DISUSUN OLEH :
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis umumnya dan khususnya bagi
pembaca. Amiiin
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
b}. Lingkungan biologis ................................................................................................... 22
c}. Lingkungan sosial ....................................................................................................... 22
BAB IV ............................................................................................................................. 24
KAUSALITAS PENYAKIT MENULAR ........................................................................ 24
A. Model kausalitas Berdasarkan Agen dan Faktor resiko ........................................ 24
B. Model kausalitas Roda .......................................................................................... 25
C. Model Kausalitas Segi Tiga Epidemiologi (Epidemilogi Triangle)...................... 26
D. Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Menular ........................................... 27
Penanggulangan Penyakit Menular................................................................................... 33
BAB V .............................................................................................................................. 36
PENYAKIT TIDAK MENULAR .................................................................................... 36
A. PENGERTIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR .............................................. 36
B. RUANG LINGKUP PENYAKIT TIDAK MENULAR ....................................... 37
C. PERBEDAAN M (PENYAKIT NON MENULAR) DENGAN PM
(PENYAKIT MENULAR) ........................................................................................... 37
D. RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT NON MENULAR ..................................... 38
Bagan Riwayat Perjalanan Penyakit ................................................................................. 39
1. Tahap Pra-patogenesis (Stage of susceptibility ) ....................................................... 40
2. Tahap inkubasi ........................................................................................................... 40
3. Tahap penyakit dini (Stage of pre-symptomatic (sub-clinical) disease) ........................ 40
4. Tahap penyakit lanjut (Stage of clinical disease ) ........................................................ 41
5. Tahap akhir penyakit (Stage of disability or death) ...................................................... 41
E. LEVEL OF PREVENTION PENYAKIT NON MEMULAR .............................. 41
F. PATOGENESIS PENYAKIT NON MEMULAR ................................................ 48
G. FAKTOR RISIKO PENYAKIT NON MENULAR ............................................. 48
H. DAMPAK PENYAKIT NON MEMULAR ......................................................... 50
Metode Pengendalian Penyakit Tidak Menular ................................................................ 51
Upaya Pencegahan Penyakit Tidak Menular meliputi : .................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 54
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perhatian terhadap penyakit menular dan tidak menular makin hari semakin
meningkat, karena semakin meningkat nya frekuensi kejadiannya pada
masyarakat. Dari tiga penyebab utama kematian (WHO, 1990). Penyakit jantung,
diare, dan stroke, dua di antaranya adalah penyakit menular dan tidak menular.
Selama epidemiologi kebanyakan berkecimpung dalam menangani masalah
penyakit menular, bahkan kebanyakan terasa bahwa epidemiologi hanya
menangani masalah penyakit menular. Karena itu, epidemiologi hampir selalu
dikaitkan dan dianggap epidemiologi penyakit menular dan tidak menular.hal ini
tidak dapat disangkal dari sejarah perkembangan nya epidemiologi berlatar
belakang penyakit menular. Sejarah epidemiologi memang bermula dengan
penanganan masalah penyakit menular dan tidak menular yang merajalela dan
banyak menelan korban pada waktu itu. Perkembangan sosio-ekonomi dan
kultural bangsa dan dunia kemudian menurut epidemiologi untuk memberikan
perhatian kepada penyakit tidak menular karena sudah mulai meningkatkan sesuai
dengan perkembangan masyarakat.
Pentingnya pengetahuan tentang penyakit tidak menular dilatar belakangi
dengan kecenderungan semakin meningkat nya prevalensi PTM dalam
masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia yang sementara
membangun dirinya dari suatu negara agraris yang sedang berkembang menuju
masyarakat industri membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit
masyarakat. Perubahan pola struktur masyarakat , khususnya masyarakat
Indonesia. Bangsa Indonesia yang sementara membangun dirinya dari suatu
negara agraris yang sedang berkembang menuju masyarakat industri membawa
kecenderungan baru dalam pola penyakit dalam masyarakat. Perubahan pola
1
struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak memberi andil terhadap
perubahan pola fertilitas, gaya hidup, sosial ekonomi yang pada giliran nya dapat
memacu semakin meningkat nya PTM. Di Indonesia keadaan perubahan pola dari
penyakit menular ke penyakit tidak menular lebih dikenal dalam sebutan transisi
epidemiologi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas
kuliah dan kelompok dalam mata kuliah Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat, kami
sebagai penulis bertujan memberikan informasi kepada rekan-rekan mengenai
epidemiologi penyakit menular dan penyakit yang tidak menular.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Devinisi Penyakit
penyakit adalah suatu keadaan gangguan bentuk dan fungsi tubuh sehingga
berada didalam keadaan yang tidak normal.
