Tetes Mata
Tetes Mata
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan, terletak
dalam lingkaran bertulang yang berfungsi untuk memberi perlindungan
maksimal sebagai pertahanan yang baik dan kokoh. Mata mempunyai
pertahanan terhadap infeksi, karena sekret mata mengandung enzim lisozim
yang dapat menyebabkan lisis pada bakteri dan dapat membantu
mengeliminasi organisme dari mata (Muzakkar, 2007).
Dalam pengobatan berbagai penyakit dan kondisi pada mata, ada beberapa
bentuk sediaan pada obat mata, dimana masing-masing obat mata tersebut
memiliki mekanisme kerja tertentu. Salah satunya bentuk sediaan obatnya
adalah tetes mata (Lukas, 2006).
Obat tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang
digunakan dengan meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak
dan bola mata. Persyaratan tetes mata antara lain : steril, jernih, tonisitas,
sebaiknya sebanding dengan NaCl 0,9 %. Larutan obat mata mempunyai pH
yang sama dengan air mata yaitu 4,4 dan bebas partikel asing. Penggunaan
tetes mata pada etiketnya, tidak boleh digunakan lebih dari satu bulan setelah
tutup dibuka, karena penggunaan dengan tutup terbuka kemungkinan terjadi
kontaminasi dengan bebas (Muzakkar, 2007).
1
Selain obat tetes mata digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dan
kondisi pada mata, dapat juga digunakan untuk menghilangkan
ketidaknyamanan pada mata (American Academy of Ophthalmology, 2011).
Menurut khasiatnya, obat mata dikenal antara lain sebagai anestetik topikal,
anestetik lokal untuk suntikan, midriatik & sikloplegik, obat-obat yang dipakai
dalam pengobatan glaukoma, kortikosteroid topikal, campuran kortikosteroid
dan obat anti-infeksi, obat-obat lain yang dipakai dalam pengobatan
konjungtivitis alergika, dan obat mata anti-infeksi.
Tetes mata diserap kedalam aliran darah melalui lapisan membran mukosa
pada permukaan mata, sistem pengeluaran air mata, dan hidung. Ketika
diabsorbsi pada aliran darah, tetes mata dapat menyebabkan efek samping pada
bagian tubuh lainnya. Beberapa efek samping diantaranya adalah denyut
jantung melemah, rasa pusing, dan sakit kepala. Walaupun demikian,
umumnya obat tetes mata memiliki resiko efek samping yang lebih kecil
2
daripada jenis obat-obatan lain yang dikonsumsi secara oral (American
Academy of Ophthalmology, 2011)
B. Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan obat tetes mata ?
2. Apa saja jenis-jenis obat tetes mata ?
3. Bagaimana tahapan atau cara pembatan obat tetes mata ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian obat tetes mata.
2. Untuk mengetahui golongan obat tetes mata dalam golongan antiseptic dan
anti infeksi, kortikosteroid, midriatik, miotik dan glukoma.
3. Untuk mengetahui cara pembuatan tetes mata
3
BAB II
PEMBAHASAN
Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan
sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan
pada mata. Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam
hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan
akan pengawet (dan jika perlu pemilihan pengawet) sterilisasi dan kemasan
yang tepat. (Farmakope Indonesia IV, halaman 12)
Menurut Ansel INA : Dengan definisi resmi larutan untuk mata adalah
larutan steril yang dicampur dan dikemas untuk dimasukkan dalam mata.
Selain steril preparat tersebut memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap
faktor-faktor farmasi seperti kebutuhan bahan antimikroba, isotonisitas, dapar,
viskositas dan pengemasan yang cocok.
4
B. Golongan Obat Tetes Mata
Kandungan obat antiseptik dan antiinfeksi mata selain pembawa yang harus
steril dan inert (tidak menimbulkan efek pada mata atau tidak bereaksi dengan
zat aktifnya/obat) dalam bentuk tetes atau salep, juga zat aktifnya merupakan
antibiotik/antiseptik atau antivirus dengan berbagai golongan.
Obat antiinfeksi untuk mata dibagi lagi dalam beberapa bagian yakni
antibakteri, antijamur, dan antivirus, yang masing-masing golongan tersebut
ada spesialisasi tersendiri khusus untuk obat-obatnya.
