Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH FISIKA MODERN

(ABKC4501)
“INTI ATOM”

DOSEN PENGAMPU:
Drs. M. Arifuddin Jamal, M.Pd.
Surya Haryandi, M.Pd.

KELOMPOK 4
Emy Nur Juliana (1710121220005)
Faisal Rahman (1710121210007)
Laila Rahmawati (1710121320007)
Ma’rifah Hidayati (1710121120007)
Shofia Rihtazkia Saputri (1710121220023)
Arlin Dwi Yani (1610121120002)
Hasanah (1610121120004)
Fitria Hatmiyanti (1610121220006)
Nita Purnama Hidayah (1610121220018)
Nuraidayanti (1610121220019)
Rusmalini (1610121220023)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah tentang materi Inti atomik ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun dalam
rangka memenuhi nilai tugas Mata Kuliah Fisika Modern. Atas bimbingan bapak/ibu dosen dan
saran dari teman-teman maka disusunlah makalah ini. Semoga dengan tersusunnya makalah ini
diharapkan dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi salah satu syarat tugas kami di
perkuliahan.
Makalah ini diharapkan bisa bermanfaat dengan efisien dalam proses perkuliahan. Dalam
menyusun makalah ini, kami banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, maka kami
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait. Dalam menyusun makalah ini kami
telah berusaha dengan segenap kemampuan untuk membuat makalah yang sebaik-baiknya.
Sebagai pemula tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini, oleh
karenanya kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini bisa menjadi lebih baik.
Demikianlah kata pengantar makalah ini dan kami berharap semoga makalah ini dapat
digunakan sebagaimana mestinya. Aamiin.

Banjarmasin, 27 Oktober 2019

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar belakang ................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 3
A. Karakteristik Inti Atom ..................................................................................................... 3
B. Gaya Inti............................................................................................................................ 12
C. Kestabilan Inti ................................................................................................................... 12
D. Teori Meson Gaya Nuklir ................................................................................................. 14
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi yang semakin canggih, teori dan
observasi mengenai benda-benda langit seperti bintang, planet, galaksi, serta benda eksotis
lainnya mengalami kemajuan yang pesat. Beribu tahun silam, manusia percaya bahwa bintang-
bintang dilangit selalu hidup dan bersinar. Akan tetapi anggapan tersebut salah karena bintang
memiliki masa hidup dan akhirnya mati. Bintang disebut mati apabila telah menyelesaikan
proses nukleosintesis dalam inti bintang. Bintang yang telah menyelesaikan proses nukleosintesis
tersebut akan meledak sehingga sebagian besar massanya akan terlempar menjauh dengan
kecepatan yang hampir mendekati kecepatan cahaya. Peristiwa ledakan yang sangat dahsyat ini
disebut sebagai supernova. Inti bintang tersebut mengalami keruntuhan gravitasi kemudian dapat
berubah menjadi tiga buah bintang antap1 yaitu katai putih, bintang neutron, dan lubang hitam
bergantung pada massa awal bintang tersebut.
Eksistensi bintang neutron diprediksi oleh Landau, lulusan dari Leningrad Physico-
Technical Institute, dalam papernya tentang bintang antap pada tahun 1931. Landau menghitung
massa maksimum dari bintang katai putih dan membuat spekulasi kemungkinan adanya benda
yang lebih padat dari katai putih. Pada bagian akhir paper, Landau membuat kesimpulan bahwa
pada bintang tersebut “kerapatan materi menjadi sangat besar dan mencapai kerapatan inti atom,
membentuk inti raksasa”. Pernyataan ini adalah penjelasan singkat mengenai materi rapat pada
bagian dalam bintang neutron yang diharapkan oleh Landau sebelum penemuan neutron.
Penemuan neutron oleh J. Chadwick membuat para fisikawan mulai mengkaji lebih dalam
adanya bintang yang lebih padat dari katai putih, yaitu bintang neutron. Prediksi bintang neutron
secara teoritik dikaji oleh W. Baade dan F. Zwicky pada tahun 1934. Mereka berpendapat bahwa
supernova menyebabkan bintang biasa berubah menjadi bintang neutron yang tersusun atas
neutron-neutron sangat rapat dan memiliki jari-jari yang sangat kecil serta mempunyai kerapatan
yang sangat tinggi. Kemudian pada tahun 1939, langkah yang paling penting dalam kajian
bintang neutron dilakukan oleh R. C. Tolman, J. R. Oppenheimer, dan G. M. Volkoff yang
merumuskan persamaan dasar untuk membangun model bintang neutron. Persamaan ini disebut
Tolman-Oppenheimer-Volkoff (TOV).

