Spiritual 123
Spiritual 123
PENDAHULUAN
Remaja merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. “Masa remaja
adalah usia yang paling rawan dalam kehidupan anak-anak. Salah mendidik, anak akan menjadi sosok
yang angkuh, egois dan pemberontak” (menurut Dr. Farah Agustin, Psikolog anak). Di usia ini anak-
anak mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi itu, meliputi: jasmani, rohani,
pikiran, perasaan dan sosial. Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, maka masa remaja
Masa remaja adalah puncak perkembangan seluruh aspek-aspek kepribadian anak. Sebab
setelah melewati masa remaja ini anak tersebut akan menjadi seorang yang dewasa yang boleh
Perkembangan moral, nilai dan sikap (tingkah laku) ini berkembang sangat pesat pada masa
remaja. Dapat dikatakan bahwa pada masa remaja menjadi penentu perkembangan hal-hal tersebut.
Penanaman nilai-nilai keagamaan menyangkut konsep tentang ketuhanan, semenjak usia dini
mampu membentuk religiositas anak mengakar secara kuat pada masa remaja dan mempunyai
pengaruh sepanjang hidup. Pada teori Harms, dinyatakan bahwa pemahaman anak tentang tuhan
melalui tiga fase, dan masa remaja adalah masa yang mengalami fase individualistic stage. Dua situasi
yang mendukung perkembangan rasa agama pada usia remaja adalah kemampuannya untuk berfikir
B. RUMUSAN MASALAH
5) Bagaimakah karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya dalam
pendidikan?
C. TUJUAN PENULISAN
1) Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan Perkembangan Peserta Didik;
3) Sebagai langkah untuk lebih mengenal karakter peserta didik khususnya pada usia remaja;
D. METODE PENULISAN
Cara-cara yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi pustaka dan browsing
internet. Dalam metode ini penulis membaca buku-buku dan mencari data yang berkaitan dengan
materi di internet.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Perkembangan
Perkembangan dapat diartikan sebagagai satu proses perubahan dalam diri individu atau
organisme, baik fisik maupun psikis menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung
Sistematis, berarti perubahan dalam perkembangan itu bresifat saling ketergantungan atau
memengaruhi antara bagian-bagian organisme (fisik dan psikis) dan merupakan satu kesatuan yang
harmonis. Progresif berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat, mendalam atau meluas,
baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis). Berkesinambungan berarti perubahan pada
bagian fungsi organisme berlangsung secara beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan
atau loncat-loncat.
proporsi, lenyapnya tanda-tanda lama dan munculnya tanda-tanda baru. Perkembangan merupakan
proses yang tidak pernah berhenti, baik fisik maupun psikis berlangsung secara terus-menerus sejak
masa konsepsi sampai mencapai masa kematangan atau masa tua. Semua aspek perkembangan saling
memengaruhi, yaitu setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, intelektual, emosi, sosial, spiritual
maupun moral, satu sama lainya saling memengaruhi dan terdapat hubungan korelasi yang positif
antara aspek-aspek tersebut. Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu yaitu setiap tahap
perkembangan merupakan hasil perkembangan tahap sebelumnya dan merupakan prasyarat bagi
perkembangan selanjutnya. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan yaitu perkembangan
fisik dan psikis mencapai kematanganya terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda (ada yang cepat
Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas misalnya (a) sampai usia 2 tahun anak
memusatkan perhatianya untuk menguasi gerak-gerik fisik dan belajar berbicara. Dan (b) usia 3-6
tahun, perkembangan di pusatkan untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul dengan orang lain.
Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan faseperkembangan, bahwa dalam menjalani
kehidupanya yang normal dan berusia panjang, individu akan mengalami masa atau fase
perkembangan yaitu masa konsepsi bayi, kanak-kanak, anak, remaja dan dewasa.
B. Hakikat Remaja
Istilah remaja berasal dari bahasa Latin “adolescence” yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolescence juga mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan
mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget (Hurlock, 1980: 206)
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat
dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan
berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, intelegensi dalam
masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa
puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasiintelektual yang khas dari
cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang
dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.
