PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai dengan apa yang tercantum pada UU No. 35 Tahun 2014 pasal 51
disebutkan bahwa anak penyandang disabilitas diberikan kesempatan dan
aksesbilitas untuk memperoleh layanan pendidikan inklusif. Sehingga sudah jelas
bahwa anak berkebutuhan khusus berhak mendapat jaminan dari pemerintah baik
berupa sekolah segregasi (SLB) atau sekolah inklusi. Sekolah inklusi merupakan
bentuk dari perkembangan dunia pendidikan yang selalu berusaha memberikan
pelayanan yang optimal untuk keberagaman peserta didik termasuk kebutuhan akan
ABK.
1
mengapa perlu dilakukanya observasi di Sekolah inklusi adalah untuk melihat di
Lapangan apakah sebuah sekolah inklusi telah mampu mmberikan pelayanan –
pelayanan khusus terhadap anak berkebutuhan khusus dan memberikan system
pengelolaan kelas yang mampu mengakomodasi keberagaman dari anak
berkebutuhan khusus yang ada. Sehingga dapat diberikan penilaian apakah sekolah
inklusi tersebut telah berhasil menerapkan keinklusifannya atau belum. Untuk
kepentingan pengajaran, dan penyelidikan tentang anak berkebutuhan khusus
dengan klasifikasi kesulitan belajar spesifik, maka diperlukan observasi maupun
penelitan. Karena itu, penulis melakukan observasi di SMP Lazuardi Kamila GIS
Surakarta.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana profil SMP Lazuardi Kamila GIS Surakarta?
2. Bagaimana proses rekruitmen ABK di SMP Lazuardi Kamila GIS
Surakarta?
2. Bagaimana profil ABK di SMP Lazuardi Kamila GIS Surakarta?
3. Adakah perbedaan materi pelajaran, metode/strategi pembelajaran dan
evaluasi bagi ABK?
4. Apakah ada perbedaan, bagaimana menyesuaikan kurikulum reguler
dengan kebutuhan ABK? Model penyesuaian kurikulum apa yang
digunakan?
5. Bagaimana kondisi guru (guru reguler maupun GPK) di SMP Lazuardi
Kamila GIS Surakarta? Apakah kualifikasi pendidikan guru sudah sesuai
dengan kebutuhan ABK?
6. Bagaimana kondisi sarana dan prasarana di sekolah? Apakah bisa
memenuhi kebutuhan ABK?
7. Bagaimana ketertiban orang tua peserta didik ABK terhadap
penyelenggaraan pendidikan inklusi di SMP Lazuardi Kamila GIS
Surakarta?
8. Faktor apa saja yang menjadi pendukung pelaksanaan pendidikan inklusi?
9. Adakah faktor penghambat dari penyelenggaraan pendidikan inklusi?
2
10. Bagaimana kegiatan pembelajaran olahraga bagi ABK di SMP Lazuardi
Kamila GIS Surakarta?
C. Tujuan Observasi
Kegiatan observasi di SMP Lazuardi Kamila GIS Surakarta bertujuan untuk
mengetahui proses pembelajaran dan kegiatan sehari-hari peserta didik. Serta
dapat menyimpulkan kegiatan dan proses yang sudah atau belum tercapai di
SMP Lazuardi Kamila GIS Surakarta.
1. Untuk mengetahui profil SMP Lazuardi Kamila GIS Surakarta
2. Untuk mengetahui proses rekruitmen ABK di SMP Lazuardi Kamila GIS
Surakarta
3. Untuk mengetahui profil ABK di SMP Lazuardi Kamila GIS Surakarta
4. Untuk memahami perbedaan materi pelajaran, metode/strategi
pembelajaran dan evaluasi bagi ABK di SMP Lazuardi Kamila GIS
Surakarta.
5. Untuk mengetahui penyesuaian kurikulum reguler dengan kebutuhan ABK
serta model yang digunakan dalam penyesuaian kurikulum serta
mengetahui kualifikasi guru di sekolah yang sesuai dengan kebutuhan ABK.
6. Untuk memahami kondisi sarana dan prasarana di sekolah inklusi yang
dapat memenuhi kebutuhan ABK.
7. Untuk mengetahui keterlibatan orang tua peserta didik ABK terhadap
penyelenggaraan pendidikan inklusi di SMP Lazuardi Kamila GIS
Surakarta
8. Untuk memahami faktor pendukung pelaksanaan pendidikan inklusi.
9. Untuk memahami faktor penghambat dari penyelenggaraan pendidikan
inklusi.
10. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan pembelajaran olahraga bagi ABK di
SMP Lazuardi Kamila GIS Surakarta
3
BAB II
A. Profil Sekolah
1. Nama Sekolah : SMP Lazuardi Kamila Global Islamic
School
2. NPSN : 69820627
3. Alamat Sekolah : Jl Monginsidi 93 RT01/RW02, Kestalan,
Kec. Banjarsari, Surakarta
4. Kode POS : 57133
5. Nomor Telepon : (0271) 631533
6. Visi :
7. Misi :
4
baru semua sama, tidak ada persyaratan khusus bagi calon siswa
berkebutuhan khusus. Seperti yang telah diutarakan narasumber kami
Bapak Anton selaku Kepala Sekolah dan Bapak Gigih selaku Guru
Pembimbing Khusus beliau menyatakan bahwa prosesn penerimaan siswa
baru di SMP lazuardi semua disamakan, baik anak normal maupun anak
berkebutuhan khusus. Syarat utama yang harus dimiliki oleh siswa baru
yaitu ijazah SMP. Namun beliau juga menyatakan bahwa sebelum
menerima siswa ABK, dari pihak sekolah juga melihat tingkat keparahan
atau kecacatan yang disandang calon siswa guna menyiapkan pembelajaran
dan penyediaan sarana prasarana atau fasilitas.