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat dikemukakan berdasarkan latar belakang di atas
yaitu “Bagaimana penjelasan tentang bagian-bagian dari inti atom?”

C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui penjelasan tentang bagian-
bagian dari inti atom.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Inti Atom
a) Pengertian Nomor Atom dan Nomor Massa
1. Nomor atom
Nomor atom adalah nomor yang menunjukkan jumlah proton atau jumlah elektron pada
atom. Nomor atom ini merupakan ciri khas suatu unsur. Karena atom bersifat netral, maka
jumlah proton sama dengan jumlah elektronnya, sehingga nomor atom juga menunjukkan
jumlah elektron. Elektron inilah yang nantinya paling menentukan sifat atau karakteristik
suatu unsur.
2. Nomor Massa
Nomor massa adalah nomor yang menyatakan banyaknya proton dan neutron yang
menyusun inti atom suatu unsur. Nomor massa hanya menyatakan jumlah proton saja, hal
ini dikarenakan massa elektron sangat kecil yaitu sekitar 9,11 𝑥 10−28 𝑔𝑟𝑎𝑚 dan dianggap
nol sehingga massa atom hanya ditentukan oleh inti atom yang proton dan neutron.

b) Lambang Nomor Atom dan Nomor Massa


Suatu atom memiliki sifat dan massa yang khas satu sama lain. Dengan penemuan partikel
penyusun atom, dikenal istilah nomor atom (𝑍) dan nomor massa (𝐴) penulisan lambang atom
unsur menyertakan nomor atom dan nomor massa yaitu sebagai berikut:
𝐴
𝑍𝑋

Keterangan:
𝐴 = Nomor Massa
𝑍 = Nomor Atom
𝑋 = Lambang Unsur

c) Rumus Nomor Atom dan Nomor Massa


1. Nomor Atom = Jumlah Proton
𝑍 = Jumlah Proton
2. Jumlah Neutron = Nomor Massa – Nomor Atom
Jumlah Neutron = 𝐴 − 𝑍

3
3. Nomor Massa = Jumlah Proton + Jumlah Neutron
𝐴 = Jumlah Proton + Jumlah Neutron
Bagaimana inti atom dituliskan? Jumlah proton dalam suatu inti atom disebut nomor atom,
dilambangkan oleh 𝑍. Adapun jumlah nukleon (proton dan neutron) dalam inti atom disebut
nomor massa, dilambangkan oleh 𝐴. Jika unsur dilambangkan oleh 𝑋, inti atom dengan nomor
atom dan nomor massa tertentu disebut nuklida. Sebuah nuklida dilambangkan sebagai berikut.
𝐴
𝑍𝑋

Dari lambang nuklida 𝐴𝑍𝑋, kita dapat menentukan jumlah proton dan neutron dalam inti
atom sekaligus jumlah elektron yang mengitari inti, yaitu sebagai berikut.
Jumlah proton =𝑍
Jumlah neutron =𝐴−𝑍
Jumlah elektron = 𝑍 untuk atom netral
Misalnya nuklida 56
26𝐹𝑒 , ini berarti memiliki:

