Anda di halaman 1dari 45

Modul III

MASA PRA-AKSARA DI
INDONESIA
 120 Menit

Tujuan Mempelajari Modul


Setelah mempelajari modul ini peserta didik diharapkan memiliki kemampuan dalam:
1. mendeskripsikan kehidupan sosial, budaya, ekonomi, teknologi, dan kepercayaan masyarakat
Indonesia pada masa pra-aksara.
2. Menganalisis keterkaitan kehidupan masa pra-aksara dengan kehidupan pada masa kini
3. Menyajikan tulisan mengenai perkembangan teknologi pada masa pra-aksara dan
pengaruhnya bagi kehidupan masyarakat pada masa kini.
Berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai,peserta didik :
1. Mensyukuri proses kelahiran manusia dan kebudayaan Indonesia sebagai karunia Tuhan
Yang Maha Esa; serta

2. Menunjukkan sikap tanggung jawab dan peduli terhadap hasil kebudayaan masa pra-aksara

A. KOMPETENSI DASAR
3.3.1 Menggambarkan awal terbentuknya kepulauan Indonesia.
3.3.2 Menganalisis beberapa wilayah (Sangiran, Trinil, Ngawi, Jawa Timur) sebagai pusat
persebaran dan penemuan fosil Manusia Purba di Indonesia.
3.3.3 Menganalisis beberapa temuan fosil manusia purba di Sangiran dan Trinil, Ngawi, Jawa
Timur.
3.3.4 Melacak asal usul nenek moyang bangsa Indonesia (Melanesoid, Proto dan Deutro
Melayu).
3.3.5 Mengenali corak kehidupan masayarakat praaksara.

1
B. Pokok Bahasan
Kehidupan Awal di Kepulauan Indonesia

Peta Konsep

Kehidupan awal di
Kepulauan Indonesia
Asal-usul Nenek
Moyang bangsa
Corak Kehidupan Indonesia
Jenis-Jenis Manusa Masyarakat Pra-
Purba di Indonesia aksara di Indonesia

Proses Alam
terjadinya
Teori asal-
Kepulauan di
usul nenek
Indonesia
 Berburu dan moyang
Meramu bangsa
Penemuan Indonesia
makanan
Fosil Manusia
Proses Alam tingkat
purba di
Terbentuknya sederhana
daerah
Alam Semesta
Sangiran,
Trinil, dan  Berburu dan Kedatangan da
Ngawi Meramu persebaran
Nenek moyang
makanan
bangsa
tingkat
Indonesia
Proses lanjut
terbentuknya
kepulauan di  Bercocok
Indonesia tanam

 perundagian

2
MATERI MODUL

A. Proses Alam Terbentuknya Alam Semesta


Semesta merupakan istilah untuk menyebut ruang angkasa beserta benda langit
yang ada di dalamnya. Asal muasal alam semesta menjadi misteri dan selalu
dipertanyakan oleh manusia. Perdebatan proses terbentuknya alam semesta sudah ada
sejak lama. Banyak ahli mengutarakan pendapatnya mengenai pembentukan alam
semesta. Untuk lebih memahami, ada satu teori paling populer yang diungkapkan
George Lematire (kosmolog asal Belgia) yaitu teori Big Bang mengatakan bahwa alam
semesta ada diawali dengan ledakan besar. Berdasarkan perhitungan , ledakan besar
terjadi 13,7 miliar tahun lalu. Sumber ledakan tersebut berasal dari suatu massa yang
sangat padat dan panas. Adanya ledakan tersebut mampu mengembangkan dan
membuat massa tersebut berserakan menjauhi pusat ledakan. Massa tersebut berubah
menjadi bintang dan planet serta objek ruang angkasa lainnya.
Perkembangan kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari sejarah
perkembangan bumi itu sendiri beserta perkembangan semua makhluk hidup di
dalamnya. Sejarah kehidupan bumi, jauh lebih tua dari sejarah manusia. Sejak bumi ini
dibentuk, keadaan lingkungan di bumi telah mengalami perubahan sehingga menjadi
keadaan seperti yang terlihat sekarang ini.

Skema pembagian zaman berdasarkan Ilmu Geologi


Masa kehidupan Umur Kala (Peride) Makluk Hidup
di Bumi (Jutaan
Tahun)
Arkaikum 1.500 Tidak ada
kehidupan
Proterozoikum 925 Binatang
Paleozoikum 505 Kambrium satu sel
425 Ordovisium
360 Silur Ikan
325 Devon
290 Karbon Ampibi
230 Perm
Mesozoikum 205 Trias Reptil
165 Yura
135 Kapur
Neozoikum 75 Paleosin Mamalia
Eosin
Oliosin
Miosin
Pliosin
1 juta Plestosin Pletosin MANUSIA
600.000 (diluvium) bawah  Meganthropus
(jetis) Paleojavanicus
 Pithecanthropus

3
Mojokertensis
 Pithecanthropus
Robustus
300.000 Plestosin Pithecanthropus
tengah Erectus
(trinil)
40.000 Plestosin  Homo Soloensis
atas  Homo
(ngandong) Wajakensis
20.000 Holosin Homo Sapiens
(aluvium) (Manusia cerdas)

Geologi adalah ilmu yang memperlajari bumi secara keseluruhan. Berdasarkan ilmu
geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi dalam empat zaman berikut ini
a. Arkezoikum
- Zaman tertua
- Berlangsung 2,5 miliar tahun lalu
- K eadaan bumi masih labil menyerupai gumpalan bola gas
- Masa awal pembentukan batuan kerak bumi yang kemudian berkembang
menjadi protokentinen.
- Belum ada tanda-tanda kehidupan karena temperatur bumi masih sangat
tinggi
b. Paleozoikum
- Disebut zaman primer (zaman pertama)
- Berlangsung 500-245 juta tahun yang lalu
- Awal munculnya kehidupan primitive dalam samudra berupa mikroorganisme
(bakteri dan ganggang)
- sudah muncul mikroorganisme, amfibi, reptile, jenis-jenis, ikan, ganggang,
rumpur-rumput dan binatang yang tidak bertulang belakang
- muncul hewan jenis ikan tak berahang (trilobita)
c. Mesozoikum
- Disebut zaman sekunder/ zaman kehidupan kedua / zaman dinosaurus
- Berlangsung kurang lebih 245-65 juta tahun yang lalu
- Terbagi dalam tiga periode :
a. Zaman trias : berlangsung sejak 225 juta – 190 juta tahun. Zaman ini
adalah zaman paling kering dan tidak subur ditandai dengan jarangnya
fosil, baik hewan maupun tumbuhan.
b. Zaman jura (reptil) : berlangsung sejak 190 juta – 136 tahun lalu. Pada
masa ini hidup dinosaurus.
c. Zaman kapur : berlangsung sejak 136 juta – 65 juta tahun silam. Zaman
ini merupakan zaman kepunahan binatang dinosaurus. Kepunahan
massal ini diperkirakan akibat tumbukan meteroit raksasa.
a. Neozoikum
- Disebut zaman hidup baru
- Muncul kehidupan jenis burung dan binatang menyusui (mamalia)
4
- Terbagi dalam zaman :
a. Zaman tersier
Adalah zaman ketiga berlangsung sekitar 60 juta tahun. Pada zaman ini
terjadi perkembangan kehidupan dengan munculnya binatang menyusui
jenis primate (kera), selanjutnya muncul jenis orang utan dan gorilla.
Fauna lautnya adalah ikan, moluska, dan echinodermata yang snagat
mirip dengan fauna laut sekarang.

b. Zaman kuarter
Disebut juga zaman ke empat, berlangsung sekitar 600 ribu tahun. Pada
saat ini muncul tanda-tanda kehidupan manusia. Zaman ini terbagi atas
zaman :

Zaman Pleistosen
Disebut juga zaman diluvium. Zaman ini merupakan zaman es (glasial)
yang berlangsung sekitar 600.000 SM. Diperkirakan manusia purba mulai
muncul.

Zaman Holosen
Dinamakan juga zaman alluvium. Berlangsung sekitar 20.000 taun lalu
dan berkembang sampai sekarang. Masa ini ditandai dengan mulai
mencairnya es yang bertumpuk di kutub Utara karena terjadi perubahan iklmi.
Akibatnya, sebagian wilayah Eropa Utara, Asia Utara, dan Amerika Utara
tertuup es. Pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan yang sebelumnya masih
menyatu dengan dataran Asia menjadi terpisah. Adapun wilayah Indonesia
bagian Timur yang sebelumnya menyatu dengan Australia juga menjadi
terpisah oleh lautan. Bekas dataran Asia yang sekarang menjadi dasar laut
disebut paparan Sunda dan bekas dataran Australia yang terendam air laut
disebut Paparan Sahul. Kedua paparan tersebut dipisahkan oleh zona
Wallace. Pada saat inilah muncul manusia purba jenis Homo Sapiens atau
manusia modern.

B. Terbentuknya Kepulauan di Indonesia


Keadaan alam pada kala Pleistosen (masa Neozoikum) belum sepenuhnya stabil.
Ketidakstabilan ini disebabkan tiga faktor yaitu : (i) adanya perubahan bentuk daratan
akibat gerakan endogen dan eksogen (ii)perubahan iklim berupa es mencair dan
membeku, (iii) letusan gunung berapi.
(i) Tenaga Endogen : pergerakan lempeng tektonik

Ketidakstabilan akibat pergerakan lempeng tektonik ini sudah dimulai pada masa
Mesozoikum dan terus berlanjut pada masa Neozoikum. Dengan demikian,
terbentuknya kepulauan di Indonesia dimulai sekitar 60 juta tahun yang lalu.
Sebelumnya, wilayah yang disebut kepulauan Indonesia masih merupakan bagian
dari samudera yang sangat luas.

5
Indonesia dibentuk oleh tiga lempeng besar dunia, yakni lempeng Indo-Australia,
lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Disamping itu terdapat lempeng Filipina yang
lebih kecil. Tiap-tiap lempeng ini memiliki arah gerakan yang berbeda. Sehingga
memungkinkan masin-masing lempeng akan mengalami tumbukan. Tumbukan pada
zona subduksi itu membuat daratan terpecah-pecah. Benua Eurasi menjadi pulau-
pulau yang terpisah satu dengan yang lainnya.yang diantaranya bergerak ke selatan
membentuk pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, serta pulau-pulau di Nusa
Tenggara Barat dan kepulauan Banda. Hal yang sama juga terjadi pada Benua
Australia, sebagian pecahannya bergerak ke utara membentuk pulau-pulau Timor,
Kepulauan Nusa Tenggara timur, dan sebagain Maluku Tenggara.

(ii) Tenaga Eksogen

Sifat umum tenaga eksogen adalah merombak bentuk permukaan bumi hasil
bentukan dari tenaga endogen. Secara umum tenaga eksogen berasal dari 3
sumber : (i) atmosfer, (2) perubahan suhu dan angin, dan (iii) organisme

(iii) Perubahan Iklim

Pada kala Pleistosen , bagian barat kepulauan Indonesia yang sudah mulai stabil
pernah terhubung dengan daratan Asia Tenggara, sedangkan bagian timur seperti
pulau Papua dan sekitarnya pernah terhubung dengan daratan Australia. Daratan di
wilayah barat yangmenghubungkan Indonesia dengan daratan Asia Tenggara
disebut Paparan Sunda (Sunda Shelf), sedangkan di wilayah timur daratan yang
menghubungkan pulau Papua dan pulau-pulau sekitarnya dengan Australia disebut
Paparan Sahul (Sahul Shelf).