Beberapa definisi penyakit menurut para ahli adalah sebagai berikut :
3
Didalam usaha para ahli untuk mengumpulkan pengetahuan mengenai
timbulnya penyakit, mereka telah melakukan eksperimen terkendali untuk
menguji sampai dimana penyakit itu bisa di cegah sehinga dapat meningkat taraf
hidup penderita. Dalam epidemiologi ada tiga faktor yang dapat menerangkan
penyebaran (distribusi) penyakit atau masalah kesehatan yaitu orang (person),
tempat (place), dan waktu (time). Informasi ini dapat digunakan untuk
menggambarkan adanya perbedaan keterpaparan dan kerentanan. Perbedaan ini
bisa digunakan sebagi petunjuk tentang sumber, agen yang bertanggung jawab,
transisi, dan penyebaran suatu penyakit.
Waktu kejadian penyakit dapat dinyatakan dalam jam, hari, bulan, atau
tahun. Informasi ini bisa dijadikan pedoman tentansung maupun kejadian
4
yang timbul dalam masyarakat.
5
Gambar Ketidakseimbangan Pejamu dan lingkungan
6
Gambar Ketidakseimbangan Agen, Pejamu dan Lingkungan
B. Penyakit Menular
Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain
ditentukan oleh tiga faktor tersebut diatas, yakni faktor Agen atau penyebab
penyakit Agen merupakan pemegang peranan penting didalam epidemiologi
yang merupakan penyebab penyakit. Agen dapat dikelompokkan menjadi
Golongan virus, misalnya influenza, trachoma, cacar dan sebagainya,
Golongan riketsia, misalnya typhus, Golongan bakteri, misalnya disentri,
Golongan protozoa, misalnya malaria, filaria, schistosoma dan sebagainya.
Faktor Host (Manusia) Sejauh mana kemampuan host didalam menghadapi
invasi mikroorganisme yang infektius itu, berbicara tentang daya tahan.
Misalnya Imunitas seseorang. Faktor Route of transmission (jalannya
penularan). Penularan penyakit dapat dilihat dari potensi infeksi yang
ditularkan. Infeksi yang ditularkan tersebut berpotensi wabah atau tidak.
7
dari :
4. Sumber Penularan
8
Suatu penyebab terjadinya penyakit sangat tergantug pada kondisi
tubuh / imunitas seseorang. Makin lemahnya seseorang maka sangat
mudah menderita penyakit. Kondisi ini terdiri dari keadaan umum,
kekebalan, status gizi, keturunan, cara Keluar dan cara masuk sumber.
Kuman penyebab penyakit dapat menyerang seseorang melalui beberapa
cara yaitu ; Mukosa / kulit, Saluran Pencernaan, Saluran Pernapasan,
Saluran Urogenitalia, Gigitan suntikan, luka, plasenta, interaksi penyakit
dengan penderita.
Kuman atau penyakit yang telah berhasil masuk ke dalam tubuh tidak
bisa langsung bereaksi akan tetapi didalam tubuh sendiri terjadi suatu reaksi
perlindungan yang terdiri dari Infektivitas Adalah kemampuan unsur
penyebab / agent untuk masuk dan berkembang biak serta menghasilkan
infeksi dalam tubuh pejamu dan Patogenesis Adalah kemampuan untuk
menghasilkan penyakit dengan segala klinis yang jelas serta Virulensi
Adalah nilai proporsi penderita dengan gejala klinis yang jelas terhadap
seluruh penderita dengan gejala klinis jelas, Imunogenisitas Adalah suatu
kemampuan menghasilkan kekabalan / imunitas.
9
Penyakit menular juga mempunyai beberapa sifat-sifat dalam penularannya
meliputi :
10
masyarakat serta hubungan individu dalam kehidupan sehari-hari pada
kelompok populasi tertentu merupakan unit Epidemiologi tempat
penularan penyakit berlangsung.
