NAMA : HARTON
NIM : K1A1 15 126
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
TUTOR : dr. PATMA AYUNITA
Komponen Rumah
0 = Tidak ada
Langit-langit 1 = Ada, kotor dan rawan kecelakaan
2 = Ada, bersih dan tidak rawan 2
kecelakaan
1 = Bukan tembok (terbuat dari
anyaman bambu atau ilalang)
2 = Semi permanen/setengah
Dinding tembok/pasangan bata atau batu 3
yang tidak kedap air
3 = Permanen ( tembok, pasangan
batu bata atau batu yang
diplester), papan kedap air.
0 = Tanah
1 = Papan/anyaman bambu yang dekat
Lantai dengan tanah/plesteran yang retak/ 2
berdebu
2 = Diplester/ubin/keramik/papan/
rumah panggung
Jendela 0 = Tidak ada
1
kamar tidur 1 = Ada
Jendela
ruang 0 = Tidak ada
1
keluarga dan 1 = Ada
ruang tamu
0 = Tidak ada
1 = Ada, tetapi luasnya < 10% luas 2
Ventilasi lantai
2 = Ada, luas ventilasi ≥ 10% luas lantai
0 = Tidak ada
1 = Ada, luas tabung ventilasi/asap
Sarana dapur ≤ 10% dari luas lantai dapur
pembuanga 2 = Ada, dengan lubang ventilasi ≥ 10% 2
n asap luas lantai dapur ( asap keluar
dengan sempurna atau ada exhaust
dapur
fan atau ada peralatan lain yang
sejenis )
0 = Tidak ada
1 = Ada, bukan milik sendiri dan tidak
memenuhi syarat kesehatan
2 = Ada, milik sendiri dan tidak
memenuhi syarat kesehatan
Sarana Air 4
3 = Ada, bukan milik sendiri dan
Bersih
memenuhi syarat kesehatan
4 = Ada, milik sendiri dan memenuhi
syarat kesehatan
0 = Tidak ada
1 = Ada, bukan leher angsa, tidak ada
tutup, disalurkan ke sungai/kolam
Sarana 2 = Ada, bukan leher angsa ada tutup
Pembanguna ( leher angsa ), disalurkan ke
4
n Kotoran sungai/kolam
3 = Ada, bukan leher angsa ada tutup,
septic tank
4 = Ada, leher angsa, septic tank
0 = Tidak ada, sehingga tergenang tidak
teratur di halaman rumah
1 = Ada, diresapkan mencemati
sumber air ( jarak dengan sumber
air < 10 m)
Sarana 4
2 = Ada, dialirkan ke selokan terbuka
Pembuanga
3 = Ada, diresapkan dan tidak
n Air Limbah
mencemari sumber air ( jarak
dengan sumber air ≥ 10 m)
4 = Ada, dialirkan ke selokan tertutup
( saluran kota ) untuk diolah lebih
lanjut
a. Pola Kesehatan
Keluarga jarang berolahraga akan tetapi ayah sering membuat
kerajinan seperti kursi kayu dan rutin memancing di Laut, sementara
ibu sering membersihkan rumah dan lingkungan rumah. Dalam
keluarga ada beberapa yang menderita penyakit yang sama yaitu
asma, mulai dari ayah, kakak pertama, kedua, keempat, keenam dan
ketujuh. Beberapa dari kakak saya sudah jarang mendapatkan
serangan asma, begitupun juga ayah saya. Namun terkadang
serangan asma yang ayah derita muncul, namun biasanya tidak lama.
Ayah tidak pernah berkonsultasi kedokter, sehingga ayah tidak pernah
menggunakan obat-obatan. Penyakit asma yang diderita ayah berasal
dari ibu. selain ibu ayah, ada beberapa saudara dari ayah yang
menderita asma.
Pengetahuan ayah mengenai asma masih sangat minim, yang
ayah ketahui tentang asma hanyalah sesak naps biasa.
b. Pola Makan
Pola makan keluarga terjaga yaitu 3 kali sehari dengan menu
makanan yang cukup sehat dan bervariasi. Pada umumnya makanan
pokok keluarga adalah nasi, ditambah dengan sayuran hijau dan ikan
segar yang berasal dari hasil pancingan ayah.
c. Pola Kebersihan
Pada umumnya keluarga dan penderita rajin menjaga
kebersihan lingkungan. Setiap hari sampah dibuang ditempat
pembuangan sampah sesuai jenis sampah. Sampah kering langsung
dibakar sedangkan sampah basah dibuang ke Laut.