Jumlah proton = 𝑍 = 26
Jumlah neutron = 𝐴 − 𝑍 = 56 − 26 = 30
Jumlah elektron = 𝑍 − 26 (untuk atom netral)
Apa yang dimaksud dengan isotop, isobar, dan isoton? Ketika ion-ion dari suatu unsur
murni dilewatkan dalam suatu spektrometer massa, fisikawan menemukan dua atau lebih tanda
yang berdekatan, yang muncul pada film. Sebagai contoh, bahan Neon murni menghasilkan dua
tanda yang jari-jari lintasannya berhubungan dengan atom-atom bermassa 20 𝑢 dan 22 𝑢. Bahan
Neon tersebut murni (tidak mengandung unsur lain) sehingga kita simpulkan bahwa pasti ada
dua jenis Neon yang memiliki massa yang berbeda. Kedua atom Neon yang berbeda ini disebut
isotop. Pada kenyataannya, ditemukan bahwa kebanyakan unsur-unsur disusun oleh campuran
berbagai isotop.
Dua isotop dalam spektrometer adalah Neon bermassa 20 dan 22, masing-masing
20 22 20
dilambangkan sebagai 10𝑁𝑒 dan 10𝑁𝑒 . Nuklida 10𝑁𝑒 memiliki 10 proton dan 10 neutron,
22
sedangkan nuklida 10𝑁𝑒 memiliki 10 proton dan 12 neutron. Dengan demikian, isotop
didefinisikan sebagai nuklida-nuklida dengan jumlah proton sama tetapi jumlah neutron berbeda.
Setiap unsur kimia memiliki beberapa isotop. Bahkan unsur Hidrogen yang setiap atomnya
hanya mengandung sebuah elektron pun memiliki tiga isotop yaitu proton ( 11𝐻 ), deuterium 21𝐻 ,
dan tritium 31𝐻 . Unsur-unsur lain bahkan memiliki isotop yang lebih banyak, misalnya timah

4
putih (Sn) yang sering digunakan sebagai bahan kaleng, biasanya memiliki sepuluh isotop.
Beberapa isotop tak terjadi secara alamiah. tetapi diproduksi dalam laboratorium melalui reaksi
nuklir.
Nuklida-nuklida dengan nomor atom sama berasal dari unsur yang sama. Tentu saja
nuklida-nuklida dengan nomor atom berbeda pasti berasal dari unsur yang berbeda. Bagaimana
dengan nuklida-nuklida 31𝐻 dan 32𝐻 ? Nuklida 31𝐻 memiliki 1 proton dan 3 nukleon, sedangkan
nuklida 32𝐻 memiliki 2 proton dan 3 nukleon. Nuklida 31𝐻 dan 32𝐻 merupakan isobar. Jadi, isobar
didefinisikan sebagai nuklida-nuklida dengan jumlah nukleon sama, tetapi jumlah protonnya
berbeda.
Bagaimana dengan nuklida 31𝐻 dan 32𝐻 ? Nuklida 31𝐻 memiliki jumlah neutron 2 dan
nuklida 42𝐻 juga memiliki jumlah neutron 2. Nuklida 42𝐻 dan 32𝐻 merupakan isoton. Jadi, isoton
didefinisikan sebagai nuklida-nuklida dengan jumlah neutron yang sama.

d) Muatan dan Massa Partikel-Partikel Pembentuk Atom


Proton memiliki satu muatan elementer positif yang besarnya sama dengan muatan
𝑒 elektron (│𝑒│ = 1,6 × 109 𝐶). Neutron tidak bermuatan sehingga neutron tidak dibelokkan
ketika melalui suatu medan listrik atau magnetik. Itulah sebabnya neutron lebih sukar untuk
dideteksi.
Massa-massa inti dapat diukur dengan ketelitian tinggi menggunakan spektrometer massa.
Massa proton kira-kira 1.836 kali lebih besar daripada massa elektron, tetapi massa proton
hampir sama dengan massa neutron. Massa atom ditentukan dengan satuan 𝑢
(𝑎𝑡𝑜𝑚𝑖𝑐 𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑢𝑛𝑖𝑡) yang didefinisikan sebagai berikut.
1
1 𝑎𝑡𝑜𝑚𝑖𝑐 𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑢𝑛𝑖𝑡 (𝑢) tepat sama dengan 2 massa isotop 12 karbon-12 ( 126𝐶 ).
12
Jadi, massa isotop 6𝐶 tepat sama dengan 12 𝑢, dengan 1𝑢 = 1,660559𝑥10−27 𝑘𝑔. Satu
proton atau satu neutron memiliki massa kira-kira 1 𝑢. Elektron memiliki massa hanya sebagian
kecil dari 1 𝑢.
Massa proton = 1,007276 𝑢
Massa neutron = 1,008665 𝑢
Massa elektron = 0,000549 𝑢

