Anda di halaman 1dari 2

Seba Baduy, Tradisi Para leluhur yang digelar setiap

tahun

Ratusan warga baduy mengikuti upacara Seba di pendopo lama gubernur banten (5/5)

Dalam bahasa Baduy “Seba” berarti seserahan, merupakan sebuah tradisi adat yang harus
dilakukan setiap tahunnya bagi warga Baduy sebagai wujud nyata tanda kesetiaan dan dan
ketaatan kepada Pemerintah. Seba itu sendiri merupakan menyerahan hasil tani atau hasil
bumi pada pemerintah setempat yang biasa kita sebut dengan upeti pada kerajaan, itu semua
merupakan rasa syukur masyarakat baduy karena mendapatkan hasil panen yang melimpah.

Sebelumnya, masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar sudah terlebih dahulu melakukan
ritual adat Ngawalu dan Ngalaksa. Kata ngawalu dan ngalaksa, pada kalimat (ngukus
ngawalu muja ngalaksa) yaitu menyelenggarakan upacara Kawalu dengan membuat makanan
yang disebut laksa. Kawalu dilaksanakan 3 kali dalam satu tahun, yaitu bulang kasa disebut
kawalu tembey (awal), karo disebut kawalu tengah, dan katiga disebut kawalu tutug (akhir).

Pada bulan-bulan tersebut Masyarakat Baduy harus melakukan puasa yang disebut puasa
kawalu. Puasa kawalu dilakukan hanya satu hari pada tiap bulannya, yaitu mereka melakukan
puasa dengan cara tidak makan mulai tengah malan dan pada siang hari. Pada waktu
menjelang malam mereka mulai makan. Demikian dilakukan pada tiap bulan Kasa, Karo, dan
Katiga. Pada waktu bulan Katiga, mereka menyelenggarakan Ngalaksa, yaitu membuat
makanan Laksa, sejenis makanan dari tepung beras yang dicetak atau dibuat seperti mie dan
dicetak dalam tempat adonan yang disebut sangku.
Dilansir dari ejurnalpatanjala.kemdikbud.go.id maksud dan tujuan upacara Seba secara
umum adalah untuk mengharapkan keselamatan, pernyataan rasa syukur kepada Tuhan,
bahwa selama setahun masyarakat Baduy mampu mempertahankan religi dan tradisi leluhur
mereka. Adapun tujuan khusus diadakan upacara Seba adalah: Pertama, membawa amanat
Puun; Kedua, memberikan laporan selama satu tahun di daerahnya; Ketiga, menyampaikan
harapan; Keempat, menyerahkan hasil bumi; dan Kelima, untuk mempererat ikatan tali
silaturahmi secara formal kepada Bapak Gede.

kata Ayah Nurpa, seorang pemuka adat Baduy Mengatakan “Kita wajib melaksanakan tradisi
Seba yang dilaksanakan warga Badui setelah menjalani perayaan Kawalu itu, kita khawatir
jika tidak merayakan Seba dapat menimbulkan malapetaka maupun bencana. Sebab, perayaan
Seba sebagai titipan leluhur yang harus dilaksanakan setiap tahun” ujarnya

Waktu penyelenggaraan upacara Seba telah diperhitungkan secara matang dan disepakati
para jaro, warga masyarakat Baduy, baik Baduy Dalam maupun Baduy Luar, pimpinan
pemerintahan mulai dari pemerintah kecamatan, kabupaten sampai ke tingkat provinsi.
Tempat penyelenggaraan upacara yang termasuk dalam rangkaian upacara Seba antara lain,
rute perjalanan dari Desa Kanekes ke kantor Bupati Lebak (Pendopo), dan puncaknya
berakhir di kantor Gubernur Banten

Para siswa pula turut hadir memeriahkan acara Seba Baduy tersebut salah satunya Hilman
siswa SMPN 15 Kota Serang, Ia mengatakan kehadirannya tersebut dikarenakan ingin secara
langsung melihat dan mengetahui seperti apa Tradisi Seba yang dijalankan setiap tahunnya
“saya dan teman-teman waktu itu hadir karena ingin tahu dan ingin melihatnya, karena inikan
acara dilaksanakan satu tahun sekali” ujarnya (FRA)

Anda mungkin juga menyukai