11
biak dalam tubuh penjamu, maka ia akan tetap tinggal di tempat yang
potensial tersebut. Namun di lain pihak, tiap individu penjamu memiliki
usaha perlawanan terhadap setiap unsur penyebab patogen yang
mengganggu dan mencoba merusak keadaan keseimbangan dalam
tubuh penjamu. Unsur penyebab yang akan meninggalkan penjamu di
mana ia berada dan berkembang biak, biasanya keluar dengan cara
tersendiri yang cukup beraneka ragam sesuai dengan jenis dan sifat
masing- masing. Secara garis besar, maka cara ke luar unsur penyebab
dari tubuh penjamu dapat dibagi dalam beberapa bentuk, walaupun ada
di antara unsur penyebab yang dapat menggunakan lebih satu cara.
12
melalui media tertentu seperti gmelalui udara (air borne) dalam bentuk droplet
dan dust, melalui benda tertentu (vechicle borne), dan melalui vector (vector
borne).
13
b. Penyakit yang ditularkan melalui media udara (Air borne disease)
Termasuk dalam hal ini adalah kelompok penyakit zoonosis seperti rabies.
f. Penularan dari orang ke orang melalui kontak benda lain; seperti kontak
dengan benda yang telah terkontaminasi melalui tanah: seperti penyakit
ancylostomiasis, trichuris.
g. Penularan melalui perantara makanan dan minuman (Food borne disease)
seperti salmonellosis, disentri, dan lain-lain. Penyakit yang ditularkan melalui
minuman (Milk borne disease) seperti penyakit TBC, enteric fever, infant diare.
h. Penularan melalui vektor (vektor borne disease). Vektor atau si
pembawa kuman dapat berasal dari golongan arthropoda (avertebrata) yang
dapat memindahkan penyakit dari reservoir ke pejamu yang potensial.
Berdasarkan jenis vektor sebagai media menularan terdiri atas :
Mosquito borne disease ; Malaria, DBD, yellow fever, virus encephalitis.
14
Oleh serangga lain ; Sunfly fever, lesmaniasis, barthonellosis(lalat
hlebotobus), trypanosomiasis (lalat tsetse di Afrika).
Penyakit menular
Berdasarkan Durasi :
• Virus
• Bacteria
• Protozoa
• Fungus
• Helminthes
• Others form of microorganism
• Physics
15
• Nutrition
• Chemical
• etc
a) Epidemik
b) Endemik
c) Sporadik
Jenis penyakit yang tidak tersebar merata pada tempat dan waktu yang
tidak sama, pada suatu saat dapat terjadi endemik, contoh penyakit Polio.
d) Pandemik
a) Lebih banyak tanpa gejala klinik yang jelas contohnya : tuberculosis dan
poliomyelitis
b) Lebih banyak dengan gejala klinik jelas contohnya: measles dan varicella
16
BAB III
Risk Factor atau Faktor Resiko adalah hal-hal atau variabel yang terkait
dengan peningkatan suatu resiko dalam hal ini penyakit tertentu. Faktor resiko di
sebut juga faktor penentu, yaitu menentukan berapa besar kemungkinan seorang
yang sehat menjadi sakit. Faktor penentu kadang- kadang juga terkait dengan
peningkatan dan penurunan resiko terserang sutu penyakit. Faktor resiko adalah
salah satu bagian dari ilmu Epidemiologi pada penyakit menular di sebut etiologi
sedangkan pada penyakit tidak menular di sebut faktor resiko.
Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan, tanda atau gejala yang
tampak pada seseorang atau populasi sebelum terserang suatu penyakit. Namun
secara keilmuan, faktor resiko memiliki definisi tersendiri, yaitu karakteristik,
tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita individu yang mana
secara statistic berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya
(beberapa individu lain pada suatu kelompok masyarakat). Setiap faktor resiko
memiliki korelasi tetapi korelasi tidak dapat membuktikan hukum sebab-akibat
yang mungkin muncul. Metode statistik seringkali digunakan untuk menilai
kekuatan sebuah asosiasi dan untuk memberikan bukti kausal.
• Faktor genetik
• Jenis kelamin
• Usia
17
2). Faktor risiko yang dapat di intervensi, antara lain:
• Kebiasaan buruk,
• gaya hidup,
• pola makan
• obesitas, dll
• Untuk memprediksi,
ada tiga faktor yang berpengaruh terhadapat terjadinya penyakit yaitu Host
(Penjamu), Agent (Penyebab), dan Environment (Lingkungan). Selengkapnya
dapat dijelaskan sebagai berikut ;
18
1. Faktor resiko Pejamu (Host)
Host adalah manusia atau mahluk hidup lainnya, faktor host yang berkaitan
dengan terjadinya penyakit menular berupa umur, jenis kelamin, ras, etnik,
anatomi tubuh,dan status gizi. Faktor manusia sangat kompleks dalam proses
terjadinya penyakit dan tergantung pada karakteristik yang dimiliki oleh masing-
masing individu. Karakteristik tersebut antara lain:
a) Umur
b) Jenis Kelamin
Frekuensi penyakit pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada wanita dan
penyakit tertentu seperti penyakit pada kehamilan serta persalinan hanya terjadi
pada wanita sebagaimana halnya penyakit hipertrofi prostat hanya dijumpai pada
laki-laki.
c) Ras
Hubungan antara ras dan penyakit tergantung pada tradisi, adat istiadat dan
perkembangan kebudayaan. Terdapat penyakit tertentu yang hanya dijumpai pada
ras tertentu seperti fickle cell anemia pada ras Negro.
d) Genetik
e) Pekerjaan
19
f) Status Nutrisi
g) Status Kekebalan
h) Adat-Istiadat
i) Gaya hidup
j) Psikis
Agent (Penyebab) adalah unsur organisme hidup, atau kuman infeksi, yang
menyebabkan terjadinya suatu penyakit. beberapa penyakit agen merupakan
penyebab tunggal (single) misalnya pada penyakit menular, sedangkan pada
penyakit tidak menular biasanya terdiri dari beberapa agen contohnya pada
20
penyakit kanker. Berikit ini yang termasuk kedalam faktor agen :
d) Penyebab Biologis
Bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan,
rumah, panas, sinar, radiasi dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berinteraksi secara
konstan dengan manusia sepanjang waktu dan masa, serta memegang peran
21
penting dalam proses terjadinya penyakit pada masyarakat, seperti kekurangan
persediaan air bersih terutama pada musim kemarau dapat menimbulkan penyakit
diare.
b}. Lingkungan biologis
a) Agent Fisik
Trauma
Radiasi
Kebisingan
Gangguan Suhu
22
b) Agen Kimia
Hidrokarbon (CH2O)
Cobalt (Co)
Arsen (As)
c) Agen Biologis
Parasit
Virus
Bakteri
jamur
23
BAB IV
24
SOSIAL
Ekonomi
Agen Penyakit
Perjalanan penyakit
Biologis
Lingkungan fisik
25
C. Model Kausalitas Segi Tiga Epidemiologi (Epidemilogi Triangle)
Model segi tiga epidemiologi menggambarkan relasi 3 omponen penyait
yaitu Pejamu (Host), penyebab (Agen) dan lingkungan (environment) perubahan
pada satu komponen akan mengakibatkan perubahan keseimbangan yang pada
gilirannya akan menpengaruhi kejadian penyakit. Selengkapnya dapat dijelaskan
pada gambar berikut ini ;
environment
26
Lingkungan (environment)
27
mengadakan pengobatan yang tepat dan segera. (Early diagnosis and treatment).
2. Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan
gangguan kemampuan bekerja yang diakibatkan sesuatu penyakit (Disability
limitation).
3. Rehabilitasi (Rehabilitation).
1. Pencegahan primordial
Usaha yang dilakukan pada saat sakit dengan diangosis dini serta
pengobatan yang cepat dan tepat.
4. Pencegahan tersier
28
psikologi.
a.Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi
kesehatan dan pencegahan khusus, sasaran pencegahan pertama dapat ditujukan
pada faktor penyebab, lingkungan penjamu. Pencegahan tahap ini dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut
• Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab atau menurunkan
pengaruh penyebab serendah mungkin dengan usaha antara lain: desinfeksi,
pasteurisasi, sterilisasi, yang
bertujuan untuk menghilangkan mikro-organisme penyebab penyakit,
penyemprotan inteksida dalam rangka menurunkan menghilangkan sumber
penularan maupun memutuskan rantai penularan, di samping karantina dan isolasi
yang juga dalam rangka memutuskan rantai penularannya.
29
tingkat kedua ini yang meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar
dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah,
serta untuk mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadi akibat
samping atau komplikasi. Pencegahan
30
manusia dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh dan memperbaiki
lingkungan. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat.
Contoh :
31
• Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-
bahan racun maupun alergi.
• Pengendalian sumber-sumber pencemaran, misalnya dengan kegiatan
jumsih “ jum’at bersih “ untuk mebersihkan sungai atau selokan bersama-sama.
• Penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS
Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat
(Early diagnosis and prompt treatment)
32
• Pencegahan terhadap komplikasi dan
kecacatan dengan cara tidak melakukan gerakan – gerakan yang berat atau
gerakan yang dipaksakan pada kaki yang cacat.
• Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan
pengobatan dan perawatan yang lebih intensif
33
pula dikelompokan pada tiga kelompok sesuai dengan sasaran langsung melawan
sumber penularan atau reservoir, sasran ditujukan pada cara penularan penyakit,
sasaran yang ditujukan terhadap penjamu dengan menurunkan kepekaan penjamu.
Konsep penanggulangan penyakit menular dapat dilakukan dengan cara:
34
c.Sasaran ditujukan pada penjamu potensial.
35
BAB V
i
B. RUANG LINGKUP PENYAKIT TIDAK MENULAR
i
6 Single kausa Multiple kausa
.
7 Masa inkubasi tidak lama Masa inkubasi (latent) lama
.
8 Diagnosa mudah dilakukan Diganosa sulit dilakukan
.
9 Perkembangan penyakit Perkembangan penyakit
. umumnya umumnya
1 Biaya relatif murah Biaya relatif mahal
0 untuk untuk
i
Bagan Riwayat Perjalanan Penyakit
<- Bagan 1
<- BAGIAN 2
<- Bagan 3
i
Berdasarkan bagan diatas, riwayat perjalan penyakit dapat dibagi menjadi
lima kategori / lima tahap, yakni :
Manusia (host) masih dalam keadaan sehat, namun pada tahap ini pula
manusia telah terpajan dan beresiko terhadap penyakit yang ada di sekelilingnya,
karena :
- Telah terjadi interaksi dengan bibit penyakit (agent)
2.Tahap inkubasi
Pada tahap ini bibit penyakit telah masuk ke manusia, namun gejala belum
tampak. Jika daya tahap pejamu tidak kuat akan terjadi gangguan pada bentuk dan
fungsi tubuh.
Tahap ini mulai timbul gejala penyakit, sifatnya masih ringan dan umumnya
masih dapat beraktivitas. Pada tahap pre- clinical penyakit lanjut ke tahap
clinical , atau kadang dapat sembuh sendiri tanpa adanya gejala yang timbul.
Contoh : Antibodi orang normal mendeteksi adanya HIV di dalam tubuh
i
4.Tahap penyakit lanjut (Stage of clinical disease )
Pada tahap ini penyakit makin bertambah hebat, penderita tidak dapat
beraktiviras sehingga memerlukan perawatan.
Contoh : Penyakit diabetes mellitus mempunyai tahapan clinical yang
panjang dan dapay menyebabkan kematian apabila tidak ditangani dengan tepat.
Pada tahap akhir perjalanan penyakit ini manusia berada dalam lima
keadaan yaitu sembuh semrpuna,sembuh dengan cacat, carrier, kronis atau
meninggal dunia.
Contoh : Penyakit trachoma dapat meyebabkan kebutaan
i
1. Pencegahan tingkat awal (Priemodial Prevention)
Diagnosis awal dan pengobatan tepat (early diagnosis and prompt treatment)
Pembatasan kecacatan (disability limitation)
i
2.Fase selama proses sakit
i
Selain itu pencegahan tingkat dasar ini dapat dilakukan dengan usaha
mencegah timbulnya kebiasaan baru dalam masyarakat atau mencegah generasi
yang sedang tumbuh untuk tidak melakukan kebiasaan hidup yang dapat
menimbulkan risiko terhadap berbagai penyakit seperti kebiasaan merokok,
minum alkhohol dan sebagainya. Sasaran pencegahan tingkat dasar ini terutama
kelompok masyarakat usia muda dan remaja dengan tidak mengabaikan orang
dewasa dan kelompok manula. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
pencegahan awal ini diarahkan kepada mempertahankan kondisi dasar atau status
kesehatan masyarakat yang bersifat positif yang dapat mengurangi kemungkinan
suatu penyakit atau factor risiko dapat berkembang atau memberikan efek
patologis. Factor-faktor itu tampaknya banyak bersifat social atau berhubungan
dengan gaya hidup atau pola makan. Upaya awal terhadap tingkat pencegahan
primordial ini merupakan upaya mempertahankan kondisi kesehatan yang positif
yang dapat melindungi masyarakat dari gangguan kondisi kesehatan yang sudah
baik. Dari uraian diatas dapat dimengerti bahwa usaha pencegahan primordial ini
sering kali disadari pentingnya apabila sudah terlambat. Oleh karena itu,
epidemiologi sangat penting dalam upaya pencegahan penyakit.