Golongan senyawa obat khusus untuk antibakteri dan antijamur yakni: asam
fusidat, firamisetin sulfat, gentamisin, kloramfenikol, levofloksasin, neomisin
sulfat, polimiksin B sulfat, ciprofloxacin, tobramisin, dibekasin, oxitetrasiklin,
sulfasetamid, dan tetrasiklin. Sementara golongan senyawa obat yang termasuk
antivirus yakni : asiklovir dan idoksuridin untuk infeksi herpes simpleks seperti
ulcer kornea.
5
Golongan Indikasi Efek Dosis Mekanisme
Obat Samping Kerja
6
2. Golongan Obat Tetes Mata Kortikosteroid
Kortikosteroid yang digunakan secara lokal (seperti tetes mata, salep mata,
atau injeksi subkonjungtival) atau secara oral dan sistemik memiliki peranan
penting dalam pengobatan inflamasi segmen anterior, termasuk yang
disebabkan oleh pembedahan. Tiga risiko yang berhubungan dengan
penggunaan kortikosteroid yakni : mata merah, glaukoma steroid dan katarak
steroid.
Peradangan pada mata sering juga disebabkan oleh infeksi bakteri, virus,
jamur dan alergi. Gejala yang dirasakan pasien misalnya mata berair dan gatal,
tampak kemerahan, adanya secret/kotoran mata, silau, buram atau kelopak
mata bengkak. Pengobatan bergantung kepada penyebabnya dapat berupa
antibiotika, anti inflamasi, anti alergi, anti jamur dan antivirus.
7
yang kabur, siang hari antiinflamasi dan
responsif katarak dan setiap 2 imunosupresan.
terhadap jam pada Betametason
steroid, malam hari, menstabilkan
atau alergi bila mulai leukosit
pada mata. membaik, lisosomal,
gunakan 1 mencegah
tts setiap 4 pelepasan
jam, hidrolase perusak
selanjutnya asam dari
sehari 3-4 leukosit,
kali 1 tetes. menghambat
akumulasi
makrofag pada
daerah radang.
8
5. Pada anak-anak penderita amblyopia (mata malas), midriatik digunakan
sebagai terapi untuk memburamkan pandangan mata agar otak anak
terstimulasi.
Antimuskarinik melebarkan pupil dan melumpuhkan otot siliaris keduanya
berbeda dalam potensi dan lama kerja. Midriatik yang relatif lebih lemah, kerja
singkat, seperti tropikamid 0.5%, digunakan untuk funduskopi. Penggunaan
Midriatik menyebabkan pelebaran pupil mata sehingga lebih sensitif terhadap
cahaya. Oleh sebab itu selain obat penggunaan kacamata UV juga dapat
membantu.
9
pasca Fenilefrin
operasi. 2.5% atau
10% sebelum
pembedahan.
Midriatik
pasca
operasi: 1-
3kali 1 tts
Glaukoma
malignant:
awal 1 tts
bersamaan
dengan
pemberian 1
tts larutan
Fenilefrin
2.5% atau
10%, 3 atau 4
kali sehari.
Glaukoma yang paling umum terjadi adalah glaukoma sudut terbuka primer
(glaukoma simplek kronik, glaukoma sudut lebar) dimana sumbatannya terjadi
pada trabecular meshwork. Kondisi ini sering tanpa gejala dan pederita
kehilangan penglihatan secara bermakna. Glaukoma sudut tertutup primer
10
(glaukoma sudut tertutup akut; glaukoma sudut sempit) disebabkan tertutupnya
aliran aqueous humour ke bilik anterior dan secara medis merupakan keadaan
gawat darurat.
11
C. Komposisi Tetes Mata
Bahan obat yang khas digunakan pada mata (Opthalmologika) adalah
farmaka pelebar pupil (midriatika), seperti atropine, S kopolamin, fenilefrin
dan ephinefrin dan bahan dengan kerj perixampit pupil (miotika) seperti
pilokarpin, fisostigmin, neostigimin, dan paraixo (miotosal). Untuk melaan
proses infeksi diguunakan antibiotic (misalnya klormfenikol, titotisin)
disamping garam perak untuk mengobati rasa nyeri digunakan anestetika local
(misalnya kokain, tetrakain). Akhirnya juga diperlukan bahan antiplogistik
(misalnya seng sulfat, kartikosteroida) (R.Voight.1994).
