Modul Sejarah Indonesia
Modul Sejarah Indonesia
MASA PRA-AKSARA DI
INDONESIA
120 Menit
2. Menunjukkan sikap tanggung jawab dan peduli terhadap hasil kebudayaan masa pra-aksara
A. KOMPETENSI DASAR
3.3.1 Menggambarkan awal terbentuknya kepulauan Indonesia.
3.3.2 Menganalisis beberapa wilayah (Sangiran, Trinil, Ngawi, Jawa Timur) sebagai pusat
persebaran dan penemuan fosil Manusia Purba di Indonesia.
3.3.3 Menganalisis beberapa temuan fosil manusia purba di Sangiran dan Trinil, Ngawi, Jawa
Timur.
3.3.4 Melacak asal usul nenek moyang bangsa Indonesia (Melanesoid, Proto dan Deutro
Melayu).
3.3.5 Mengenali corak kehidupan masayarakat praaksara.
1
B. Pokok Bahasan
Kehidupan Awal di Kepulauan Indonesia
Peta Konsep
Kehidupan awal di
Kepulauan Indonesia
Asal-usul Nenek
Moyang bangsa
Corak Kehidupan Indonesia
Jenis-Jenis Manusa Masyarakat Pra-
Purba di Indonesia aksara di Indonesia
Proses Alam
terjadinya
Teori asal-
Kepulauan di
usul nenek
Indonesia
Berburu dan moyang
Meramu bangsa
Penemuan Indonesia
makanan
Fosil Manusia
Proses Alam tingkat
purba di
Terbentuknya sederhana
daerah
Alam Semesta
Sangiran,
Trinil, dan Berburu dan Kedatangan da
Ngawi Meramu persebaran
Nenek moyang
makanan
bangsa
tingkat
Indonesia
Proses lanjut
terbentuknya
kepulauan di Bercocok
Indonesia tanam
perundagian
2
MATERI MODUL
3
Mojokertensis
Pithecanthropus
Robustus
300.000 Plestosin Pithecanthropus
tengah Erectus
(trinil)
40.000 Plestosin Homo Soloensis
atas Homo
(ngandong) Wajakensis
20.000 Holosin Homo Sapiens
(aluvium) (Manusia cerdas)
Geologi adalah ilmu yang memperlajari bumi secara keseluruhan. Berdasarkan ilmu
geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi dalam empat zaman berikut ini
a. Arkezoikum
- Zaman tertua
- Berlangsung 2,5 miliar tahun lalu
- K eadaan bumi masih labil menyerupai gumpalan bola gas
- Masa awal pembentukan batuan kerak bumi yang kemudian berkembang
menjadi protokentinen.
- Belum ada tanda-tanda kehidupan karena temperatur bumi masih sangat
tinggi
b. Paleozoikum
- Disebut zaman primer (zaman pertama)
- Berlangsung 500-245 juta tahun yang lalu
- Awal munculnya kehidupan primitive dalam samudra berupa mikroorganisme
(bakteri dan ganggang)
- sudah muncul mikroorganisme, amfibi, reptile, jenis-jenis, ikan, ganggang,
rumpur-rumput dan binatang yang tidak bertulang belakang
- muncul hewan jenis ikan tak berahang (trilobita)
c. Mesozoikum
- Disebut zaman sekunder/ zaman kehidupan kedua / zaman dinosaurus
- Berlangsung kurang lebih 245-65 juta tahun yang lalu
- Terbagi dalam tiga periode :
a. Zaman trias : berlangsung sejak 225 juta – 190 juta tahun. Zaman ini
adalah zaman paling kering dan tidak subur ditandai dengan jarangnya
fosil, baik hewan maupun tumbuhan.
b. Zaman jura (reptil) : berlangsung sejak 190 juta – 136 tahun lalu. Pada
masa ini hidup dinosaurus.
c. Zaman kapur : berlangsung sejak 136 juta – 65 juta tahun silam. Zaman
ini merupakan zaman kepunahan binatang dinosaurus. Kepunahan
massal ini diperkirakan akibat tumbukan meteroit raksasa.
a. Neozoikum
- Disebut zaman hidup baru
- Muncul kehidupan jenis burung dan binatang menyusui (mamalia)
4
- Terbagi dalam zaman :
a. Zaman tersier
Adalah zaman ketiga berlangsung sekitar 60 juta tahun. Pada zaman ini
terjadi perkembangan kehidupan dengan munculnya binatang menyusui
jenis primate (kera), selanjutnya muncul jenis orang utan dan gorilla.
Fauna lautnya adalah ikan, moluska, dan echinodermata yang snagat
mirip dengan fauna laut sekarang.
b. Zaman kuarter
Disebut juga zaman ke empat, berlangsung sekitar 600 ribu tahun. Pada
saat ini muncul tanda-tanda kehidupan manusia. Zaman ini terbagi atas
zaman :
Zaman Pleistosen
Disebut juga zaman diluvium. Zaman ini merupakan zaman es (glasial)
yang berlangsung sekitar 600.000 SM. Diperkirakan manusia purba mulai
muncul.
Zaman Holosen
Dinamakan juga zaman alluvium. Berlangsung sekitar 20.000 taun lalu
dan berkembang sampai sekarang. Masa ini ditandai dengan mulai
mencairnya es yang bertumpuk di kutub Utara karena terjadi perubahan iklmi.
Akibatnya, sebagian wilayah Eropa Utara, Asia Utara, dan Amerika Utara
tertuup es. Pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan yang sebelumnya masih
menyatu dengan dataran Asia menjadi terpisah. Adapun wilayah Indonesia
bagian Timur yang sebelumnya menyatu dengan Australia juga menjadi
terpisah oleh lautan. Bekas dataran Asia yang sekarang menjadi dasar laut
disebut paparan Sunda dan bekas dataran Australia yang terendam air laut
disebut Paparan Sahul. Kedua paparan tersebut dipisahkan oleh zona
Wallace. Pada saat inilah muncul manusia purba jenis Homo Sapiens atau
manusia modern.
Ketidakstabilan akibat pergerakan lempeng tektonik ini sudah dimulai pada masa
Mesozoikum dan terus berlanjut pada masa Neozoikum. Dengan demikian,
terbentuknya kepulauan di Indonesia dimulai sekitar 60 juta tahun yang lalu.
Sebelumnya, wilayah yang disebut kepulauan Indonesia masih merupakan bagian
dari samudera yang sangat luas.
5
Indonesia dibentuk oleh tiga lempeng besar dunia, yakni lempeng Indo-Australia,
lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Disamping itu terdapat lempeng Filipina yang
lebih kecil. Tiap-tiap lempeng ini memiliki arah gerakan yang berbeda. Sehingga
memungkinkan masin-masing lempeng akan mengalami tumbukan. Tumbukan pada
zona subduksi itu membuat daratan terpecah-pecah. Benua Eurasi menjadi pulau-
pulau yang terpisah satu dengan yang lainnya.yang diantaranya bergerak ke selatan
membentuk pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, serta pulau-pulau di Nusa
Tenggara Barat dan kepulauan Banda. Hal yang sama juga terjadi pada Benua
Australia, sebagian pecahannya bergerak ke utara membentuk pulau-pulau Timor,
Kepulauan Nusa Tenggara timur, dan sebagain Maluku Tenggara.
Sifat umum tenaga eksogen adalah merombak bentuk permukaan bumi hasil
bentukan dari tenaga endogen. Secara umum tenaga eksogen berasal dari 3
sumber : (i) atmosfer, (2) perubahan suhu dan angin, dan (iii) organisme
Pada kala Pleistosen , bagian barat kepulauan Indonesia yang sudah mulai stabil
pernah terhubung dengan daratan Asia Tenggara, sedangkan bagian timur seperti
pulau Papua dan sekitarnya pernah terhubung dengan daratan Australia. Daratan di
wilayah barat yangmenghubungkan Indonesia dengan daratan Asia Tenggara
disebut Paparan Sunda (Sunda Shelf), sedangkan di wilayah timur daratan yang
menghubungkan pulau Papua dan pulau-pulau sekitarnya dengan Australia disebut
Paparan Sahul (Sahul Shelf).
