Tugas pokok perencanaan dalam bidang SDM yang pertama adalah untuk
menjelaskan (eksplanation) kondisi SDM yang dimiliki organisasi/perusahaan, baik
jumlah maupun kualifikasinya pada saat sekarang ini. Tugas itu dapat dilakukan melalui
kegiatan audit SDM (Work Forces Analysis) dan disebut juga evaluasi diri dalam bidang
SDM di lingkungan organisasi/perusahaan yang akan melaksanakan pembuatan
perencanaan SDM. Tugas pokok kedua adalah memprediksi jumlah dan kualifikasi
SDM yang dibutuhkan, dengan menggunakan hasil kegiatan evaluasi pekerjaan (Job
Evaluation) dan hasil analisis pekerjaan dalam bentuk deskripsi pekerjaan dan
spesifikasi pekerjaan. Tugas pokok yang ketiga adalah pengendalian atau control masa
depan berupa penetapan jumlah dan kualifikasi SDM yang akan direkrut dan diseleksi,
yang diakhiri dengan melaksanakan kegiatan penempatan ulang (Replacement /
Restaffing) SDM dari sumber internal hasil audit SDM dan pengangkatan SDM baru
dari sumber eksternal.
Analisis yang paling banyak digunakan dalam pengambilan keputusan beresiko ini
adalah Analisis SWOT (Strenght-Kelebihan, Weakness-Kelemahan,
upportunities-Peluang dan Threath-Hambatan). Dengan kata lain pemilihan salah satu
alternatif yang akan ditetapkan sebagai keputusan,harus diketahui secara jelas
kekuatan, kelemahan, peluang/kesempatan dan hambatannya untuk gagal atau
berhasil jika dilaksanakan.
● Tidak Akurat (Uncertainty)
Setiap alternatif yang akan dipilih menjadi keputusan tidak diketahui dampak
atau konsekuensinya jika dilaksanakan, namunkeputusan harus diambil. Disamping
mengandalkan kemampuan berfikir rasional keputusan ini tergantung pula pada
pendapat, keyakinan, pengalaman dan bahkan intuisi para perencana termasuk para
manajer yang diikutsertakan.
C. P
EMBUATAN KEBIJAKSANAAN DALAM PERENCANAAN SDM
Faktor-faktor yang berpengaruh itu dapat bersumber dari dalam diri dan dari luar
pengambil keputusan/pembuat kebijaksanaan yang kerap kali sangat dominan. Dengan
kata lain ketujuh faktor seperti yang telah dikemukakan diatas tidak sama kekuatanya
yang satu dengan yang lain, dalam mempengaruhi pengambilan keputusan atau
pembuat keputusan atau pembuat kebijaksanaan. Oleh karena itu kerap kali ditemui
satu atau lebih faktor diantara faktor-faktor tersebut yang berpengaruh sangat dominan,
sedang faktor-faktor yang lain kurang dominan. Kondisi seperti itu tidak terkecuali dapat
terjadi pada pelaksanaan pembuatan keputusan yang disebut perencanaan SDM.
faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Nilai-nilai
Dalam kenyataan disamping nilai-nilai tersebut diatas, masih terdapat dua nilai
yang besar pengaruhnya dalam pengambilan kepusan dan pembuatan kebijksanaan,
kedua nilai-nilai tersebut adalah:
a. Nilai-nilai mutlak
b. Nilai-nilai nisbi.
Nilai-nilai ini disebut juga nilai-nilai filsafat dan nilai-nilai sosial, yang diciptakan
manusia dalam menjalani dan menjalanka hidup dan kehidupanya sebagai makhluk
normatif, mkhluk individual dan makhluk sosial. Nilai-nilai tersebut terdapat dalam
filsafat/pandangan hidup, kebiasanaan, adat istiadat, hukum atau nilai yuridis formal
(perundang-undangan) dll, bahkan juga di dalam peraturan disiplin/tata tertib sebuah
organisasi atau perusahaan.
2. Kondisi yang menekan
Faktor ini adalah sesuatu tekanan dari luar yang tidak dapat diletakan atau
dihindari oleh pengambil keputusan/pembuat kebijaksanaan, yang mengharuskannya
mengambil keputusan/membuat kebijaksanaan yang berbeda dari keputusan yang
semula yang akan ditetapkannya. Contoh adalah kondidi pasar tenaga kerja yang
mengharuskan keputusan kualifikasi SDM yang dibutuhkan diturunkan, karena tidak
ada calon yang memenuhi persyaratan.
3. Institusi/peraturan
6. Perkembangan politik
Kondisi politik nasional (dalam negeri) dan internasional (global), sangat besar
pengaruhnya pada pertumbuhan ekonomi negara dimana sebuah
organisasi/perusahaan melaksanakan operasional bisnis. Pertumbuhan ekonomi stabil
karena kondisi politik stabil merupakan kondisi yang mampu memberikan dukungan
pada stabilitas eksistensi dan bahkan pengembangan organisasi/perusahaan.dalam
kondisi seperti itu berarti perencanaan SDM harus mampu memprediksi kebutuhan
(Demand) SDM yang dibutuhkan dimasa depan. Sebaliknya pertumbuhan ekonomi
yang negatif (buruk) karena kondisi politik yang tidak stabil, akan mempersulit dalam
mempertahankan dan mengembangkan eksistensi organisasi atau perusahaan.
7. Tingkat kepastian (certainity)
Perencanaan SDM adalah sebuah keputusan yang ditetapkan melalui suatu proses,
yang langkah - langkahnya harus dilakukan secara sistematik dan tertib. Perencanaan
SDM sebagai kegiatan pengambilan keputusan, tidak dapat dipisahkan dari spectrum
keputusan. Untuk itu perencanaan SDM perlu menetapkan secara jelas karateristik
masalahnya dan mengidentifikasi data atau informasi SDM yang dapat digunakan untuk
melakukan analisis dalam prediksi kebutuhan (demand) SDM dan variable - variabel
lain yang mempengaruhinya.