengan perantaraan pipa-pipa yang dibocorkan tiap 15 cm
(tergantung jarak antartanaman). Penyiraman dengan sistem ini biasanya
dilakukan dua kali sehari pagi dan petang selama 10 menit. Sistem tekanan
air rendah ini menyampaikan air secara lambat dan akurat pada akar-akar
tanaman, tetes demi tetes.
Keuntungannya dengan sistem ini sedikit menggunakan air, air tidak
terbuang percuma, dan penguapan pun bisa diminimalisir. Irigasi tetes
tampaknya bisa dijadikan pilihan cerdas untuk mengatasi masalah kekeringan
atau sedikitnya persediaan air di lahan-lahan kering
III. BAHAN dan ALAT
A. Waktu dan Tempat
Observasi pengukuran debit air saluran irigasi dilakukan pada
tanggal 19 Desember 2015 pada pukul 07:30 pagi sampai dengan pukul
11:30 siang. Observasi ini dimulai dari tempat pemberhentian pertama
yaitu Bendungan Kamijoro yang berada Di Pedukuhan Kamijoro, Desa
Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, D.I.Yogyakarta,
Kemudian dilanjutkan ke tempat kedua yaitu bendungan Makam Bulan.
Pemberhentian ketiga yaitu Bendungan Pasar Pijenan yang terletak di
Pedukuhan Gesikan, Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten
Bantul, D.I. Yogyakarta dan tempat pemberhentian terakhir yaitu
Bendungan Gejlik Pintu yang merupakan saluran sekunder dari
Bendungan Pijenan.

B. Bahan dan Alat


1. Stop Watch
2. Roll Meter
3. Botol Pelampung
4. Alat tulis (Pena/pensil)
5. Alat hitung (kalkulator)
6. Buku
7. Curent Meter
C. Metode Praktikum
Metode yang digunakan dalam observasi berupa praktikum
pengukuran debit air saluran air irigasi yang dilakukan pada dua tempat
yaitu saluran irigasi di bendungan Pasar Pijenan sebagai saluran induk dan
saluran air irigasi Gejlik pitu sebgai saluran sekunder dengan
menggunakan dua metode yaitu dengan menggunakan alat current meter
dan pelampung dari botol yang sebelumnya ditentukan jarak alirannya.
Cara menggunakan current meter yaitu dengan mencelupkan batang besi
yang terdapat baling-baling sehingga didapatkan kecepatan alirannya.
Sedangkan dengan menggunakan botol pelampung yaitu dengan
membiarkan botol pelampung bergerak yang mengikuti kecepatan aliran
sungai dalam kurun waktu tertentu. Data yang diperoleh yaitu bentuk
penampang irigasi, lebar penampang, ketinggain penampang basah,
ketinggian penampang kering, total ketinggian saluran, luas penampang
basah, waktu putaran current meter, jumlah putaran current meter,
kecepatan aliran dari alat current meter, panjang sungai yang ditentukan
dan waktu. Sehingga dengan menggunakan rumus maka didapatkan debit
air yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan air untuk penanaman
oleh petani.

A. Prosedur kerja
Dengan menggunakan currentmeter:
1. Batang besi yang tedapat baling-balingnya dicelupkan diair irigasi yang
akan dihitung debitnya, pastikan baling-baling tercelup air dan bergerak,
2. Baling-baling akan bergerak dan currentmeter akan menunjukkan data
waktu berputar, jumlah putaran dan kecepatan aliran, cata masing data,
3. Mengukur lebar sungai dan kedalaman sungai dengan menggunakan roll
meter,
4. Menghitung luas penampang dan debit irigasi.

1. Memilih saluran irigasi terbuka dengan penampang yang lurus,


2. Menentukan jarak aliran dengan menggunakan meteran,
3. Mengisi air pada botol dengan ukuran 250 ml kira-kira 1/8 dari isi botol
4. Setelah mengisi air, masukkan botol kedalam saluran,
5. Membiarkan botol mengalir mengikuti arus air,
6. Saat botol dititik awal dari jarak, maka mulai pula menghitung waktu
botol mengalir dengan menggunakan stopwatch,
7. Menghentikan waktu stopwatch saat botol dititik akhir,
8. Mengulangi prosedur kerja nomor 5-7 sebanyak tiga kali agar didapatkan
waktu yang konstan,
9. Kemudian waktu dirata-rata, menghitung luas penampang dan
menghitung debit air sesuai dengan data yang didapatkan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perhitungan
Perhitungan debit air dilakukan pada saluran primer Pijenan dan saluran
sekunder pijenan (Gejlig Pitu) dengan menggunakan karam meter dan manual
dengan botol pelampung.
1. Saluran Pijenan (Primer)
Mengairi : 2300,5 hektar