Hal ini dibuktikan dengan hasil kajian A.R.Wallace yang menyelidiki tentang
persebaran fauna dan flora di Kepulauan Indonesia. Fauna yang terdapat di daerah
paparan sunda (daerah sumatera, Jawa, dan Kalimantan) mempunyai kesamaan
dengan fauna yang terdapat di daratan Asia. Adapun fauna yang terdapat di daerah
paparan sahul ( Irian dan sekitarnya) mempunyai kesamaan fauna dengan Australia.
Garis pemisah ini kemudian oleh Huxley diberi nama Garis Wallace
7
Situs Sangiran tidak hanya memberikan gambaran tentang evolusi fisik manusia
saja, akan tetapi juga memberikan gambaran nyata tentang evolusi budaya, binatang,
dan juga lingkungan. Beberapa fosil yang ditemukan dalam seri geologis-stratigrafis yang
diendapkan tanpa terputus selama lebih dari dua juta tahun, menunjukkan tentang hal
itu. Situs Sangiran telah diakui sebagai salah satu pusat evolusi manusia di dunia. Situs
itu ditetapkan secara resmi sebagai Warisan Dunia pada 1996, yang tercantum dalam
nomor 593 Daftar Warisan Dunia (World Heritage List) UNESCO.
Gambar fosil diatas disebut sebagai Sangiran 17 sesuai dengan nomor seri
penemuannya. Fosil itu merupakan fosil Homo erectus yang terbaik di Sangiran. Ia
ditemukan di endapan pasir fluvio-volkanik di Pucang, bagian wilayah Sangiran. Fosil itu
merupakan dua di antara Homo erectus di dunia yang masih lengkap dengan mukanya.
Satu ditemukan di Sangiran dan satu lagi di Afrika.
8
2) Penemuan Manusia Purba di Kepulauan Indonesia
Berdasarkan temuan para ahli yang melakukan penelitian tentang manusia purba,
dapat dipetakan jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia, antara lain :
1) Meganthropus Palaeojavanicus (mega = besar, anthropus = manusia,
palaeo = tua, dan javanicus = Jawa)
Meganthropus berarti manusia besar. Fosil ini ditemukan di Desa Sangiran
oleh Von Koenigswald pada tahun 1941 berupa sebahagian dari rahang bawah
yang jauh lebih besar dan kuat dari Pithecanthropus Erectus. Berdasarkan
bentuk fosil yang ditemukan, Meganthropus palaeojavanicus digolongkan
dalam kelompok Homo Habilis yakni makhluk yang menyerupai manusia dan
primata. Para ahli memperkirakan bahwa fosil ini adalah makhluk tertua yang
pernah hidup di pulau Jawa dengan ciri-ciri sebagai berikut :
9
b). Memiliki otot kunyah yang kuat.
c). Memiliki tonjolan kening yang tajam.
d). Tidak memiliki dagu.
e). Mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar dan kuat.
f). Memiliki perawakan yang tegap.
g). Memakan jenis tumbuh-tumbuhan.
2) Pithecanthropus
Pithecanthropus berarti manusia kera. Fosil jenis Pithecanthropus ini
ditemukan di Desa Trinil daerah Ngawi, di Desa Pening daerah Mojokerto, di
Desa Sangiran,
Kedung, Brubus, Sambung, Macan, dan Ngandong. Fosil
Pithecanthropus ini pertama kali ditemukan oleh Van Reitschotten, seorang
penggali marmer. Fosil itu kemudian diserahkan kepada Eugene Dubois untuk
dilakukan penelitian. Berdasarkan hasil penelitiannya, Eugene Dubois
menyimpulkan bahwa fosil ini memiliki volume otak sekitar 900 cc, lebih
lecil dari otak manusia di atas 1000 cc, dan lebih besar dari otak kera hanya
600 cc. Jadi volume otak fosil ini berada dinatara otak manusia dan otak kera.
Oleh karena itu, fosil ini dinamakan dengan Pirhecanthropus yang berarti
manusia kera.
10
b) Pithecanthropus Erectus berati manusia kera yang sudah berjalan tegak. Hasil
penelitian ini didasarkan kepada penemuan tulang rahang, dua geraham,
bagian atas tengkorak, dan tulang paha kiki. Volume otaknya berada dintara otak
manusia dan kera. Dari penemuan tulang paha menunjukan bahwa makhluk itu
sudah berjalan tegak. Karena itu Eugene Dubois menamakan hasil temuannya
ini dengan “Pirhecanthropus Erectus” yang berarti manusia kera yang sudah
berjalan tegak. Penemuan fosil ini sangat menggemparkan dunia ilmu
pengetahuan pada masa itu. Bahkan, penemuan fosil ini ada yang
menghubungkannya dengan teori eovlusi Charles Darwin.
3) Homo Sapiens
Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang telah memiliki bentuk
tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka dapat menggunakan akal
dan mempunyai sifat-sifat seperti yang dimiliki oleh manusia. Kehidupan mereka
sangat sederhana dan hidupnya mengembara. Mereka inilah yang menjadi nenek
moyang bangsa-bangsa di dunia.
Homo Sapiens ini terdiri dari beberapa macam, yaitu :
a) Homo Wajakensis yang berarti manusia Wajak. Jenis fosil Homo Sapiens ini
ditemukan di Desa Wajak dan fosilnya dinamakan Homo Wajakensis. Fosil
Wajakensis ini berupa sebuah tengkorak yang di temukan oleh Reitschontten
pada tahun 1989 dan diteliti oleh Eugene Dubois. Berdasarkan hasil
penelitiannya disimpulkan bahwa homo Wajakensis termasuk golongan bangsa
Austroloide. Tetapi hasil penelitian Von Koenigswald menyebutkan bahwa fosil
itu termasuk Homo Sapiens, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
11
menyamai manusia modern sekarang. Jenis Manusia Wajak diperkirakan
merupakan nenek moyang bangsa asli Australia, yaitu bangsa Aborigin.
c) Homo Floresiensis, fosil ini diperkirakan beusia 18.000 tahun. Fosil ini
ditemukan di Liang Bua, sebuah gua kapur di Ruteng, Manggarai, flores. Fosil
kerangka hobit yang ditemukan berjenis kelamin perempuan dan berukuran jauh
lebih kecil dibandingkan ukuran manusia normal.
12
b. Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
Pada masa ini diperkirakan berlangsung sampai zaman pleistosen akhir dimana
kehidupan mereka masih bergantung pada alam, peralatnnya selain terbuat dari batu,
pada masa ini mereka juga mampu membuat alat-alat dari tulang dan kulit kerang.
Sudah mengenal pembagian kerja : laki-laki berburu sedangkan perempuan
mengumpulkan makanan berupa tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan kecil,
memasak dan menjaga anak. Mereka sudah mengenal kebiasaan bertempat tinggal
secara tidak tetap (semi nomaden)
terutama di goa-goa payung (abris sous
roche), gua tersebut mempunyai ceruk
yang dalam untuk menghindarkan diri
dari binatang buas. Merek memilih gua-
gua yang tidak jauh dari sumber air atau
sungai yang terdapat sumber makanan
seperti ikan, kerang, dan siput. Selain itu
mereka juga tinggal di tepi pantai yang banyak ditemukan tumpukan kulit kerang
(kjokkenmoddinger). Mereka ini hidupnya berkelompok berkisar 20-50 orang.