5
D. Materi pelajaran, metode/strategi pembelajaran dan evaluasi bagi
ABK di SMP Lazuardi Kamila GIS Surakarta
Dalam kegiatan pembelajaran di SMP Lazuardi Kamila GIS
Surakarta, tidak ada perbedaan dalam materi pelajarannya. Semua peserta
didik mendapatkan materi pelajaran atau materi ajar yang sama. Metode/
strategi pembelajaran yang diterapkan masih menggunakan metode
ceramah. Terkait dengan evaluasi bagi anak berkebutuhan khusus tidak ada
perlakuan yang spesial bagi anak berkebutuhan khusus, seperti ketika
ulangan harian, ulangan tengah semster sampai ulangan akhir semester.
Letak kesamaan terdapat pada tipe soal yang diberikan itu sama semua.
Hanya saja untuk penyampaian soalnya bagi anak berkebutuhan khusus
dapat dibantu dengan GPK, dan contoh seperti siswa dengan berkebutuhan
khusus CIBI akan diberikan soal yang lebih banyak guna menyetarakan
waktu pengerjaan dengan siswa lainnya. Untuk penilaian antara siswa
normal dan siswa berkebutuhan khusus tidak ada yang berebeda, hanya saja
bagi siswa ABK jenis slowlearner dia dibedakan grade penilaiannya
dengan anak berkebutuhan khusus lainnya.
6
F. Kondisi Guru (Guru Regular maupun GPK) dan Kualifikasi
Pendidikan Guru.
Guru yang mengajar di SMP Lazuardi Kamila GIS Surakarta
terdapat guru pembimbing khusus untuk anak berekebutuhan khusus, hal ini
ditunjang dengan kualifikasi guru yang berasal dari lulusan Pendidikan Luar
Biasa (PLB) dan pak Gigih Wicaksono selaku kepala BK yang juga sebagai
GPK di SMP Lazuardi Kamila Surakarta menjelaskan bahwa Di SMP
Lazuardi Kamila GIS – Surakarta juga terdapat Layanan pendampingan
bagi anak berkebutuhan khusus yang mana dibagi menjadi dua jenis yaitu
berupa layanan pendampingan full dan juga Share. Layanan
pendampingan full di berikan terhadap anak berkebutuhan khusus dengan
satu anak satu GPK dengan kategori anak yang belum mampu mencapai
kemandirian dengan baik. Pendampingan share diberikan kepada anak
dengan kondisi berkebutuhan khusus ringan yaitu dua anak akan di
dampingi oleh satu orang Guru Pendamping Khusus. Dalam layanan
pendampingan ini masing-masing anak berkebuthan khusus memiliki IEP
(Individual Educational Program) sesuai dengan kebutuhan masing-masing
anak yang telah disesuaikan dengan kurikulum yang ada saat ini.
7
terutama pada saat aktivitas mandi, ganti baju, menjaga kerapihan dalam
berpakaian dan juga melakukan perawatan diri.
8
selain itu juga meningkatkan kemandirian anak. Keberadaan Pelangi ini
mendukung keberhasilan dan lancarnya program sekolah inklusi yang ada
di Lazuardi Kamila-GIS baik di unit TK, SD dan juga SMP.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan inklusif adalah pendikan yang mengakomodasikan
semua anak dengan tidak memperdulikan keadaan fisik, ekonomi, maupun
sosialnya, dengan melakukan proses penyesuaian lingkungan terhadap
individu masing-masing.
Salah satu penyelenggara pendidikan inklusif adalah SMP Lazuardi
Kamila- GIS Surakarta. Sekolah ini menerima Anak Berkebutuhan Khusus,
dan memberikan hak kepada ABK untuk bersekolah, selain itu sekolah
meberikan fasilitas dan layanan yang dibutuhkan serta menyesuaikan
penyempaian materi kurikulum untuk ABK sesuai dengan kebutuhannya.
Dan dalam pelaksanaannya sekolah SMP Lazuardi Kamila- GIS Surakarta
benar-benar menerapkan pendidikan inklusi secara menyeluruh. Julukan
inklusi yang disematkan pada sekolah ini memang sudah layak dan optimal.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diaatas, maka penulis dapat memberika saran,
sebagai berikut :
1. Kepada pihak sekolah Lazuardi Kamila, semoga pengembangan
kecerdasan interpersonal siswa melalui pendidikan inklusi yang
diterapkan tetap dilaksanakan dan menjadi edu – brand nyata yang bisa
menjadi percontohan bagi lembaga pendidikan lainnya.
2. Kepada orang tua siswa, pembelajaran yang di dalamnya terdapat
program MIR ( Multiple Intelligence Research ) terutama dalam proses
belajar mengajar hendaknya juga diterapkan di lingkungan keluarga,
sehingga akan ada hubungan yang baik antara pihak sekolah dan orang
tua.
10
3. Kepada sekolah menengah pertama di Surakarta yang lain, harapannya
dapat mencontoh prgram MIR ( Multiple Intelligence Research ) yang
terdapat pengembangan kecerdasan interpersonal siswa yang sudah
dilaksanakan di SMP Lazuardi Kamila Global Islamic Schoo ( GIS )
Surakarta sebagai sekolah inklusi.
11
DAFTAR REFERENSI
12
LAMPIRAN
13
14
15
16
17