Hal ini dibuktikan dengan hasil kajian A.R.Wallace yang menyelidiki tentang
persebaran fauna dan flora di Kepulauan Indonesia. Fauna yang terdapat di daerah
paparan sunda (daerah sumatera, Jawa, dan Kalimantan) mempunyai kesamaan
dengan fauna yang terdapat di daratan Asia. Adapun fauna yang terdapat di daerah
paparan sahul ( Irian dan sekitarnya) mempunyai kesamaan fauna dengan Australia.
Garis pemisah ini kemudian oleh Huxley diberi nama Garis Wallace

C. Manusia Purba di Indonesia

1) Penemuan Fosil Manusia Purba di Sangiran, Trinil, dan Ngawi


Bagaimana cara mengetahui kehidupan manusia yang hidup pada masa awal? Ada
dua cara, yaitu melalui sisa-sisa manusia, tumbuhan, dan hewan yang telah membatu
atau biasa disebut dengan fosil dan melalui benda-benda peninggalan (artefak) sebagai
hasil budaya manusia, alat-alat rumah tangga, bangunan, a, perhiasan, senjata, atau
fosil manusia purba yang diketemukan.
Kehidupan manusia purba di Indonesia diketahui melalui peninggalan fosil tulang-
belulang mereka. Fosil-fosil tersebut meliputi tengkorak, badan, dan kaki.Fosil tengkorak
dengan ukuran kapasitas tempurung kepalanya dapat mengungkap-kan sejauh mana
kemampuan berpikir mereka dibandingkan dengan kapasitas manusia modern sekarang.
6
Demikian juga dengan bentuk tulang rahang, lengan, dan kaki dapat dibandingkan dengan
bentuk tulang yang sama dengan tulang manusia modern sekarang atau dengan jenis kera
(pithe). Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa mereka berbeda dengan
manusia modern sekarang, namun memiliki tingkat kecerdasan tertentu yang lebih tinggi
dibandingkan dengan jenis kera. Mereka telah memiliki tingkat kemampuan untuk
mengembangkan kehidupan, seperti halnya manusia sekarang walaupun dengan tingkat
yang sangat terbatas. Mereka lazim disebut sebagai manusia purba atau manusia yang
hidup pada zaman pra-aksara.
Perjalanan kisah perkembangan manusia di dunia tidak dapat kita lepaskan dari
keberadaan bentangan luas perbukitan tandus yang berada di perbatasan Kabupaten
Sragen dan Kabupaten Karanganyar. Lahan itu dikenal dengan nama Situs Sangiran.
Didalam buku Harry Widianto dan Truman Simanjuntak, Sangiran Menjawab Dunia
diterangkan bahwa Sangiran merupakan sebuah kompleks situs manusia purba dari Kala
Pleistosen yang paling lengkap dan paling penting di Indonesia, dan bahkan di Asia.
Lokasi tersebut merupakan pusat perkembangan manusia dunia, yang memberikan
petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun yang lalu. Situs Sangiran itu
mempunyai luas delapan kilometer pada arah utara-selatan dan tujuh kilometer arah
timur-barat. Situs Sangiran merupakan suatu kubah raksasa yang berupa cekungan
besar di pusat kubah akibat adanya erosi di bagian puncaknya. Kubah raksasa itu
diwarnai dengan perbukitan yang bergelombang. Kondisi deformasi geologis itu
menyebabkan tersingkapnya berbagai lapisan batuan yang mengandung fosil-fosil
manusia purba dan binatang, termasuk artefak. Berdasarkan materi tanahnya, Situs
Sangiran berupa endapan lempung hitam dan pasir fluvio-vulkanik, tanahnya tidak subur
dan terkesan gersang pada musim kemarau.
Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C. Schemulling tahun 1864, dengan
laporan penemuan fosil vertebrata dari Kalioso, bagian dari wilayah Sangiran. Semenjak
dilaporkan Schemulling situs itu seolah-olah terlupakan dalam waktu yang lama. Eugene
Dubois juga pernah datang ke Sangiran, akan tetapi ia kurang tertarik dengan temuan-
temuan di wilayah Sangiran. Pada 1934, Gustav Heindrich Ralph von Koeningswald
menemukan artefak litik di wilayah Ngebung yang terletak sekitar dua km di barat laut
kubah Sangiran. Artefak litik itulah yang kemudian menjadi temuan penting bagi Situs
Sangiran. Semenjak penemuan von Koeningswald, Situs Sangiran menjadi sangat
terkenal berkaitan dengan penemuan-penemuan fosil Homo erectus secara sporadis dan
berkesinambungan.

7
Situs Sangiran tidak hanya memberikan gambaran tentang evolusi fisik manusia
saja, akan tetapi juga memberikan gambaran nyata tentang evolusi budaya, binatang,
dan juga lingkungan. Beberapa fosil yang ditemukan dalam seri geologis-stratigrafis yang
diendapkan tanpa terputus selama lebih dari dua juta tahun, menunjukkan tentang hal
itu. Situs Sangiran telah diakui sebagai salah satu pusat evolusi manusia di dunia. Situs
itu ditetapkan secara resmi sebagai Warisan Dunia pada 1996, yang tercantum dalam
nomor 593 Daftar Warisan Dunia (World Heritage List) UNESCO.

Gambar fosil diatas disebut sebagai Sangiran 17 sesuai dengan nomor seri
penemuannya. Fosil itu merupakan fosil Homo erectus yang terbaik di Sangiran. Ia
ditemukan di endapan pasir fluvio-volkanik di Pucang, bagian wilayah Sangiran. Fosil itu
merupakan dua di antara Homo erectus di dunia yang masih lengkap dengan mukanya.
Satu ditemukan di Sangiran dan satu lagi di Afrika.

Gambar 3.1 Tengkorak Pithecanthropus erectus yang ditemukan di Trinil

8
2) Penemuan Manusia Purba di Kepulauan Indonesia

Peta Manusia Purba Dan Hasil Budayanya Di Indonesia

NO LAPISAN JENIS TOKOH PENELITI TEMPAT DAN


TANAH MANUSIA TAHUN TEMUAN

1 Holosen Homo Sapien Von Reichcotein


2 Plestosein Atas Homo Von Reichcoten dan Wajak Tulung Agung
Wajenkensis Eugene Dubois 1989

(Lapisan Von Koeningswald dan Ngandong, Lembah


Ngandong) Homo Soloensis Weindenrich Bengabawan solo 1941 -
1934
3 Plesitosein Phitecantropus Eugene Dubois Trinil , Bengawan solo
Tengah Erektus 1890
(Lapisan Trinil)

4 Pleistosein Bawah Phtecantropus Vonn Koeningswald Trinil 1939


(Lapisan Jetis) Robustus
(soloensis)

Phitecantropus Von Koeningswald Mojokero 1939


Mojokertensis

Megantropus Von Koeningswald Sangiran , Lembah


Paleojavanicus bengawan Solo 1941

Berdasarkan temuan para ahli yang melakukan penelitian tentang manusia purba,
dapat dipetakan jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia, antara lain :
1) Meganthropus Palaeojavanicus (mega = besar, anthropus = manusia,
palaeo = tua, dan javanicus = Jawa)
Meganthropus berarti manusia besar. Fosil ini ditemukan di Desa Sangiran
oleh Von Koenigswald pada tahun 1941 berupa sebahagian dari rahang bawah
yang jauh lebih besar dan kuat dari Pithecanthropus Erectus. Berdasarkan
bentuk fosil yang ditemukan, Meganthropus palaeojavanicus digolongkan
dalam kelompok Homo Habilis yakni makhluk yang menyerupai manusia dan
primata. Para ahli memperkirakan bahwa fosil ini adalah makhluk tertua yang
pernah hidup di pulau Jawa dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a). Memiliki tulang pipi yang tebal

9
b). Memiliki otot kunyah yang kuat.
c). Memiliki tonjolan kening yang tajam.
d). Tidak memiliki dagu.
e). Mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar dan kuat.
f). Memiliki perawakan yang tegap.
g). Memakan jenis tumbuh-tumbuhan.

2) Pithecanthropus
Pithecanthropus berarti manusia kera. Fosil jenis Pithecanthropus ini
ditemukan di Desa Trinil daerah Ngawi, di Desa Pening daerah Mojokerto, di
Desa Sangiran,
Kedung, Brubus, Sambung, Macan, dan Ngandong. Fosil
Pithecanthropus ini pertama kali ditemukan oleh Van Reitschotten, seorang
penggali marmer. Fosil itu kemudian diserahkan kepada Eugene Dubois untuk
dilakukan penelitian. Berdasarkan hasil penelitiannya, Eugene Dubois
menyimpulkan bahwa fosil ini memiliki volume otak sekitar 900 cc, lebih
lecil dari otak manusia di atas 1000 cc, dan lebih besar dari otak kera hanya
600 cc. Jadi volume otak fosil ini berada dinatara otak manusia dan otak kera.
Oleh karena itu, fosil ini dinamakan dengan Pirhecanthropus yang berarti
manusia kera.

Adapun ciri-ciri dari Pirhecanthropus ini adalah sebagai berikut :

a). Tinggi badan sekitar 65 – 180 cm.


b). Volume otak berkisar antara 750 - 1350 cc.
c). Bentuk tubuh dan anggota badan tegap.
d). Alat pengunyah dan otot tengkuk sangat kuat.
e). Bentuk gerahan besar dengan rahang yang sangat kuat.
f). Bentuk tonjolan kening tebal.
g). Tidak memiliki dagu.
h). Bagaian belakang kepala tampak menonjol.

Pithecanthropus ini terdiri dari beberapa macam, yaitu :

a) Pithecanthropus Mojokertensis (Robustus) yang berarti manusia kera dari


Mojokerto. Merupakan jenis Pithecanthropus tertua. Fosil ini ditemukan di Desa
Pening Mojokerto dan diteliti oleh Von Koenigswald antara tahun 1936-1941.
Hasil penemuannya berupa tengkorak anak-anak, atap tengkorak, beberapa bagian
dasar tengkorak, rahang atas, rahang bawah, dan gigi lepas. Von Koenigswald
memperkirakan tengkorak anak-anak yang ditemukan itu adalah fosil yang
berasal dari anak-anaknya Pirhecanthropus.

10
b) Pithecanthropus Erectus berati manusia kera yang sudah berjalan tegak. Hasil
penelitian ini didasarkan kepada penemuan tulang rahang, dua geraham,
bagian atas tengkorak, dan tulang paha kiki. Volume otaknya berada dintara otak
manusia dan kera. Dari penemuan tulang paha menunjukan bahwa makhluk itu
sudah berjalan tegak. Karena itu Eugene Dubois menamakan hasil temuannya
ini dengan “Pirhecanthropus Erectus” yang berarti manusia kera yang sudah
berjalan tegak. Penemuan fosil ini sangat menggemparkan dunia ilmu
pengetahuan pada masa itu. Bahkan, penemuan fosil ini ada yang
menghubungkannya dengan teori eovlusi Charles Darwin.