Tentang gambar tangan, ada
tradisi purba masyarakat
setempat yang menyebutkan,
gambar tangan dengan jari
lengkap bermakna sebagai
penolak bala, sementara tangan
dengan empat jari saja berarti (Sumber:http/ww. migrasi-nenek-moyang-bangsa-
Indonesia.go.id)
ungkapan berdukacita. Gambar Gambar 3.2 Lukisan-Lukisan di dinding gua yang
menunjukkan estetikadan kepercayaan masyarakat pra-
itu dibuat dengan cara aksara
menempelkan tangan ke dinding gua, lalu disemprotkan dengan cairan berwarna
merah. Sat pewarna ini mungkin dari mineral merah (hematite) yang banyak terdapat
di sekitar gua (di batu-batuan dan di dasar sungai di sekitar gua), ada pula yang
mengatakan dengan batu-batuan dari getah pohon yang dikunyah seperti sirih.
Pada saat ini mereka telah menemukan api yang berguna untuk mereka bertahan
dari udara dingin selain itu untuk memasak hasil buruan. Alat – alat yang mereka
13
gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari seprti kapak sumatra dan alat – alat
dari tulang. Mereka hanya mengumpulkan dan menyeleksi makanan karena belum
dapat mengusahakan jenis tanaman untuk dijadikan bahan makanan.
Kegiatan bercocok tanam dilakukan ketika mereka sudah mulai bertempat tinggal
(sedenter). Mereka melihat biji-bijian sisa makanan yang tumbuh di tanah setelah
tersiram air hujan. Pelajaran inilah yang kemudian mendorong manusia purba untuk
melakukan bercocok tanam. Apa yang mereka lakukan di sekitar tempat tinggalnya,
lama kelamaan tanah di sekelilingnya habis, dan mengharuskan pindah. mencari
tempat yang dapat ditanami. Ada yang membuka hutan dengan menebang pohon-
pohon untuk membuka lahan bercocok tanam atau lebih dikenal dengan metode slash
dan burn.
14
(Sumber:http/ww. nenek-moyang-bangsa-Indonesia.go.id)
Gambar 3.3 Ilustrasi Kehidupan bercocok tanam masyarakat pra-aksara
d. Masa perundagian
Pada masa perundagian masyarakat sudah mengenal bijih logam. Pada masa ini
masyarakat sudah mengenal permainan wayang, pembuatan gamelan (alat musik),
astronomi, metrik (ukuran), tata pemerintahan, teknik membatik dan pelayaran.
Perahu bercadik memainkan peranan yang besar dalam hubungan-hubungan
pedagangan. Perdagangan dilakukan dengan cara tukar menukar barang-barang
(barter).
15
Pada zaman besi, manusia telah menemukan logam yang jauh lebih keras lagi
dimana harus dileburkan pada titik lebur yang cukup tinggi. Sehingga alat-alat pada
zaman ini telah lebih sempurna daripada sebelumnya. Kemampuan membuat benda-
benada jauh lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan masa sebelumnya.
Teknologi peleburan logam yang digunakan adalah dengan sistem pemanasan,
pencetakan logam, pencampuran logam dan penempaan logam
(Sumber:http/ww. keanekaragaman-nusantara.go.id)
Gambar 3.4 Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa. Dari manakah mereka
berasal?
16
(Sumber:http/ww. nenek-moyang-bangsa-Indonesia.go.id)
Gambar 3.5 Masyarakat Austronesia yang mendiami daerah pesisir pantai
Kalian telah belajar tentang kurun waktu yang dijalani manusia purba Indonesia beserta
hasil budayanya. Kehidupan sederhana yang dijalani manusia purba (dari berburu,
mengumpulkan makanan, bercocok tanam dan beternak, hingga perundagian) telah
memperlihatkan kepada kita bahwa mereka memerlukan perkakas yang dapat membantu
mereka dalam mempertahankan hidupnya.
Temuan perkakas kebudayaan yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia sedikitnya
dapat membuka tabir: dari mana mereka datang dan berasal? Adanya kesamaan bentuk
dalam sejumlah perkakas dan budaya di tempat-tempat yang berbeda di Indonesia,
membuat kita menafsirkan bahwa manusia-manusia yang kini mendiami Kepulauan
Indonesia berasal dari moyang yang sama.
Sebelum zaman es atau glasial, wilayah Indonesia bagian barat menjadi satu dengan
daratan Asia dan wilayah Indonesia bagian timur menyatu dengan Australia. Hal ini
sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan flora dan faunanya. Namun, naiknya air
laut karena mencairnya es di daerah kutub, mengakibatkan wilayah Indonesia dipisahkan
oleh lautan dan daratan Asia maupun Australia. Bekas daratan asia yang menjadi dasar
lautan disebut dengan paparan sunda sedangkan bekas daratan yang menghubungkan
Indonesia timur dengan daratan Australia disebut paparan Sahul. Dengan demikian,
terbentuklah beberapa pulau besar dan puluhan pulau kecil yang dipisahkan oleh lautan
dan selat baru. Kumpulan pulau-pulau inilah yang menjadi Kepulauan Indonesia.
17
Perubahan geografis ini kemudian berpengaruh besar terhadap persebaran manusia purba
di Indonesia.
Keberadaan masyarakat awal di kepulauan Indonesia diketahui dan didukung oleh
beberapa teori dan pendapat yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh ahli, antara lain:
1. Teori Von Heine Geldern, Berdasarkan teori Von Heine Geldern diketahui bahwa
nenek moyang bangsa Austronesia, yang mulai datang di kepulauan Indonesia kira-
kira 2000 tahun S.M ialah pada zaman neolithik. Kebudayaan ini mempunyai dua
cabang ialah cabang kapak persegi yang penyebarannya dari dataran Asia melalui
jalan barat dan peninggalannya terutama terdapat di bagian barat Indonesia dan kapak
lonjong yang penyebarannya melalui jalan Timur dan peninggalan-peninggalannya
merata di bagian timur negara kita. Pendukung kebudayaan neolithik (kapak persegi)
adalah bangsa Austronesia. Perpindahan bangsa Austronesia ke Asia Tenggara
khususnya dengan memakai jenis perahu cadik yang terkenal pada masa ini. Pada
masa ini diduga telah tumbuh perdagangan dengan jalan tukar menukar barang
(barter) yang diperlukan. Dalam hal ini sebagai alat berhubungan diperlukan adanya
bahasa. Para ahli berpendapat bahwa bahasa Indonesia pada masa ini adalah Melayu
Polinesia atau dikenal dengan sebagai bahasa Austronesia. Jadi, Geldern berpendapat,
kapak itu berasal dari Yunan bersama-sama dengan manusianya ke Nusantara,
kemudian tinggal menetap dan menjadi nenek moyang bangsa Indonesia.
2. Prof. Dr. H. Kern, bangsa Indonesia berasal dari daerah Campa, Kochin Cina,
Kamboja. Nenek moyang bangsa Indonesia mempergunakan perahu-perahu bercadik
menuju kepulauan Indonesia.
3. Mayundar , menyatakan bahwa bangsa–bangsa yang berbahasa Austronesia berasal
dari India kemudian menyebar ke indo–cina terus ke daerah Indonesia dan pasifik
4. Dr. Brandes, menyatakan bahwa bangsa yang bermukim di kepulauan Indonesia
memiliki banyak persamaan dengan bangsa–bangsa pada daerah–daerah yang
membentang dari sebelah utara pulau Formosa, sebelah barat daerah madagaskar,
sebelah selatan yaitu tanah jawa, bali, sebelah timur sampai ke tepi pantai barat
amerika. Penyelidikan ini dilakukan oleh brandes melalui perbandingan bahasa .
5. Prof. Mohammad Yamin, menurut pandangannya, orang Indonesia adalah asli
berasal dari wilayah Indonesia sendiri. Ia bahkan meyakini bahwa ada sebagian
bangsa atau suku di luar negeri yang berasal dari Indonesia. Yamin menyatakan
18
bahwa temuan fosil dan artefak lebih banyak dan lengkap di Indonesia daripada
daerah lainnya di Asia, misalnya, temuan fosil Homo atau Pithecanthropus soloensis
dan wajakensis yang tak ditemukan di daerah Asia lain termasuk Indocina (Asia
Tenggara).