5
Ahli nuklir lebih sering menyatakan satuan massa dalam satuan energi ekuivalennya,
yaitu MeV/c2.
1 𝑢 = 1,660559𝑥10−27 𝑘𝑔 = 931,50 𝑀𝑒𝑉/𝑐 2 ≈ 931 𝑀𝑒𝑉/𝑐 2
dengan 𝑐 = 3𝑥108 𝑚/𝑠 adalah cepat rambat cahaya dalam ruang hampa.

e) Pengertian Isotop
Isotop adalah atom-atom yang mempunyai nomor atom yang sama, namun mempunyai
massa atom yang berbeda atau unsur-unsur sejenis yang memiliki jumlah proton sama, tetapi
jumlah neutron berbeda. Diketahui bahwa nomor atom merupakan identitas dari atom, sehingga
setiap atom yang sama maka unsurnya pun sama.
Sebagai contoh, atom-atom yang memiliki isotop dapat dilihat pada tabel di bawah:
Tabel 2.1 Contoh-Contoh Isotop
Unsur Isotop
1 2 3
Hidrogen 1𝐻 , 1𝐻 , 1𝐻
2 3 4
Helium 2𝐻 , 2𝐻 , 2𝐻
12 13 14
Karbon 6𝐶 , 6𝐶 , 6𝐶
14 15
Nitrogen 7𝑁 , 7𝑁
16 17 18
Oksigen 8𝑂 , 8𝑂 , 8𝑂 ,

f) Pengertian Isobar
Isobar adalah atom-atom yang mempunyai nomor atom yang berbeda namun memiliki
massa atomnya sama. Contoh atom yang termasuk dalam isobar dapat dilihat pada tabel di
bawah:
Tabel 2.2 Contoh-Contoh Isobar
Unsur Isobar
3
Hidrogen dan Helium 1𝐻 dan 32𝐻
14
Karbon dan Nitrogen 6𝐶 dan 147𝑁
24
Natrium dan Magnesium 11𝐶 dan 24
12𝑀𝑔

g) Pengertian Isoton

6
Isoton adalah atom-atom unsur berbeda (nomor atom berbeda) yang mempunyai jumlah
neutron yang sama. Contoh atom yang termasuk dalam isoton dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 2.3 Contoh-Contoh Isoton
Unsur Isoton Jumlah Neutron
3
Hidrogen dan Helium 1𝐻 dan 42𝐻 2
14
Karbon dan Nitrogen 6𝐶 dan 147𝑁 7
23
Natrium dan Magnesium 11𝑁𝑎 dan 24
12𝑀𝑔 12

Partikel-partikel apakah yang menyusun inti atom? Menurut penelitian Rutherford


diketahui bahwa inti bermuatan positif. Partikel-partikel bermuatan positif yang menyusun inti
ini disebut sebagai proton. Atom hidrogen ( 11𝐻 ) hanya mengandung sebuah elektron dan sebuah
proton. Dari percobaan Millikan dan Thomson diperoleh bahwa massa elektron sangat kecil
sehingga massa proton hanya sedikit lebih kecil daripada massa atom hidrogen.
Apakah inti atom hanya terdiri atas proton? Jika inti atom hanya terdiri atas proton, atom
oksigen yang intinya memiliki 8 proton akan memiliki massa kira-kira 8 kali massa atom
hidrogen. Akan tetapi, dengan menggunakan spektrometer massa diperoleh bahwa massa atom
oksigen kira-kira 16 kali massa atom hidrogen. Pada awal tahun 1920, Rutherford mengusulkan
bahwa inti seharusnya mengandung sejumlah partikel netral, dengan massa satu atom netral ini
hampir sama dengan massa proton. Ia menamai partikel ini sebagai neutron. Para ilmuwan
berusaha menemukan partikel netral tersebut. Pekerjaan menemukan partikel netral ini adalah
pekerjaan sukar karena pada waktu itu, alat-alat pendeteksi radiasi hanya peka terhadap partikel-
partikel bermuatan. Barulah 12 tahun kemudian, fisikawan Inggris, Jame Chadwick (1891-1974),
pada tahun 1933 berhasil mendemonstrasikan kehadiran partikel netral ini.
Diagram skematik dari peralatan Chadwick ditunjukkan pada Gambar 2.1. Partikel-partikel
ditembakkan pada sasaran Berilium. Berilium kemudian memancarkan suatu radiasi tembus
yang tak dikenal. Radiasi ini tidak dibelokkan baik oleh medan listrik maupun medan magnetik
sehingga dapat disimpulkan bahwa secara Iistrik partikel-partikel radiasi tersebut bersifat netral
(tidak bermuatan). Radiasi ini selanjutnya menumbuk lembaran parafin kaya hidrogen (berarti
juga kaya proton) dan mengeluarkan proton-proton dari parafin akibat tumbukan elastis. Proton-

7
proton bermuatan positif ini dengan mudah dideteksi oleh kamar ionisasi (ionization chamber
detector).