3) Homo Sapiens
Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang telah memiliki bentuk
tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka dapat menggunakan akal
dan mempunyai sifat-sifat seperti yang dimiliki oleh manusia. Kehidupan mereka
sangat sederhana dan hidupnya mengembara. Mereka inilah yang menjadi nenek
moyang bangsa-bangsa di dunia.
Homo Sapiens ini terdiri dari beberapa macam, yaitu :

a) Homo Wajakensis yang berarti manusia Wajak. Jenis fosil Homo Sapiens ini
ditemukan di Desa Wajak dan fosilnya dinamakan Homo Wajakensis. Fosil
Wajakensis ini berupa sebuah tengkorak yang di temukan oleh Reitschontten
pada tahun 1989 dan diteliti oleh Eugene Dubois. Berdasarkan hasil
penelitiannya disimpulkan bahwa homo Wajakensis termasuk golongan bangsa
Austroloide. Tetapi hasil penelitian Von Koenigswald menyebutkan bahwa fosil
itu termasuk Homo Sapiens, dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a) Volume otaknya antara 1000 – 1200 cc.


b) Tinggi badanya antara 130 -210 cc.
c) Otot tengkuk mengalami penyusutan.
d) Alat kunyah dan gigi mengalami penyusutan.
e) Muka tidak menojol kedepan.
f) Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna.

b) Homo Soloensis yang berarti manusai Solo, ditemukan pada 1931–1934.Homo


Soloensis ditemukan di sepanjang Bengawan Solo (Ngandong, Sambungmacan, dan
Sangiran) oleh C. Ter Haardan W.F.F. Oppenoorth.Bentuk tubuhnya tegak dan
keningnya sudah tidak menonjol.Mereka hidup dari 900.000 sampai 200.000 tahun
yang lalu.Adapun Homo Wajakensis ditemukan oleh Von Rietschoten di Desa Wajak
pada 1888 dan Eugene Duboispada 1889. Diperkirakan manusia jenis ini hidup dari
60.000 sampai 25.000 tahun yang lalu.Kedua jenis manusia ini disebut homo
karena mirip manusia modern. Volume otaknya pun sudah mencapai 1300 cc.
Mereka juga disebut sebagai homo sapiens karena kecerdasannya hampir

11
menyamai manusia modern sekarang. Jenis Manusia Wajak diperkirakan
merupakan nenek moyang bangsa asli Australia, yaitu bangsa Aborigin.

c) Homo Floresiensis, fosil ini diperkirakan beusia 18.000 tahun. Fosil ini
ditemukan di Liang Bua, sebuah gua kapur di Ruteng, Manggarai, flores. Fosil
kerangka hobit yang ditemukan berjenis kelamin perempuan dan berukuran jauh
lebih kecil dibandingkan ukuran manusia normal.

D. Corak Kehidupan Masyrakat Pra-aksara


Pada awal kehidupannya manusai pada masa pra-aksara memiliki kecerdasan
intelektual yang terbatas sehingga mereka hidup secara sederhana. Merek bergantung
pada pemberian alam sekitar. Seiring perkembangan zaman kemampuan manusia pada
masa pra-aksara terus berkembang sehingga mereka mulai berkreasi menciptakan benda-
benda yang dapat membantu mereka bertahan hidup. Berdasarkan tingkat
kemampuannya, para ahli membagi masa pra-aksara menjadi empat bagian yakni :

1) Masa berburu dan mengumpulkan makanan (Food gathering)


a. Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana

Pada awal perkembangannya, pada masa berburu dan mengumpulkan makanan


masyarakat hidup secara berpindah-pindah di tempat yang cukup mengandung bahan
makanan dan air dan hidup dalam kelompok-kelompok yang dibatasi jumlah
anggotanya. Bahasa sebagai alat komunikasi manusia sudah mulai terbentuk. Hidup
mereka umumnya masih tergantung pada alam (food gathering). Untuk
mempertahankan hidupnya mereka menerapkan pola hidup nomaden atau berpindah-
pindah tergantung dari bahan makanan yang tersedia. Alat-alat yang digunakan
terbuat dari batu yang masih sederhana. Hal ini terutama berkembang pada manusia
Meganthropus dan Pithecanthropus. Tempat-tempat yang dituju oleh komunitas itu
umumnya lingkungan dekat sungai, danau, atau sumber air lainnya termasuk di
daerah pantai. Mereka beristirahat misalnya di bawah pohon besar. Mereka juga
membuat atap dan sekat tempat istirahat itu dari daun-daunan. Alat batu yang
dihasilkan pada masa ini berciri paleolithikum contohnya alat – alat serpih (flakes),
kapak genggam, dan kapak perimbas.

12
b. Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut

Pada masa ini diperkirakan berlangsung sampai zaman pleistosen akhir dimana
kehidupan mereka masih bergantung pada alam, peralatnnya selain terbuat dari batu,
pada masa ini mereka juga mampu membuat alat-alat dari tulang dan kulit kerang.
Sudah mengenal pembagian kerja : laki-laki berburu sedangkan perempuan
mengumpulkan makanan berupa tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan kecil,
memasak dan menjaga anak. Mereka sudah mengenal kebiasaan bertempat tinggal
secara tidak tetap (semi nomaden)
terutama di goa-goa payung (abris sous
roche), gua tersebut mempunyai ceruk
yang dalam untuk menghindarkan diri
dari binatang buas. Merek memilih gua-
gua yang tidak jauh dari sumber air atau
sungai yang terdapat sumber makanan
seperti ikan, kerang, dan siput. Selain itu
mereka juga tinggal di tepi pantai yang banyak ditemukan tumpukan kulit kerang
(kjokkenmoddinger). Mereka ini hidupnya berkelompok berkisar 20-50 orang.
Tentang gambar tangan, ada
tradisi purba masyarakat
setempat yang menyebutkan,
gambar tangan dengan jari
lengkap bermakna sebagai
penolak bala, sementara tangan
dengan empat jari saja berarti (Sumber:http/ww. migrasi-nenek-moyang-bangsa-
Indonesia.go.id)
ungkapan berdukacita. Gambar Gambar 3.2 Lukisan-Lukisan di dinding gua yang
menunjukkan estetikadan kepercayaan masyarakat pra-
itu dibuat dengan cara aksara
menempelkan tangan ke dinding gua, lalu disemprotkan dengan cairan berwarna
merah. Sat pewarna ini mungkin dari mineral merah (hematite) yang banyak terdapat
di sekitar gua (di batu-batuan dan di dasar sungai di sekitar gua), ada pula yang
mengatakan dengan batu-batuan dari getah pohon yang dikunyah seperti sirih.
Pada saat ini mereka telah menemukan api yang berguna untuk mereka bertahan
dari udara dingin selain itu untuk memasak hasil buruan. Alat – alat yang mereka

13
gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari seprti kapak sumatra dan alat – alat
dari tulang. Mereka hanya mengumpulkan dan menyeleksi makanan karena belum
dapat mengusahakan jenis tanaman untuk dijadikan bahan makanan.

c. Masa bercocok tanam (food producing)

Peralihan Zaman Mesolitikum ke Neolitikum menandakan adanya revolusi


kebudayaan dari food gathering menuju food producing dengan Papua Melanesoid
sebagai manusia pendukungnya. Mereka tidak hanya mengumpulkan makanan tetapi
mencoba memproduksi makanan dengan menanam.

Kegiatan bercocok tanam dilakukan ketika mereka sudah mulai bertempat tinggal
(sedenter). Mereka melihat biji-bijian sisa makanan yang tumbuh di tanah setelah
tersiram air hujan. Pelajaran inilah yang kemudian mendorong manusia purba untuk
melakukan bercocok tanam. Apa yang mereka lakukan di sekitar tempat tinggalnya,
lama kelamaan tanah di sekelilingnya habis, dan mengharuskan pindah. mencari
tempat yang dapat ditanami. Ada yang membuka hutan dengan menebang pohon-
pohon untuk membuka lahan bercocok tanam atau lebih dikenal dengan metode slash
dan burn.

Kegiatan manusia bercocok tanam terus mengalami perkembangan. Peralatan


pokoknya adalah jenis kapak persegi dan kapak lonjong. Kemudian berkembang ke
alat lain yang lebih baik. Dengan dibukanya lahan dan tersedianya air yang cukup
maka terjadilah persawahan untuk bertani. Hal ini berkembang karena saat itu,
yakni sekitar tahun 2000 – 1500 S.M ketika mulai terjadi perpindahan orang-orang
dari rumpun bangsa Austronesia dari Yunnan ke Kepulauan Indonesia. Begitu juga
kegiatan beternak juga mengalami perkembangan. Seiring kedatangan orang-orang
dari Yunnan yang kemudian dikenal sebagai nenek moyang kita itu, maka kegiatan
pelayaran dan perdagangan mulai dikenal. Sementara itu, seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk ditentukanlah pemimpin (primus interpares).
Kepercayaan juga sudah mulai ada pada masa ini, yaitu Animisme dan Dinamisme.
Animisme merupakan suatu kepercayaan masyarakat terhadap roh dan jiwa
nenekmoyang sedangkan Dinamisme merupakan suatu kepercayaan bahwa setiap

14
(Sumber:http/ww. nenek-moyang-bangsa-Indonesia.go.id)
Gambar 3.3 Ilustrasi Kehidupan bercocok tanam masyarakat pra-aksara

benda me miliki kekuatan gaib. Misalnya sebuah batu cincin dipandang


mempunyai kekuatan untuk melemahkan lawan. Sehingga apabila batu cincin itu
dipakai, maka lawan-lawan tidak sanggup menghadapinya.

d. Masa perundagian

Pada masa perundagian masyarakat sudah mengenal bijih logam. Pada masa ini
masyarakat sudah mengenal permainan wayang, pembuatan gamelan (alat musik),
astronomi, metrik (ukuran), tata pemerintahan, teknik membatik dan pelayaran.
Perahu bercadik memainkan peranan yang besar dalam hubungan-hubungan
pedagangan. Perdagangan dilakukan dengan cara tukar menukar barang-barang
(barter).

Zaman ini ditandai dengan pesatnya kemampuan membuat alat-alat akibat


perkembangan teknologi. Mereka menemukan teknologi peleburan biji logam. Oleh
karena itu, semakin banyak manusia yang menggunakan logam untuk memenuhi
perkakas hidupnya. Pada zaman perunggu, orang dapat memperoleh jenis logam yang
lebih keras daripada tembaga, sebab perunggu merupakan logam campuran dari
tembaga dan timah. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebudayaan manusia pada
zaman ini jauh lebih tinggi. Terbukti masyarakatnya sudah mengenal teknologi
peleburan dan pencampuran logam.

15
Pada zaman besi, manusia telah menemukan logam yang jauh lebih keras lagi
dimana harus dileburkan pada titik lebur yang cukup tinggi. Sehingga alat-alat pada
zaman ini telah lebih sempurna daripada sebelumnya. Kemampuan membuat benda-
benada jauh lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan masa sebelumnya.
Teknologi peleburan logam yang digunakan adalah dengan sistem pemanasan,
pencetakan logam, pencampuran logam dan penempaan logam

Pada zaman Perundagian peralatan gerabah masih ditemukan dengan teknologi


yang semakin maju. Hal ini menunjukkan bahwa peranan alat-alat dari gerabah
tersebut tidak dapat digantikan dengan mudah oleh alat-alat dari dari logam. Dalam
waktu singkat kegiatan perdagangan dengan sistem barter mulai berkembang.
Kegiatan bertani juga semakin berkembang karena mereka sudah mulai bertempat
tinggal menetap.

E. Asal –Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia

(Sumber:http/ww. keanekaragaman-nusantara.go.id)
Gambar 3.4 Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa. Dari manakah mereka
berasal?

16
(Sumber:http/ww. nenek-moyang-bangsa-Indonesia.go.id)
Gambar 3.5 Masyarakat Austronesia yang mendiami daerah pesisir pantai
Kalian telah belajar tentang kurun waktu yang dijalani manusia purba Indonesia beserta
hasil budayanya. Kehidupan sederhana yang dijalani manusia purba (dari berburu,
mengumpulkan makanan, bercocok tanam dan beternak, hingga perundagian) telah
memperlihatkan kepada kita bahwa mereka memerlukan perkakas yang dapat membantu
mereka dalam mempertahankan hidupnya.
Temuan perkakas kebudayaan yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia sedikitnya
dapat membuka tabir: dari mana mereka datang dan berasal? Adanya kesamaan bentuk
dalam sejumlah perkakas dan budaya di tempat-tempat yang berbeda di Indonesia,
membuat kita menafsirkan bahwa manusia-manusia yang kini mendiami Kepulauan
Indonesia berasal dari moyang yang sama.

A. Hipotesis Tentang Asal-Usul Dan Persebaran Manusia Di Kepulauan Indonesia

Sebelum zaman es atau glasial, wilayah Indonesia bagian barat menjadi satu dengan
daratan Asia dan wilayah Indonesia bagian timur menyatu dengan Australia. Hal ini
sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan flora dan faunanya. Namun, naiknya air
laut karena mencairnya es di daerah kutub, mengakibatkan wilayah Indonesia dipisahkan
oleh lautan dan daratan Asia maupun Australia. Bekas daratan asia yang menjadi dasar
lautan disebut dengan paparan sunda sedangkan bekas daratan yang menghubungkan
Indonesia timur dengan daratan Australia disebut paparan Sahul. Dengan demikian,
terbentuklah beberapa pulau besar dan puluhan pulau kecil yang dipisahkan oleh lautan
dan selat baru. Kumpulan pulau-pulau inilah yang menjadi Kepulauan Indonesia.
17
Perubahan geografis ini kemudian berpengaruh besar terhadap persebaran manusia purba
di Indonesia.
Keberadaan masyarakat awal di kepulauan Indonesia diketahui dan didukung oleh
beberapa teori dan pendapat yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh ahli, antara lain:
1. Teori Von Heine Geldern, Berdasarkan teori Von Heine Geldern diketahui bahwa
nenek moyang bangsa Austronesia, yang mulai datang di kepulauan Indonesia kira-
kira 2000 tahun S.M ialah pada zaman neolithik. Kebudayaan ini mempunyai dua
cabang ialah cabang kapak persegi yang penyebarannya dari dataran Asia melalui
jalan barat dan peninggalannya terutama terdapat di bagian barat Indonesia dan kapak
lonjong yang penyebarannya melalui jalan Timur dan peninggalan-peninggalannya
merata di bagian timur negara kita. Pendukung kebudayaan neolithik (kapak persegi)
adalah bangsa Austronesia. Perpindahan bangsa Austronesia ke Asia Tenggara
khususnya dengan memakai jenis perahu cadik yang terkenal pada masa ini. Pada
masa ini diduga telah tumbuh perdagangan dengan jalan tukar menukar barang
(barter) yang diperlukan. Dalam hal ini sebagai alat berhubungan diperlukan adanya
bahasa. Para ahli berpendapat bahwa bahasa Indonesia pada masa ini adalah Melayu
Polinesia atau dikenal dengan sebagai bahasa Austronesia. Jadi, Geldern berpendapat,
kapak itu berasal dari Yunan bersama-sama dengan manusianya ke Nusantara,
kemudian tinggal menetap dan menjadi nenek moyang bangsa Indonesia.
2. Prof. Dr. H. Kern, bangsa Indonesia berasal dari daerah Campa, Kochin Cina,
Kamboja. Nenek moyang bangsa Indonesia mempergunakan perahu-perahu bercadik
menuju kepulauan Indonesia.
3. Mayundar , menyatakan bahwa bangsa–bangsa yang berbahasa Austronesia berasal
dari India kemudian menyebar ke indo–cina terus ke daerah Indonesia dan pasifik
4. Dr. Brandes, menyatakan bahwa bangsa yang bermukim di kepulauan Indonesia
memiliki banyak persamaan dengan bangsa–bangsa pada daerah–daerah yang
membentang dari sebelah utara pulau Formosa, sebelah barat daerah madagaskar,
sebelah selatan yaitu tanah jawa, bali, sebelah timur sampai ke tepi pantai barat
amerika. Penyelidikan ini dilakukan oleh brandes melalui perbandingan bahasa .
5. Prof. Mohammad Yamin, menurut pandangannya, orang Indonesia adalah asli
berasal dari wilayah Indonesia sendiri. Ia bahkan meyakini bahwa ada sebagian
bangsa atau suku di luar negeri yang berasal dari Indonesia. Yamin menyatakan

18
bahwa temuan fosil dan artefak lebih banyak dan lengkap di Indonesia daripada
daerah lainnya di Asia, misalnya, temuan fosil Homo atau Pithecanthropus soloensis
dan wajakensis yang tak ditemukan di daerah Asia lain termasuk Indocina (Asia
Tenggara).
Berdasarkan teori – teori atau pendapat dari beberapa ahli disimpulkan, ada 2 hal
yang menarik tentang asal usul bangsa yang menempati daerah kepulauan Indonesia.
Pertama, bangsa Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri. Kesimpulan ini merujuk
kepada pendapat yang dikemukakan oleh M. Yamin yang didukung dengan penemuan
fosil - fosil maupun artefak – artefak tertua di wilayah Indonesia. Selain itu, tidak ada
penemuan fosil manusia purba di daerah Asia lainnya.
Kedua, penduduk yang menempati daerah kepulauan Indonesia di perkirakan berasal
dari daratan Asia. Melalui jejak–jejak sejarah yang berhasil diteliti diketahui bahwa
bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan Selatan. Dari daerah Yunan inilah mereka
menyebar ke arah selatan hingga sampai di daerah kepulauan Indonesia.

B. Proses Migrasi dan persebaran nenek moyang di kepulauan Indonesia.

(Sumber:http/ww. nenek-moyang-bangsa-Indonesia.go.id)
Gambar 3.6 Masyarakat Austronesia yang baru menempati daerah baru

Bangsa yang berimigrasi ke Indonesia berasal dari daratan Asia tepatnya Yunan Utara
bergerak menuju ke Selatan memasuki daerah Hindia Belakang (Vietnam)/Indochina dan
terus ke Kepulauan Indonesia, dan bangsa tersebut adalah:

19
1. Melanesoid
Bangsa Melanesia atau disebut juga dengan Papua Melanosoide yang
merupakan rumpun bangsa Melanosoide/Ras Negroid. Bangsa ini merupakan
gelombang pertama yang berimigrasi ke Indonesia. Beberapa suku bangsa seperti
Kubu, Lubu, Talang Mamak yang tinggal di Sumatera dan Toala di Sulawesi
merupakan penduduk tertua di Kepulauan Indonesia. Mereka mempunyai hubungan
erat dengan nenek moyang Melanesia masa kini dan orang Vedda yang saat ini
masih terdapat di Afrika, Asia Selatan, dan Oceania. Vedda itulah manusia pertama
yang datang ke pulau-pulau yang sudah berpenghuni. Mereka membawa budaya
perkakas batu. Kedua ras Melanesia dan Vedda hidup dalam budaya mesolitik.

2. Austronesia

Bangsa Melayu yang merupakan rumpun bangsa Austronesia yang termasuk


golongan Ras Malayan Mongoloid. Bangsa ini melakukan perpindahan ke Indonesia
melalui dua gelombang yaitu:
a. Proto Melayu

Gelombang pertama tahun 2000 SM, menyebar dari daratan Asia ke Semenanjung
Melayu, Indonesia, Philipina dan Formosa serta Kepulauan Pasifik sampai Madagaskar
yang disebut dengan Proto Melayu. Bangsa ini masuk ke Indonesia melalui dua jalur
yaitu Barat dan Timur, dan membawa kebudayaan Neolithikum (Batu Muda).

(Sumber:http/ww. migrasi-nenek-moyang-bangsa-Indonesia.go.id)
Gambar 3.7 Peta persebaran rumpun bangsa Austronesia

Bangsa Melayu Tua/Proto Melayu yang merupakan ras Malayan Mongoloid memiliki
ciri-ciri antara lain: Kulit sawo matang, rambut lurus, badan tinggi ramping, bentuk
mulut dan hidung sedang. Ada dua jalur ;

20
1. Jalur Timur : Dari Yunan - Teluk Tonkin (Vietnam) – Taiwan – Filiphina –
Sulawesi - Seluruh Indonesia
2. Jalur Barat : Dari Yunan - Teluk Tonkin (Vietnam) – Semenanjung Malaya –
Sumatera - Seluruh Indonesia
Dari Cina bagian selatan (Yunan)
mereka bermigrasi ke Indocina dan Siam,
kemudian ke Kepulauan Indonesia. Mereka itu
mula-mula menempati pantai-pantai Sumatera
Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Barat.
Ras Proto Melayu membawa peradaban batu di
Kepulauan Indonesia.
(Sumber:http/ww. migrasi-nenek-moyang-
bangsa-Indonesia.go.id)
Gambar 3.8 Kebudayaan Mesolithikum Ketika datang para imigran baru, yaitu
berupa kapak lonjong dan kapak persegi
Deutero Melayu (Ras Melayu Muda). Mereka
berpindah masuk ke pedalaman dan mencari tempat baru ke hutan-hutan sebagai
tempat huniannya. Ras Proto Melayu itu pun kemudian mendesak keberadaan
penduduk asli. Kehidupan di dalam hutan-hutan menjadikan mereka terisolasi dari
dunia luar, sehingga memudarkan peradaban mereka. Penduduk asli dan ras proto
melayu itu pun kemudian melebur. Mereka itu kemudian menjadi suku bangsa Batak,
Dayak, Toraja, Alas, dan Gayo.
Yang termasuk keturunan bangsa ini
adalah Suku Toraja (Sulawesi Selatan),
Suku Sasak (Pulau Lombok), Suku Dayak
(Kalimantan Tengah), Suku Nias (Pantai
Barat Sumatera) dan Suku Batak
(Sumatera Utara) serta Suku Kubu
(Sumatera Selatan). Kehidupan mereka
yang terisolasi itu menyebabkan ras Proto
(Sumber:http/ww. migrasi-nenek-moyang-bangsa-
Indonesia.go.id) Melayu sedikit mendapat pengaruh dari
Gambar 3.9 Orang Mentawai di Pulau Siberut,
Kepulauan Mentawai, sebelah selatan Sumatera. kebudayaan Hindu maupun Islam
Diduga orang Mentawai dan Nias merupakan penduduk
yang lebih dahulu mendiami wilayah Indonesia dikemudian hari. Para ras Proto Melayu
dibanding masyarakat
Indonesia lain.