i
3. Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention)
Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam
akan menderita penyakit tertentu melalui diagnosis dini untuk menemukan status
patogeniknya serta pemberian pengobatan yang cepat dan tepat. Tujuan utama
pencegahan tingkat kedua ini, antara lain untuk mencegah meluasnya penyakit
menular dan untuk menghentikan proses penyakit lebih lanjut, mencegah
komplikasi hingga pembatasan cacat. Usaha pencegahan penyakit tingkat
kedua secara garis besarnya dapat dibagi dalam diagnosa dini dan pengobatan
segera (early diagnosis and promt treatment) serta pembatasan cacat.
Tujuan utama dari diagnosa dini ialah mencegah penyebaran penyakit bila
penyakit ini merupakan penyakit menular, dan tujuan utama dari pengobatan
segera adalah untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit,
menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat.
Cacat yang terjadi diatasi terutama untuk mencegah penyakit menjadi
berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya kecacatan yang lebih baik lagi.
Selain itu, pemberian pengobatan dini pada mereka yang dijumpai menderita
atau pemberian kemoprofilaksis bagi mereka yang sedang dalam proses
patogenesis termasuk mereka dari kelompok risiko tinggi penyakit menular
tertentu.
Penyakit tidak menular adalah jenis penyakit yang tidak menular seperti
cacat fisik, gangguan mental, kanker, penyakit degeneratif, penyakit gangguan
metabolisme, dan kelainan- kelainan organ tubuh lain penyakit jantung, pembuluh
darah, penyakit tekanan darah tinggi, penyakit kencing manis, berat badan lebih,
osteoporosis, kanker usus, depresi dan kecemasan. Penyakit Tidak Menular
(PTM) tidak dikarenakan adanya proses infeksi. Bahkan sebagian penelitian
menyebutkan bahwa orang yang mulai terkena Penyakit Tidak Menular ini tidak
merasakan adanya gejala. Sehingga banyak orang yang baru menyadarinya ketika
Penyakit Tidak Menular (PTM) tersebut sudah dalam keadaan parah.
Penyakit non infeksi dipakai karena penyebab PTM biasanya bukan oleh
mikroorganisme. Namun tidak berarti tidak ada peranan mikroorganisme dalam
terjadinya PTM. Penyakit degeneratif karena kejadiannya bersangkutan dengan
proses degenerasi atau ketuaan sehingga PTM banyak ditemukan pada usia lanjut.
New communicable disease karena penyakit ini dianggap dapat menular, yakni
melalui gaya hidup. Gaya hidup dalam dunia modern dapat menular dengan
caranya sendiri, tidak seperti penularan klasik penyakit menular yang lewat
suatu rantai penularan tertentu. Gaya hidup di dalamnya dapat menyangkut pola
makan, kehidupan seksual dan komunikasi global. (Bustan, 2007).
Menurut Maryani dan Rizki tahun 2010 dalam sebuah artikel menyebutkan
bahwa Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan
disebabkan oleh proses infeksi (tidak infeksius) dan tidak dapat berpindah dari
satu orang ke orang lain. Faktor risiko penyakit tidak menulae dipengaruhi oleh
i
kemajuan era globalisasi yang telah mengubah cara pandang penduduk dunia dan
melahirkan kebiasaan-kebiasaan baru yang tidak sesuai dengan gaya hidup sehat
(Nura Wijoreni, 2014) Faktor penyebab dalam PTM dipakai istilah Faktor Risiko
(risk factor) untuk membedakan dengan istilah etiologi pada penyakit menular
atau diagnosis klinis.
Macam-macam Faktor Risiko: (Dodit Aditya, 2008)
a. Unchangeable Risk Factors yaitu Faktor risiko yang tidak dapat diubah.