Gambar 2.1 Diagram skematik dari percobaan Chadwick.


Dengan menggunakan Hukum Kekekalan Momentum dan Energi, Chadwick mampu
membuktikan bahwa massa partikel netral tak dikenal yang menumbuk parafin memiliki massa
hampir sama dengan massa proton. Hasil ini persis seperti neutron Rutherford yang telah
diprediksi kehadirannya 12 tahun yang lalu.
Dengan demikian, inti atom terdiri atas sejumlah proton bermuatan positif dan sejumlah
neutron tak bermuatan. Proton dan neutron sebagai partikel-partikel penyusun inti atom
(nukleus) disebut sebagai nukleon.

h) Jari-Jari Inti Atom dan Volume Atom

Gambar 2.2 Inti atom mendekati bentuk bola (jari-jari = 𝑟) dan menggunakan
sejumlah proton (⊕) yang bergerombol rapat dengan sejumlah neutron (•).
Sumber: Kanginan, 2013.

8
Proton-proton dan neutron-neutron dalam inti bergerombol bersama dengan bentuk
mendekati bola, seperti diilustrasikan pada Gambar 2.2. Percobaan ini menunjukkan bahwa jari-
jari inti atom bergantung pada nomor massa 𝐴.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑜𝑛 + 𝑛𝑒𝑢𝑡𝑟𝑜𝑛 𝐴
= = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑎𝑛
𝑉 4 3
𝜋𝑟
3
1
𝐴 ~ 𝑅 3 atau 𝑅 ~ 𝐴3
Dengan mendefinisikan tetapan pembanding
𝑅 = 𝑅𝑜 𝐴1/3
𝑅𝑜 diperoleh dari percobaan-percobaan
𝑅𝑜 = ±1,2 × 10−15 𝑚 = 1,2 𝑓𝑚
Volume Inti:
4
𝑉 = 𝜋𝑅𝑜 𝐴1/3
3

i) Defek Massa dan Energi Ikat Inti


Massa atom netral (termasuk 𝑍 elektron yang dikandungnya) dapat diukur dengan
menggunakan spektrometer massa. Massa atom terlalu kecil jika dinyatakan dalam satuan
kilogram sehingga massa atom dinyatakan dalam 𝑎𝑡𝑜𝑚𝑖𝑐 𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑢𝑛𝑖𝑡 (𝑢) atau
𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑡𝑜𝑚 (𝑠𝑚𝑎).
4
Atom netral helium 2𝐻𝑒 mengandung 2 proton, 2 neutron, dan 2 elektron. Dengan
demikian, diharapkan massa atom 42𝐻𝑒 sama dengan jumlah massa 2 proton, 2 neutron, dan 2
elektron.
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 2 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑜𝑛 = 2𝑥1,007276 𝑢 = 2,014552 𝑢
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 2 𝑛𝑒𝑢𝑡𝑟𝑜𝑛 = 2𝑥1,008665 𝑢 = 2,017330 𝑢
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 2 𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑟𝑜𝑛 = 2𝑥0,000549 𝑢 = 0,001098 𝑢
+
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 42𝐻𝑒 = 4,032980 𝑢
Seperti telah dikatakan bahwa diharapkan massa 42𝐻𝑒 adalah 4,032980 𝑢. Akan tetapi, dari
4
hasil pengukuran spektrometer massa diperoleh massa atom 2𝐻𝑒 adalah 4,002602 𝑢.

Massa sebuah inti stabil selalu lebih kecil daripada gabungan massa nukleon-
nukleon pembentuknya.

9
Berdasarkan kasus ini, didapat kesimpulan umum sebagai berikut.
Selisih massa antara gabungan massa nukleon-nukleon pembentuk inti dengan massa inti
stabilnya disebut defek massa (mass defect). Untuk kasus inti, defek massa ∆𝑚, adalah sebagai
berikut.
∆𝑚 = 4,032980 𝑢 − 4,002602 𝑢
∆𝑚 = 0,030378 𝑢
Gaya-gaya inti kuat mengikat nukleon-nukleon untuk bersatu dalam sebuah inti stabil.
Oleh karena itu, diperlukan energi untuk memisahkan sebuah inti stabil menjadi proton-proton
dan neutron-neutron pembentuknya. Semakin stabil sebuah inti, semakin besar energi yang
diperlukan untuk memutuskan inti tersebut menjadi proton-proton dan neutron-neutron
pembentuknya. Energi yang diperlukan untuk memutuskan inti menjadi proton-proton dan
neutron-neutron pembentuknya disebut energi ikat inti (binding energy).

Gambar 2.3 Energi yang disebut energi ikat harus dipisahkan untuk memisah sebuah inti stabil
menjadi komponen-komponen pembentuknya: proton dan neutron.
Sumber: Kanginan, 2013.
Hukum kesetaraan massa-energi Einstein menyatakan bahwa massa yang hilang dapat
berubah menjadi energi mengikuti hukum 𝐸 = 𝑚𝑐 2 . Hukum ini dengan jelas menyatakan bahwa
defek massa inti ∆𝑚, berubah menjadi energi ikat inti ∆𝐸, dengan persamaan berikut.
∆𝐸 = 𝑚𝑐 2
dengan 𝑐 = 3𝑥108 𝑚/𝑠 adalah kelajuan cahaya dalam vakum. Telah diketahui bahwa
massa inti biasa dinyatakan dalam satuan 𝑢 dan energinya dinyatakan dalam jutaan elektron volt
(𝑀𝑒𝑉). Nilai 1 𝑢 = 931 𝑀𝑒𝑉/𝑐 2 sehingga jika 𝐸 dan ∆𝑚 dinyatakan dalam 𝑀𝑒𝑉 dan 𝑢, maka
akan menjadi sebagai berikut.

10
𝑀𝑒𝑉
∆𝐸 = ∆𝑚𝑥 (931 )
𝑢

j) Hubungan antara Energi Ikat Inti terhadap Nomor Massa


Energi ikat inti timbul akibat selisih massa antara jumlah massa nukleon-nukleonnya
dengan massa inti stabilnya. Jadi, untuk memisahkan nukleon-nukleon dalam inti kita perlu
memberikan energi minimal sebesar energi ikatnya. Jika energi ikat total kita bagi dengan
∆𝐸
banyaknya nukleon yang dikandung sebuah atom, kita peroleh energi ikat per nukleon . Kita
𝐴
∆𝐸
dapat melakukan perhitungan untuk berbagai atom. Pada gambar 1 ditunjukkan grafik
𝐴

hubungan antara energi ikat per nukleon terhadap nomor massa inti untuk berbagai atom.
56 238
Tampak inti Fe relatif lebih diikat kuat daripada inti U. Hal ini disebabkan energi ikat inti
56 238
per nukleon untuk Fe lebih besar daripada untuk U. Dengan kata lain, grafik ini
56
menunjukkan bahwa ketika proton-proton dan neutron-neutron bersatu membentuk inti Fe
dibebaskan lebih banyak energi daripada untuk membentuk inti 238U.
Energi ikat per nukleon mulai dari nilai kecil (0 untuk proton dan neutron, 1,11 MeV untuk
62
deuterium), naik ke suatu nilai maksimum 8,795 MeV untuk Ni, dan kemudian turun ke nilai
7,5 MeV untuk inti berat.

Gambar 2.4 Grafik antara energi ikat per nucleon terhadap nomor massa untuk berbagai inti.
Bentuk grafik Gambar 2.4 terutama ditentukan oleh tiga faktor, yaitu:
1. Lengkungan yang hampir lurus, terbentuk karena nukleon-nukleon berinteraksi hanya
dengan tetangga-tetangga terdekatnya, artinya energi ikat per nukleon tak bergantung pada
jumlah nukleon dalam inti (nomor massa 𝐴).

11
2. Lengkungan yang berkurang secara tajam untuk inti ringan, terbentuk karena inti ringan
secara relatif memiliki nukleon-nukleon yang lebih datar dan karena itu hanya memiliki
tetangga-tetangga terdekat yang lebih sedikit daripada inti berat.
3. Lengkungan yang berkurang secara berangsur untuk inti berat adalah berhubungan dengan
gaya tolak-menolak Coulomb antara proton-proton, yang semakin besar untuk jumlah proton
yang lebih banyak.
Gambar 2.4 memperlihatkan bahwa kita dapat melepaskan energi dari inti dengan dua cara.
Jika kita memisahkan suatu inti berat menjadi dua inti yang lebih ringan, energi akan dibebaskan
karena energi ikat per nukleon lebih besar untuk dua inti yang lebih ringan daripada untuk inti
induk yang berat. Proses ini dikenal sebagai reaksi fisi. Pilihan lain adalah kita dapat
menggabungkan dua inti ringan menjadi sebuah inti yang lebih berat, sekali lagi energi
dibebaskan karena energi ikat per nukleon lebih besar untuk inti berat yang dibentuk daripada
untuk kedua inti ringan. Proses ini dikenal sebagai reaksi fusi.

B. Gaya Inti
Gaya inti adalah gaya yang bekerja pada inti atom. Sifat dari gaya inti yaitu:
1. Gaya inti tidak disebabkan oleh muatan partikel, tetapi bergantung pada spin nukleon yang
berinteraksi.
2. Gaya inti harus sangat sangat kuat atau jauh lebih besar daripada gaya elektrostatis.
3. Gaya inti merupakan gaya yang dekat. Gaya yang hanya bekerja pada jarak tertentu
(10−15 𝑚).
4. Gaya inti tidak bekerja pada jarak yang sangat dekat sekali. Keadaan ini hanya
menyebabkan gaya tolak.
5. Gaya inti antara dua partikel tidak bergantung pada jenis partikel. Jadi bila terjadi proton-
proton, proton-neutron, neutron-neutron.

C. Kestabilan Inti
Proton-proton dan neutron-neutron dalam inti bergerombol bersama dengan bentuk
mendekati bola, seperti di ilustrasikan pada Gambar 2.6. Percobaan menunjukkan bahwa jari-jari
inti atom bergantung pada nomor massa 𝐴 dan secara pendekatan diberikan seperti berikut.
1
𝑟 = (1,2 × 1015 𝑚) 𝐴3

12
Gambar 2.5 Inti atom mendekati bentuk bola (𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖 = 𝑟) dan mengandung sejumlah
proton yang bergerombol rapat dengan sejumlah neutron.
Apa yang dimaksud dengan gaya inti? Inti atom mengandung sejumlah proton positif dan
sejumlah neutron netral. Antara proton dan proton bermuatan sejenis akan saling tolak-menolak
dengan gaya coulombyang cukup besar. Antara neuklon-neuklon (proton dan neutron) juga
muncul gaya gravitasi, tetapi gaya gravitasi sangat kecil jika dibandingkan dengan gaya
Coulomb. Gaya gravitasi tidak dapat mengimbangi gaya Coulomb sehingga kita harapkan
proton-proton dalam inti tercerai-berai oleh gaya tolak-menolak Coulomb. Faktanya ini tidak
terjadi sebab proton-proton tetap bersatu dengan neutron-neutron dalam inti. Dengan kata lain,
inti tetap stabil.
Inti tetap stabil karena adanya gaya inti kuat atau gaya nuklir kuat (strong nuclear force).
Gaya nuklir kuat (gaya inti) termasuk gaya tarik dengan jangkauan sangat pendek (kira-kira
2 𝑓𝑚 atau 2 × 1015 𝑚), yang terbentuk di antara semua pasrtikel inti (antara proton dan proton,
antara neutron dan neutron, dan juga antara proton dan neutron). Perhatikan, jika jarak antara
partikel lebih besar dari 2 𝑓𝑚, gaya inti sama dengan nol.
Grafik kestabilan inti
Gaya inti dengan jangkauan terbatas mempunyai peranan penting dalam kestabilan inti.
Agar sebuah inti stabil, gaya tolak elektrostatis antara proton-proton harus seimbang dengan
gaya tarik antara nukleon-nukleon yang dihasilkan oleh gaya inti. Akan tetapi, satu proton
menolak seluruh proton lainnya di dalam inti karena gaya elektrostatis memiliki jangkauan yang
lebih jauh. Kebalikannya, sebuah proton atau sebuah neutron hanya menarik tetangga
terdekatnya melalui gaya inti. Begitu jumlah proton 𝑍 dalam inti bertambah, maka jumlah
neutron 𝑁 harus bertambah lebih banyak jika kestabilan ingin dipertahankan. Gambar 2.7.