B. GENOGRAM
Gambar 1. Genogram Keluarga 3 Silsila
Keterangan :
: Laki-laki : Perempuan
: Diabetes Melitus
KETERANGAN ABJAD
A La Zae
B Wa Nuzia
C Wa Haiya
D La Daene
E La Azura
F Wa Sarina
G La Adia
H La Aruli
I Landali
J Wa Hzuri
K Rusfa
L Wa Amya
M Yarni
N Narfida
O Muliani
P Daharim
Q Retiani
R Ruliani
S Yurmayana
T Itra Wani
U Harton
Data Keluarga
A. La Zae
1. Umur : 65 Tahun Saat Meninggal
2. TTL : P. Maginti, 17 Juni 1921
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Status : Menikah
5. Status Keluarga : Kakek (Ayah dari Bapak)
6. Jumlah Anak : 6 orang
7. Penyakit Spesifik :-
8. Tahun Meninggal : 1986
9. Pekerjaan :-
B. Wa Nuzia
1. Umur : 79 Tahun Saat Meninggal
2. TTL : P. Maginti, 29 Maret 1928
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Status : Menikah
5. Status Keluarga : Nenek (Mama dari Ayah)
6. Jumlah Anak : 6 orang
7. Penyakit Spesifik : Asma
8. Tahun Meninggal : 2007
9. Pekerjaan :-
C. Wa Haiya
1. Umur : 66 Tahun
2. TTL : P. Maginti, 04 Februaru 1952
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Status : Menikah
5. Status Keluarga : Tante (Kakak dari Ayah)
6. Jumlah Anak : 8 orang
7. Penyakit Spesifik :-
8. Pekerjaan : Wiraswasta
D. La Daene
1. Umur : 62 tahun
2. TTL : P. Maginti 31 Desember 1956
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Status : Menikah
5. Status Keluarga : Ayah
6. Jumlah Anak : 9 Orang
7. Penyakit Spesifik : Asma
8. Pekerjaan : Nelayan
E. La Azura
1. Umur : 59 tahun
2. TTL : P. Maginti 31 Agustus 1959
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Status : Menikah
5. Status Keluarga : Paman (Adik dari Ayah)
6. Jumlah Anak : 9 Orang
7. Penyakit Spesifik :-
8. Pekerjaan : Wiraswasta
F. Wa Sarina
1. Umur : 55 tahun
2. TTL : P. Maginti 02 Juli 1963
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Status : Menikah
5. Status Keluarga : Tante (Adik dari Ayah)
6. Jumlah Anak : 6 Orang
7. Penyakit Spesifik : Asma
8. Pekerjaan : Wiraswasta
G. La Adia
1. Umur : 53 tahun
2. TTL : P. Maginti 17 Januari 1965
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Status : Menikah
5. Status Keluarga : Paman (Adik dari Ayah)
6. Jumlah Anak : 2 Orang
7. Penyakit Spesifik : Asma
8. Pekerjaan : Nelayan
H. La Aruli
1. Umur : 50 tahun
2. TTL : P. Maginti 24 Maret 1968
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Status : Menikah
5. Status Keluarga : Paman (Adik dari Ayah)
6. Jumlah Anak : 5 Orang
7. Penyakit Spesifik :-
8. Pekerjaan : Nelayan
I. La Ndali
1. Umur : 55 Tahun Saat Meninggal
2. TTL : Mawasangka, 12 Maret 1925
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Status : Menikah
5. Status Keluarga : Kakek (Bapak dari Ibu)
6. Jumlah Anak : 2 orang
7. Tahun Meninggal : 1980
8. Penyakit Spesifik :-
J. Wa Hazuri
1. Umur : 87
2. TTL : P. Maginti, 11 Desember 1931
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Status : Menikah
5. Status Keluarga : Nenek (Mama dari Ibu)
6. Jumlah Anak : 2 Orang
7. Penyakit Spesifik :-
8. Pekerjaan :-
K. Wa Rusfa
1. Umur : 56 Tahun Saat Meninggal
2. TTL : P. Maginti, 06 September 1953
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Status : Menikah