2,7 meter

2 meter 1,5 meter

Bentuk penampang irigasi : persegi panjang


Lebar penampang : 2,7m
Ketinggian penampang basah : 150 cm atau 1,5 m
Ketinggian penampang kering : 50 cm
Total ketinggian saluran :2m
Luas penampang basah : ketinggian penampang basah x lebar
= 1,5m x 2,7m = 4,05 m2
Alat ukur : current meter
Waktu putaran current meter : 1 menit (60 detik)
Jumlah putaran current meter : 1922 kali
Kecepatan aliran : 1,8507 m/menit
Debit air
Rumus debit aliran dengan pengukuran menggunakan Current meter :

Q=V.A

Keterangan:
V = Kecepatang aliran (m/s)
2
A = Luas penampang (m )
Debit = Kecepatan aliran x Luas penampang basah
2
= 1,8507 m/menit x 4,05 m
3
= 7,495 m /menit
3
= 0,125 m / detik
= 125,0 lt/detik
Jadi, Saluran Induk Pijenan digunakan untuk mengairi 2300,5 Ha sawah, maka
saluran tersebut dapat mengairi sawah sebanyak 125,0 lt/detik : 2300,5 Ha =
0,0543lt/detik/Ha.

B. Pembahasan
Pada observasi dalam rangka praktikum perhitungan debit air irigasi yang
dilakukan pada tanggal 19 Desember 2015, yang dilakukan di beberapa
bendungan yaitu, Bendungan Kamijoro, Bendungan Makam Bulan, Bendungan
Pasar Pijenan dan Bendungan Gejlik Pitu telah di dapatkan data perhitungan
saluran air irigasi dari dua bendungan yaitu bendungan saluran utama berupa
Bendungan Pijenan dan Bendungan Gejlik Pitu.
V. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil observasi dalam rangka praktikum pengukuran debit air yang
dilakukan pada tanggal 19 Desember 2015, dapat disimpulkan bahwa:
1. Debit air adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu yang dinyatakan dalam satuan
3
meter kubik per detik ( m /dt)
2. Sistem irigasi yang terdapat di Bantul memiliki saluran induk utama berupa
Bendungan Kamijoro dan saluran induk penambah berupa Bendungan Pijenan
dan saluran induk Makam Bulan merupakan saluran sekunder sedangkan
Bendungan Gejlik pitu merupakan saluran tersier dari Bendungan Kamijoro dan
sekunder dari Bendungan Pijenan.
3. Setiap saluran dari pintu pengambilan memiliki kecepatan dan luas penampang
yang berbeda-beda yang menyebabkan perbedaan besarnya debit air yang
dikeluarkan, namun hal ini dikarenakan setiap saluran mengairi lahan dengan
luas lahan yang berbeda-beda pula.
4. Debit air yang mengalir pada setiap saluran irigasi di Bantul ini tidak memenuhi
kebutuhan air tanaman yaitu sebesar 3450 lt/det. Hal itu disebabkan karena
bendungan kamijoro dalam kondisi terpenuhi oleh sedimentasi. Tetapi
kekurangan tersebut dapat dipenuhi dengan adanya suplisi dari air hujan yang
turun.
B. SARAN
Dengan terus meningkatnya tinggi sedimentasi pasir yang ada di setiap
bendungan mengakibatkan kemampuan bendungan dalam menyimpan air
menjadi rendah sehingga air yang dapat disimpan lebih sedikit. Apabila kondisi
ini terus menerus terjadi maka akan menyebabkan pendistribusian air dari
saluran menuju saluran sekunder dan seterusnya akan menjadi berkurang
sehingga kebutuhan air tanaman tidak dapat tercukupi pada waktu mendatang.
Sebaiknya untuk kelancaran bendungan dalam menyimpan air demi
terlaksananya kecukupan air irigasi untuk tanaman warga maka dapat dijaga dan
selalu dikontrol kebersihan saluran irigasi dan dapat juga melakukan
pengangkatan pasir yang telah menjadi sedimen di dalam bendungan agar
kemampuan penyimpanan air dapat lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.

Bazak, N.N., 1999. Irrigation Engineering. Tata McGraw-Hill Publishing Company


Limited, New Delhi.

Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 1986,


Standart Perencanaan Irigasi, Kriteria Perencencanaan (KP-01, KP-07).

Fuad Bustomi, 2000. Simulasi Tujuh Teknik Pemberian Air Irigasi Untuk Padi di Sawah
dan Konsekuensi Kebutuhan Air Satu Masa Tanam. Tesis Program Pasca sarjana
Program Studi Teknik Sipil UGM, Yogyakarta

Harsoyo. 1977. Pengelolaan Air Irigasi. Dinas Pertanian Jawa timur.

Lenka, D. 1991. Irrigation and Drainage. Kalyani Publishers, New Delhi.

Prastowo, H. 1995. Kriteria Pembangunan Irigasi Sprinkler dan Drip Fateta. IPB.
Bogor.

Sudjarwadi. 1990. Teori dan Praktek Irigasi. Pusat Antara Universitas Ilmu Teknik,
UGM, Yogyakarta.

Susanto, E. 2006. Teknik Irigasi dan Drainase. USU Press, Medan.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai