Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN GANGGUAN BERBAHASA


EKPRESIF

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan jiwa 2

Oleh:
Agung firdaus amr
Andriansyah eko p
Kadam reza w

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM
JOMBANG
2013

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Hamdan waassalaman a’mma ba’du

Syukur Al-hamdulillah kehadirat ALLAH SWT, Illahi Robbi, yang maha agung atas
segala hak, yang merupakan Haqul haq,yang telah melimpahkan rahmad,hidayah dan taufik-
Nya. yang masih memberikan nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat ihsan kepada kita
sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik serta selesai dalam waktu yang tepat sesuai
pada waktu yang ditentukan.

Makalah ini saya buat untuk melengkapi tugas mata kuliah “Keperawatan jiwa II”. Saya
berharap makalah ini bisa menjadi salah satu wahana yang penting bagi kita semua untuk
dapat mengerti dan memahami gangguan bahasa ekspresif. saya mencoba untuk mengulas
makalah ini dengan sajian yang sederhana dan mudah untuk dipahami.

Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu segala kritik dan saran
yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini kami terima dengan tangan terbuka.

Akhirnya, tidak lupa juga kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang ikut berperan dalam mensukseskan makalah ini baik secara langsung
maupun tidak langsung.

Jombang,04 maret 2013

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman judul..........................................................................................................................................1

Kata pengantar.........................................................................................................................................2

Daftar isi...................................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................4

1.1 Latar belakang............................................................................................................................4

1.2 Rumusan masalah.......................................................................................................................4

1.3 Tujuan.........................................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................5

2.1 Definisi gangguan bahasa..................................................................................................................5

2.2 ciri-ciri gangguan bahasa ekspresif....................................................................................................5

2.3 Etiologi gangguan bahasa ekspresif...................................................................................................6

2.4 Manifestasi gangguan bahasa ekspresif.............................................................................................9

2.5 Terapi gangguan bahasa ekspresif...................................................................................................10

2.6 Asuhan keperawatan gangguan bahasa ekspresif............................................................................12

BAB III PENUTUP...............................................................................................................................17

3.1Kesimpulan................................................................................................................................17

3.2 Saran.........................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Gangguan bahasa merupakan keterlambatan dalam sektor bahasa yang dialami oleh
seorang anak. Kemampuan berbahasa merupakan suatu indikator seluruh perkembangan
anak. Jika seorang anak tidak mampu berbicara maka dapat menimbulkan kesulitan dalam
berkomunikasi dan mengungkapkan perasaannya kelak. Penyebab kelainan berbahasa
bermacam-macam yang melibatkan berbagai faktor yang dapat saling mempengaruhi, antara
lain kemampuan lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi, psikologis dan lain
sebagainya.
Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan
yang paling sering ditemukan. Pada anak gangguan ini semakin hari semakin meningkat
pesat, beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5
– 10 % pada anak sekolah.
Prevalensi gangguan bahasa ekspresif terentang dari 3 – 10 % dari semua anak
sekolah, yang sebagian besar diperkirakan adalah antara 3 dan 5 %, pada gangguan bahasa
ekspresif anak – anak berada dibawah kemampuan yang diharapkan dalam hal
pembendaharaan kata, pemakaian keterangan waktu ( tenses ) yang tepat, produksi kalimat
yang kompleks, mengingat kata – kata.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Apakah pengertian gangguan bahasa ekspresif?
1.2.2 Apa penyebab dan manifestasi klinis gangguan bahasa ekspresif?
1.2.3 Bagaimana terapi gangguan bahasa ekspresif?
1.2.4 Bagaimana asuhan keperawatan anak dengan gangguan bahasa ekspresif?
1.3 Tujuan
1.3.1 untuk mengetahui pengertian gangguan bahasa ekspresif
1.3.2 untuk mengetahui penyebab dan manifestasi klinis gangguan bahasa ekspresif
1.3.3 untuk mengetahui terapi gangguan bahasa ekspresif
1.3.4 untuk mengetahui asuhan keperawatan anak dengan gangguan bahasa ekspresif