Adapun komposisi dari tetes mata diantaranya adalah :
1. Pengawet
2. Isotonisitas
3. Konsentrasi
4. Bahan penghelat
5. Viskositas dan zat pengental
Larutan mata yng viskositasnya bertambah akan tinggi dalam mata untuk
periode waktu yang lebih lama sehingga meningkatkan bioavabilitas obat
(Ansel, Howard C. 2011).
Kerugian yang prinsipnya dari larutan mata relative singkat antara obat dan
permukaan yang terabsorbsi serta hanya dapat bekerja pada bagian karena iris
dan konjunctiva (Remington, Joseph P, 2005). Diberikan pada volume yang
12
kecil maupun kapasitas mata menahan dan menyimpan terbatas (Ansel,
Howard C. 2011).
13
BAB III
PROSES PEMBUATAN OBAT TETES MATA
A. Proses Pembuatan
Dalam pembuatan sediaan tetes mata ada beberapa tahapan yang dilakukan
yaitu pertama melakukan kalibrasi botol sebagai wadah sediaan. Kemudian
alat-alat praktikum yang akan digunakan disterilkan ke dalam oven dengan
suhu 121°C selama 15 menit. Dilanjutkan dengan mensterilkan bahan yang
dibutuhkan dengan memasukkannya ke dalam oven/autoklaf suhu 45°C
selama 15 menit.
1. Formulasi
Dexamethasoni 50 mg
NaCl 89 mg
Asam Sitrat 200 m
Natrium Fosfat 490 mg
Metil Merkuri 1 gtt
Aqua Pro Injectione ad 10 ml.
2. Bahan
a. Dexamethasoni
b. NaCl
c. Asam Sitrat
d. Natrium Fosfat
e. Metil Merkuri
f. Aqua Pro Injectione
Penjelasan bahan :
14
inflamasi segmen anterior, irritis posterior difusa daan khoroiditos, neuritis
optic dan opthalmik simpatetik (Hardjosaputra, Purwanto.dkk. 2008).
Konsentrasi/Dosis
Parenteral
Dewasa : 0,5 – 9 mh/ hari IM atau IV sebagai permulaan, diikuti dengan
pengurangan dosis secara bertahap sampai seminimal mungkin, sesuai dengan
kemajuan klinis; dosis harus disesuaikan secara perseoranan atas dasar
penyakit yang sedang diobati beratnya penyakit dan kemajuan klinis; dosis
yang lebih keil mungkin mencukupi bagi penyakit yang lebih ringan,
sedangkan dosis yang lebih besar dari pada 9 mg/har mungkin diperlukan
untuk penyakit yang lebih berat (Hardjosaputra, Purwanto.dkk. 2008).
Mekanime Kerja :
Efek Samping :
Kontra Indikasi :
15
b. Zat Tambahan
Pengawet (asam sitrat)
Indikasi
Sebagai larutan penyangga (Dirjen POM, 1995)
Pengisotonis (NaCl)
Indikasi
Sumber ion klorida dan ion natrum (FI III, hal 403)
c. Pembawa/pelarut (Aqua Pro Injectione)
Dalam pengggunaan air digunakan sebagai pembawa (Dirjen POM, 1979).
Sejauh ini pembawa yang sering digunakan untuk produk steril adalah air,
karena iar merupakan pembawa untuk semua cairan tubuh (Lachman. 1989).
3. Alat
a. Autoklaf
b. Botol
c. batang pengaduk
d. cawan porselin
e. Erlenmeyer
f. Gegep
g. gelas ukur
h. kertas timbang
i. pinset, pipet tetes
j. sendok tanduk dan
k. Kertas Saring
l. Tutup Wadah Obat Tetes Mata, Wadah Obat Tetes Mata.
4. Metode/tahapan pembuatan
a. Sterilisasi alat
Teknik Sterilisasi Panas Basah (Autoklaf, Panci Presto)
Sterilisasi Panas Basah menggunakan autoklaf membutuhkan waktu
yang lebih singkat, sekitar 15 menit. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan
kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih
16
besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk
mesterilkan media digunakan suhu 121℃ dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4
Kpa) selama 15 menit. Alat-alat yang menggunakan teknik ini adalah Kertas
Saring, Tutup Wadah Obat Tetes Mata, Wadah Obat Tetes Mata.
Prosedur Kerja
17
2) Cuci bersih alat-alat tersebut dengan menggunakan aquadest kemudian
dikeringkan.
3) Tutup mulut labu erlemeyer, pipet tetes, dengan kapas
4) Kemudian bungkus semua alat-alat tersebut dengan menggunakan kertas
perkamen dengan rapi.
5) Kemudian masukkan kedalam oven (rak oven) dengan menjaga sirkulasi
udara oven tetap baik.
6) Kemudian atur suhu oven 160 ℃ selama 2 jam.
7) Setelah 2 jam matikan oven sampai suhu kamar.
8) Keluarkan alat-alat dari oven dengan perlahan-lahan kemudian masukkan
kedalam bak isolator steril.
Teknik Sterilisasi Secara Kimia
Teknik sterilisasi secara kimia menggunakan Alkohol 70% untuk
mensterilisasi alat-alat yang terbuat dari karet. Proses sterilisasi
menggunakan alkohol 70% ini harus dilakukan selama 24 jam dengan cara
direndam. Perendaman dapat juga dilakukan selama 1 jam. Dengan waktu 1
jam belum mencapai proses sterilisasi dan hanya mencapai proses desinfeksi
saja. Desinfeksi adalah proses untuk menghilangkan mikroorganisme
berbahaya dalam suatu alat.
Prosedur kerja
1) Siapkan alat-alat yang akan disterilisasi secara kimia : Tutup Vial, Karet
Pipet
2) Cuci bersih alat-alat tersebut dengan menggunakan aquadest kemudian
dikeringkan.
3) Siapkan panci dan masukkan alcohol 70% secukupnya kemudian
masukkan tutup karet, karet pipet kedalam alcohol 70% tutup panci lalu
diamkan selama 1 jam
4) Setelah 1 jam keluarkan tutup vial dan karet pipet keringkan didalam
lemari penyimpanan steril.
18
b. Pencampuran bahan
1) Bahan aktif yang digunakan yaitu dexamethasoni ditimbang sebanyak 50
mg
2) Larutkan dalam 50 ml API (Aqua Pro Injectione) untuk pengenceran,
3) Lalu ambil 1,2 ml dimasukkan dalam beaker glass.
4) Kemudian timbang NaCl 89 mg, Asam Sitrat 200 mg, Natrium Fosfat 490
mg,
5) Larutkan masing masing bahan yang ditimbang dengan API qs ad larut
6) Masukkan kedalam hasil pelarutan dexamethasone.
7) Selanjutnya diambil Metil Merkuri 1 tetes, di teteskan kedalam campuran
sampai homogeny
8) Masukkan hasil campuran kedalam botol tetes sambil disaring serta
ditambahkan API ad 10 ml.
c. Sterilisasi akhir ( sterilisasi sediaan obat)
Metode sterilisasi akhir merupakan proses sterilisasi yang dilakukan setelah
sediaan selesai dikemas, untuk selanjutnya dilakukan sterilisasi, jenis metode
sterilisasi yang sering digunakan adalah metode sterilisasi panas lembab
menggunakan autoklaf, namun sterilisasi akhir dapat dilakukan dengan
berbagai metode (panas kering, filterisasi, EM, pengion, gas, dsb),
pertimbangan untuk memilih metode sterilisasi yang sesuai adalah dengan
mempertimbangkan kestabilan bahan dan zat yang terhadap panas atau
kelembaban (Stabilitas, Kompatibilitas dan Efektifitas serta Efisiensi).
Sterilisasi Panas Lembab adalah sterilisasi dengan menggunakan uap panas
dibawah tekanan berlangsung didalam autoklaf, umumnya dilakukan dalam
uap jenuh dalam waktu 30 menit dengan suhu 115 C - 116 C, lama dan suhu
tergantung bahan yang disterilisasi,
Prosedur kerja
1) Sediaan tetes mata yang sudah jadi ditutup dengan kertas perkamen yang
diikat dengan tali dan disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 115 - 116 0C
selama 30 menit.
19
2) Larutan tetes mata yang telah steril dimasukan ke dalam botol berpipet yang
khusus digunakan untuk sediaan tetes mata yang telah dikalibrasi.
3) Sediaan jadi diberi etiket, dan dilengkapi dengan brosur.
B. Evaluasi
Evaluasi sediaan merupakan tahap akhir dalam serangkaian proses
pembuatan sediaan farmasi tetes mata dengan cara melihat bentuk sediaan.
Pada sediaan tetes mata, harus dilakukan uji evaluasi terlebih dahulu untuk
mengetahui apakah sediaan tetes mata tersebut layak untuk di gunakan dalam
pengobatan atau tidak.
1. Uji Organoleptis
Uji organoleptik atau uji indera atau uji sensori merupakan cara pengujian
dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran
daya penerimaan terhadap suatu produk. Pengujian organoleptik mempunyai
peranan penting dalam penerapan mutu suatu sediaan. Pengujian organoleptik
dapat memberikan indikasi kebusukan, kemunduran mutu dan kerusakan
lainnya dari produk.
Uji organoleptik biasanya dilakukan untuk menilai mutu bahan mentah yang
digunakan untuk pengolahan dan formula yang digunakan untuk menghasilkan
produk. Selain itu, dengan adanya uji organoleptik, produsen dapat
mengendalikan proses produksi dengan menjaga konsistensi mutu dan
menetapkan standar tingkat atau kelas-kelas mutu. Produsen juga dapat
meningkatkan keuntungannya dengan cara mengembangkan produk baru,
meluaskan pasaran, atau dengan mengarah ke segmen pasar tertentu. Dengan
uji organoleptik, produsen juga dapat membandingkan mutu produknya dengan
produk pesaingnya sehingga dapat memperbaiki kekurangan produknya
dengan cara menyeleksi bahan mentah atau formulasi dari berbagai pilihan atau
tawaran.
Pengujiannya dilakukan dengan mengamati bau, rasa, warna serta kelarutan
bahan dalam sediaan larutan tetes mata. Setelah itu hasil pengamatan dicatat
dan dilaporkan dalam bentuk tabel.
20
2. Kejernihan
Kejernihan adalah suatu batasan yang relatif, artinya sangat dipengaruhi
oleh penilaian subjektif dari pengamat. Uji kejernihan larutan sangat penting
untuk memastikan tidak ada partikel padat yang belum terdispersi kecuali
sediaan yang dibuat dalam bentuk suspensi, serta untuk mengidentifikasi
partikel-partikel yang tidak diinginkan dalam sediaan larutan tetes mata
tersebut. Tidak dapat diragukan, suatu larutan bersih yang sangat mengkilap,
membawa pengaruh bagi pengamat untuk menyimpulkan bahwa produk
tersebut istimewa baik dalam mutu maupun kemurniannya.
Uji kerjernian di tujukan untuk memastikan tidak ada partikel padat kecuali
berbentuk suspensi. Pengamatan dilakukan di bawah cahaya yang terdifusi,
tegak lurus ke arah bawah tabung.Penetapan dilakukan dengan menggunakan
tabung reaksi alas datar diameter 15 mm hingga 25 mm, tidak berwarna,
transparan, dan terbuat dari kaca netral. Masukkan ke dalam dua tabung reaksi
masing-masing larutan zat uji dan suspensi padanan yang sesuai secukupnya,
dibuat segar sehingga volume larutan dalam tabung reaksi terisi setinggi tepat
40 mm. Bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit pembuatan suspensi
padanan dengan latar belakang yang hitam.
Larutan mata adalah dengan definisi bebas dari partikel asing dan jernih
secara normal diperoleh dengan filtrasi.Tentunya, pentingnya peralatan filtrasi
agar jernihdan tercuci baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak
dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan untuk
menghilangkannya. Pengerjaan penampilan untuk larutan dalam lingkungan
yang bersih, penggunaan LAF dan harus tidak tertumpah memberikan
kebersihan untuk penyiapan larutan jernih bebas dari partikel asing. Dalam
beberapa permasalahan, kejernihan dan sterilisasi dilakukan dalam langkah
filtrasi yang sama. Ini penting untuk menyadari bahwa larutan jernih sama
fungsinya untuk pembersihan wadah dan tutup. Keduanya, wadah dan tutup
harus bersih, steril dan tak tertumpahkan. Wadah atau tutup tidak membawa
21
partikel dalam larutanselama kontak lama dalam penyimpanan. Normalnya
dilakukan tes sterilisasi.
22
yang sempurna, meskipun hal ini sangat sulit direalisasikan. Oleh karena
kelarutan dan stabilitas bahan obat dan sebagian bahan pembantu juga kerja
optimum disamping aspek fisiologis (tersatukan) turut berpengaruh.
Aspek-aspek tersebut sangat jarang dalam kondisi optimal pada harga pH
fisiologis. Harga pH yang tepat yang dimiliki larutan, merupakan harga
kompromis antara faktor-faktor yang telah disebutkan tadi. Harga itu disebut
sebagai harga euhidris misalnya garam alkaloida yang umumnya dipakai
sebagai tetes mata memiliki stabilitas maksimal dalam daerah pH 2 – 4, yang
jelas sangat tidak fisiologis. Hal yang sama terjadi pada anestetikal lokal untuk
terapi mata (stabilitas maksimumnya pada harga pH 2,3 -5,4). Yang terakhir ini
dengan menaiknya harga ph juga menunjukan peningkatan efektifitas atas
dasar membaiknya penetrasi pada kornea. Dengan mempertimbangkan
keseimbangan fisiologisnya, larutan ini dieuhidritkan sampai pada harga pH 5,
5 - 6,5.
Penyeimbangan pH pada umumnya dilakukan dengan larutan dapar isotonis.
Larutan dapar berikut digunakan secara internasional :
1) Dapar natrium asetat-asam borat, kapasitas daparnya tinggi dalam daerah
asam.
2) Dapar fospat, kapasitas daparnya tinggi dalam daerah alkalis.
3) Jika harga pH yang ditetapkan atas dasar stabilitas berada diluar daerah
yang dapat diterima secara fisiologis, diwajibkan untuk menambahkan
dapar dan melakukan pengaturan pH melalui penambahan asam atau
basa.Larutan yang dibuat seperti itu praktis tidak menunjukan kapasitas
dapar sehingga oleh cairan air mata lebih mudah diseimbangkan pada
harga fisiologis dari pada larutan yang didapar.Antara isotonis dan euhidri
terdapat kaitan yang terbatas dalam hal tersatukannya secara fisiologis
yakni jika satu larutan mendekati kondisi isotonis, meskipun tidak berada
pada harga pH yang cocok masih dapat tersatukan tanpa rasa nyeri.
4) Idealnya, sediaan tetes mata sebaiknya diformulasi pada pH yang ekivalen
dengan cairanair mata yaitu 7,4 dan prakteknya jarang dicapai. Mayoritas
bahan aktif dalam optalmology adalah garam basa lemah dan paling stabil
23
pada pH asam.Ini umumnya dapat dibuat dalam suspensi kortikosteroid
tidak larut. Suspensi biasanya paling stabilpada pH asam, pH optimum
umumnya menginginkan kompromi pada formulator.pH diseleksi jadi
optimum untuk stabil. Sistem dapar diseleksi agar mempunyai kapasitas
adekuat untuk memperoleh pH dengan range stabilitas untuk durasi umur
produk. Kapasitas buffer adalah kunci utama situasi ini.
Prosedur Pengujian :
Kertas indikator pH. Kertas dicelupkan ke dalam larutan dan hasil warna
yang terbentuk dibandingkan terhadap warna standar. pH meter (FI IV,
<1071>)
Harga pH adalah harga yan gdiberikan oleh alat potensiometrik (pH meter)
yang sesuai, yang telah dibakukan terhadap Baku larutan dapar, yang
mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH. Pelarut untuk Larutan
dapar harus sama dengan pelarut sediaan.
4. Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam
larutan berair. Larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketika
magnitude sifat koligatif larutan adalah sama. Larutan tetesmata
dipertimbangkan isotonik ketika tonisitasnya sama dengan 0,9 % larutan NaCl.
Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas dari suatu waktu yang
diusulkan. Sediaan tetes mata sebaiknya dibuat mendekati isotonis agar dapat
diterima tanpa rasa nyeri dan tidak dapat menyebabkan keluarnya air mata,
yang dapat mencuci keluar bahan obatnya. Untuk membuat larutan mendekati
isotonis, dapat digunakan medium isotonis atau sedikit hipotonis, umumnya
digunakan natrium-klorida (0,7-0,9%) atau asam borat (1,5-1,9%) steril. Mata
biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range 0,5 % – 1,8 %NaCl
intraokuler. Namun demikian ini tidak dibutuhkan ketika stabilitas produk
dipertimbangkan.
24
5. Viskositas
Tetes mata dalam air mempunyai kerugian, oleh karena mereka dapat
ditekan keluar dari saluran konjunktival oleh gerakan pelupuk mata. Oleh
karena itu waktu kontaknya pada mata menurun. Melalui peningkatan
viskositas larutan tetes mata dapat dicapai distribusi bahan aktif yang lebih
baik didalam cairan dan waktu kontak yang lebih panjang dengan mata. Lagi
pula sediaan tersebut memiliki sifat lunak dan licin sehingga dapat mengurangi
rasa nyeri. Oleh Karena itu sediaan ini sering dipakai pada pengobatan kerato
konjunktifitis. USP mengizinkan penggunaan peningkat viskositas untuk
memperpanjang waktu kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan
aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metil selulose, polivinil alkohol dan
hidroksil metil selulose ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan
viskositas. Para peneliti telah mempelajari efek peningkatan viskositas dalam
waktu kontak dalam mata.umumnya viskositas meningkat 25-50 cps range
yang signifikan meningkat lama kontak dalam mata. Adapun prosedur Uji
sebagai berikut :
Masukan larutan tetes mata dalam viskosimeter ostwald melalui pipa yang
berdiameter lebih besar/yang mempunyai labu.
Larutan tetes mata dihentikan dimasukan apabila ½ ruang yang berbentuk
tabung terisi.
Tutup labu yang berdiameter kecil dengan bola hisap
Hisap larutan tetes mata dengan bola hisap hingga naik diatasnya garis yang
paling atas
Lepaskan bola hisap, bila larutan tetes mata turun tampak pada garis
pertama,hidupkan stopwatch.
Matikan stopwatch ketika larutan tetes mata tepat pada garis ke 2
Hitung kekentalanya, lakukan percoban diatas 3 kali
Hitung waktu alir larutan tetes mata, hitung kekentalannya
25
6. Uji Sterilitas
Semua produk tetes mata yang diberi label steril harus melewati uji sterilitas
setelah mengalami suatu proses sterilisasi efektif. Uji sterilisasi sangat penting
untuk membersihkan larutan tetes mata dari pencemaran (kontaminasi)
mikroorganisme yang merugikan (patogen) dan juga untuk mengetahui tingkat
sterilitas dari larutan tetes mata tersebut.Sediaan tetes mata dinyatakan steril
apabila bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun yang tidak,
baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif. Adapun
prosedur Uji sebagai berikut :
26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang
digunaka dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar
kelopak mata dari bola mata. ( Farmakope Indonesia III, halaman 10)
Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan
sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan
pada mata. Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam
hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan
akan pengawet (dan jika perlu pemilihan pengawet) sterilisasi dan kemasan
27
B. Saran
Kami harap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pembaca juga
dapat mengetahui tentang obat tetes mata serta dapat memberikan kritik, saran
agar makalah ini dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya.
28
DAFTAR PUSTAKA
Muzakkar, 2007. Uji Sterilitas Tetes Mata. Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
dan Pengetahuan Alam (STIFA) Pelita Mas, Palu
29