Berdasarkan teori – teori atau pendapat dari beberapa ahli disimpulkan, ada 2 hal
yang menarik tentang asal usul bangsa yang menempati daerah kepulauan Indonesia.
Pertama, bangsa Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri. Kesimpulan ini merujuk
kepada pendapat yang dikemukakan oleh M. Yamin yang didukung dengan penemuan
fosil - fosil maupun artefak – artefak tertua di wilayah Indonesia. Selain itu, tidak ada
penemuan fosil manusia purba di daerah Asia lainnya.
Kedua, penduduk yang menempati daerah kepulauan Indonesia di perkirakan berasal
dari daratan Asia. Melalui jejak–jejak sejarah yang berhasil diteliti diketahui bahwa
bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan Selatan. Dari daerah Yunan inilah mereka
menyebar ke arah selatan hingga sampai di daerah kepulauan Indonesia.
(Sumber:http/ww. nenek-moyang-bangsa-Indonesia.go.id)
Gambar 3.6 Masyarakat Austronesia yang baru menempati daerah baru
Bangsa yang berimigrasi ke Indonesia berasal dari daratan Asia tepatnya Yunan Utara
bergerak menuju ke Selatan memasuki daerah Hindia Belakang (Vietnam)/Indochina dan
terus ke Kepulauan Indonesia, dan bangsa tersebut adalah:
19
1. Melanesoid
Bangsa Melanesia atau disebut juga dengan Papua Melanosoide yang
merupakan rumpun bangsa Melanosoide/Ras Negroid. Bangsa ini merupakan
gelombang pertama yang berimigrasi ke Indonesia. Beberapa suku bangsa seperti
Kubu, Lubu, Talang Mamak yang tinggal di Sumatera dan Toala di Sulawesi
merupakan penduduk tertua di Kepulauan Indonesia. Mereka mempunyai hubungan
erat dengan nenek moyang Melanesia masa kini dan orang Vedda yang saat ini
masih terdapat di Afrika, Asia Selatan, dan Oceania. Vedda itulah manusia pertama
yang datang ke pulau-pulau yang sudah berpenghuni. Mereka membawa budaya
perkakas batu. Kedua ras Melanesia dan Vedda hidup dalam budaya mesolitik.
2. Austronesia
Gelombang pertama tahun 2000 SM, menyebar dari daratan Asia ke Semenanjung
Melayu, Indonesia, Philipina dan Formosa serta Kepulauan Pasifik sampai Madagaskar
yang disebut dengan Proto Melayu. Bangsa ini masuk ke Indonesia melalui dua jalur
yaitu Barat dan Timur, dan membawa kebudayaan Neolithikum (Batu Muda).
(Sumber:http/ww. migrasi-nenek-moyang-bangsa-Indonesia.go.id)
Gambar 3.7 Peta persebaran rumpun bangsa Austronesia
Bangsa Melayu Tua/Proto Melayu yang merupakan ras Malayan Mongoloid memiliki
ciri-ciri antara lain: Kulit sawo matang, rambut lurus, badan tinggi ramping, bentuk
mulut dan hidung sedang. Ada dua jalur ;
20
1. Jalur Timur : Dari Yunan - Teluk Tonkin (Vietnam) – Taiwan – Filiphina –
Sulawesi - Seluruh Indonesia
2. Jalur Barat : Dari Yunan - Teluk Tonkin (Vietnam) – Semenanjung Malaya –
Sumatera - Seluruh Indonesia
Dari Cina bagian selatan (Yunan)
mereka bermigrasi ke Indocina dan Siam,
kemudian ke Kepulauan Indonesia. Mereka itu
mula-mula menempati pantai-pantai Sumatera
Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Barat.
Ras Proto Melayu membawa peradaban batu di
Kepulauan Indonesia.
(Sumber:http/ww. migrasi-nenek-moyang-
bangsa-Indonesia.go.id)
Gambar 3.8 Kebudayaan Mesolithikum Ketika datang para imigran baru, yaitu
berupa kapak lonjong dan kapak persegi
Deutero Melayu (Ras Melayu Muda). Mereka
berpindah masuk ke pedalaman dan mencari tempat baru ke hutan-hutan sebagai
tempat huniannya. Ras Proto Melayu itu pun kemudian mendesak keberadaan
penduduk asli. Kehidupan di dalam hutan-hutan menjadikan mereka terisolasi dari
dunia luar, sehingga memudarkan peradaban mereka. Penduduk asli dan ras proto
melayu itu pun kemudian melebur. Mereka itu kemudian menjadi suku bangsa Batak,
Dayak, Toraja, Alas, dan Gayo.
Yang termasuk keturunan bangsa ini
adalah Suku Toraja (Sulawesi Selatan),
Suku Sasak (Pulau Lombok), Suku Dayak
(Kalimantan Tengah), Suku Nias (Pantai
Barat Sumatera) dan Suku Batak
(Sumatera Utara) serta Suku Kubu
(Sumatera Selatan). Kehidupan mereka
yang terisolasi itu menyebabkan ras Proto
(Sumber:http/ww. migrasi-nenek-moyang-bangsa-
Indonesia.go.id) Melayu sedikit mendapat pengaruh dari
Gambar 3.9 Orang Mentawai di Pulau Siberut,
Kepulauan Mentawai, sebelah selatan Sumatera. kebudayaan Hindu maupun Islam
Diduga orang Mentawai dan Nias merupakan penduduk
yang lebih dahulu mendiami wilayah Indonesia dikemudian hari. Para ras Proto Melayu
dibanding masyarakat
Indonesia lain.
21
itu kelak mendapat pengaruh Kristen sejak mereka mengenal para penginjil yang
masuk ke wilayah mereka untuk memperkenalkan agama Kristen dan peradaban
baru dalam kehidupan mereka.
Persebaran suku bangsa Dayak hingga ke Filipina Selatan, Serawak, dan Malaka
menunjukkan rute perpindahan mereka dari Kepulauan Indonesia. Sementara suku
bangsa Batak yang mengambil rute ke barat menyusuri pantai-pantai Burma dan
Malaka Barat. Beberapa kesamaan bahasa yang digunakan oleh suku bangsa Karen di
Burma banyak mengandung kemiripan dengan bahasa Batak.
b. Deutro Melayu
Gelombang kedua tahun 500 SM, disebut dengan bangsa Deutro Melayu. Bangsa
ini masuk ke Indonesia membawa kebudayaan logam (perunggu). Bangsa Melayu
Muda/Deutro Melayu yang merupakan rasa Malayan Mongoloid sama dengan bangsa
Melayu Tua, sehingga memiliki ciri-ciri yang sama.
Deutero Melayu merupakan ras yang datang
dari Indocina bagian utara. Mereka membawa
budaya baru berupa perkakas dan senjata besi di
Kepulauan Indonesia, atau Kebudayaan Dongson.
Mereka seringkali disebut juga dengan orang-orang
Dongson.
(Sumber:http/ww. migrasi-nenek-moyang-bangsa- Peradaban mereka lebih tinggi daripada rasa
Indonesia.go.id)
Gambar 3.10 Perkakas logam berupa
Proto Melayu. Mereka dapat membuat perkakas dari
nekara,moco dan arca yang dibawa oleh ras
Deutro Melayu
perunggu. Peradaban mereka ditandai dengan
keahlian mengerjakan logam dengan sempurna. Perpindahan mereka ke Kepulauan
Indonesia dapat dilihat dari rute persebaran alat-alat yang mereka tinggalkan di beberapa
kepulauan di Indonesia, yaitu berupa kapak persegi panjang. Peradaban ini dapat dijumpai
di Malaka, Sumatera, Kalimantan, Filipina, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara Timur.
Dalam bidang pengolahan tanah mereka mempunyai kemampuan untuk membuat
irigasi pada tanah-tanah pertanian yang berhasil mereka ciptakan, dengan membabat hutan
terlebih dahulu. Ras Deutero Melayu juga mempunyai peradaban pelayaran lebih maju
dari pendahulunya karena petualangan mereka sebagai pelaut dibantu dengan penguasaan
mereka terhadap ilmu perbintangan. Perpindahan ras Deutero Melayu juga menggunakan
22
jalur pelayaran laut. Sebagaian dari ras Deutero Melayu ada yang mencapai Kepulauan
Jepang, bahkan kelak ada yang hingga sampai Madagaskar.
Bangsa ini berkembang menjadi Suku Aceh, Minangkabau (Sumatera Barat), Suku
Jawa, Suku Bali, Suku Bugis dan Makasar di Sulawesi dan sebagainya. Kedatangan ras
Deutero Melayu di Kepulauan Indonesia makin lama semakin banyak. Mereka pun
kemudian berpindah mencari tempat baru ke hutan-hutan sebagai tempat hunian baru.
Pada akhirnya Proto dan Deutero Melayu membaur dan selanjutnya menjadi penduduk di
Kepulauan Indonesia.
Suku Sakai/ Siak di
Papua Riau
Melanosoid
Melanesia Suku Dani dan Asmat
di Papua
Papua
Daratan
Asia
Yunnan Proto Melayu Suku Dayak , Suku
Utara (Melayu Tua) Toraja, Suku Mentawai
Suku Nias , Suku Sasak
Suku Kubu , Suku Batak
23
C. PENILAIAN
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan ringkas dan jelas !
1. Jelaskan hubungan antara zaman glasial, Paparan sunda, Paparan Sahul, dan Teori
Wallace!
2. Kemukakan ciri-ciri atau karakteristik manusia purba jenis
MeganthropusPaleojavanicus! Uraian Anda hendaknya memaparkan ciri-ciri, tokoh
penemu, interpretasi pola kehidupan yang dijalani!
3. Kemukakan persamaan dan perbedaan manusia purba jenis Pitecanthropus dengan
manusia purba jenis Homo Sapiens! Buatlah dalam sebuah tabel yang memuat
persamaan dan perbedaan kedua manusia purba tersebut!
4. Buatlah analisis cara manusia purba beradaptasi dengan lingkungan alam tempatnya
tinggal! Analisis hendaknya memaparkan karakteristik kapasitas otak manusia purba,
perkembangan teknologi dan peralatan yang digunakan! Korelasikan analisis Anda
dengan teori Chalange and Respons Arnold Toynbee!
5. Manusia pra-aksara juga mulai mengenal pembagian kerja di kelompok sosialnya.
Bagaiman bentuk pembagian kerja di kelompok masyarakat pra-aksara !
24
Modul IV
2. Menunjukkan sikap tanggung jawab dan peduli terhadap hasil kebudayaan masa pra-aksara
A. KOMPETENSI DASAR
B. Pokok Bahasan
Hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia dan pengaruhnya dalam
kehidupan lingkungan terdekat.
25
C. MATERI MODUL
Zaman paleolitikum berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Zaman ini
merupakan zaman yang sangat penting karena terkait dengan munculnya kehidupan baru,
yakni munculnya jenis manusia purba. Zaman ini dikatakan zaman batu tua karena hasil
kebudayaan terbuat dari batu yang relatif masih sederhana dan kasar. Kebudayaan zaman
Paleolitikum ini secara umum ini terbagi menjadi Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan
Ngandong.
a. Kebudayaan Pacitan
Kebudayaan ini berkembang di daerah Pacitan, Jawa Timur. Beberapa alat dari batu
ditemukan di daerah ini. Seorang ahli, von Koenigwald dalam penelitiannya pada tahun
1935 telah menemukan beberapa hasil teknologi bebatuan atau alat-alat dari batu di daerah
gunung.
26
Alat batu ini sering disebut dengan kapak genggam atau kapak perimbas. Kapak ini
digunakan untuk menusuk binatang atau menggali tanah saat mencari umbi-umbian. Di
samping kapak perimbas, di Pacitan juga ditemukan alat batu yang disebut dengan chopper
sebagai alat penetak. Di Pacitan juga ditemukan alat-alat serpih. Manusia pendukung
pindah (nomaden), berburu dan mengumpulkan makanan (Hunting and Food Gathering)
Ngawi. Di daerah ini banyak ditemukan alat-alat dari tulang, tanduk, dan flakes. Alat-alat
dari tulang ini berasal dari tulang binatang dan tanduk rusa yang diperkirakan digunakan
sebagai penusuk atau belati. Selain itu, ditemukan juga alat-alat seperti tombak yang
bergerigi. Di Sangiran juga ditemukan alat-alat dari batu, bentuknya indah seperti kalsedon.
Alat-alat ini sering disebut dengan flakke. Adapun daerah sebaran artefak dan peralatan
paleolitik cukup luas meliputi daerah-daerah di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa
Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Halmahera. Manusia pendukung
pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo Soloensis dan Homo Wajakensis. Manusia
pendukung zaman batu tua di Asia Timur dan Indonesia belum mengenal kepercayaan. Di
Afrika - Eropa dan Asia kecil sudah di temukan bukti kepercayaan yaitu kepercayaan pada
alam
Sumber : Taufik Abdullah dan A.B Lapian (ed). 2012. Indonesia Dalam Arus
Sejarah. jilid I. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve. Jakarta
27 4.1 Flakes
Gambar
2. Zaman Mesolitikum (batu madya)
Hasil kebudayaan batu madya ini sudah lebih maju apabila dibandingkan hasil
kebudayaan zaman paleolitikum. Manusia pendukung kebudayaan mesolitikum adalah
Papua Melanesoid. Sekalipun demikian bentuk dan hasil-hasil kebudayaan zaman
paleolitikum (batu tua) tidak serta merta punah tetapi mengalami penyempurnaan. Bentuk
flakke dan alat-alat dari tulang terus mengalami perkembangan. Secara garis besar
kebudayaan mesolitikum ini terbagi menjadi dua kelompok besar yang ditandai lingkungan
tempat tinggal, yakni di pantai dan di gua.
Kjokkenmoddinger istilah dari bahasa Denmark, kjokken berarti dapur dan modding
dapat diartikan sampah (kjokkenmoddinger = sampah dapur). Dalam kaitannya dengan
budaya manusia, sampah dapur merupakan tumpukan timbunan kulit siput dan kerang yang
menggunung di sepanjang pantai Sumatra Timur antara Langsa di Aceh sampai Medan.
Melalui sampah dapur ini dapat memberi informasi bahwa manusia purba zaman
mesolitikum umumnya bertempat tinggal di tepi pantai. Pada tahun 1925 Von Stein
Callenfals melakukan penelitian di bukit kerang itu dan menemukan jenis kapak genggam
(chopper) yang berbeda dari chopper yang ada di zaman paleolitikum.
Kapak genggam yang ditemukan di bukit kerang di pantai Sumatra Timur ini diberi
nama pebble atau lebih dikenal dengan Kapak Sumatra. Kapak jenis pebble ini terbuat dari
batu kali yang pecah, sisi luarnya dibiarkan begitu saja dan sisi bagian dalam dikerjakan
sesuai dengan keperluannya. Di samping kapak jenis pebble juga ditemukan jenis kapak
pendek dan jenis batu pipisan (batu-batu alat penggiling). Di Jawa batu pipisan ini
umumnya untuk menumbuk dan menghaluskan jamu.
28
Sumber : Taufik Abdullah dan A.B Lapian (ed). 2012. Indonesia Dalam Arus
Sejarah. jilid I. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve. Jakarta
Gambar 4.2 Kjokkenmoddinger
b. Kebudayaan Abris Sous Roche
Kebudayaan abris sous roche merupakan hasil kebudayaan yang ditemukan di gua-
gua. Hal ini mengindikasikan bahwa manusia purba pendukung kebudayaan ini tinggal di
gua-gua. Kebudayaan ini pertama kali dilakukan penelitian oleh Von Stein Callenfels di
Gua Lawa dekat Sampung, Ponorogo. Penelitian dilakukan tahun 1928 sampai 1931.
Beberapa hasil teknologi bebatuan yang ditemukan misalnya ujung panah, flakke, batu
penggilingan. Juga ditemukan alat-alat dari tulang dan tanduk rusa. Kebudayaan abris sous
roche ini banyak ditemukan misalnya di Besuki, Bojonegoro, juga di daerah Sulawesi
Selatan seperti di Lamoncong..
Sumber : Taufik Abdullah dan A.B Lapian (ed). 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah. jilid I. Jakarta:
PT Ichtiar Baru van Hoeve. Jakarta
Gambar 4.3 Abris Sous Roche
c. Kebudayaan Toala, berupa flake, mata panah bergerigi, dan alat-alat tulang
d. Kebudayaan kapak genggam Sumatra ditemukan oleh Van Stein Callenfels dan
pebble.
Alat-alat batu yang dipergunakan pada Zaman Batu Muda sudah sangat halus
pembuatannya karena mereka sudah mengenal teknik mengasah dan mengupam.
Berdasarkan alat batu yang menjadi ciri khas, kebudayaan Zaman Batu Muda di
Indonesia dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu kebudayaan kapak persegi dan
kebudayaan kapak lonjong.
Kapak Persegi
Sumber : Taufik Abdullah dan A.B Lapian (ed). 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah. jilid I. Jakarta:
PT Ichtiar Baru van Hoeve. Jakarta
Gambar 4.5 Kapak Persegi
Pemberian nama Kapak Persegi ini berasal dari Von Heine Geldern, yaitu
apak yang berbentuk memanjang dengan penampang lintangnya berbentuk persegi
panjang atau trapeseum. Berdasarkan penemuan yang ditemukan penyebaran
kebudayaan kapak persegi dari Asia Daratan kepulauan Nusantara melalui jalan
Barat, yaitu dari Asia (Yunan, Cina Selatan) ke Asia Tenggara, Semenanjung
Malaka, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulewesi, Nusa Tenggara dan Maluku.
Di antara kapak-kapak persegi tersebut ada yang dibuat dari batu-batu indah. Alat-
alat tersebut tidak dipergunakan sebagai alat untuk bekerja, melainkan untuk
melambangkan kebesaran, sebagai jimat dan alat upacara. Variasi-varisi lain dari
kapak persegi ini adalah kapak tangga, kapak atap kapak biola dan kapak penarah.
Kapak Lonjong
30
Sumber : Taufik Abdullah dan A.B Lapian (ed). 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah. jilid I. Jakarta:
PT Ichtiar Baru van Hoeve. Jakarta
Gambar 4.5 Kapak Lonjong
Kapak lonjong adalah kapak yang penampangnya berbentuk lonjong atau
bulat telur. Pada ujungnya yang lancip ditempatkan tangkai, kemudian diikat
menyiku. Kapak lonjong yang besar disebut walzenbeil dan yang kecil dasebut
keinbeil.
Kapak lonjong yang dibuat lebih indah digunakan sebagai alat upacara. Penemuannya
di Indonesia bagian timur, di Sulewesi, Sangihe-talaud, Flores, Maluku, Tnibar, Leti,
Maluku dan Papua. Persebaran kapak lonjong dari Asia Daratan ke kepuluan
Nusantara melalui jaln timur, yaitu dari Asia Daratan ke Cina, Jepang, Formosa
(Taiwan), Filipina, Minahasa, Maluku dan Papua.
Gerabah
Gerabah memegang peranan penting sebagai wadah atau tempat. Gerabah ada
yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dalam rumah tangga dan keperluan
upacara. Sumatera, Jawa, di Melolo (Sumba) bannyak ditemukan gerabah yan berisi
tulang-belulang manusia.
a. Menhir yaitu tiang atau tugu batu yang terbuat dari batu
tunggal. Berfungsi sebagai:
Sarana pemujaan terhadap roh nenek moyang
Tempat memperingati seseorang (kepala suku) yang
telah meninggal
Tempat menampung kedatangan roh.
Menhir banyak ditemukan di Pasemah, Sumatera
Selatan
31
c. Dolmen adalah meja batu sebagai tempat sesaji.
Ada Dolmen yang berkaki Menhir ditemukan di
Pasemah, Sumatera Selatan dan ada juga yang
digunakan sebagai kubur batu ditemukan di
Bondosowo dan d Merawan Jember, Jawa
Timur.
d. Kubur peti batu adalah peti jenazah yang
terpendam di dalam tanah berbentuk persegi panjang dan sisi-sisinya dibuat dari
lempengan-lempengan batu. Ditemukan di Kuningan, Jawa Barat.
5. Kebudayaan Logam
32
dari batu masih dipergunakan dalam kehidupan manusia. Dalam hal ini
penggunaan bahan dari logam jelas berbeda dari batu. Sebab untuk mendapatkan
alat yang dikehendaki logam tidak dapat dipikul- pukul ataupun dipecah, seperti
batu, melainkan harus dilebur dan barulah logam di cetak. Ada dua macam teknik
atau cara membuat alat-alat dari logam yang berkembang pada saat itu, yaitu
teknik bivalve (setangkap) dan teknik a circle perdue (cetak lilin).
Teknik A Cire Perdue (Cetakan Lilin). Cara membuat alat dengan teknik
ini diawali dengan membuat benda-benda dari lilin yang berisi tanah liat sebagai
intinya. Selanjutnya bentuk lilin tersebut dihias dengan berbagai pola hias.
Kemudian bentuk lilin yang sudah lengkap dibungkus lagi dengan tanah liat yang
agak lunak. Pada bagian atas dan bawah diberi lubang. Dari lubang atas
dituangkan cairan/ leburan logam, sedangkan dari lubang bawah akan berfungsi
untuk mengalirkan cairan lilin yang meleleh. Apabila leburan logam sudah dingin,
33
cetakan tersebut dapat dipecah guna mengambil benda yang sudah jadi. Dengan
demikian teknik cetakan semacam ini hanya dapat dipergunakan sekali saja.
1) Kapak Corong. Kapak corong adalah kapak perunggu yang bagian atasnya
berlubang, berbentuk corong yang digunakan untuk memasukkan tangkai
kayu (Herimanto, 2012:66). Melihat bentuknya tersebut, kapak corong sering
pula disebut dengan nama kapak sepatu. Kapak corong banyak ditemukan di
34
daerah Sumtera Selatan, Bali, Silawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Pulau
Selayar, dan Papua. Bentuk kapak corong ada berbagai macam jnis, misalnya
ada yang pendek, bulat, maupun panjang. Ada juga kapak corong yang kecil
bentuknya dan halus buatannya yang disebut candrasa. Kerena bentuknya
yang kecil dan halus buatanya, kemungkinan candrasa hanya digunakan
unruk tanda kebesaran atau alat upacara saja. Candrasa ditemukan didaerah
Yogyakarta dan Reti Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan tanda- tanda tang
ditemukan pada kapak corong, menunjukkan bahwa benda tersebut dibuat
dengan teknik a cire perdue.
Gambar 13. Nekara dan Moko (atas); dan Kapak Corong dan Candrasa (bawah)
3) Bejana Perunggu. Salah satu bentuk produk budaya Dongson adalah bejana
perunggu yang ditemukan di wilayah Indonesia seperti di Kerinci, Madura,
Lampung, Kalimantan dan Subang. Bejana perunggu nusantara memiliki
kesamaan dalam bentuknya yaitu mirip kepis atau wadah ikan, sebagian
menyebutnya berbentuk seperti gitar arab (oud-gambus). Bejana ini dibentuk
dari dua potongan sisi cembung yang sama kemudian dipadukan bersama
kemudian dipadukan bersama sempurna. Bejana perunggu dibagi atas tiga
36
bagian, ayitu mulut bejana, leher bejana, dan badan bejana. Perbedaannya
hanya terdapat pada ukuran dan motif hias yang diteapkan diperkumaannya.
Fungsi bejana perunggu untuk kepentingan upacara.
Masa pra aksara atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang
digunakan untuk merujuk kepada masa dimana catatan sejarah yang tertulis belum
tersedia. Zaman pra aksara dapat dikatakan bermula pada saat terbentuknya alam
semesta, namun umumnya digunakan untuk mengacu kepada masa di mana terdapat
kehidupan di muka Bumi dimana manusia mulai hidup. Batas antara zaman pra aksara
dengan zaman aksara adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu
pengertian bahwa pra aksara adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan
aksara atau sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan.
Kebudayaan pra aksara Indonesia diartikan sebagai sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia pada zaman pra aksara dan bersifat abstrak.
Perwujudan kebudayaan pra aksara adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi,
seni, dan lain-lain. Di Indonesia, masih banyak terdapat peninggalan kebudayaan dari
zaman prasejarah yang masih bisa dijumpai bahkan masih digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Sisa-sisa dari kebudayaan pra aksara yang paling mudah dijumpai maupun
diamati berupa benda, corak kehidupan sosial-ekonomi, dan sistem kepercayaan. Sisa-
sisa kebudayaan pra aksara tersebut pada dasarnya masih ada dan masih memiliki
kegunaan bagi masyarakat, bahkan ada yang beberapa di antaranya mengalami
perkembangan (fungsi dan bentuk). Sisa-sisa kebudayaan pra aksara tersebut
diantaranya sebagai berikut:
37
a. Alat-alat dari Batu. Alat-alat batu yang lahir dan berkembang sejak zaman pra
aksara sebenarnya masih ada di Indonesia. Akan tetapi alat-alat batu yang ada telah
mengalami perkembangan bentuk dan fungsi. Beberapa alat tersebut adalah cobek
batu dan lesung batu.
b. Gerabah. Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk
dibentuk menjadi suatu obyek dengan menggunakan tangan dan kemudian
dibakar. Gerabah diperkirakan telah ada sejak zaman manusia purba. Di situs-situs
bersejarah, telah ditemukan banyak gerabah kuno yang berfungsi sebagai perkakas
rumah tangga. Dahulu gerabah yang dibuat oleh manusia tidak memiliki corak
khusus, kalupun ada hanya bercorak sederhana, akan tetapi sekarang gerabah
memiliki bentuk dan corak yang beragam. Selain itu, sekarang ini gerabah tidak
hanya digunakan sebagai perkakas rumah tangga, namun ada juga yang berfungsi
sekedar hanya sebagai penghias ruangan.
c. Sistem Kepercayaan. Animisme dan dinamisme merupakan kepercayaan (agama)
yang dianut oleh masyarakat pra aksara. Walaupun Indonesia telah memiliki
agama pokok, namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada masyarakat
Indonesia yang percaya bahwa arwah leluhur dan benda disekitarnya memiliki
pengaruh terhadap kehidupan mereka. Sebagai contoh adalah upacara pemakaman.
Ada suku tertentu di Indonesia yang percaya bahwa ruh orang yang meninggal
masih memiliki pengaruh terhadap kahidupan masyarakatnya. Oleh karena itu,
mereka melakukan upacara pemakaman dengan megah dan diiringi dengan ritual-
ritual tertentu. Selain itu, ada juga masyarakat yang memakamkan seseorang di
tempat-tempat tertentu (misal: tebing batu) sebagai bentuk penghormatan kepada
orang yang telah meninggal.
Demikianlah beberapa sisa-sisa kebudayaan pra aksara yang masih ada dan
berkembang di Indonesia hingga sampai saat ini. Sebagai bangsa yang bijak, suka atau
38
tidak suka kita harus menjaga kelestarian budaya tersebut, karena pada dasarnya
kebudayaan yang ada merupakan warisan nenek moyang yang sangat bernilai.
D. PENILAIAN
Pilihlah jawaban yang paling tepat diantara pilihan a,b,c,d, atau e !
No Soal
Pola kehidupan manusia yang primitif sangat menggantungkan hidupnya pada ketersediaan
alam. Mereka hidup berkelompok, tinggal di gua-gua atau membuat tempat tinggal di atas
pohon besar. Manusia yang tinggal di gua-gua dikenal sebagai cavemen (orang gua).
Peninggalan budaya yang membuktikan manusia primitif tinggal di gua pada masa itu
adalah…
1. a. Menghasilkan lukisan-lukisan pada dinding-dinding gua berupa cap tangan.
b. Ditemukannya kebudayaan abris sous roche.
c. Ditemukannya Kjokkenmoddinger (sampah dapur) atau tumpukan kerang.
d. Ditemukannya manusia purba jenis Meganthropus Paleojavanicus
Manusia masa bercocok tanam memiliki tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dibandingkan
masa sebelumnya, misalnya dalam hal penemuan api. Pada awalnya pembuatan api
dilakukan dengan cara membenturkan dan menggosokkan benda halus yang mudah terbakar
dengan benda padat lain. Sebuah batu yang keras, misalnya batu api, jika dibenturkan ke
batuan keras lainnya akan menghasilkan percikan api. Percikan tersebut kemudian ditangkap
dengan dedaunan kering, lumut atau material lain yang kering hingga menimbulkan api.
2. Kegunaan utama api bagi manusia praaksara masa bercocok tanam adalah…
a. Sebagai sumber penerangan
b. Membuka lahan garapan dengan cara tebas dan bakar
c. Sebagai penghalau binatang buas
d. Sebagai senjata dalam melakukan perburuan
Manusia praaksara masa berburu mengumpulkan makanan tingkat lanjut memiliki tempat
tinggal di goa-goa dan di tepian pantai. Manusia di tepi pantai melakukan perburuan
terhadap hewan-hewan laut seperti kerang. Makin lama kulit-kulit kerang yang sudah
dimakan itu semakin banyak dan menumpuk dan mengakibatkan kulit-kulit kerang tersebut
3. menggunung. Sampah/ tumpukan ini dinamakan….
a. Abris Sous Roche
b. Kjokkenmoddinger
c. A Cire Perdue
d. Bivalve
Homo Sapiens sudah mulai memiliki tempat tinggal, walaupun masih bersifat sementara.
4.
Mereka melihat biji-bijian sisa makanan yang tumbuh di tanah setelah tersiram air hujan.
39
No Soal
Pelajaran inilah yang kemudian mendorong manusia purba untuk…
a. Bercocok tanam
b. Berburu dan mengumpulkan makanan
c. Membuat alat-alat dari logam
d. Membentuk perkampungan
Manusia masa bercocok tanam (food producing) hidup sudah mulai menetap membentuk
perkampungan kecil di dekat sumber air. Mereka melakukan pertanian dan peternakan.
Sistem irigasi masih sangat sederhana dan masih tergantung pada kesuburan tanah dan air
hujan. Sebagai tahap awal bercocok tanam, teknik bertani yang dilakukan oleh manusia
5. pendukungnya adalah…
a. Tebang dan bakar
b. Tebang pilih
c. Tebang dan tanam
d. Tebang habis
40
No Soal
Perhatikan alat-alat berikut!
1. Kapak genggam
2. Nekara
3. Tulang
4. Kapak perimbas
5. Kapak corong
6. Bejana dan arca perunggu
7. Zaman logam adalah zaman dimana manusia sudah mengenal teknologi pertukangan secara
sederhana. Pada masa ini manusia mulai mengenal perunggu dan besi.
Di antara alat-alat di atas, hasil kebudayaan pada masa logam di Indonesia ditunjukkan pada
nomor…
a. 2, 5 dan 6
b. 1, 3 dan 5
c. 2, 4 dan 5
d. 3, 5 dan 6
Salah satu hasil budaya zaman perunggu adalah nekara. Nekara terbuat dari perunggu yang
berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atasnya ditutup. Di daerah asalnya, Dongson,
pemilikan nekara merupakan sibol status, sehingga apabila pemiliknya meninggal, dibuatlah
tiruan yang kecil untuk bekal kubur. Bagi masyarakat praaksara Indonesia, nekara dianggap
sesuatu yang suci. Nekara dihias dengan lukisan perahu layar yang dipergunakan dalam
upacara kematian. Maksud masyarakat zaman perunggu memberikan hiasan perahu layar
8.
pada nekara perunggu adalah…
a. Menjadi persembahan kepada roh nenek moyang.
b. Sebagai penghormatan kepada orang yang meninggal.
c. Menghantarkan roh orang yang meninggal ke alam arwah
d. Menjadi bekal bagi roh yang meninggal di alam arwah.