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi gangguan berbahasa Ekspresif

Gangguan bahasa merupakan keterlambatan dalam sektor bahasa yang dialami oleh
seorang anak sehingga tidak mampu dalam berkomunikasi dan mengungkapkan perasaannya
kelak (Soetjiningsih,2005).
Jeniffer Fusco (2002) mengungkapkan bahwa gangguan bahasa merupakan suatu
keterlambatan dalam berbahasa ataupun bicara dimana jika dilakukan penanganan dini akan
sangat menolong anak dalam masalah bahasa.
Perkembangan khas dimana kemampuan anak dalam mengekspresikan bahasa dengan
berbicara, jelas dibawah rata – rata anak di usia mentalnya, tetapi pengertian bahasa dalam
batas – batas normal, dengan tanpa gangguan articulasi ( Dr. Rusdi muslim, 2003).

2.2 Ciri-ciri gangguan berbahasa Ekspresif


* indikasi: usia 18 bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata dengan spontan bahkan
untuk kata tunggal.

* sebelum usia 3 tahun bentuk kurang berat tidak terjadi smpai masa remaja awal, tetap
menunjukan keinginan berkomunikasi
* saat mulai bicara, defisit bahasa menjadi jelas, artikulasi immature
* usia 4 tahun, berbicara dengan frase pendek, biasanya meluapkan kata yang lama saat
mereka mempelajari kata yang baru
* bahasa verbal atau isyarat di bawah tingkat usianya
* skor rendah pada tes verbal, ekspresif yang baku
* bahasa, perbandaharaan kata, tata bahasa sederhana dan sangat terbatas

2.3 Perkembangan kemampuan bicara dan berbahasa pada anak normal.(Towne,1983 )

Umur Bahasa reseptif Bahasa ekspresif


(bulan) ( bahasa pasif ) ( bahasa aktif )
1 Kegiatan anak terhenti akibat Vokalisasi yang masih
suara sembarangan, terutama huruf
hidup.

2 Tampak mendengarkan ucapan Tanda – tanda vokal yang

5
pembicara, dapat tersenyum menunjukkan perasaan
pada pembicara senang, senyum sosial.

Melihat kearah pembicara Tersenyum sebagai jawaban


3 terhadap pembicara.
Memberi tanggapan yang Jawaban vokal terhadap
berbeda terhadap suara bernada rangsangan sosial.
marah / senang
4
Bereaksi terhadap panggilan Mulai meniru suara.
5 namanya

Mulai mengenal kata – kata “da Protes vokal, berteriak


– da, papa, mama” karena kegirangan.
6
Bereaksi terhadap kata – kata “ Mulai mengguanakan suara
naik, kemari, dada” mirip kata – kata kacau.
7
Menghentikan aktifitas bila Meniru rangkaian suara.
namanya dipanggil
8
Menghentikan kegiatan bila Kata – kata pertama mulai
dilarang muncul.
9
Secara tepat menirukan variasi Kata – kata yang kacau mulai
suara tinggi dapat dimengerti dengan
10 baik.
Reaksi atas pertanyaan Mengungkapkan kesadaran
sederhana dengan melihat atau tentang obyekyang telah
11 menoleh akrab dan menyebut
namanya.

12 Reaksi dengan melakukan Kata – kata yang benar


gerakan terhadap barbagai terdengar diantara kata – kata
pertanyaan verbal yang kacau, sering disertai
dengan gerakan tubuhnya.

Mengetahui dan mengenali Lebih banyak menggunakan


15 nama – nama bagian tubuh kata - kata dari pada gerakan,
untuk mengungkapkan
keinginannya.
Dapat mengetahui dan
18 mengenali gambar – gambar Mulai mengkombinasikan
obyek yang sudah akrab kata –kata ( mobil, papa,
dengannya, jika obyek tersebut mama,berdiri )
disebut namanya

6
2.4 Fisiologi Bicara

Proses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem
pernafasan pusat khusus pengantar bicara diotak dalam cortex cerebri, pusat respirasi di
dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung.

Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensorik dan motorik :

 Aspek sensorik meliputi : pendengaran, penglihatan, rasa raba berfungsi


untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa.

 Aspek motorik meliputi : mengatur larinx, alat – alat untuk articulasi,


tindakkan articulasi dan larinx yang bertanggung jawab untuk pengeluaran
suara.

Dalam otak terdapat 3 pusat yang mengatur mekanisme berbicara, dua pusat bersifat
resrtif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta satu pusat lainnya bersifat
ekspresif yang mengurus penatalaksanaan bahasa, ketiganya berada di hemisfer dominan dari
otak atau sistem SSP.

Area broca merupakan pusat bahasa ekspresif.

Proses pendengaran otak Area wernik Vormulasi dan bentuk


articulasi

Area motorik

Diotak yang
Bunyi dibentuk oleh gerakan Getaran vibrasi dari pita menonjiol
bibir, lidah depan suara gerakan bicara

2.5 ETIOLOGI

Penyebab gangguan bahasa ekspresif tidak diketahui. Kerusakan serebral dan


keterlambatan maturasi dalam perkembangan serebral telah didalilkan sebagai penyebab yang

7
mendasari, tetapi tidak ada bukti yang mendukung teori tersebut. ( Harorld, dkk, 1997 : hal
767 ). Penyebab gangguan bicara dan bahasa pada anak dapat kita lihat pada tabel berikut :

Penyebab Efek pada perkembangan


bicara
1. Lingkungan
a. Sosial ekonomi kurang a. Terlambat
b. Tekanan keluarga b. Gagap
c. Keluarga bisu c. Terlambat
pemerolehan bahasa
d. Dirumah menggunakan bahasa d. Terlambat perolehan
bilingual struktur bahasa

2. Emosi
a. Ibu yang tertekan a. Terlambat
b. Gangguan serius pada orang tua pemerolehan bahasa
c. Gangguan serius pada anak b. Terlambat atau
gangguan
perkembangan bahasa
c. Terlambat atau
3. Masalah pendengaran gangguan
a. Konginetal perkembangan bahasa

b. Di dapat
a. Terlambat / gangguan
bicara yang permanen
4. Perkembangan terlambat b. Terlambat / gangguan
a. Perkembangan lambat bicara yang permanen
b. Perkembangan lambat, tetapi
masih dalam batas rata – rata
c. Retardasi mental a. Terlambat bicara
b. Terlambat bicara

5. Cacat bawaan c. Pasti terlambat bicara


a. Palatoschizis

b. Sindrom down
6. Kerusakan otak a. Terlambat dan
a. Kelainan neuromuskular terganggu kemampuan
bicaranya
b. Kemampuan
bicaranya lebih rendah

a. Mempengaruhi
b. Kelainan sensorimotorik kemampuan
menghisap, menelan,
mengunyah, dan
akhirnya timbul

8
gangguan bicara dan
artikulasi seperti
c. Palsi serebral disartria

b. Mempengaruhi
kemampuan
menghisap dan
menelan, akhirnya
d. Kelainan persepsi menimbulkan
gangguan artikulasi,
seperti dispraksia

c. Berpengaruh pada
pernafasan, makan
dan timbul juga
masalah artikulasi
yang dapat
menyebabkan disartria
dan dispraksia

d. Kesulitan
membedakan suara,
mengerti bahasa,
simbolisasi, mengenal
konsep, akhirnya
menimbulkan
kesulitan belajar
disekolah

2.6 MANIFESTASI KLINIS

* usia 18 bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata dengan spontan bahkan untuk
kata tunggal.
* sebelum usia 3 tahun bentuk kurang berat tidak terjadi smpai masa remaja awal, tetap
menunjukan keinginan berkomunikasi
* saat mulai bicara, defisit bahasa menjadi jelas, artikulasi immature
* usia 4 tahun, berbicara dengan frase pendek, biasanya meluapkan kata yang lama saat
mereka mempelajari kata yang baru
* bahasa verbal atau isyarat di bawah tingkat usianya
* skor rendah pada tes verbal, ekspresif yang baku
*bahasa, perbandaharaan kata, tata bahasa sederhana dan sangat terbatas