Sedangkan menurut Hurlock (1980: 206), remaja adalah mereka berada pada usia
berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas tahun atau tujuh belas tahun, dan akhir
masa remaja bermula dari usia tujuh belas atau tujuh belas tahun sampai delapan belas tahun, yaitu
usia matang secara hukum. Dengan demikian akhir masa remaja merupakan periode yang sangat
singkat.
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Pernyataan ini sudah dikemukakan
jauh pada masa lalu, yaitu di awal abad kedua puluh oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall.
Pendapat Stanley Hall (dalam Santrock, 2003: 193) pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan
masa badai dan tekanan yang sampai sekarang banyak dikutip orang.
dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan
yang siap untuk dikembangkan. Karena itu melalui pengalamanya berinteraksi dengan orang lain, anak
belajar memahami tentang prilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tinglah laku mana yang
Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban
(purwadarminto, 1957:957). Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu
dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan
kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan salah dengan demikian moral
Latar belakang kehidupan keagamaan remaja dan ajaran agamanya berkenaan dengan
hakekat dan nasib manusia, memainkan peranan penting dalam menentukan konsepsinya tentang
apa dan siapa dia, dan akan menjadi apa dia. Agama, seperti yang kita temukan dalam kehidupan
sehari-hari, terdiri atas suatu sistem tentang keyakinan-keyakinan, sikap-sikap dan praktek-praktek
Dari sudut pandangan individu yang beragama, agama adalah sesuatu yang menjadi urusan
terakhir baginya. Artinya bagi kebanyakan orang, agama merupakan jawaban terhadap kehausannya
akan kepastian, jaminan, dan keyakinan tempat mereka melekatkan dirinya dan untuk menopang
harapan-harapannya. Dari sudut pandangan sosial, seseorang berusaha melalui agamanya untuk
memasuki hubungan-hubungan bermakna dengan orang lain, mencapai komitmen yang ia pegang
bersama dengan orang lain dalam ketaatan yang umum terhadapnya. Bagi kebanyakan orang, agama
Penemuan lain menunjukkan, bahwa sekalipun pada masa remaja banyak mempertanyakan
kepercayaan tersebut. Banyak orang yang pada usia dua puluhan dan awal tiga puluhan, tatkala
mereka sudah menjadi orang tua, kembali melakukan praktek-praktek yang sebelumnya mereka
abaikan (Bossard dan Boll, 1943). Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan
moral.
Bahkan, sebagaiman dijelaskan oleh Adams & Gullotta (1983), agama memberikan sebuah
Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa memberikan penjelasan mengapa dan untuk
apa seseorang berada di dunia ini. Agama memberikan perlindungan rasa aman, terutama bagi remaja
yang tengah mencari eksistensi dirinya. Dibandingkan dengan masa awal anak-anak misalnya,
keyakinan agama remaja telah mengalami perkembangan yang cukup berarti. Kalau pada masa awal
anak-anak ketika mereka baru memiliki kemampuan berpikir simbolik. Tuhan dibayangkan sebagai
person yang berada diawan, maka pada masa remaja mereka mungkin berusaha mencari sebuah
Perkembangan pemahaman remaja terhadap keyakinan agama ini sangat dipengaruhi oleh
perkembangan kognitifnya. Oleh karena itu meskipun pada masa awal anak-anak ia telah diajarkan
agama oleh orang tua mereka, namun karena pada masa remaja mereka mengalami kemajuann dalam
BAB III
PEMBAHASAN
Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (Moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan,
peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Moral dapat juga diartikan sebagai ajaran tentang baik
buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Dalam moral diatur segala
perbuatan yang dinilai baik, perlu dilakukan,dan suatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu
dihindari.
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi
mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain
(Santrock, 1995). Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (immoral). Tetapi dalam dirinya
terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, dalam
pengalamannya berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara, teman sebaya, atau
guru), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah
laku yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk
menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seperti:
a. Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara
Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan
yang salah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku. Seseorang dapat
dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung
tinggi oleh masyarakat. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa
yang diharapkan oleh masyarakat dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan
harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami
waktu anak-anak.
tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berfikir operasional formal, yakni:
b. Mulai mampu memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotetis, maka pemikiran remaja
terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga
c. Perkembangan pemikiran moral remaja dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban
mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada karena dianggapnya sebagai suatu yang bernilai
d. Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah;
a. Hubungan harmonis dalam keluarga, yang merupakan tempat penerapan pertama sebagai individu.