21
itu kelak mendapat pengaruh Kristen sejak mereka mengenal para penginjil yang
masuk ke wilayah mereka untuk memperkenalkan agama Kristen dan peradaban
baru dalam kehidupan mereka.
Persebaran suku bangsa Dayak hingga ke Filipina Selatan, Serawak, dan Malaka
menunjukkan rute perpindahan mereka dari Kepulauan Indonesia. Sementara suku
bangsa Batak yang mengambil rute ke barat menyusuri pantai-pantai Burma dan
Malaka Barat. Beberapa kesamaan bahasa yang digunakan oleh suku bangsa Karen di
Burma banyak mengandung kemiripan dengan bahasa Batak.

b. Deutro Melayu

Gelombang kedua tahun 500 SM, disebut dengan bangsa Deutro Melayu. Bangsa
ini masuk ke Indonesia membawa kebudayaan logam (perunggu). Bangsa Melayu
Muda/Deutro Melayu yang merupakan rasa Malayan Mongoloid sama dengan bangsa
Melayu Tua, sehingga memiliki ciri-ciri yang sama.
Deutero Melayu merupakan ras yang datang
dari Indocina bagian utara. Mereka membawa
budaya baru berupa perkakas dan senjata besi di
Kepulauan Indonesia, atau Kebudayaan Dongson.
Mereka seringkali disebut juga dengan orang-orang
Dongson.
(Sumber:http/ww. migrasi-nenek-moyang-bangsa- Peradaban mereka lebih tinggi daripada rasa
Indonesia.go.id)
Gambar 3.10 Perkakas logam berupa
Proto Melayu. Mereka dapat membuat perkakas dari
nekara,moco dan arca yang dibawa oleh ras
Deutro Melayu
perunggu. Peradaban mereka ditandai dengan
keahlian mengerjakan logam dengan sempurna. Perpindahan mereka ke Kepulauan
Indonesia dapat dilihat dari rute persebaran alat-alat yang mereka tinggalkan di beberapa
kepulauan di Indonesia, yaitu berupa kapak persegi panjang. Peradaban ini dapat dijumpai
di Malaka, Sumatera, Kalimantan, Filipina, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara Timur.
Dalam bidang pengolahan tanah mereka mempunyai kemampuan untuk membuat
irigasi pada tanah-tanah pertanian yang berhasil mereka ciptakan, dengan membabat hutan
terlebih dahulu. Ras Deutero Melayu juga mempunyai peradaban pelayaran lebih maju
dari pendahulunya karena petualangan mereka sebagai pelaut dibantu dengan penguasaan
mereka terhadap ilmu perbintangan. Perpindahan ras Deutero Melayu juga menggunakan

22
jalur pelayaran laut. Sebagaian dari ras Deutero Melayu ada yang mencapai Kepulauan
Jepang, bahkan kelak ada yang hingga sampai Madagaskar.
Bangsa ini berkembang menjadi Suku Aceh, Minangkabau (Sumatera Barat), Suku
Jawa, Suku Bali, Suku Bugis dan Makasar di Sulawesi dan sebagainya. Kedatangan ras
Deutero Melayu di Kepulauan Indonesia makin lama semakin banyak. Mereka pun
kemudian berpindah mencari tempat baru ke hutan-hutan sebagai tempat hunian baru.
Pada akhirnya Proto dan Deutero Melayu membaur dan selanjutnya menjadi penduduk di
Kepulauan Indonesia.
 Suku Sakai/ Siak di
Papua Riau
Melanosoid
Melanesia  Suku Dani dan Asmat
di Papua
 Papua
Daratan
Asia
Yunnan Proto Melayu Suku Dayak , Suku
Utara (Melayu Tua) Toraja, Suku Mentawai
Suku Nias , Suku Sasak
Suku Kubu , Suku Batak

Deutro Suku Minangkabau


Melayu Suku Aceh , Suku Bali
(Melayu Suku Jawa, Suku Sunda
Muda ) Suku Bugis

23
C. PENILAIAN
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan ringkas dan jelas !

1. Jelaskan hubungan antara zaman glasial, Paparan sunda, Paparan Sahul, dan Teori
Wallace!
2. Kemukakan ciri-ciri atau karakteristik manusia purba jenis
MeganthropusPaleojavanicus! Uraian Anda hendaknya memaparkan ciri-ciri, tokoh
penemu, interpretasi pola kehidupan yang dijalani!
3. Kemukakan persamaan dan perbedaan manusia purba jenis Pitecanthropus dengan
manusia purba jenis Homo Sapiens! Buatlah dalam sebuah tabel yang memuat
persamaan dan perbedaan kedua manusia purba tersebut!
4. Buatlah analisis cara manusia purba beradaptasi dengan lingkungan alam tempatnya
tinggal! Analisis hendaknya memaparkan karakteristik kapasitas otak manusia purba,
perkembangan teknologi dan peralatan yang digunakan! Korelasikan analisis Anda
dengan teori Chalange and Respons Arnold Toynbee!
5. Manusia pra-aksara juga mulai mengenal pembagian kerja di kelompok sosialnya.
Bagaiman bentuk pembagian kerja di kelompok masyarakat pra-aksara !

24
Modul IV

HASIL-HASIL DAN NILAI


KEBUDAYAAN MASYARAKAT
PRA-AKSARA
 120 Menit

Tujuan Mempelajari Modul


Setelah mempelajari modul ini peserta didik diharapkan memiliki kemampuan dalam:
1. Menganalisis hasil-hasil budaya masyarakat praaksara
2. Menganalisis perkembangan teknologi masyarakat praaksara.
3. Menganalisis nilai-nilai budaya msyarakat prakasara dan pengaruhnya dalam kehidupan
lingkungan terdekat.

Berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai,peserta didik :


1. Mensyukuri proses kelahiran manusia dan kebudayaan Indonesia sebagai karunia Tuhan
Yang Maha Esa; serta

2. Menunjukkan sikap tanggung jawab dan peduli terhadap hasil kebudayaan masa pra-aksara

A. KOMPETENSI DASAR

Memahami hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia dan


pengaruhnya dalam kehidupan lingkungan terdekat.

B. Pokok Bahasan
Hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia dan pengaruhnya dalam
kehidupan lingkungan terdekat.

25
C. MATERI MODUL

Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang


diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Penggunaan teknologi oleh
manusia di awali dengan pengubahan sumber daya alam menjadi alat-alat sederhana.
Teknologi pra aksara waktu itu bermula dari teknologi bebatuan dan tulang yang digunakan
sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan. Dalam praktiknya peralatan atau teknologi
bebatuan dan tulang tersebut dapat berfungsi serba guna. Pada tahap paling awal alat yang
digunakan masih bersifat kebetulan dan seadanya serta bersifat trial and eror. Mula-mula
mereka hanya menggunakan benda-benda dari alam terutama batu. Teknologi bebatuan
pada zaman ini berkembang dalam kurun waktu yang begitu panjang. Oleh karena itu, para
ahli kemudian membagi kebudayaan zaman batu di era pra aksara ini menjadi beberapa
zaman atau tahap perkembangan. Dalam buku R. Soekmono, Pengantar Sejarah
Kebudayaan Indonesia I, dijelaskan bahwa kebudayaan zaman batu ini dibagi menjadi tiga
yaitu, Paleolitikum, Mesolitikum dan Neolitikum dan zaman logam
Ditinjau dari hasil-fasil budaya materiil masyarakat awal Indonesia maka dapat di
lakukan periodisasi sebagai berikut:
1. Zaman Paleolitikum (zaman batu tua)

Zaman paleolitikum berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Zaman ini
merupakan zaman yang sangat penting karena terkait dengan munculnya kehidupan baru,
yakni munculnya jenis manusia purba. Zaman ini dikatakan zaman batu tua karena hasil
kebudayaan terbuat dari batu yang relatif masih sederhana dan kasar. Kebudayaan zaman
Paleolitikum ini secara umum ini terbagi menjadi Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan
Ngandong.
a. Kebudayaan Pacitan

Kebudayaan ini berkembang di daerah Pacitan, Jawa Timur. Beberapa alat dari batu

ditemukan di daerah ini. Seorang ahli, von Koenigwald dalam penelitiannya pada tahun

1935 telah menemukan beberapa hasil teknologi bebatuan atau alat-alat dari batu di daerah

gunung.

26
Alat batu ini sering disebut dengan kapak genggam atau kapak perimbas. Kapak ini

digunakan untuk menusuk binatang atau menggali tanah saat mencari umbi-umbian. Di

samping kapak perimbas, di Pacitan juga ditemukan alat batu yang disebut dengan chopper

sebagai alat penetak. Di Pacitan juga ditemukan alat-alat serpih. Manusia pendukung

kebudayaan Pacitan adalah Pitecanthropus Erectus. Hidupnya berkelompok dan berpindah

pindah (nomaden), berburu dan mengumpulkan makanan (Hunting and Food Gathering)

b. Kebudayaan Ngandong (Ngawi Jawa Timur)

Kebudayaan Ngandong berkembang di daerah Ngandong dan juga Sidorejo, dekat

Ngawi. Di daerah ini banyak ditemukan alat-alat dari tulang, tanduk, dan flakes. Alat-alat

dari tulang ini berasal dari tulang binatang dan tanduk rusa yang diperkirakan digunakan

sebagai penusuk atau belati. Selain itu, ditemukan juga alat-alat seperti tombak yang

bergerigi. Di Sangiran juga ditemukan alat-alat dari batu, bentuknya indah seperti kalsedon.

Alat-alat ini sering disebut dengan flakke. Adapun daerah sebaran artefak dan peralatan

paleolitik cukup luas meliputi daerah-daerah di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa

Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Halmahera. Manusia pendukung

pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo Soloensis dan Homo Wajakensis. Manusia

pendukung zaman batu tua di Asia Timur dan Indonesia belum mengenal kepercayaan. Di

Afrika - Eropa dan Asia kecil sudah di temukan bukti kepercayaan yaitu kepercayaan pada

alam

Sumber : Taufik Abdullah dan A.B Lapian (ed). 2012. Indonesia Dalam Arus
Sejarah. jilid I. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve. Jakarta
27 4.1 Flakes
Gambar
2. Zaman Mesolitikum (batu madya)

Hasil kebudayaan batu madya ini sudah lebih maju apabila dibandingkan hasil
kebudayaan zaman paleolitikum. Manusia pendukung kebudayaan mesolitikum adalah
Papua Melanesoid. Sekalipun demikian bentuk dan hasil-hasil kebudayaan zaman
paleolitikum (batu tua) tidak serta merta punah tetapi mengalami penyempurnaan. Bentuk
flakke dan alat-alat dari tulang terus mengalami perkembangan. Secara garis besar
kebudayaan mesolitikum ini terbagi menjadi dua kelompok besar yang ditandai lingkungan
tempat tinggal, yakni di pantai dan di gua.

a. Kebudayaan Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)

Kjokkenmoddinger istilah dari bahasa Denmark, kjokken berarti dapur dan modding
dapat diartikan sampah (kjokkenmoddinger = sampah dapur). Dalam kaitannya dengan
budaya manusia, sampah dapur merupakan tumpukan timbunan kulit siput dan kerang yang
menggunung di sepanjang pantai Sumatra Timur antara Langsa di Aceh sampai Medan.
Melalui sampah dapur ini dapat memberi informasi bahwa manusia purba zaman
mesolitikum umumnya bertempat tinggal di tepi pantai. Pada tahun 1925 Von Stein
Callenfals melakukan penelitian di bukit kerang itu dan menemukan jenis kapak genggam
(chopper) yang berbeda dari chopper yang ada di zaman paleolitikum.
Kapak genggam yang ditemukan di bukit kerang di pantai Sumatra Timur ini diberi
nama pebble atau lebih dikenal dengan Kapak Sumatra. Kapak jenis pebble ini terbuat dari
batu kali yang pecah, sisi luarnya dibiarkan begitu saja dan sisi bagian dalam dikerjakan
sesuai dengan keperluannya. Di samping kapak jenis pebble juga ditemukan jenis kapak
pendek dan jenis batu pipisan (batu-batu alat penggiling). Di Jawa batu pipisan ini
umumnya untuk menumbuk dan menghaluskan jamu.

