Anda di halaman 1dari 2

Pembaharuan dan rekonstruksi syahadat

Menurut bahasa pembaharuan dan rekonstruksi syahadat berarti memperbarui dan menyusun ulang suatu
syahadat namun, jika digali lebih jauh sebenarnya syahadat disini dekat sekali dengan ketauhidan.

Lalu apa hubungan tauhid dengan syahadat? Hubunganya adalah karena esensis dari suatu akidah adalah
ketauhidan pengesaan kepada allah semata dan peniadaan penyembahan kepada selain allah dan hal ini
diformulasikan dengan dua kalimat syahadat. “Asyhadu alla ila ha illallah waasyahadu anna muhammdar
rasulullah”.

Pembaruan sendiri merupakan terjemahan dari bahasa Barat “modernisasi”, atau bahasa Arab al-tajdid,
mempunyai pengertian pikiran, gerakan untuk menyesuaikan pahampaham ketauhidan dengan
perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

Sedangkan rekonstruksi menurut KBBI adalah pengembalian seperti semula atau bahasa singkatnya
adalah pemurnian.

Satu-satunya golongan yang mengklaim dirinya sendiri menjadi golongan membawa kebaharuan dan
pemurnian dalam ketauhidan adalah golongan wahabi dimana dipimpin oleh Muhammad bin abdul wahab
(1703-1787) yang berasal dari Nejd, Saudi Arabia.

Pemikirannya adalah upaya untuk memperbaiki keadaan umat Islam dan merupakan reaksi dari paham
tauhid yang terdapat dikalangan umat Islam saat itu.

Dimana paham-paham tauhid mereka telah tercampur dengan ajaran-ajaran lain sejak abad ke-13.
Wahabi adalah sebuah gerakan reformis puritanis (salafiyah).

Masalah tauhid merupakan ajaran yang paling dasar dalam Islam. Oleh karena itu tidak mengherankan
apabila Muhammad Abdul Wahab memusatkan perhatiannya pada persoalan ini.

Adapun pokok-pokok pemikirannya adalah:

A. Yang harus disembah hanyalah Allah dan orang-orang yang menyembah selain Allah dinyatakan
musyrik. Kebanyakan orang Islam bukanlah lagi penganut paham tauhid yang sebenarnya karena mereka
meminta pertolongan selain Allah, melainkan kepada Syeh, Wali atau kekuatan gaib. Orang Islam yang
berprilaku demikian juga dikatan musyrik.

B. Menyebut nama Nabi, Syech atau malaikat sebagai pengantar dalam doa juga dikatakan syirik. c.
Meminta syafaat selain kepada Allah juga syirik.

D. Bernazar kepada selain Allah juga syirik.

E. Memperoleh pengetahuan selain dari al Qur’an, Hadis dan Qiyas merupakan kekufuran. f. Tidak
mempercayai kepada Qada’dan Qadar juga merupakan kekufuran.

G. Menafsirkan al Qur’an dengan Ta’wil atau interpretasi bebas juga termasuk kekufuranGerakan Wahabi
inilah dalam perjalanannya mempengaruhi gerakan umat Islam diberbagai wilayah peradaban lainnya.
Gerakan ini menjadi jembatan ke arah pembaharuan Islam pada abad ke-20 yang lebih bersifat
intelektual.
Pada praktiknya wahhabisme tumbuh sebagai paham yang demikian keras, kaku, ketat dan tanpa
mengenal kompromi.[25] Sebagian kalangan menilai paham ini telah melampaui batas dalam menetapkan
definisi sempit tentang tauhid. Pendukung wahhabi dianggap terlalu mudah menyerukan takfir, yakni
memvonis sesama Muslim yang mereka tuduh sebagai sesat dan melanggar hukum
Islam,[26] sebagai kafir.

Akan tetapi, kritikus menunjukkan bahwa sesungguhnya dalam ziarah kubur, tidak ada Muslim yang
memuja bangunan atau makam tersebut, dan melakukan perbuatan syirik. Orang-orang Muslim yang
menziarahi makam Ahlul Bait atau Sahabat masih berdoa kepada Allah semata sambil mengingat sahabat
dan keluarga Nabi. Banyak bangunan yang terkait dengan sejarah Islam awal, termasuk
berbagai makam seperti Makam Al-Baqi dan artefak lainnya di Arab Saudi, telah dihancurkan oleh kaum
wahhabi sejak awal abad-19 sampai kini.[37][38] Praktik penghancuran makam yang kontroversial ini telah
menuai banyak kritikan dari Muslim Sunni lain, golongan Sufi, Syi'ah, serta dunia internasional.

Ironisnya, meski wahhabi menghancurkan banyak situs Islam, situs non-Islam, dan situs bersejarah terkait
Muslim awal; keluarga keluarga Nabi dan Sahabat Nabi, serta menerapkan larangan keras untuk
menziarahi situs-situs tersebut, pemerintah Saudi malah merenovasi makam Muhammad ibn Abd al-
Wahhab dan mengubah tempat kelahirannya menjadi tempat ziarah utama di kerajaan Saudi.[39].

Iman kepada allah dengan penghayatan fungsional

Iman berasal dari bahasa Arab yang berarti percaya, sedang menurut istilah, iman berarti membenarkan
dengan hati, diucapkann dengan lisan, dan dilaksanakan atau dikerjakan dengan perbuatan. Maka, Iman
Kepada Allah SWT berarti percaya dan membenarkan dengan hati bahwa dzat Allah SWT itu ada dengan
segala sifat-Nya yang sempurna, lalu dibuktikan dengan wujud ucapan lisan dan perbuatan amal ibadah.

Iman kepada allah dengan penghayatan fungsional bermakna mengimani allah dengan melihat dari segi
fungsi dari mengimani allah itu sendiri. Adapun fungsi Iman kepada Allah SWT bagi kita ialah:

1. Sebagai Penyelamat
2. Menjadikan manusia berakhlak baik
3. Sebagai Pedoman Hidup
4. Menumbuhkan Rasa Rendah Diri
5. Menumbuhkan Sikap Qanaa’ah
6. Ingat Akan Kematian
7. Menentramkan Hati

Anda mungkin juga menyukai