Faktor risiko yang dicurigai yaitu faktor risiko yang belum mendapat
dukungan ilmiah/ penelitian dalam peranannya sebagai faktor yang berperan
dalam kejadian suatu penyakit. Misalnya: merokok menyebabkan terjadinya
kanker leher Rahim.
b. Established Risk Factor
Faktor risiko yang ditegakkan yaitu faktor riusiko yang telah mendapat
dukungan ilmiah/ penelitian dalam peranannya sebagai faktor yang berperan
dalam kejadian suatu penyakit. Misalnya: Rokok sebagai faktor risiko terjadinya
kanker paru.Perlunya dikembangkan konsep Faktor Resiko ini dalam
Epidemiologi PTM berkaitan dengan beberapa alasan, antara lain :
1. Tidak Jelasnya Kausa PTM terutama dalam hal ada tidaknya mikro-
organisme dalam PTM.
i
4. Perkembangan Metodologik telah memberi kemampuan untuk mengukur
besarnya factor resiko.
Kegunaan Identifikasi Faktor Risiko: (Dodit Aditya, 2008)
1. Prediksi
2. Penyebab
3. Diagnosis
4. Prevensi
Jika suatu faktor risiko merupakan penyebab suatu penyakit tertentu, maka
dapat diambil tindakan untuk pencegahan terjadinya penyakit tersebut.\
i
terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Beberapa fakta penting
lain tentang PTM yaitu lebih dari 9 juta dari semua kematian dikaitkan dengan
PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, 90% dari kematian "prematur" terjadi di
negara berpenghasilan rendah dan menengah.Kematian akibat penyakit
kardiovaskular paling banyak disebabkan oleh PTM yaitu sebanyak 17,3 juta
orang per tahun, diikuti oleh kanker (7,6 juta), penyakit pernafasan (4,2 juta),
dan DM (1,3 juta). Keempat kelompok jenis penyakit ini menyebabkan sekitar
80% dari semua kematian PTM dan ada empat faktor risiko penting yaitu
penggunaan tembakau, aktivitas fisik, penggunaan alkohol berlebihan, dan diet
yang tidak sehat.
Di Indonesia transisi epidemiologi menyebabkan terjadinya pergeseran pola
penyakit, di mana penyakit kronis degeneratif sudah terjadi peningkatan. Dalam
kurun waktu 20 tahun (SKRT 1980– 2001), proporsi kematian penyakit infeksi
menurun secara signifikan, namun proporsi kematian karena penyakit degeneratif
(jantung dan pembuluh darah, neoplasma, endokrin) meningkat 2–3 kali lipat.
Penyakit stroke dan hipertensi di sebagian besar rumah sakit cenderung meningkat
dari tahun ke tahun dan selalu menempati urutan teratas. Dalam jangka
panjang, prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah diperkirakan akan
semakin bertambah.
1.Promosi
2.Perlindungan spesifik
i
- Vaksinasi Hepatitis B untuk mencegahan kanker hati (program)
- Posbindu PTM
- Pelayanan Terpadu PTM di Puskesmas dan RS
- Rujukan
4.Pengobatan
- Rehabilitasi Medik,
- Paliatif kanker
- Perawatan Kaki DM
1. Pencegahan primordial
i
dari kebiasaan, gaya hidup, dan faktor risiko lainnya. Pencegahan ini sangat
kompleks dan memerlukan prakondisi dengan multimitra. Contoh dari
pencegahan ini adalah menciptakan prakondisi dimana masyarakat merasa
bahwa rokok itu suatu kebiasaan yang tidak baik dan masyarakat mampu bersikap
positif untuk tidak merokok
i
DAFTAR PUSTAKA
4. Ciptahttp://biofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2014/Riskesdas2013%2
0-
%20Diseminasi%20%20Penyakit%20Tidak%20Menular.pdf
5. Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Cetakan
2. Jakarta : Rineka Cipta
6. CDC
http://www.cdc.gov/ophss/csels/dsepd/ss1978/lesson1/section9.html
Chandra, Budiman. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta
: EGC C.Timmreck, Thomas. 2005. Epidemiologi Suatu
Pengantar edisi 2. Jakarta : EGC.
7. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan. Diambil
dari http://pppl.depkes.go.id/berita?id=1197 pada hari
Selasa, 08 September 2015
8. HC, Kim dan Oh SM. 2013. “Noncommunicable diseases: current
status of major modifiable risk factors in Korea”. J Prev Med Public
Health, 2013
9.
Jul;46(4):165-72. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23946874.
Diakses pada 8 September 2015