5. Status Keluarga : Tante (Kakak dari Ibu)
6. Jumlah Anak : 12 orang
7. Penyakit Spesifik : Daibetes Melitus
8. Tahun Meninggal : 2009
9. Pekerjaan :-
L. Wa Amiya
1. Umur : 61 Tahun
2. TTL : P. Maginti 30 Juli 1957
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Status : Menikah
5. Status Keluarga : Ibu
6. Jumlah Anak : 9 Orang
7. Penyakit Spesifik :-
8. Pekerjaan : Wiraswasta
M. Yarni
1. Umur : 40 Tahun
2. TTL : P. Maginti 26 januari 1978
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Status : Menikah
5. Status Keluarga : Kakak Pertama
6. Jumlah Anak : 4 orang
7. Penyakit Spesifik : Asma
8. Pekerjaan : Wirausaha
N. Narfida
1. Umur : 36 Tahun
2. TTL : P. Maginti 18 Maret 1982
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Status : Menikah
5. Status Keluarga : Kakak Ketiga
6. Jumlah Anak : 4 Orang
7. Penyakit Spesifik : Asma
8. Pekerjaan : Wiraswasta
O. Muliani
1. Umur : 34 Tahun
2. TTL : P. Maginti 08 Februari 1984
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Status : Menikah
5. Status Keluarga : Kakak Keempat
6. Jumlah Anak : 4 Orang
7. Penyakit Spesifik :-
8. Pekerjaan : Wiraswasta
P. Daharim
1. Umur : 32 Tahun
2. TTL : P. Maginti 03 Agustus 1986
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Status : Menikah
5. Status Keluarga : Kakak Kelima
6. Jumlah Anak : 2 Orang
7. Penyakit Spesifik : Asma
8. Pekerjaan : Nelayan
Q. Retiani
1. Umur : 29 Tahun
2. TTL : P. Maginti 10 Januari 1989
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Status : Menikah
5. Status Keluarga : Kakak Keenam
6. Jumlah Anak : 2 Orang
7. Penyakit Spesifik :-
8. Pekerjaan : Wiraswasta
R. Ruliani
1. Umur : 28 Tahun
2. TTL : P. Maginti 14 Maret 1990
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Status : Menikah
5. Status Keluarga : Kakak Ketujuh
6. Jumlah Anak : 2 Orang
7. Penyakit Spesifik : Asma
8. Pekerjaan : Wiraswasta
S. Yurmayana
1. Umur : 26 Tahun
2. TTL : P. Maginti 16 April 1992
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Status : Menikah
5. Status Keluarga : Kakak Kedelapan
6. Jumlah Anak : 1 Orang
7. Penyakit Spesifik : Asma
8. Pekerjaan : Wiraswasta
T. Itrawani
1. Umur : 24 Tahun
2. TTL : P. Maginti 03 April 1994
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Status : Menikah
5. Status Keluarga : Kakak Kesembilan
6. Jumlah Anak : 1 Orang
7. Penyakit Spesifik :-
8. Pekerjaan : Wiraswasta
U. Harton
1. Umur : 20 Tahun
2. TTL : P. Maginti 07 Juli 1997
3. Jenis Kelamin : Laki-LAKI
4. Status : Lajang
5. Status Keluarga : Kakak Kesepuluh
6. Jumlah Anak :-
7. Penyakit Spesifik :-
8. Pekerjaan : Mahasiswa
C. ANALISIS APGAR
Indikator untuk mengukur sehat atau tidak sehatnya suatu keluarga
diukur dengan menggunakan APGAR Keluarga.
Total 8
5. Kebersamaan (Resolve)
a. Penilaian : tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan
dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang atas keluarga.
b. Hasil : Pasien puas dengan waktu yang disediakan keluarga untuk
menjalin kebersamaan (Score 2 ).
Keterangan :
Sering/selalu =2
Kadang-kadang =1
Jarang/tidak =0
Interpretasi :
0-3 = Tidak Sehat
4-6 = Kurang Sehat
7-10 = Sehat
Pada kasus total nilai bernilai 10 (sehat).
D. FAKTOR RESIKO
Asma merupakan penyakit gangguan inflamasi kronis saluran
pernapasan yang dihubungkan dengan hiperesponsif, keterbatasan aliran
udara yang reversible dan gejalah pernapasan. Asma ditandai dengan
meningkatnya sel-sel inflamasi seperti sel mast, limfosit, neutrofi dan
eusinofil. Asma juga ditandai dengan terjadinya peningkatan respon saluran
pernapasan terhadap stimulus fisiologi dan lingkungan seperti aktivitas fisik.
Asma menyebabkan episodik berulang dari wheezing, sesak napas, dada
terasa sesak dan batuk terutama pada malam atau awal pagi hari. (Setiati,
dkk., 2014).
Asma dapat terjadi karna beberapa faktor resiko, diantaranya sebagai
berikut :
1. Jenis Kelamin Laki-laki
Berbagai penelitian sebelumnya mendapatkan hasil yang
mendukung temuan penelitian ini diantaranya penelitian Pratyahara. D
(2011) yang mendapatkan prevalensi asma pada laki-laki lebih tinggi
dibandingkan perempuan. Perbedaan jenis kelamin pada kekerapan
asma bervariasi, tergantung usia dan disebabkan oleh perbedaan karakter
biologi. Kekerapan asma pada anak laki-laki usia 2-5 tahun 2 kali lebih
sering dibandingkan perempuan sedangkan pada usia 14 tahun risiko
asma anak laki-laki 4 kali lebih sering terkena asma.
2. Pemberian ASI ekslusif
Pemberian ASI telah diketahui dapat memberikan perlindungan
terhadap infeksi pada bayi, namun perlindungan terhadap penyakit
saluran nafas belum diketahui dengan pasti. Pemberian ASI eksklusif
selama < 6 bulan berhubungan dengan peningkatan risiko asma yaitu
sebanyak 1,36 kali (Roesli, 2005).
3. Riwayat Keluarga
Hasil penelitian yang juga mendukung temuan penelitian ini adalah
penelitian Susanti Iskandar (2011) yang mendapatkan adanya riwayat
keluarga menderita asma memberikan risiko lebih tinggi terkena asma
pada anak. Risiko anak mengalami asma pada orang tua (keluarga)
dengan asma disertai salah satu atopi tiga kali lipat dibandingkan riwayat
keluarga dengan asma. Risiko anak mengalami asma jika salah satu
orang tua menderita asma sebesar 25% dan jika kedua orang tua
menderita asma maka risiko asma pada anak akan meningkat menjadi
50% (Pratyahara, 2011).
4. Paparan Hewan Peliharaan
Paparan hewan peliharaan merupakan salah faktor risiko yang
telah terbukti sebagai pencetus asma dari beberapa penelitian
sebelumnya. Menurut penelitian Susanti Iskandar (2011) mendapatkan
risiko mengalami asma pada anak dengan keluarga yang memiliki
binatang peliharaan 16,94 kali dibandingkan anak dengan kelurga yang
tidak mempunyai hewan peliharaan. Diperkuat juga oleh penelitian Afdal
(2009) yang mendapatkan hubungan yang bermakna antara kepemilikan
binatang peliharaan dengan kejadian asma pada anak
5. Paparan Asap Rokok
Hasl penelitian menunjukan bahwa penderita asma yang terpapar
asap rokok lebih besar dibandingkan dengan yang bukan penderita asma
bronkiale dengan OR sebesar 58,78 (95%CI: 17,65-195,8) dan secara
statistik bermakna dengan nilai p<0,001 (Sihombing, 2010). Asap rokok
yang dihirup penderita asma secara aktif mengakibakan rangsangan pada
sistem pernapasan, sebab pembakaran tembakau menghasilkan zat iritan
dalam rumah yang menghasilkan gas yang komplek dan partikel-partikel
yang berbahaya, perokok pasif menghisap lebih banyak racun dalam asap
rokok dibandingkan perokok aktif (Aryandani, 2010).
Kesimpulan : Berdasarkan sumber pustaka diatas, maka hasil analisis
faktor risiko penderita pasien asma (La Daene) adalah
karena faktor genetik. Penderita dengan penyakit asma
biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga menderita
asma, dan pada kenyataannya Ibu dan Sudara penderita
juga memiliki riwayat asma. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Asma yang dideria oleh pasien diturunkan dari orang
tua yaitu Ibu.