2.7 DIAGNOSA BANDING

9
Dalam retardasi mental, pasien memiliki gangguan keseluruhan dalam fungsi
interlektual, seperti yang ditunjukkan oleh intelegensia yang dibawah normal pada semua
bidang. Kapasitas dan fungsi intelektual nonverbal pada anak – anakdengan gangguan bahasa
ekspresif adalah dalam batas normal.

Pada gangguan bahasa reseptif / ekspresif campuran, pemahaman bahasa (pembacaan


sandi) adalah jelas dibawah tingkat yang diharapkan menurut usianya, sedangkan pada
gangguan bahasa ekspresif, pemahaman bahasa tetap dalam batas normal.

Pada gangguan perkembangan pervasif, anak yang terkena tidak memiliki inner
language, rencana simbolik atau khayalan, pemakaian gerak isyarat yang sesuai, atau
kapasitas untuk membentuk hubungan sosial yang hangat dan penug arti, disamping
karakteristik kognitif utama. Selain itu anak menuinjukkan sedikit atau tidak menunjukkan
frustasi dengan ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal.sebaliknya semua karakteristik
tersebut adalah ditemukan pada anak – anak dengan gangguan bahasa ekspresif.

2.8 TERAPI

Terapi harus dimulai segera setelah didiagnosa gangguan bahasa ekspresif. Yterapi
tersebut terdiri dari latihan pendorong prilaku dan praktek dengan fonem ( unit suara ).
Tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah frase dengan menggunakan mentode
menyusun balok dan terapi bicara konfensional.

2.9 PROGNOSIS

Pada umumnya, prognosis gangguan bahasa ekspresif adalah baik. Kecepatan dan derajat
pemulihan tergantung pada keparahan gangguan, motivasi anak untuk berperan serta dalam terapi,
dan pemberian bahasa yang tepat waktu dan intervensi terapitik lain. Adanya atau tidak adanya faktor
lain seperti kehilangan pendengaran yang sedang sampai yang parah, retardasi mental ringan, dan
masalah emosional parah. Juga mempengaruhi prognosis pemuluhan. Sebanyak 50 % anak –
anak dengan ganguan bahasa ekspresif ringan pulih spontan tanpa adanya tanda gangguan bahaasa,
tetapi anak – anak dengan gangguan bahasa ekspresif berat mungkin selanjutnya menunjukkan ciri –
ciri gangguan bahasa ringan sampai sedang.

PNP

10
Pola asuhan keluarga

Koping Eksternal Internal


keluarga
inefektif  Lingkungan  Kerusakan otak
 Emosi  Kelainan
 Masalah neuromuskular
pendengaran  Kelainan
 Perkembangan sensorimotori
terlambat  Palsi cerebral
 Cacat bawaan  Kelianan persepsi

Gangguan bahasa ekspresif

HDR, Asietas

ASUHAN KEPERAWATAN

11
I. Pengkajian

1) Identitas pasien

 Umur → terjadi pada usia anak – anak

2) Dilihat dari beberapa aspek

a. Lingkungan sosial → lingkungan sosial yang tidak mendukung akan


menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak.

b. sensorikmotorik → gangguan menghisap dan menelan akhirnya akan


menyebabkan gangguan bahasa.

3) Riwayat tumbuh kembang → kegagalan tumbuh kembang dimasa lalu

4) Riwayat keluarga

5) Riwayt kelahiran → mempunyi riwayat prematur

6) Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan pendengaran

 Pemeriksaan auditory brainstem responses → jika anak tidak


komperatif terhadap audiogram atau hasilnya mencurigakan

II. Diagnosa

 Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan komunikasi yang ditandai


komunikasi non verbal tidak ada atau abnormal, kurang kontak mata atau ekspresi
wajah kurang.

