1. Subekti
Arbitrase adalah penyelesaian atau pemutusan sengketa oleh seorang hakim atau para
hakim berdasarkan persetujuan bahwa para pihak akan tunduk pada atau menaati
yudisial seperti oleh para pihak yang bersengketa, dan pemecahannya akan didasarkan
tentang hak pribadi yang dapat mereka kuasai sepenuhnya diperiksa dan diadili oleh
hakim yang tidak memihak yang ditunjuk oleh para pihak sendiri dan putusannya
dikenal khusus dalam dunia perusahaaan. Arbitrase adalah peradilan yang dipilih dan
yang bersengketa. Kehendak bebas ini dituangkan dalam perjanjian tertulis yang
mereka buat sebelum atau sesudah terjadi sengketa sesuai dengan asas kebebasan
yang ingin agar perkaranya diputus oleh juru pisah yang netral sesuai dengan pilihan
mereka di mana keputusan berdasarkan dalil-dalil dalam perkara tersebut. Para pihak
setuju sejak semula untuk menerima putusan tersebut secara final dan mengikat.
6. Mertokusumo
arbitrase adalah suatu prosedur penyelesaian sengketa di luar pengadilan berdasarkan
kepada seorang wasit atau arbiter. Arbiter adalah orang-orang yang memiliki keahlian
(expertise).
Secara sederhana, arbitrase adalah persetujuan para pihak yang berjanji
sebelumnya apabila terjadi pertikaian diantara mereka, maka mereka setuju untuk
menyelesaikannya dengan jalan arbitrase di mana pihak ketiga yang netral diberikan
secara sukarela oleh dua orang yang bersengketa untuk mengakhiri sengketa antara
mereka dan dua belah pihak akan menaati penyelesaian oleh hakim/para hakim yang
menyerahkan sengketa yang ditempuh melalui lembaga arbitrase syariah dalam hal
perkara di luar pengadilan atas dasar perdamaian atau melalui Arbitrase tetap
diperbolehkan, akan tetapi putusan Arbiter hanya mempunyai kekuatan eksekutorial
setelah memperoleh izin atau perintah untuk eksekusi (executoir) dari pengadilan.”
2. Dalam Undang-Undang No.30/1999,tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa, dirumuskan dalam BAB I, pasal 1 ayat (1) Bahwa Arbitrase adalah cara
penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada
perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
3. Undang-undang No. 1 Tahun 1950, yang mengatur tentang acara dalam tingkat
Buitengewesten yang disingkat RBg). Dalam Pasal 377 HIR dan Pasal 705 RBg
disebutkan bahwa: “Jika orang Indonesia atau orang Timur Asing menghendaki
perselisihan mereka diputus oleh juru pisah maka mereka wajib memenuhi peraturan