Begitupula dengan pendidikan agama yang diajarkan di lingkungan keluarga sangat berperan dalam
b. Masyarakat, tingkah laku manusia bisa terkendali oleh kontrol dari yang mempunyai sanksi-sanksi
buat pelanggarnya.
c. Lingkungan sosial, lingkungan sosial terutama lingkungan sosial terdekat yang bisa sebagai pendidik
dan pembina untuk memberi pengaruh dan membentuk tingkah laku yang sesuai.
d. Perkembangan nalar, makin tinggi penalaran seseorang, maka makin tinggi pula moral seseorang.
e. Peranan media massa dan perkembangan teknologi modern. Hal ini berpengaruh pada moral remaja.
Karena seorang remaja sangat cepat untuk terpengaruh terhadap hal-hal yang baru yang belum
diketahuinya.
b. Remaja sudah peka terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya dan sudah mulai mencari solusi
e. Remaja sudah mulai membentuk kepribadiannya yang sesuai dengan nilai-nilai yang diyakininya.
Ketika anak berada dalam masa perkembangan, pembentukan moralnya dipengaruhi oleh
lingkungannya. Dimulai dari lingkungan keluarga, dimana orang tua mengenalkan nilai-nilai sederhana
seperti kesopanan terhadap ayah dan ibu. Saat pergaulan anak tersebut makin luas pada usia remaja,
dia akan mengenal lebih banyak nilai-nilai kehidupan melalui kejadian-kejadian di sekitarnya. Remaja
terdorong untuk mengidentifikasi peristiwa yang dialaminya sehingga dapat membedakan sikap mana
b. Membantu siswa menemukan sumber-sumber untuk memecahkan masalah pribadinya (melalui guru
konseling)
c. Bersikap toleran terhadap tingkah laku remaja yang dipandang aneh. Caranya: mendiskusikan tentang
Caranya: berdiskusi dengan siswa, member contoh orang lain yang sukses dalam hidup.
Menurut Kohlberg ;
a. Anak menganggap baik dan buruk atas dasar akibat yang ditimbulkannya berupa kepatuhan dan
hukuman atas kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Misalnya, jika anak tidak mau belajar maka
dia tidak akan diijinkan untuk bermain dengan temannya.
b. Anak tidak lagi secara mutlak tergantung kepada aturan yang ada di luar dirinya atau ditentukan oleh
orang lain, tetapi mereka sadar bahwa setiap kejadian dapat dipandang dari berbagai sisi yaitu sisi
manfaat dan kerugiannya.
c. Anak mulai memasuki umur belasan tahun, dimana anak memperlihatkan orientasi perbuatan-
perbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain.
d. Anak merasakan bahwa perbuatan baik yang diperlihatkan bukan hanya agar dapat diterima
lingkungan, tetapi juga bertujuan agar dapat ikut mempertahankan aturan atau norma sosial,
contohnya seorang remaja yang mulai belajar menghormati orang yang lebih tua dengan bersikap
ramah dan santun.
e. Remaja menyadari adanya hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial melalui kata
hati yang dirasakannya. Maksudnya, jika dia menjalankan kewajibannya sebagai anggota masyarakat
maka lingkungan aka memberikan perlindungan dan rasa nyaman padanya.
f. (Prinsip Universal), remaja mengadakan penginternalisasian moral yaitu remaja melakukan tingkah
laku moral yang dikemudikan oleh tanggung jawab batin sendiri, menjadikan penilaian moral sebagai
nilai-nilai pribadi yang tercermin pada tingkah lakunya.