 Asietas berhubungan dengan isolasi sosial yang ditandai menarik diri dan
penghindaran terhadap orang lain / tidak ada orang yang mendukung :
mengungkapkan perasaan penolakan / pengasingan diri.

 Koping keluarga inefektif berhubungan dengan gangguan bahasa ekspresif pada


anak.

III. Intervensi / Implementasi

12
1) Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan komunikasi yang ditandai
komunikasi non verbal tidak ada atau abnormal, kurang kontak mata atau ekspresi
wajah kurang.

Tujuan : Gangguan nkomunikasi yang ditandai komunikasi non verbal, kontak


mata, ekspresi wajah berkurang.

Kriteria hasil :

 Menggunakan suara, kata – kata atau gerakan tubuh dengan cara


interaktif dengan orang lain.

 Mengkomunikasikan kebutuhan atau keinginan pada orang terdekat


atau pemberi asuhan.

 Mengawali interaksi secara verbal atau non verbal dengan yang lain.

Intervensi / implementasi Rasional


1. Gunakan pendekatan tatap Meningkatkan minat tulus dan respon
muka ( mata dengan mata pada anak.
untuk menyampaikan ekspresi
non verbal yang tepat ).

2. Dorong kontak mata dengan Kontak mata penting untuk menangkap


sesuatu yang dapat diterima perhatian anak, untuk menmgawali
anak ( mis : makan, obyek ). percakapan yang berhasil.

3. Beri pujian kepada anak Pujian membantu anak mengembangkan


ketika mulai memperhatikan rasa percaya diri dan membantu
komunikasi. mempelajari cara anak mencoba
berkomunikasi.

4. Pilih bentuk alternatif Tiga perempat anak yang dilatih dalam


komunikasi, seperti gambar, sistem komunikasi pertukaran gambar
bahasa isyarat atau akhirnya berkomunikasi dengan bicara
penggunaan komputer juga atau bebicara dengan gambar. Isyarat
memungkinkan pada anak dapat menimbulkan kebih sedikit asietas
yang mengalami dari pada ekspresi verbal bagi beberapa
perkembangan bahasa yang anak dan penggunaan komputer dapat
minimal. membantu melibatkan anak dalam
interaksi.

5. Rujuk untuk pengkajian dan Meningkatkan perencanaan penanganan


les dengan kerjasama guru dengan intervensi atau tehnik khusus

13
pendidik dan ahli. yang sesuai.

2) Asietas berhubungan dengan isolasi sosial yang ditandai menarik diri dan
penghindaran terhadap orang lain / tidak ada orang yang mendukung :
mengungkapkan perasaan penolakan / pengasingan diri.

Tujuan : meminimalkan tanda menarik diri, dan penghindaran terhadap orang


lain.

Kriteria hasil :

 Mengenali asietas dan mengidentifikasi faktor – faktor yang


terlibat dengan isolasi / kurusakan interaksi sosial.

 Berpartisipasi dalam aktivitas untuk meningkatkan interaksi


dengan orang lain.

 Memberi penguatan pasif diri terhadap perubahan yang dicapai.

Intervensi / implementasi Rasional


1. Bentuk hubungan melalui Apapun tentang bagaimana anak merasa
empati, kehangatan dan cemas akan menyebabkan peningkatan
penghargaan. prilakupetrikualistik. Membentuk
hubungan saling percaya memberi
dukungan dan mengkomunikasikan
bahwa kita menerima si anak sebagai
manusia yang memilih menentukan diri
sendiri.

2. Diskusikan situasi dirumah, Kembali pada lingkungan rumah yang


libatkan keluarga / oran tidak berubah meningkatkan resiko klien
terdekat yang sesuai libatkan kembali kompulsif.
dalam rencana pulang.

3. Rujuk pada sumber – sumber Mungkin perlu bantuan penunjang atau


diluar ( mis : kelompok pendukung untuk memp[ertahan
pendukung, psikoterapi, penyembuhan / Penegendalian.
konselor, penasehat spirituL ).