13
menunjukkan grafik 𝑁 terhadap 𝑍 untuk unsur-unsur yang memiliki inti stabil. Sebagai acuan,
grafik tersebut juga memperlihatkan garis lurus yang menampilkan keadaan 𝑁 = 𝑍. Dengan
sedikit pengecualian, titik-titik yang menggambarkan inti stabil berada di atas garis acuan ini,
(garis = 𝑍) menggambarkan fakta bahwa jumlah neutron menjadi lebih besar dari jumlah proton
ketika nomor atom 𝑍 meningkat.
Jika jumlah proton dalam sebuah inti terus meningkat, sampai pada suatu titik saat
keseimbangan antara gaya tolak elektrostatis dan gaya tarik inti tidak dapat diterima lagi dengan
peningkatan jumlah neutron. Inti stabil dengan jumlah proton paling banyak (𝑍 = 83) adalah
209
Bismuth 83𝐵𝑖 , yang memiliki 126 neutron. Semua inti dengan lebih dari 83 proton (misalnya,
Uranium dengan 𝑍 = 92) adalah tidak Stabil. Semua inti tidak stabil ini secara spontan pecah
atau menyusun ulang struktur-struktur internalnya begitu waktu berlalu. Peluruhan atau
penyusunan ulang struktur-Struktur internal secara spontan ini disebut radioaktivitas
(radioactivity), yang ditemukan pertama kali oleh Fisikawan Prancis, Henri Becquerel (1852-
1908) pada tahun 1896.

Gambar 2.6 Dengan beberapa pengecualian, inti stabil memiliki jumlah neutron 𝑁 yang sama
atau melebihi jumlah proton 𝑍.

D. Teori Meson Gaya Nuklir


Meson paling kecil: pion 𝜋
𝜋+

14
𝜋−
𝜋

𝑟 𝑟
∆𝑡 = ≈
𝑣 𝑐

Prinsip Ketaktentuan

∆𝐸. ∆𝑡 ≥
2
∆𝐸. ∆𝑡 ≥ ℏ
(𝑚𝜋 𝐶 2 )( 𝑟⁄𝑐 ) ≈ ℏ

𝑚𝜋 ≈
𝑟𝑐

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atom adalah satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron
bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran proton yang
bermuatan positif dan neutron yang bermuatan netral (terkecil pada hidrogen-1 yang tidak
memiliki netron) elektron-elektron pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh gaya
elektromagnetik. Mayoritas massa atom berasal dari proton dan neutron, jumlah keseluruhan
partikel ini dalam atom disebut sebagai bilangan massa. Massa sebuah inti stabil selalu lebih
kecil dari massa gaungan nukleon-nukleon pembentuknya disebut enegi ikat inti. Perubahan ini
disebut reaksi inti. Peluruhan radioaktif dan transmutasi inti merupakan reaksi inti. Radioaktif
ditemukan oleh ahli fisika perancis Hendri Becquerel.

B. Saran
Sesuai penjelasan di atas, sesungguhnya mempelajari fisika modern tentang inti atomik
dapat membawa manfaat bagi kehidupan sehari-hari, pemahaman kita menjadi lebih baik
terhadap alam sekitar dan sebagai proses yang berlangsung di dalamnya lebih baik dan juga jadi
mempunyai kemampuan untuk mengolah bahan alam untuk menjadi produk yang lebih berguna
bagi manusia. Oleh karena itu saran kami sebaiknya ilmu pengetahuan yang sudah ada dapat
dikembangkan lagi dengan tanggung jawab di dalamnya.

16
DAFTAR PUSTAKA
Mahardika, A. I., & Jamal, M. A. (2002). Pengantar Fisika Inti. Surabaya: PT REVKA PETRA
MEDIA.

17

Anda mungkin juga menyukai