Mengenai peranan sekolah dalam mengembangkan kepribadian anak, Hurlock (1986: 322)
mengemukakan bahwa sekolah merupakan factor penentu bagi perkembangan kepribadian anak
(siswa), baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun cara berprilaku. Sekolah berperan sebagai
substitusi keluarga dan guru substitusi orangtua. Ada beberapa alassan, mengapa sekolah memainkan
peranan penting yang berarti bagi perkembangan kepribadian anak, yaitu ;
c. Anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di tempat lain di luar rumah;
e. Sekolah member kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya dan kemampuannya secara
realistis.
1. Pengertian
Agama memang tidak mudah untuk didefinisikan secara tepat, karena agama mengambil
bentuk bermacam-macam diantara suku-suku dan bangsa-bangsa di dunia. Secara etimologi, religion
(agama) berasal dari bahasa latin religio, yang berarti suatu hubungan antara manusia dan Tuhan.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Adams dan Gullotta (1983), agama memberikan sebuah
kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya, agama
dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang
berada di dunia ini, agama memberikan perlindungan rasa aman, terutama bagi remaja yang tengah
atau berpeluang untuk berkembang. Namun, mengenai arah dan kualitas perkembangan beragama
remaja sangat bergantung kepada proses pendidikan yang diterimanya. Jiwa beragama atau
kesadaran beragama merujuk kepada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan
Kebutuhan remaja akan Allah kadang-kadang tidak terasa ketika remaja dalam keadaan tenang,
aman, dan tentram. Sebaliknya Allah sangat dibutuhkan apabila remaja dalam keadaan gelisah, ketika
cinta dan percaya pada Tuhan, tetapi sering pula berubah menjadi acuh tak acuh dan
Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, maka masa remaja menduduki masa
Progresif. Dalam pembagian yang agak terurai masa remaja mencakup masa juvenitilas
Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya, maka agama pada para remaja turut
dipengaruhi perkembangan itu. Maksudnya penghayatan para remaja terhadap ajaran agama dan
tindak keagamaan yang tampak pada remaja banyak berkaitan dengan faktor perkembangan tersebut.
Perkembangan pada masa remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan rohani dan
Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa kanak-kanak sudah tidak
begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap ajaran agama mulai timbul. Selain masalah agama
mereka pun sudah tertarik pada masalah kebudayaan, sosial, ekonomi, dan norma-norma kehidupan
lainnya.
b) Perkembangan perasaan
Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja. Perasaan sosial, etis, dan estetis
mendorong remaja untuk menghayati berkehidupan yang terbiasa dalam lingkungannya. Kehidupan
religius akan cenderung mendorong dirinya lebih dekat ke arah hidup yang religius pula. Sebaliknya,
bagi remaja yang kurang mendapat pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih mudah
didominasi dorongan seksual. Masa remaja merupakan masa kematangan seksual. Didorong oleh
perasaan ingin tahu dan perasan super, remaja lebih terperosok ke arah tindakan seksual yang negatif.
c) Pertimbangan sosial
Corak keagamaan para remaja juga ditandai oleh adanya pertimbangan sosial. Dalam
kehidupan keagamaan mereka timbul konflik antara pertimbangan moral dan material. Remaja sangat
bingung menentukan pilihan itu. Karena kehidupan duniawi lebih dipengaruhi kepentingan akan
d) Perkembangan moral
Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha untuk mencari
perlindungan. Tipe moral yang juga terlihat pada remaja juga mencakupi:
Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan sangat kecil dan hal ini
tergantung dari kebiasaan masa kecil dan lingkungan agama yang mempengaruhi mereka (besar kecil
minatnya).
Perkembangan keagamaan remaja tergantung bagaimana dan apa yang diperolehnya sejak
masa anak-anak. Umumnya, apabila pendidikan agama yang diberikan kuat maka perkembangan
keagamaan remaja akan menjadi positif dan boleh jadi semakin kuat. Begitu pula sebaliknya, apabila
remaja tersebut akan terganggu. Pada masa remaja, keagamaan sama pentingnya dengan moral.