3) Koping keluarga inefektif berhubungan dengan gangguan bahasa ekspresif pada


anak.

14
Tujuan : Dilakukan terapi ini bisa menurunkan / meminimalkan gangguan bahsa
ekspresif pada anak.

Kriteria hasil :

 Mengungkapkan pengetahuan dan pemahaman yang tepat mengenai


gangguan anak.

 Mengekspresikan perasaan yang tepat dengan penurunan prilaku defensif.


( penyangkalan, proyeksi, rasionalisasi )

Intervensi / implementasi Rasional


1. Temui anggota keluarga Konseling dapat membantu keluarga
secara teratur untuk mengekspresikan perasaan, memaparkan
mendiskusikan perasaan reaksi mereka pada gangguan pada anak.
dan prilaku.

2. Bantu kelurga Keterampilan intervensi yang efektif


mengembangkan metode dapat membantu kelurga untuk
baru yang berhubungan meningkatkan harga diri dan mengontrol
dengan prilaku anak. lingkungan mereka.

3. Rujuk kesumber – sember Mengembangkan sistem pendukung dapat


lain jika ( mis : mempertahankan keterampilan koping
psikoterapi, rohaniawan, integritas keluarga : memberikan contoh
kelompok pendukung ). peran dan harapan masa depan.

4. Dorong keterlibatan Meningkatkan keterlibatan yang besar


keluarga dalam program dan kesinambungan situasi terapeutik
training untuk menjadi memungkinkan pemantauan terapi dan
psikoterapi sesuai indikasi. perkembangan anak.

IV. Evaluasi

 Dapat menggunakan suara, kata – kata atau gerakan tubuh dalam cara yang
interaktif dengan orang lain.

 Anak dapat mengawali interaksi secara verbal / non verbal dengan orang lain.

 Anak dapat berpartisipasi dalam aktivitas untuk meningkatkan interaksi dengan


oran lain.

15
 Keluarga mampu menunjukkan metode koping untuk prilaku anak yang lebih
konsisten dan efektif.

 Keluarga menggunakan pengetahuan dan pemahaman yang tepat mengenai


gangguan pada anaknya.

 Keluarga mencari dukungan terapeutik sesuai dengan kebutuhan dari lu

BAB III

16
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi bahasa dibagi menjadi dua bagian yang disebut reseptif/ pemahaman dan
ekspretif atau pengungkapan secara verbal. Gangguan bahasa ekspresif merupakan salah satu
gangguan komunikasi dimana kemampuan ekspresif anak berada di kemampuan yang
diharapkan. Namun gangguan bahasa ekspresif ini pada umumnya prognosisnya adalah baik,
jika gangguan ini dapat terditeksi lebih dini dengan catatan etiologinya memungkinkan
terjadi penyembuhan dengan terapi yang dimulai segera setelah di diagnosa gangguan bahasa
ekspresif. Terapi tersebut terdiri dari latihan pendengaran, prilaku dan praktek dengan foenem
( unit suara ).

Oleh karena itu setiap anak berkembang dengan kemampuan yang berbeda-beda,
hindarilah menilai setiap anak berpatok ketat kepada perkiraan umur dibawah. Jarak usia
dibawah hanyalah sebagai panduan dari kemampuan si anak pada umur-umur
tertentu.Pemerolehan bahasa juga bisa dilihat dari kebiasaan melihat maupun mendengar dari
kecil.

DAFTAR PUSTAKA

17
Muslim, Rusdi. 2003. Diagnosa gangguan jiwa, rujukan pengkajian PPDGI –III.
Jakarta : Pt. Nun jaya

Judith M. Wilkinson. 2006. Buku saku diagnosa keperawatan NIC – NOC. Jakarta :
EGC

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh kembang anak. Jakarta :EGC

Dongoes, marilynne. 2006. Rencana asuhan keperawatan psikiatri. Jakarta : EGC

Karplan, harold I. 1997. Sinopsis psikiatri jilid 2. Jakarta : Bina Rupa Aksara

18

Anda mungkin juga menyukai