Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN ( LP )

KOLIK ABDOMEN

1. DEFINISI
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal (nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (reeves, 2013).
Kolik abdomen merupakan nyeri yan gdapat terlokalisasi dan dirasakanseperti perasaan
tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena sumbatan baik parsial ataupun total
baik oragan tubuh berongga atau organ yang terlibat tersebut dipengaruhi peristaltik.
Beberapa yang menjadi penyebab kolik abdomen adalah kolik bilier, kolik renal dan kolik
karena sumbatan usus halus.
Kolik abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba dan kadang
hilang dan merupakan variasi kondisi dariyang sangat ringan sampai yang bersifat fatal
(Ilmu Penyakit Dalam, 2013).
Colic Abdomen adalah rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan
bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen (perut). Hal yang mendasari hal ini
adalah infeksi pada organ di dalam perut (mencret, radang kandung empedu, radang
kandung kemih), sumbatan dari organ perut (batu empedu, batu ginjal). Pengobatan yang
diberikan adalah penghilangan rasa sakit dan penyebab utama dari organ yang terlibat. Bila
infeksi dari kandung kemih atau kandung empedu maka pemberian antibiotik, bila ada
batu di kandung empedu maka operasi untuk angkat kandung empedu.

2. ETIOLOGI
1. Mekanis
1. Adhesi/perlengketan pascabedah (90% dari obstruksi mekanik)
2. Karsinoma
3. Volvulus
4. Intususepsi
5. Obstipasi
6. Polip
7. Striktur
2. Fungsional (non mekanik)
1. Ileus paralitik
2. Lesi medula spinalis
3. Enteritis regional
4. Ketidakseimbangan elektrolit
5. Uremia
3. Etiologi yang lain yaitu
1. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis, diverti kulitis,
pankreanitis, kolesistitis.
2. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease, kulitis
infeksi, esofagitis.
3. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu.
4. Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis
5. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.
6. Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional.
7. Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard dan paru
dan lainnya

3. MANIFESTASI KLINIS
a. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal,
peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval
singkat), nyeri tekan difus minimal.
b. Mekanika sederhana – usus halusbawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada –
kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus
minimal.
c. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi
muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.
d. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri
abdomen, distensi ringan dan diare
e. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi
sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat.
Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.

4. PATOFISIOLOGI
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau
fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari
permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian
intermiten akhirnya hilang.
Limen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi
gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan
distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan
intralumen meningkat, menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga
terjadi iskemia dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya
terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat
menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka
kemungkinan terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan
atau jika terjadi stranggulasi akan menyebabkan kematian.
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya
daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus
terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada
bagian proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus
(distensi).
Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi
kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang
menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai
seluruh panjang usus sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan
usus yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi
gerakan anti peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen

5. PATHWAY
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan radiologi
- USG Abdomen
b. Pemeriksaan rektal
c. Laboratorium :
- Leukosit
- HB
d. Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus.
e. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan
sigmoid yang tertutup.
f. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah; peningkatan
hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar
serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
g. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik.

7. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan Medis
- Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
- Terapi Na+, K+, komponen darah
- Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
- Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
- Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area penyumbatan;
selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan.
- Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
- Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik, ileus
paralitik atau infeksi.
- Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
- Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
- Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus dengan
reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.
2. Tindakan KEPERAWATAN
- Infus RL ; jika anuria -> infus RL:D5 = 1:1
- Bila dehidrasi berat -> infus diguyur, dipasang kateter dauwer
- Beri analgetik ringan (xylomidon),Spasmolitik: Baralgin, Sulfas Aliopin (inj) ; jika
kesakitan sekali -> beri petidin 1 amp im, jangan beri Antibiotik kalau penyebab tidak
jelas
- Bila gelisah penderita gelisah, beri Diazepam 10 mg iv, bisa diulang tiap 30 menit
- Bila panas, beri: antipiretik (Parasetamol)
- Bila keadaan umum jelek, beri supportif Vitamin / Alinamin F (inj), Cortison inj 3 cc
atau Deksametason 2 amp
- Bila dengan upaya di atas keadaan tidak membaik, rujuk ke RSUD