Ahli umum (Zakiah, Daradjat, Starbuch, William James) sependapat bahwa pada garis
besarnya perkembangan keagamaan itu dibagi dalam dua tahapan yang secara kualitatif menunjukan
a. Sikap negatif disebabkan alam pikirannya yang kritis melihat kenyataan orang-orang yang beragama
secara hipokrit;
b. Pandangan dalam ke-Tuhanannya menjadi kacau karena ia banyak membaca atau mendengar berbagai
c. Penghayatan rohaniahnya cenderung skeptik, sehingga banyak yang enggan melakukan berbagai
kegiatan ritual.
a. Sikap kembali pada umumnya kearah positif dengan tercapainya kedewasaan intelektual;
b. Pandangan dalam hal ke-Tuhanan dipahamkan dalam hal konteks agama yang dianutnya;
Tidak sedikit remaja yang bimbang dan ragu dengan agama yang diterimanya, W.
Sturbuck meneliti mahasiswa Middle Burg College. Dari 142 remaja yang berusia 11-26 tahun,
Menurut analisis yang dilakukan W.Starbuck, keraguan itu disebabkan oleh faktor:
Kepribadian
Tipe kepribadian dan jenis kelamin, bisa menyebabkan remaja melakukan salah tafsir
Bagi individu yang memiliki kepribadian yang introvert, ketika mereka mendapatkan
kegagalan dalam mendapatkan pertolongan Tuhan, maka akan menyebabkan mereka salah tafsir
Misalnya: Ketika berdoa’a tidak terkabul, maka mereka akan menjadi ragu akan kebenaran
sifat Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang Tuhan tersebut. Kondisi ini akan sangat membekas
Wanita yang cepat matang akan lebih menunjukkan keraguan pada ajaran agama
Kesalahan ini dipicu oleh “dalam kenyataannya, terdapat banyak organisasi dan aliran-aliran
keagamaan”. Dalam pandangan remaja hal itu mengesankan adanya pertentangan dalam ajaran
agama. Selain itu remaja juga melihat kenyataan “Tidak tanduk keagamaan para pemuka agama yang
Pada dasarnya manusia memiliki sifat konservatif (senang dengan yang sudah ada), namun
menyebabkan pernyataan kebutuhan manusia itu berkaitan dengan munculnya keraguan pada ajaran
agama?
ajaran agamanya. Jika dalam pengkajian itu terdapat perbedaan-perbedaan atau terdapat
ketidaksejalanan dengan apa yang telah dimilikinya (konservatif) maka akan menimbulkan keraguan.
Kebiasaan
Remaja yang sudah terbiasa dengan suatu tradisi keagamaan yang dianutnya akan ragu untuk
Pendidikan
Kondisi ini terjadi pada remaja yang terpelajar. Remaja yang terpelajar akan lebih kritis
terhadap ajaran agamanya. Terutama yang banyak mengandung ajaran yang bersifat dogmatis.
Apalagi jika mereka memiliki kemampuan untuk menafsirkan ajaran agama yang dianutnya secara
lebih rasional.
Dalam kenyataan yang ada ditengah-tengah masyarakat, kadang-kadang tanpa disadari ada
tindak keagamaan yang mereka lakukan ditopangi oleh mistik dan praktek kebatinan. Penyatuan
unsur ini menyebabkan remaja menjadi ragu untuk menentukan antara unsur agama dengan mistik.
Penyebab keraguan remaja dalam bidang agama yang dikemukakan oleh Starbuck diatas,
adalah penyebab keraguan yang bersifat umum bukan yang bersifat individual. Keraguan remaja pada
agama bisa juga terjadi secara individual. Keraguan yang bersifat individual ini disebabkan oleh:
a. Kepercayaan
Yaitu: Keraguan yang menyangkut masalah ke-Tuhanan dan implikasinya. Keraguan seperti ini
Yaitu: keraguan yang menyangkut masalah pemuliaan dan pengaguman tempat-tempat suci.
Jadi,
Tingkat keyakinan dan ketaatan remaja pada agama sangat dipengaruhi oleh kemampuan mereka
dalam menyelesaikan keraguan dan konflik batin yang terjadi dalam dirinya.
Dalam upaya mengatasi konflik batin, para remaja cenderung untuk bergabung dalam peer groups-
nya dalam rangka berbagi rasa dan pengalaman. Kondisi inipun akan mempengaruhi keyakinan dan
Faktor lain yang mempengaruhi adalah, adanya motivasi dari dalam diri remaja itu sendiri.