Dimulainya zaman logam bukan berarti zaman batu berakhir, karena pada zaman logam pun
alat-alat dari batu tetap berkembang, namun zaman logam hanyalah menyatakan bahwa pada
zaman itu alat-alat dari logam telah dikenal dan dipergunakan lebih dominan. Manusia
praaksara masa logam menghasilkan alat-alat yang telah halus. Teknik pembuatan barang-
barang logam pada masa perundagian adalah…
9. a. Peleburan
b. Pembakaran
c. A cire perdue dan Bivalve
d. Pencetakan
Manusia praaksara pada masa berburu dan mengumpulkan makanan masih menggunakan
alat-alat sederhana dalam memenuhi kebutuhan hidupnya seperti tulang. berikut ini
merupakan 2 contoh aktivitas manusia masa kini yang menyerupai aktivitas masa berburu
10. dan mengumpulkan makanan alat sederhana adalah…
a. Melakukan perdagangan di pasar-pasar tradisional.
b. Membentuk perkampungan-perkampungan kecil di sudut kota.
c. Melakukan penebangan pohon-pohon di hutan untuk perkebunan
41
No Soal
d. Berburu dan memanfaatkan rotan yang ada di hutan.
Modul IV
42
Berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai,peserta didik :
1. Mensyukuri proses kelahiran manusia dan kebudayaan Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha
Esa; serta
2. Menunjukkan sikap tanggung jawab dan peduli terhadap hasil kebudayaan masa pra-aksara
A. KOMPETENSI DASAR
Menganalisis berbagai teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu dan
Buddha ke Indonesia
B. Pokok Bahasan
Teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu dan Buddha ke Indonesia
C. MATERI MODUL
Masuknya agama dan kebudayaan Hindu Budha di Indonesia pada masa lampau telah
banyak mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat nusantara. Kendati demikian,
kisah tentang bagaimana proses masuknya agama dan kebudayaan ini di masa lampau masih
menjadi misteri. Dugaan-dugaan yang diutarakan para ahli tentang teori masuknya Hindu
Budha ke Indonesia berdasarkan bukti-bukti yang ditemukannya masing-masing juga ada
banyak sekali. Berikut ini dugaan dan teori-teori tersebut seperti kami kutip dari buku
Pengetahuan Sosial Sejarah terbitan PT Tiga Serangkai tahun 2011. Teori Masuknya Hindu
Budha Ke Indonesia Teori Masuknya Hindu Budha Ke Indonesia Teori masuknya Hindu
Budha ke Indonesia yang dikemukakan para ahli sejarah umumnya terbagi menjadi 2
pendapat. Pendapat pertama menyebutkan bahwa dalam proses masuknya kedua agama ini,
bangsa Indonesia hanya berperan pasif. Bangsa Indonesia dianggap hanya sekedar menerima
budaya dan agama dari India. Ada 3 teori yang menyokong pendapat ini yaitu teori
Brahmana, teori Waisya, dan teori Ksatria. Pendapat kedua menyebutkan bahwa banga
Indonesia juga bersifat aktif dalam proses penerimaan agama dan kebudayaan Hindu Budha.
Dua teori yang menyokong pendapat ini adalah teori arus balik dan teori Sudra.
43
1. Teori Brahmana oleh Jc.Van Leur Teori Brahmana adalah teori yang menyatakan bahwa
masuknya Hindu Budha ke Indonesia dibawa oleh para Brahmana atau golongan pemuka agama
di India. Teori ini dilandaskan pada prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Hindu Budha di
Indonesia pada masa lampau yang hampir semuanya menggunakan huruf Pallawa dan bahasa
Saksekerta. Di India, aksara dan bahasa ini hanya dikuasai oleh golongan Brahmana. Selain itu,
teori masuknya Hindu Budha ke Indonesia karena peran serta golongan Brahmana juga didukung
oleh kebiasaan ajaran Hindu. Seperti diketahui bahwa ajaran Hindu yang utuh dan benar hanya
boleh dipahami oleh para Brahmana. Pada masa itu, hanya orang-orang golongan Brahmana-lah
yang dianggap berhak menyebarkan ajaran Hindu. Para Brahmana diundang ke Nusantara oleh
para kepala suku untuk menyebarkan ajarannya pada masyarakatnya yang masih memiliki
kepercayaan animisme dan dinamisme
2. Teori Waisya oleh NJ. Krom Teori Waisya menyatakan bahwa terjadinya penyebaran agama
Hindu Budha di Indonesia adalah berkat peran serta golongan Waisya (pedagang) yang
merupakan golongan terbesar masyarakat India yang berinteraksi dengan masyarakat nusantara.
Dalam teori ini, para pedagang India dianggap telah memperkenalkan kebudayaan Hindu dan
Budha pada masyarakat lokal ketika mereka melakukan aktivitas perdagangan. Karena pada saat
itu pelayaran sangat bergantung pada musim angin, maka dalam beberapa waktu mereka akan
menetap di kepulauan Nusantara hingga angin laut yang akan membawa mereka kembali ke India
berhembus. Selama menetap, para pedagang India ini juga melakukan dakwahnya pada
masyarakat lokal Indonesia.
3. Teori Ksatria oleh C.C. Berg, Mookerji, dan J.L. Moens Dalam teori Ksatria, penyebaran agama
dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada masa lalu dilakukan oleh golongan ksatria.
Menurut teori masuknya Hindu Budha ke Indonesia satu ini, sejarah penyebaran Hindu Budha di
kepulauan nusantara tidak bisa dilepaskan dari sejarah kebudayaan India pada periode yang sama.
Seperti diketahui bahwa di awal abad ke 2 Masehi, kerajaan-kerajaan di India mengalami
keruntuhan karena perebutan kekuasaan. Penguasa-penguasa dari golongan ksatria di kerajaan-
kerajaan yang kalah perang pada masa itu dianggap melarikan diri ke Nusantara. Di Indonesia
mereka kemudian mendirikan koloni dan kerajaan-kerajaan barunya yang bercorak Hindu dan
Budha. Dalam perkembangannya, mereka pun kemudian menyebarkan ajaran dan kebudayaan
kedua agama tersebut pada masyarakat lokal di nusantara
4. Teori Arus Balik (Nasional) oleh F.D.K Bosch Teori arus balik menjelaskan bahwa penyebaran
Hindu Budha di Indonesia terjadi karena peran aktif masyarakat Indonesia di masa silam.
Menurut Bosch, pengenalan Hindu Budha pertama kali memang dibawa oleh orang-orang India.
Mereka menyebarkan ajaran ini pada segelintir orang, hingga pada akhirnya orang-orang tersebut
tertarik untuk mempelajari kedua agama ini secara langsung dari negeri asalnya, India. Mereka
44
berangkat dan menimba ilmu di sana dan sekembalinya ke Indonesia, mereka kemudian
mengajarkan apa yang diperolehnya pada masyarakat Nusantara lainnya.
5. Teori Sudra oleh van Faber Teori Sudra menjelaskan bahwa penyebaran agama dan kebudayaan
Hindu Budha di Indonesia diawali oleh para kaum sudra atau budak yang bermigrasi ke wilayah
Nusantara.
6. PENILAIAN
7.
1. Menurut pendapat kamu teori atau pendapat mana yang paling kuat terkait dengan masuknya budaya
Hindu Buddha di Nusantara?
5. Apakah kaitan antara munculnya suatu kampung keling dengan proses penyebaran agama dan
kebudayaan Hindu-Bhuda di Indonesia
45