8. DIAGNOSA BANDING
Beberapa Faktor penyebab nyeri/colic abdomen adalah :
1. Faktor Intrinsik
a. Intraluminal berupa :
- deposit kristal intra tubuler (obat-obatan, asam jengkol)
- bekuan darah karena trauma ginjal, jaringan nekrose (papila, kista atau tumor ginjal)
b. Intramural berupa :
- fungsional: disfungsi ureteropelvik, vesico-uretero junction.
- Autonom : tumor, granuloma, infeksi.
2. Faktor Ekstrinsik
a. Berasal dari organ reproduksi
- carcinoma cervik, kehamilan extrauteri, myoma, prolap uteri, endometriosis, infeksi,
kista ovarii, abses
- prostat hipertrofi, carcinoma prostate
b. Berasal dari Vaskular
- aneurisma aorta / arteri iliaca
- arteri aberan pada ureteropelvik
c. Berasal dari gastrointestinal
- pembesaran kelenjar limfe
- fibrosis oleh karena obat (beta bloker)
- tumor, hematom.
9. KOMPLIKASI
a. Gangren
Gangren adalah borok yang disebabkan karena kematian sel/jaringan. Gangren kandung
empedu, saluran empedu dan pankreas diawali oleh infeksi pada organ-organ tersebut.
b. Sepsis
Sepsis adalah menyebarnya agen infeksi (misalnya bakteri) ke seluruh tubuh melalui
peredaran darah. Sepsis berat dapat menimbulkan syok, dimana tekanan darah turun.
c. Fistula
Fistula adalah saluran abnormal yang terbentuk antara dua organ. Batu empedu mengerosi
dinding kandung empedu atau salurang empedu, menimbulkan saluran baru ke lambung,
usus dan rongga perut.
d. Peritonitis
Peritonitis adalah radang rongga perut, disebabkan karena rongga perut yang steril
terkontaminasi oleh cairan empedu melalui suatu fistula ke rongga perut.
e. Ileus
Ilues dapat terjadi karena batu menyumbat isi usus. Dapat terjadi bila batu berukuran
cukup besar.
.

10. KONSEP ASKEP


Focus Pengkajian Keperawatan
Pengkajian, meliputi :

a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS. Biasanya klien
mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah dan lain-lain.
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang. Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan faktor
yang mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah Sakit.
2. Riwayat kesehatan dahulu. Megkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan
sekarang dan apakah pernah menderita HT atau penyakit keturunan lainnya yang dapat
mempengaruhi proses penyembuhan klien.
3. Riwayat kesehatan keluarga. Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah
penyakit keturunan atau menular.
d. Pola- pola fungsi kesehatan
1. Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat. Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan
kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri.
2. Pola nutrisi dan metabolism. Terjadi gangguan nutris karena klien merasakan nyeri
sehingga tidak toleran terhadap makanan dan klien selalu ingin muntah.
3. Pola eliminasi. Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap makanan sehingga
terjadi konstipasi.
4. Pola aktivitas dan latihan. Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.
5. Pola persepsi dan konsep diri. Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri klien.
6. Pola sensori dan kognitif. Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic abdomen
yang berulang.
7. Pola reproduksi dan seksual. Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola reproduksi dan
seksual.
8. Pola hubungan peran. Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama klien sakit
sehubungan dengan proses penyakitnya.
9. Pola penanggulangan stress. Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya.
10. Pola tata nilai dan kepercayaan. Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan
kepercayaan.
e. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum. Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses penyakitnya.
2. Sistem respirasi. Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan kemungkinan
tidak terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya hebat / meninggi akan terjadi sesak.
3. Sistem kardiovaskuler. Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau penyakit
jantung lainnya.
4. Sistem persyarafan. Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar.
5. Sistem gastrointestinal. Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran terhadap
makanan / nafsu makan berkurang, muntah.
6. Sistem genitourinaria/eliminasi. Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap makanan.

Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
2. Gangguan pola tidur bd. nyeri
3. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
5. Ansietas b.d ancaman status terkini

Intervensi
1. Nyeri akut

NOC NIC
Tujuan: Menejemen Nyeri (1400)
1. Kaji tingkat nyeri,meliputi : lokasi,
Setelah dilakukan tindakan asuhan karakteristik, dan onset, durasi, frekuensi,
keperawatan selama 2 x24 jam, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, faktor-
diharapakan nyeri teratasi. faktor presipitasi.
2. Berikan informasi tentang nyeri
Kriteria Hasil: 3. Ajarkan teknik relaksasi
Tingkat Nyeri (2102) 4. Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
5. Turunkan dan hilangkan faktor yang dapat
Kode Indikator S.A. S.T. meningkatkan nyeri
Nyeri yang 6. Kendalikan faktor lingkungan yang dpat
210201 5 memperparah nyeri pasien
dilaporkan
Ekspresi Nyeri 7. Gali dengan pasien dan keluarga untuk
210206 5 mengetahui faktor yang memperberat nyeri
wajah
8. Mengajarkan prisip managemen nyeri
Mengeluarkan
210225 5 9. Kolaborasi dengan dokter tentang
keringat
pemberian analgesik
Frekwensi
210210 5
nafas
Monitor tanda-tanda vital (6680)
210212 Tekanan darah 5
1. Monitor tekanan darah, Suhu dan Nadi.
Kehilangan
210215 5
nafsu makan
Keterangan indikator (2102):
Pemberian analgesik (2210)
1 = Berat
1. Cek adanya riwayat alergi obat
2 = Cukup berat
2. Cek perintah pengobatan meliputi obat,
3 = Sedang
dosis dan frekwensi obat yang diberikan
4 = Ringan
3. Berikan analgesik sesuai waktu paruhnya
5 = Tidak ada
2. Gangguan Pola tidur
NOC NIC

Setelah dilakukan asuhan Peningkatan tidur (1850)


keperawatan selama 3 x24 jam 1. Kaji tanda-tanda vital dan pola
masalah teratasi tidur pasien
Kriteria hasil : 2. Kaji yang menyebabkan gangguan
Tidur (004) tidur
3. Gunakan alat bantu tidur
Kode Indikator SA ST
4. Berikan perawatan pada pasien
000401 Jam tidur 5
yang mengalami gangguan tidur
000404 Kualitas tidur 5
5. Kolaborasi pemberian obat
000403 Pola tidur 5
6. Monitor kenyamanan lingkungan
000408 Perasaan segar 5
saat bangun
000421 Kesulitan 5
memulai tidur
000425 Nyeri 5
Keterangan :
1. 1. Sangat terganggu
2. 2. Banyak terganggu
3. 3. Cukup terganggu
4. 4. Sedikit terganggu
5. 5. Tidak terganggu
DAFTAR PUSTAKA

Marllyn E. Doenges dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, 2000 Nettina,
Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1. Jakarta
: EGC; 2001

Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.

Sumber :KusumaHardi, Dan Amin Huda Nararif, 2015.


AsuhanKeperawatanBerdasarkanDiagnosaMedis Dan Nanda (North American
Nursing Diagnosis Assosiation) Nic-NocEdisiRevisiJilid 2.Mediaction, Yogyakarta
Nettina, Sandra M. 2014. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed.
1. Jakarta : EGC

Reeves, Charlene J et al. 2013. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed.
I. Jakarta : Salemba Medika

Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:EGC.

Slamet Suyono. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Prof. Dr. SpPD. KE., FKUI
Jakarta.

Smeltzer Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC

Syaifuddin Drs. B.Ac, 2013. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai