PENDAHULUAN
Batuan penyusun formasi ini di bagian bawah terdiri dari batupasir kasar,
kemudian ke atas berangsur menjadi batupasir halus yang berselang-seling dengan
serpih, batulanau dan batulempung. Pada bagian bawah kelompok batuan ini tidak
mengandung bahan karbonat. Namun di bagian atasnya, terutama batupasir,
mengandung bahan karbonat. Formasi Sambipitu mempunyai kedudukan menjemari
dan selaras di atas Formasi Nglanggran.
I.1.3. GEOMORFOLOGI
Morfologi daerah penelitian menunjukkan perbukitan dengan sungai berstadia
dewasa. Pada lokasi pengamatan I dan II berada pada daerah sungai.
Contoh :
tanda/jejak yang dibuat hewan-inventerbrate saat bergerak, merayap, makan,
memanjat, lari atau istirahat, pada atau di dalam sedimen lunak.
Struktur sedimen ini seringkali terawetkan sehingga membentuk tinggian atau
rendahan (a raised or depressed form) pada batuan sedimen.
Tanda/jejak hasil aktifitas atau kebiasaan organisma sebagai trace fossil atau
ichofossil dikenali berupa : tracks, trail, burrow, tube, boring atau tunnel.
a) Track = struktur fosil jejak berupa bekas atau jejak yang tercetak pada material
lunak, terbentuk oleh kaki burung, reptil, mamalia atau hewan lainnya. Istilah lain
untuk track adalah footprint.
b) Trail = struktur fosil jejak berupa jejak atau tanda lintasan satu atau beberapa
hewan yang berbentuk tanda seretan menerus yang ditinggalkan organisma pada saat
bergerak di atas permukaan.
c) Burrow = struktur fosil jejak berupa liang di dalam tanah, biasanya untuk
bersembunyi
Kegunaan:
Trace fossils tidak mengawetkan tubuh atau morfologi organisma, tapi memiliki
kelebihan dibandingkan fosil kerangka, yaitu :
- Trace fossils biasanya terawetkan pada lingkungan yang berlawanan dengan
pengendapan fosil rangka (misalnya : perairan dangkal dengan energi tinggi,
batupasir laut dangkal dan batulanau laut dalam)
- Trace fossils umumnya tidak dipengaruhi oleh diagenesa, dan bahkan
diperjelas secara visual oleh proses diagenesa.
- Trace fossils tidak tertransport sehingga menjadi indikator lingkungan
pengendapan yang sebenarnya.
Determinasi :
Klasifikasi:
1. Ethological Classification
2. Klasifikasi berdasarkan perilaku hwean yang menghasilkannya dan
hubungannya dengan fosil rangka
3. Klasifikasi berdasarkan pengawetannya
Selain tracefossil, dikenal tipe lain yang semula diklasifikasikan sebagai ichnofosil,
seperti :
1. Artifact dan oddballs
Jenis ini diklasifikasikan sebagai fossil terutama ketika istilah fosil belum
terdefinisikan dengan baik. Contoh : senjata
Klasifikasi dalam fosil jejak dapat didasrkan pada 4 hal yaitu, taksonomi, model
pengawetan, pola hidup dan lingkungan pengendapan.
II.3 TAKSONOMI
ï Jejak yang sama dapat saja dihasilkan oleh lebih dari satu jenis organis.
Contoh : Ophiomorpha
ï Bagian-bagian struktur biogenic dapat dihasilkan oleh dua atau lebih organism
berbeda yang hidup bersama-sama. Contoh : Thalassinoides.
Sejak diketemukan hubungan antara fosil jejak dengan perilaku organism, maka salah
satu tujuan mempelajari fosil jejak adalah mengenali perilaku dari organism yang
sudah mati. Perilaku-perilaku tersebut dapat tercermin pada struktur sedimen dan
dapat dibedakan dalam beberapa jenis perilaku. Seilacher mengelompokan jenis-jenis
perilaku menjadi :
Kegunaan utama dari studi fosil jejak adalah sebagai penentu lingkungan masa
lampau. Seilacher ( 1967 ) memperkenalkan konsep Ichnofasies yaitu hubungan
antara lingkungan pengendapan dengan kemunculan fosil-fosil jejak. Konsep ini
kemudian lebih dikembangkan lagi oleh Pemberton, dkk ( 1984 )
1. Scoyenia, terbentuk pada lingkungan darat ataupun air tawar. Beberapa genus
yang masuk dalam fasies ini antara lain :Scoyenia, Planolites, Isopdhichnus dan
beberapa yang lainnya.
3. Cruziana, terbentuk pada laut dangkal dengan permukaan air laut surut. Sangat
dipengaruhi oleh gelombang. Hampir semua bentuk baik vertical maupun horizontal
dapat terbentuk. Beberapa genus yang termasuk kelompok ini antara lain :
Rusophycus, Cruziana dan Rhizocorallium
Cuaca : Cerah
Waktu : 08.00 - 09.30
Kedudukan Batuan : N 79∫ E / 16∫
Struktur Batuan : silang-siur
Terdiri dari 3 unit litologi. Unit litologi ini (dari tua ke muda) yaitu:
Secara umum keterdapatan fosil jejak di daerah ini, baik kualitas maupun
kuantitasnya cukup representatif untuk dianalisis dalam menentukan lingkungan
pengendapan purba. Fosil jejak ditemukan hampir di setiap lapisan batuan yang
sebagian besar sejajar perlapisan dan berelief semi relief dengan kenampakan
negative dan positif epirelief. Fosil jejak dengan kedudukan full relief jarang
dijumpai. Berdasarkan klasifikasi ethologi atau tingkah laku, fosil jejak di daerah
penelitian terdiri dari grazing traces (Pascichnia) dan crawling traces (Repichnia).
a. Fosil pertama
Model Pengawetan : semi relief
Pola Hidup : repichnia
Ciri-ciri : - ada sekat-sekat pada tubuh
- memiliki bentuk curve / cembung pada tubuhnya
Genus : Nereites
b. Fosil kedua
Model Pengawetan : semi relief
Pola Hidup : Pascichnia
Ciri-ciri : - ada sekat-sekat pada tubuh
- memiliki bentuk curve / cembung pada tubuhnya
Genus : Zoophycos
Terdapat fosil jejak berupa Nereites yang merupakan penciri dari lingkungan
pengendapan laut dalam (deep marine) atau bathyal. Sedangkan fosil jejak berupa
Zoophycos yang merupakan bentuk transisi, dapat sebagai penciri lingkungan
pengendapan offshore shelf sampai deep marine (abysal-bathyal).
Terdiri dari 2 unit litologi. Unit litologi ini (dari tua ke muda) yaitu:
a. Unit litologi batulempung karbonatan
warna : coklat merah muda
struktur : berlapis, silang siur,
terdapat kekar dengan pola berpasangan
tekstur : klastik
komposisi : karbonatan
ketebalan : - meter
ciri khas : bereaksi dengan HCL (berbuih)
nama batuan : kalsilutite
Keterdapatan fosil jejak di lokasi penelitian boleh dikata sangat banyak sekali.
Akan tetapi karena kondisi singkapan tergenang air akibat arus yang cukup
deras,mengakibatkan hanya beberapa fossil yang dapat di amati.
Pada lokasi II ini Terdapat fosil jejak berupa Chondrites yang merupakan
penciri dari lingkungan pengendapan laut pada zona bathyal.
BAB IV
KESIMPULAN
Puji dan syukur kehadirat ALLAH Yang Maha Kuasa karena hanya oleh
Rahmat-Nya yang dilimpahkan kepada penyusun, maka dengan demikian penyusun
dapat menyelesaikan laporan Praktikum Paleontologi ini.
Maksud dan tujuan dari disusunnya laporan resmi praktikum Paleontologi ini
adalah untuk memenuhi syarat guna mendapatkan nilai praktikum Paleontologi, bagi
mahasiswa jurusan Teknik Geologi yang mengambil mata kuliah tersebut. Selain itu
sebagai syarat untuk menyelesaikan Praktikum Paleontologi dan agar dapat mengikuti
praktikum-praktikum selanjutnya yang ada di STTNAS Yogyakarta. Selain itu
pembuatan Laporan Praktikum Paleontologi ini adalah sebagai bukti hasil dari
percobaan-percobaan yang dilakukan saat praktikum, dan untuk melengkapi tugas
dari Praktikum Paleontologi.
Laporan ini disusun berdasarkan data – data yang diperoleh selama mengikuti
praktikum Paleontologi dan buku – buku yang membahas Paleontologi serta referensi
lain yang sangat menunjang dalam penyusunan laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, karena
terbatasnya kemampuan dan pengetahuan dari penyusun. Oleh karena itu penyusun
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan ini.
Dan pada kesempatan ini, penyusun juga ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Bu Bernadeta Subandini Astuti selaku dosen penanggung jawab sekaligus
pembimbing praktikum yang telah banyak memberikan masukan yang sangat
berarti.
2. Asisten-asisten dosen yang telah banyak membantu dan membimbing
praktikan dalam melaksakan praktikum dan penyusunan laporan.
3. Rekan – rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah membantu selama
praktikum dan penyusunan laporan ini.
Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan. Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata
penulisan laporan ini. Maka saran-saran dari pembaca dibutuhkan dalam tujuan
menemukan refleksi untuk peningkatan mutu dari laporan serupa di masa mendatang.
Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL………………………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………
1.1. Lokasi Penelitian
1.1.1. Formasi lokasi penelitian
1.2. Lokasi Analisis Fosil Jejak
1.2.1. Lokasi Pengamatan I
1.2.2. Lokasi Pengamatan II
1.3. Maksud dan Tujuan
BAB II DASAR TEORI………………………………………………………………..
2.1. Fosil Jejak
2.2. Klasifikasi Fosil Jejak
2.3. Taksonomi Fosil Jejak
2.4. Pola Hidup
2.5. Lingkungan Pengendapan
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………………
3.1. Litologi Daerah Penelitian 1
3.2. Fosil Jejak di daerah penelitian
3.3 Analisa Lingkungan Pengendapan
BAB IV KESIMPULAN……………………………………………………………….
LAMPIRAN…………………………………………………………………………….