E. Penanganan
Terapi asma terdiri dari terapi nonfarmakologi dan terapi Farmakologi :
1. Terapi Nonfarmakologi
Terapi non farmakologi meliputi edukasi pasien, pengukuran peak
flow meter, identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus, banyak minum
untuk menghindari dehidrasi, kontrol secara teratur dan pola hidup sehat
(penghentian merokok, menghindari kegemukan, dan kegiatan fisik
misalnya senam asma).
2. Terapi Farmakologi
a. Oksigen
Oksigen digunakan apabila terjadi serangan asma. Pemberian
oksihen dapat diberikan sebanyak 1-3L/menit dengan kanul nasal
atau Masker. Meskipun demikian, penggunaan oksigen dengan aliran
cepat tidak membahayakan dan direkomendasikan pada pasien
dengan asma akut (Setiati, dkk., 2014).
b. β 2-Agonis
inhalasi β 2-Agonis kerja pendek merupakan obat pilihan untuk
pengobatan asma akut. Onset aksi obat ini cepat dan efeknya cepat.
Salbutamol merupakan obat yang banyak dipakai di instalasi gawat
darurat (IGD). Onset aksi obat ini sekitar 5 menit dengan lama aksi
sekitar 6 jam. Obat lain yang juga sering digunakan adalah
metaproterenol, terbutalin dan fenoterol (Setiati, dkk., 2014).
c. Antikolinergik
Pengguanaan antikolinergik berdasarkan asumsi terdapatnya
peningkatan tonus vagal saluran pernapasan pada pasien asma akut,
tetapi efeknya tidak sebaik β 2-Agonis. Pengguanaan ipratropium
bromide (IB) secara inhalasi digunakan sebagai bronkodilator awal
pada pasien asma akut. Kombinasi pemberian IB dan β 2-Agonis
diindikasikan sebagai terapi pertama pada pasien dewasa dengan
ekseserbasi asma berat. Dosis 4X semprot (80 mg) tiap 10 menit
dengan MDI atau 500 mg setiap 20 menit dengan nebulizer akan lebih
efektif (Setiati, dkk., 2014).
d. Kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid secara sistemik harus diberikan pada
penatalaksanaan kecuali kalau derajat ekseserbasinya ringan. Agen
ini tidak bersifat bronkodilator tetapi secara ekstrem sangat efektif
dalam menurunkan inflamasi pada saluran napas. Pemberian
hidrokortison 800 mg atau 160 mg metilprednisolon dalam 4 dosis
terbagi setiap harinya, umumnya sudah memberikan efek yang
adekuat pada kebanyakan pasien (Setiati, dkk., 2014).
e. Teofilin
Penggunaan teofilin sebagai obat monoterapi efektivitasnya tidak
sebaik β 2-Agonis. Pemberian aminophilin dikombinasikan dengan β
2-Agonis per inhalasi tidak memberikan manfaat yang bermakna.
Pemberian obat ini hanya boleh digunakan jika pasien tidak
responsive terhadap terapi standar. Kadar teofilin dalam darah yang
direkomendasikan berkisar antara 8-12 mg/ml (Setiati, dkk., 2014).
f. Antagonis Leukotrin
Ada beberapa penelitian yang dilakukan untuk menguji efektivitas
pengguanaan obat ini. Pada saat penelitian, pemberian 2 macam obat
zafirlukast secara oral (20 mg dan 160 mg), pada pasie asma akut
yang datang di IGD, memperlihatkan adanya perbaikan fungsi paru
dan skor sesak napasnya menjadi berkurang (Setiati, dkk., 2014).
DOKUMENTASI PENDERITA
Afdal. 2009. Faktor Risiko Asma Pada Murid SD Usia 6-7 Tahun di Kota Padang
Berdasarkan Kuisioner International Study Of Asthma And Childhood
Yang di Modifikasi [online] Dari:
http://pasca.unand.ac.id/id/unduh/bahankuliah/artikel-program-master-
s2-2/faktor-risiko-asma-pada-murid-sekolah-dasar/
Aryandani, R. 2010. Anak Sehat Bebas dari Asma. Golden Book. Yogyakarta.
Setiati, Siti., dkk. 2014. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2 Edisi IV. Jakarta:
InternaPublishing.