Menurut Yahya Jaya, motivasi beragama adalah usaha yang ada dalam diri manusia yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu tindak keagamaan dengan tujuan tertentu atau usaha yang
Menurut Nico Syukur, manusia termotivasi untuk beragama atau melakukan tindak
2. Didorong oleh keinginan untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat
3. Didorong oleh keinginan untuk memuaskan rasa ingin tahu atau intelek ingin tahu manusia.
4. Didorong oleh keinginan menjadikan agama sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan.
Spilka menyatakan bahwa penanaman agama yang terhenti sebelum seseorang mencapai
formal operation stage kadang akan sulit untuk diperbaiki. Oleh karena itu pemberian materi agama
bagi remaja harus tetap dilakukan dengan memperhatikan berbagai aspek perkembangan yang terjadi
remaja. Dalam hal ini dinamika perkembangan remaja dapat digunakan sebagai dasar penyusunan
materi yang akan diberikan kepada remaja beserta strategi dan metode penyampaiannya. Dilihat dari
segi muatanya, pendidikan agama Islam merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi satu
komponen yang tidak dapat dipisahkan dengan mata pelajaran yang lain sehingga penyampaian
materi agama harus disampaikan menggunakan konsep yang luas, dengan mengaitkan berbagi cabang
ilmu pengetahuan lain dan disampaikan secara mendalam. Hal ini sesuai dengan berbagai aspek
perkembangan remaja baik kondisi maupun kejiwaannya sehingga mampu mendorong minat
beragama serta menumbuhkan minat untuk menggali secara mendalam mengenai berbagai
pengetahuan agama, sehingga dapat menjawab segala pertanyaan mengenai suatu hal yang berkaitan
aplikasikan dalam kehidupan sehari hari mereka, sehingga dapat meningkatkan potensi spiritual serta
membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan
berakhlak mulia.
Pendidikan agama nampaknya harus tetap dipertahankan sebagai bagian penting dari
program-program pendidikan yang diberikan di sekolah. Tanpa melalui pendidikan agama, mustahil
Anak remaja memasuki masa kritis dan skeptis. Pengahayatan kehidupan keagamaan sehari-
hari dilakukan mungkin atas pertimbangan adannya semacam tuntutan yang memaksa dari luar
dirinya. Implikasi dari perkembangan perilaku, moral, dan keagamaan anak usia sekolah menengah
perkumpulan remaja yang positif. Sekolah hendaknya menciptakan suasana dan menyediakan fasilitas
PENUTUP
A. SIMPULAN
Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-
nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai
remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok daripadanya dan kemudian mau
membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong,
Masa remaja mencakup masa juvenitilas (adolescantium), pubertas, dan nubilitas. Masa
remaja adalah masa pemberontakan. Pada masa itulah hati nurani mulai mengambil peran dalam
menentukan perilaku remaja, dan rasa tanggung jawab atas segala akibat dari perilakunya.
peran yang sangat penting karena dalam perkembangan tersebut keseluruhan dasar-dasar religiositas
mulai terbentuk. Akan tetapi perhatian dan kesangguan pihak orang dewasa dalam memahami dan
memecahkan permasalahan yang timbul berkaitan dengan perkembangan agama usia anak dirasa
kurang dibandingkan dengan perhatian dan kesanggupannya terhadap perkembangan agama usia
Sebagai akhir makalah ini, penulis akan menyampaikan saran yang mungkin dapat berguna
1. Sebagai generasi muda, sudah selayaknya kita bersikap bijaksana dalam melakukan segala hal,
pertimbangkan resiko baik dan buruknya, bukan hanya untuk diri kita sendiri melainkan untuk orang-
2. Diharapkan di sekolah menyediakan sarana dan prasarana yang maksimal, agar dapat membangun
kreatifitas dan prestasi peserta didik agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti tawuran,
3. Diharapkan kepada pemerintah untuk senantiasa terus melakukan upaya pengawasan ke tiap sekolah