28

Sumber : Taufik Abdullah dan A.B Lapian (ed). 2012. Indonesia Dalam Arus
Sejarah. jilid I. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve. Jakarta
Gambar 4.2 Kjokkenmoddinger
b. Kebudayaan Abris Sous Roche

Kebudayaan abris sous roche merupakan hasil kebudayaan yang ditemukan di gua-
gua. Hal ini mengindikasikan bahwa manusia purba pendukung kebudayaan ini tinggal di
gua-gua. Kebudayaan ini pertama kali dilakukan penelitian oleh Von Stein Callenfels di
Gua Lawa dekat Sampung, Ponorogo. Penelitian dilakukan tahun 1928 sampai 1931.
Beberapa hasil teknologi bebatuan yang ditemukan misalnya ujung panah, flakke, batu
penggilingan. Juga ditemukan alat-alat dari tulang dan tanduk rusa. Kebudayaan abris sous
roche ini banyak ditemukan misalnya di Besuki, Bojonegoro, juga di daerah Sulawesi
Selatan seperti di Lamoncong..

Sumber : Taufik Abdullah dan A.B Lapian (ed). 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah. jilid I. Jakarta:
PT Ichtiar Baru van Hoeve. Jakarta
Gambar 4.3 Abris Sous Roche

c. Kebudayaan Toala, berupa flake, mata panah bergerigi, dan alat-alat tulang
d. Kebudayaan kapak genggam Sumatra ditemukan oleh Van Stein Callenfels dan
pebble.

Gambar : Pahat genggam (hand adze):


Sumber: Direktorat Geografi Sejarah. 2009. Atlas Prasejarah Indonesia.
Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
29
Gambar 4.4 Kapak Sumatera
3. Kebudayaan Neolithikum (Kebudayaan Batu Muda)

Alat-alat batu yang dipergunakan pada Zaman Batu Muda sudah sangat halus
pembuatannya karena mereka sudah mengenal teknik mengasah dan mengupam.
Berdasarkan alat batu yang menjadi ciri khas, kebudayaan Zaman Batu Muda di
Indonesia dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu kebudayaan kapak persegi dan
kebudayaan kapak lonjong.

 Kapak Persegi

Sumber : Taufik Abdullah dan A.B Lapian (ed). 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah. jilid I. Jakarta:
PT Ichtiar Baru van Hoeve. Jakarta
Gambar 4.5 Kapak Persegi

Pemberian nama Kapak Persegi ini berasal dari Von Heine Geldern, yaitu
apak yang berbentuk memanjang dengan penampang lintangnya berbentuk persegi
panjang atau trapeseum. Berdasarkan penemuan yang ditemukan penyebaran
kebudayaan kapak persegi dari Asia Daratan kepulauan Nusantara melalui jalan
Barat, yaitu dari Asia (Yunan, Cina Selatan) ke Asia Tenggara, Semenanjung
Malaka, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulewesi, Nusa Tenggara dan Maluku.

Di antara kapak-kapak persegi tersebut ada yang dibuat dari batu-batu indah. Alat-
alat tersebut tidak dipergunakan sebagai alat untuk bekerja, melainkan untuk
melambangkan kebesaran, sebagai jimat dan alat upacara. Variasi-varisi lain dari
kapak persegi ini adalah kapak tangga, kapak atap kapak biola dan kapak penarah.

 Kapak Lonjong

30
Sumber : Taufik Abdullah dan A.B Lapian (ed). 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah. jilid I. Jakarta:
PT Ichtiar Baru van Hoeve. Jakarta
Gambar 4.5 Kapak Lonjong
Kapak lonjong adalah kapak yang penampangnya berbentuk lonjong atau
bulat telur. Pada ujungnya yang lancip ditempatkan tangkai, kemudian diikat
menyiku. Kapak lonjong yang besar disebut walzenbeil dan yang kecil dasebut
keinbeil.

Kapak lonjong yang dibuat lebih indah digunakan sebagai alat upacara. Penemuannya
di Indonesia bagian timur, di Sulewesi, Sangihe-talaud, Flores, Maluku, Tnibar, Leti,
Maluku dan Papua. Persebaran kapak lonjong dari Asia Daratan ke kepuluan
Nusantara melalui jaln timur, yaitu dari Asia Daratan ke Cina, Jepang, Formosa
(Taiwan), Filipina, Minahasa, Maluku dan Papua.

 Gerabah
Gerabah memegang peranan penting sebagai wadah atau tempat. Gerabah ada
yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dalam rumah tangga dan keperluan
upacara. Sumatera, Jawa, di Melolo (Sumba) bannyak ditemukan gerabah yan berisi
tulang-belulang manusia.

4. Kebudayaan Megalithikum (Kebudayaan Batu Besar)


Kebudayaan Megalithikum adalah kebudayaan yang menghasilkan bangunan-
bangunan monumental yang terbuat dari batu-batu besar dan masif seperti: menhir,
dolmen, sarkofagus, kubur peti batu, waruga, punden berundak-undak,dan arca.
Bangunan Megalithik ini dipergunakan sebagai sarana penghormatan dan pemujaan
terhadap arwah nenek moyang. Adapun hasil-hasil terpenting dari kebudayaan
Megalithikum adalah sebagai berikut:

a. Menhir yaitu tiang atau tugu batu yang terbuat dari batu
tunggal. Berfungsi sebagai:
 Sarana pemujaan terhadap roh nenek moyang
 Tempat memperingati seseorang (kepala suku) yang
telah meninggal
 Tempat menampung kedatangan roh.
 Menhir banyak ditemukan di Pasemah, Sumatera
Selatan

b. Punden berundak-undak adalah bangunan


pemujaan yang bertingkat-tingkat. Tempat
pemujaan ini banyak ditemukan di daerah
Cisolok, Sukabumi.

31
c. Dolmen adalah meja batu sebagai tempat sesaji.
Ada Dolmen yang berkaki Menhir ditemukan di
Pasemah, Sumatera Selatan dan ada juga yang
digunakan sebagai kubur batu ditemukan di
Bondosowo dan d Merawan Jember, Jawa
Timur.
d. Kubur peti batu adalah peti jenazah yang
terpendam di dalam tanah berbentuk persegi panjang dan sisi-sisinya dibuat dari
lempengan-lempengan batu. Ditemukan di Kuningan, Jawa Barat.

e. Sarkofagus adalah peti jenazah yang


terbentuk seperti palung atau lesung yang
memilki tutup. Ditemukan di Bali dan
Sumbawa Barat.

f. Waruga adalah peti jenazah kecil yang


berbentuk kubus dan ditutup dengan batu
lain yang berbentuk atap rumah.
Ditemukan di Minahasa.

g. Arca menggambarkan manusia dan


binatang, banyak ditemukan di Sumatera Selatan.

Von Heine Gelderen membagi penyebaran kebudayaan Megalithik ke


Indonesia menjadi 2 gelombang, yaitu:
 Megalithik Tua, menghasilkan menhir, punden berundak dan arca statis,
penyebaran ke Indonesia pada zaman Neolithikum (2500-1500 SM) di bawa oleh
pendukung kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu).
 Megalithik Muda, menghasilkan kubur peti batu, dolmen, waruga, sarkofagus dan
arca-arca menyebar ke Nusantara pada zaman perunggu (1000-100 SM) dibawa
oleh pendukung kebudayaan Dongson (Deutro Melayu).

5. Kebudayaan Logam

Walaupun telah menginjak zaman logam, namun sebagian kecil


masyarakat tetap meneruskan tradisi kebudayaan batu. Adanya zaman logam yang
menggantikan zaman batu sebenarnya hanyalah untuk menyatakan bahwa pada
zaman itu logam mulai dikenalkan dan dipergunakan untuk bahan membuat alat-
alat keperluan hidupnya. Jadi meskipun terdapat alat-alat logam, namun alat-alat

32
dari batu masih dipergunakan dalam kehidupan manusia. Dalam hal ini
penggunaan bahan dari logam jelas berbeda dari batu. Sebab untuk mendapatkan
alat yang dikehendaki logam tidak dapat dipikul- pukul ataupun dipecah, seperti
batu, melainkan harus dilebur dan barulah logam di cetak. Ada dua macam teknik
atau cara membuat alat-alat dari logam yang berkembang pada saat itu, yaitu
teknik bivalve (setangkap) dan teknik a circle perdue (cetak lilin).

Teknik Bivalve (Setangkap). Pembuatan alat dengan teknik ini


menggunakan dua cetakan yang dapat ditangkapan (dirapatkan). Adapun caranya
mula-mula cetakan tersebut diberi lubang pada bagian atasnya. Kemudian lubang
itu di tuang logam cair (leburan logam). Selanjutnya apabila leburan logam sudah
dingin maka cetakan dapat dibuka dan jadilah alat yang dikehendaki. Namun
apabila ingin membuat alat yang berongga maka haris ditambahkan tanah liat
sebagai intinya, guna membentuk rongga yang dikehendaki. Penggunaan teknik
cetakan ini dapat dipergunakan berkali-kali.

Gambar 4.6. Gambaran teknik Bivalve

Teknik A Cire Perdue (Cetakan Lilin). Cara membuat alat dengan teknik
ini diawali dengan membuat benda-benda dari lilin yang berisi tanah liat sebagai
intinya. Selanjutnya bentuk lilin tersebut dihias dengan berbagai pola hias.
Kemudian bentuk lilin yang sudah lengkap dibungkus lagi dengan tanah liat yang
agak lunak. Pada bagian atas dan bawah diberi lubang. Dari lubang atas
dituangkan cairan/ leburan logam, sedangkan dari lubang bawah akan berfungsi
untuk mengalirkan cairan lilin yang meleleh. Apabila leburan logam sudah dingin,
33
cetakan tersebut dapat dipecah guna mengambil benda yang sudah jadi. Dengan
demikian teknik cetakan semacam ini hanya dapat dipergunakan sekali saja.

Gambar 4.7 Teknik a cire perdue

Para ahli berpendpaat bahwa zaman logam di Indonesi adalah zaman


perunggu. Hasil kebudayaan zaman perunggu yang cukup penting diantaranya
adalah kapak corong dan nekara. Sedangkan alat-alat budaya lainnya yang
ditemukan yaitu pehiasan seperti cincin, gelang, biggel (gelang kaki), anting, dan
kalung; bejana perunggu berbentuk bulat panjang; arca perunggu berupa arca
manusia dan binatang dalam berbagai bentuk; benda-benda besi serta gerabah.

Adapun hasil-hasil terpenting dari kebudayaan Megalithikum adalah sebagai berikut:

1) Kapak Corong. Kapak corong adalah kapak perunggu yang bagian atasnya
berlubang, berbentuk corong yang digunakan untuk memasukkan tangkai
kayu (Herimanto, 2012:66). Melihat bentuknya tersebut, kapak corong sering
pula disebut dengan nama kapak sepatu. Kapak corong banyak ditemukan di

34
daerah Sumtera Selatan, Bali, Silawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Pulau
Selayar, dan Papua. Bentuk kapak corong ada berbagai macam jnis, misalnya
ada yang pendek, bulat, maupun panjang. Ada juga kapak corong yang kecil
bentuknya dan halus buatannya yang disebut candrasa. Kerena bentuknya
yang kecil dan halus buatanya, kemungkinan candrasa hanya digunakan
unruk tanda kebesaran atau alat upacara saja. Candrasa ditemukan didaerah
Yogyakarta dan Reti Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan tanda- tanda tang
ditemukan pada kapak corong, menunjukkan bahwa benda tersebut dibuat
dengan teknik a cire perdue.

2) Nekara. Hasil kebudayaan perunggu lainnya adalah nekara. Nekara adalah


gendering besar yang dibuat dari bahan perunggu, berpinggang dibagian
tengahnya dan tertutup dibagian atasnya. Nekara banyak ditemukan di
Sumatera, Jawa, Bali, Pulau Sangean, Sumbawa, Roti, Leti, Selayar, dan
Kepulauan Kei. Berdasarkan hasil penelitian, nekara digunakan sebagai
peralatan upacara, sebagaimana hiasan-hiasan pada dinding nekara yang
menunjukkan hal tersebut. Ukuran nekara ada yang besar, seperti yang
ditemukan di Bali, adapula yang berukuran kecil dan rampaing seperti yang
ditemukan di Pulau Alor. Nekara yang kecil dan ramping tersebut dinamakan
moko atau mako.

Nekara dibuat untuk mendukung kehidupan spiritual dan kepercayaan


masyarakat, baik dari segi ritual kepercayaan maupun dari tradisi yang telah
diwariskan leluhur. Nekara juga memiliki fungsi dan bentuk yang berbeda
setiap wiayah berkembangnya. Berbagai fungsi nekara mencerminkan pola
kehidupan masyarakat pada zamannya. Nekara dapat berfungsi sebagai alat
music untuk upacara- upacara khusus, misalnya upacara pemakaman,
pernikahan, juga upacara pemanggilan hujan untuk mendukung siklus
pertanian (Wijaya, 2013:220).

Hiasan nekara selain sebagai petunjuk adanya kegiatan keagamaan


(kepercayaan), juga dapat memberikan gambaran mengenai kehidupan dan
kebudayaan yang brekembang saat itu. Lukisan pada nekara biasanya berupa
burung, gajah, dan ornament-ornamen lingkungan alam sekitar. Lukisan pada
nekara juga dapat menjadi petunjuk mengenai daerah persebaran kebudayaan
35
perunggu. Berdasarkan gambaran diatas, disimpulkan bahwa kebudayaan
perunggu berasal dari Asia. Kepandaian membuat alat-alat dari perunggu
diperkirakan berasal dari orang-orang Vietnam (pendukung kebudayaan
Dongson), yang menyebar ke Indonesia tahun 500 SM, dan dibawa oleh ras
Deutro Melayu yang bermigrasi ke Indonesia.

Gambar 13. Nekara dan Moko (atas); dan Kapak Corong dan Candrasa (bawah)

3) Bejana Perunggu. Salah satu bentuk produk budaya Dongson adalah bejana
perunggu yang ditemukan di wilayah Indonesia seperti di Kerinci, Madura,
Lampung, Kalimantan dan Subang. Bejana perunggu nusantara memiliki
kesamaan dalam bentuknya yaitu mirip kepis atau wadah ikan, sebagian
menyebutnya berbentuk seperti gitar arab (oud-gambus). Bejana ini dibentuk
dari dua potongan sisi cembung yang sama kemudian dipadukan bersama
kemudian dipadukan bersama sempurna. Bejana perunggu dibagi atas tiga

36
bagian, ayitu mulut bejana, leher bejana, dan badan bejana. Perbedaannya
hanya terdapat pada ukuran dan motif hias yang diteapkan diperkumaannya.
Fungsi bejana perunggu untuk kepentingan upacara.

6. Budaya Pra Aksara yang Masih Ada Hingga Saat Ini

Masa pra aksara atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang
digunakan untuk merujuk kepada masa dimana catatan sejarah yang tertulis belum
tersedia. Zaman pra aksara dapat dikatakan bermula pada saat terbentuknya alam
semesta, namun umumnya digunakan untuk mengacu kepada masa di mana terdapat
kehidupan di muka Bumi dimana manusia mulai hidup. Batas antara zaman pra aksara
dengan zaman aksara adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu
pengertian bahwa pra aksara adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan
aksara atau sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan.

Kebudayaan pra aksara Indonesia diartikan sebagai sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia pada zaman pra aksara dan bersifat abstrak.
Perwujudan kebudayaan pra aksara adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi,
seni, dan lain-lain. Di Indonesia, masih banyak terdapat peninggalan kebudayaan dari
zaman prasejarah yang masih bisa dijumpai bahkan masih digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Sisa-sisa dari kebudayaan pra aksara yang paling mudah dijumpai maupun
diamati berupa benda, corak kehidupan sosial-ekonomi, dan sistem kepercayaan. Sisa-
sisa kebudayaan pra aksara tersebut pada dasarnya masih ada dan masih memiliki
kegunaan bagi masyarakat, bahkan ada yang beberapa di antaranya mengalami
perkembangan (fungsi dan bentuk). Sisa-sisa kebudayaan pra aksara tersebut
diantaranya sebagai berikut:

37
a. Alat-alat dari Batu. Alat-alat batu yang lahir dan berkembang sejak zaman pra
aksara sebenarnya masih ada di Indonesia. Akan tetapi alat-alat batu yang ada telah
mengalami perkembangan bentuk dan fungsi. Beberapa alat tersebut adalah cobek
batu dan lesung batu.
b. Gerabah. Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk
dibentuk menjadi suatu obyek dengan menggunakan tangan dan kemudian
dibakar. Gerabah diperkirakan telah ada sejak zaman manusia purba. Di situs-situs
bersejarah, telah ditemukan banyak gerabah kuno yang berfungsi sebagai perkakas
rumah tangga. Dahulu gerabah yang dibuat oleh manusia tidak memiliki corak
khusus, kalupun ada hanya bercorak sederhana, akan tetapi sekarang gerabah
memiliki bentuk dan corak yang beragam. Selain itu, sekarang ini gerabah tidak
hanya digunakan sebagai perkakas rumah tangga, namun ada juga yang berfungsi
sekedar hanya sebagai penghias ruangan.
c. Sistem Kepercayaan. Animisme dan dinamisme merupakan kepercayaan (agama)
yang dianut oleh masyarakat pra aksara. Walaupun Indonesia telah memiliki
agama pokok, namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada masyarakat
Indonesia yang percaya bahwa arwah leluhur dan benda disekitarnya memiliki
pengaruh terhadap kehidupan mereka. Sebagai contoh adalah upacara pemakaman.
Ada suku tertentu di Indonesia yang percaya bahwa ruh orang yang meninggal
masih memiliki pengaruh terhadap kahidupan masyarakatnya. Oleh karena itu,
mereka melakukan upacara pemakaman dengan megah dan diiringi dengan ritual-
ritual tertentu. Selain itu, ada juga masyarakat yang memakamkan seseorang di
tempat-tempat tertentu (misal: tebing batu) sebagai bentuk penghormatan kepada
orang yang telah meninggal.
Demikianlah beberapa sisa-sisa kebudayaan pra aksara yang masih ada dan
berkembang di Indonesia hingga sampai saat ini. Sebagai bangsa yang bijak, suka atau

38
tidak suka kita harus menjaga kelestarian budaya tersebut, karena pada dasarnya
kebudayaan yang ada merupakan warisan nenek moyang yang sangat bernilai.

D. PENILAIAN
Pilihlah jawaban yang paling tepat diantara pilihan a,b,c,d, atau e !

No Soal
Pola kehidupan manusia yang primitif sangat menggantungkan hidupnya pada ketersediaan
alam. Mereka hidup berkelompok, tinggal di gua-gua atau membuat tempat tinggal di atas
pohon besar. Manusia yang tinggal di gua-gua dikenal sebagai cavemen (orang gua).
Peninggalan budaya yang membuktikan manusia primitif tinggal di gua pada masa itu
adalah…
1. a. Menghasilkan lukisan-lukisan pada dinding-dinding gua berupa cap tangan.
b. Ditemukannya kebudayaan abris sous roche.
c. Ditemukannya Kjokkenmoddinger (sampah dapur) atau tumpukan kerang.
d. Ditemukannya manusia purba jenis Meganthropus Paleojavanicus

Manusia masa bercocok tanam memiliki tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dibandingkan
masa sebelumnya, misalnya dalam hal penemuan api. Pada awalnya pembuatan api
dilakukan dengan cara membenturkan dan menggosokkan benda halus yang mudah terbakar
dengan benda padat lain. Sebuah batu yang keras, misalnya batu api, jika dibenturkan ke
batuan keras lainnya akan menghasilkan percikan api. Percikan tersebut kemudian ditangkap
dengan dedaunan kering, lumut atau material lain yang kering hingga menimbulkan api.
2. Kegunaan utama api bagi manusia praaksara masa bercocok tanam adalah…
a. Sebagai sumber penerangan
b. Membuka lahan garapan dengan cara tebas dan bakar
c. Sebagai penghalau binatang buas
d. Sebagai senjata dalam melakukan perburuan

Manusia praaksara masa berburu mengumpulkan makanan tingkat lanjut memiliki tempat
tinggal di goa-goa dan di tepian pantai. Manusia di tepi pantai melakukan perburuan
terhadap hewan-hewan laut seperti kerang. Makin lama kulit-kulit kerang yang sudah
dimakan itu semakin banyak dan menumpuk dan mengakibatkan kulit-kulit kerang tersebut
3. menggunung. Sampah/ tumpukan ini dinamakan….
a. Abris Sous Roche
b. Kjokkenmoddinger
c. A Cire Perdue
d. Bivalve
Homo Sapiens sudah mulai memiliki tempat tinggal, walaupun masih bersifat sementara.
4.
Mereka melihat biji-bijian sisa makanan yang tumbuh di tanah setelah tersiram air hujan.
39
No Soal
Pelajaran inilah yang kemudian mendorong manusia purba untuk…
a. Bercocok tanam
b. Berburu dan mengumpulkan makanan
c. Membuat alat-alat dari logam
d. Membentuk perkampungan

Manusia masa bercocok tanam (food producing) hidup sudah mulai menetap membentuk
perkampungan kecil di dekat sumber air. Mereka melakukan pertanian dan peternakan.
Sistem irigasi masih sangat sederhana dan masih tergantung pada kesuburan tanah dan air
hujan. Sebagai tahap awal bercocok tanam, teknik bertani yang dilakukan oleh manusia
5. pendukungnya adalah…
a. Tebang dan bakar
b. Tebang pilih
c. Tebang dan tanam
d. Tebang habis

Gambar di atas diambil pada tanggal 28


Januari 2018 di Jorong Bandar, Kec.
Paraman Ampalu, Pasaman Barat. Lahan
ini adalah hutan yang digunduli dan
kemudian ditanami padi. Pernyataan yang
tepat berdasarkan gambar di atas jika
dikaitkan dengan kehidupan praaksara
adalah…
a. Budaya masa praaksara masih ada
di masa sekarang
b. Terdapat warisan budaya masa
praaksara di masa sekarang
c. Manusia masa sekarang belajar
6.
dari masa lalu
d. Budaya masa sekarang tergambar
dari masa lalu

40
No Soal
Perhatikan alat-alat berikut!
1. Kapak genggam
2. Nekara
3. Tulang
4. Kapak perimbas
5. Kapak corong
6. Bejana dan arca perunggu
7. Zaman logam adalah zaman dimana manusia sudah mengenal teknologi pertukangan secara
sederhana. Pada masa ini manusia mulai mengenal perunggu dan besi.

Di antara alat-alat di atas, hasil kebudayaan pada masa logam di Indonesia ditunjukkan pada
nomor…
a. 2, 5 dan 6
b. 1, 3 dan 5
c. 2, 4 dan 5
d. 3, 5 dan 6
Salah satu hasil budaya zaman perunggu adalah nekara. Nekara terbuat dari perunggu yang
berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atasnya ditutup. Di daerah asalnya, Dongson,
pemilikan nekara merupakan sibol status, sehingga apabila pemiliknya meninggal, dibuatlah
tiruan yang kecil untuk bekal kubur. Bagi masyarakat praaksara Indonesia, nekara dianggap
sesuatu yang suci. Nekara dihias dengan lukisan perahu layar yang dipergunakan dalam
upacara kematian. Maksud masyarakat zaman perunggu memberikan hiasan perahu layar
8.
pada nekara perunggu adalah…
a. Menjadi persembahan kepada roh nenek moyang.
b. Sebagai penghormatan kepada orang yang meninggal.
c. Menghantarkan roh orang yang meninggal ke alam arwah
d. Menjadi bekal bagi roh yang meninggal di alam arwah.

Dimulainya zaman logam bukan berarti zaman batu berakhir, karena pada zaman logam pun
alat-alat dari batu tetap berkembang, namun zaman logam hanyalah menyatakan bahwa pada
zaman itu alat-alat dari logam telah dikenal dan dipergunakan lebih dominan. Manusia
praaksara masa logam menghasilkan alat-alat yang telah halus. Teknik pembuatan barang-
barang logam pada masa perundagian adalah…
9. a. Peleburan
b. Pembakaran
c. A cire perdue dan Bivalve
d. Pencetakan

Manusia praaksara pada masa berburu dan mengumpulkan makanan masih menggunakan
alat-alat sederhana dalam memenuhi kebutuhan hidupnya seperti tulang. berikut ini
merupakan 2 contoh aktivitas manusia masa kini yang menyerupai aktivitas masa berburu
10. dan mengumpulkan makanan alat sederhana adalah…
a. Melakukan perdagangan di pasar-pasar tradisional.
b. Membentuk perkampungan-perkampungan kecil di sudut kota.
c. Melakukan penebangan pohon-pohon di hutan untuk perkebunan

41
No Soal
d. Berburu dan memanfaatkan rotan yang ada di hutan.

Modul IV

TEORI MASUK DAN BERKEMBANGNYA


AGAMA DAN KEBUDAYAAN HINDU-BHUDA
KE INDONESIA
 90 Menit

Tujuan Mempelajari Modul


Setelah mempelajari modul ini peserta didik diharapkan memiliki kemampuan dalam:
1. Menganalisis hasil-hasil budaya masyarakat praaksara
2. Menganalisis perkembangan teknologi masyarakat praaksara.
3. Menganalisis nilai-nilai budaya msyarakat prakasara dan pengaruhnya dalam kehidupan lingkungan
terdekat.

42
Berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai,peserta didik :
1. Mensyukuri proses kelahiran manusia dan kebudayaan Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha
Esa; serta

2. Menunjukkan sikap tanggung jawab dan peduli terhadap hasil kebudayaan masa pra-aksara

A. KOMPETENSI DASAR
Menganalisis berbagai teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu dan
Buddha ke Indonesia

B. Pokok Bahasan
Teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu dan Buddha ke Indonesia

C. MATERI MODUL

PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA KEBUDAYAAN HINDU-BUDDHA DI


NUSANTARA

Masuknya agama dan kebudayaan Hindu Budha di Indonesia pada masa lampau telah
banyak mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat nusantara. Kendati demikian,
kisah tentang bagaimana proses masuknya agama dan kebudayaan ini di masa lampau masih
menjadi misteri. Dugaan-dugaan yang diutarakan para ahli tentang teori masuknya Hindu
Budha ke Indonesia berdasarkan bukti-bukti yang ditemukannya masing-masing juga ada
banyak sekali. Berikut ini dugaan dan teori-teori tersebut seperti kami kutip dari buku
Pengetahuan Sosial Sejarah terbitan PT Tiga Serangkai tahun 2011. Teori Masuknya Hindu
Budha Ke Indonesia Teori Masuknya Hindu Budha Ke Indonesia Teori masuknya Hindu
Budha ke Indonesia yang dikemukakan para ahli sejarah umumnya terbagi menjadi 2
pendapat. Pendapat pertama menyebutkan bahwa dalam proses masuknya kedua agama ini,
bangsa Indonesia hanya berperan pasif. Bangsa Indonesia dianggap hanya sekedar menerima
budaya dan agama dari India. Ada 3 teori yang menyokong pendapat ini yaitu teori
Brahmana, teori Waisya, dan teori Ksatria. Pendapat kedua menyebutkan bahwa banga
Indonesia juga bersifat aktif dalam proses penerimaan agama dan kebudayaan Hindu Budha.
Dua teori yang menyokong pendapat ini adalah teori arus balik dan teori Sudra.
43
1. Teori Brahmana oleh Jc.Van Leur Teori Brahmana adalah teori yang menyatakan bahwa
masuknya Hindu Budha ke Indonesia dibawa oleh para Brahmana atau golongan pemuka agama
di India. Teori ini dilandaskan pada prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Hindu Budha di
Indonesia pada masa lampau yang hampir semuanya menggunakan huruf Pallawa dan bahasa
Saksekerta. Di India, aksara dan bahasa ini hanya dikuasai oleh golongan Brahmana. Selain itu,
teori masuknya Hindu Budha ke Indonesia karena peran serta golongan Brahmana juga didukung
oleh kebiasaan ajaran Hindu. Seperti diketahui bahwa ajaran Hindu yang utuh dan benar hanya
boleh dipahami oleh para Brahmana. Pada masa itu, hanya orang-orang golongan Brahmana-lah
yang dianggap berhak menyebarkan ajaran Hindu. Para Brahmana diundang ke Nusantara oleh
para kepala suku untuk menyebarkan ajarannya pada masyarakatnya yang masih memiliki
kepercayaan animisme dan dinamisme
2. Teori Waisya oleh NJ. Krom Teori Waisya menyatakan bahwa terjadinya penyebaran agama
Hindu Budha di Indonesia adalah berkat peran serta golongan Waisya (pedagang) yang
merupakan golongan terbesar masyarakat India yang berinteraksi dengan masyarakat nusantara.
Dalam teori ini, para pedagang India dianggap telah memperkenalkan kebudayaan Hindu dan
Budha pada masyarakat lokal ketika mereka melakukan aktivitas perdagangan. Karena pada saat
itu pelayaran sangat bergantung pada musim angin, maka dalam beberapa waktu mereka akan
menetap di kepulauan Nusantara hingga angin laut yang akan membawa mereka kembali ke India
berhembus. Selama menetap, para pedagang India ini juga melakukan dakwahnya pada
masyarakat lokal Indonesia.
3. Teori Ksatria oleh C.C. Berg, Mookerji, dan J.L. Moens Dalam teori Ksatria, penyebaran agama
dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada masa lalu dilakukan oleh golongan ksatria.
Menurut teori masuknya Hindu Budha ke Indonesia satu ini, sejarah penyebaran Hindu Budha di
kepulauan nusantara tidak bisa dilepaskan dari sejarah kebudayaan India pada periode yang sama.
Seperti diketahui bahwa di awal abad ke 2 Masehi, kerajaan-kerajaan di India mengalami
keruntuhan karena perebutan kekuasaan. Penguasa-penguasa dari golongan ksatria di kerajaan-
kerajaan yang kalah perang pada masa itu dianggap melarikan diri ke Nusantara. Di Indonesia
mereka kemudian mendirikan koloni dan kerajaan-kerajaan barunya yang bercorak Hindu dan
Budha. Dalam perkembangannya, mereka pun kemudian menyebarkan ajaran dan kebudayaan
kedua agama tersebut pada masyarakat lokal di nusantara
4. Teori Arus Balik (Nasional) oleh F.D.K Bosch Teori arus balik menjelaskan bahwa penyebaran
Hindu Budha di Indonesia terjadi karena peran aktif masyarakat Indonesia di masa silam.
Menurut Bosch, pengenalan Hindu Budha pertama kali memang dibawa oleh orang-orang India.
Mereka menyebarkan ajaran ini pada segelintir orang, hingga pada akhirnya orang-orang tersebut
tertarik untuk mempelajari kedua agama ini secara langsung dari negeri asalnya, India. Mereka

44
berangkat dan menimba ilmu di sana dan sekembalinya ke Indonesia, mereka kemudian
mengajarkan apa yang diperolehnya pada masyarakat Nusantara lainnya.
5. Teori Sudra oleh van Faber Teori Sudra menjelaskan bahwa penyebaran agama dan kebudayaan
Hindu Budha di Indonesia diawali oleh para kaum sudra atau budak yang bermigrasi ke wilayah
Nusantara.

6. PENILAIAN
7.
1. Menurut pendapat kamu teori atau pendapat mana yang paling kuat terkait dengan masuknya budaya
Hindu Buddha di Nusantara?

2. Jelaskan kelemahan dan kelebihan masing-masing teori atau pendapat tersebut?

3. Mengapa rakyat Indonesia mudah menerima ajaran Hindu-Buddha?

4. Bagaimana bantahan van Leur terhadap teori ksatria dan waisya?

5. Apakah kaitan antara munculnya suatu kampung keling dengan proses penyebaran agama dan
kebudayaan Hindu-Bhuda di Indonesia

45

Anda mungkin juga menyukai