Cengkeh
Cengkeh
PRATIKUM IV
PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DENGAN METODE DESTILASI
Oleh :
Ketut Putri Handayani
172200057
Kelas B2A
Hari, tanggal praktikum : Kamis, 14 November 2019
A. TUJUAN PRATIKUM
- Mahasiswa memahami teknik menyulingan minyak atsiri dengan metode destilasi.
B. DASAR TEORI
Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) umumnya didapatkan terutama di Indonesia,
Madagaskar dan Zanzibar, India, Pakistan dan Sri Lanka. Menurut FAO, Indonesia
memproduksi hampir 80% cengkeh yang dipasarkan di dunia pada tahun 2005. Cengkeh
mengandung eugenol (4-alel-2-methoxyphenol), yang merupakan konstituen utama dari
minyak esensial dan digunakan untuk antimikroba dan anestesi. Eugenol dianggap sebagai
senyawa fenolik yang mirip dengan benzena yang memiliki tiga substituen (hidroksi, metoksi
dan allyl) yang mengalami reaksi substitusi elektrofilik aromatik melalui nitrasi. Nitro-eugenol
merupakan senyawa penting dalam produksi senyawa kimia lainnya seperti aminoeugenol
untuk sintesis lebih lanjut. Amino eugenol memiliki gugus amino (-NH2) yang mudah bereaksi
dengan karbon disulfida (Sudarma, 2015).
Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dari famili Myrtaceae merupakan tanaman cemara
dengan tinggi mulai dari 8-12m, daun bentuk persegi besar dan bunga berada pada berbagai
terminal cluster. Kuncup bunga cengkeh kering dari S. aromaticum telah digunakan sebagai
rempah-rempah dalam masakan di seluruh dunia (Thomas, 2007).
Cengkeh termasuk jenis tumbuhan perdu yang memiliki batang pohon besar dan
berkayu keras. Cengkeh mampu bertahan hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun,
tingginya dapat mencapai 20-30 meter dan cabang-cabangnya cukup lebat. Tanaman cengkeh
memiliki daun tunggal, bertangkai, tebal, kaku, bentuk bulat telur sampai lanset memanjang,
ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, tulang daun menyirip, permukaan atas mengkilap,
panjang 6 - 13,5 cm, lebar 2,5 - 5 cm, warna hijau muda atau cokelat muda saat masih muda
dan hijau tua ketika tua (Kardinan, 2005).
Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan tangkai pendek
serta bertandan. Pada saat masih muda bunga cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian
berubah menjadi kuning kehijauan dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua.
Sedangkan bunga cengkeh kering akan berwarna cokelat kehitaman dan berasa pedas karena
mengandung minyak atsiri (Thomas, 2007).
Gambar 1. Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)
a. Sistematika Tumbuhan
Bahan yang digunakan dalam pratikum ini adalah simplisia cengkeh dengan klasifikasi
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub-Kelas : Choripetalae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium Aromaticum L.
b. Kandungan kimia
Daun cengkeh mengandung komponen fenolik yang tinggi yaitu senyawa eugenol 70-
80% senyawa ini bersifat antioksidan. Eugenol mempunyai sifat sebagai stimulan, anestetik
lokal, karminatif, antiseptik dan antispasmodik (Nurdjannah, 2004). Senyawa eugenol
merupakan komponen utama yang terkandung dalam minyak atsiri cengkeh. Eugenol
mengandung senyawa aktif seperti saponin, flavonoid, tannin, dan minyak atsiri (Rorong,
2008).
Tanaman cengkeh sejak lama digunakan dalam industri rokok kretek, makanan,
minuman dan obat-obatan. Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan diatas
adalah bunga, tangkai bunga dan daun cengkeh (Nurdjannah, 2004).
Orang India menggunakan cengkeh sebagai campuran bumbu khas India atau garam
masala. Bunga cengkeh yang sudah kering dapat digunakan sebagai obat kolera dan
menambah denyut jantung. Minyak cengkeh sering digunakan sebagai pengharum mulut,
mengobati bisul, sakit gigi, memperkuat lendir usus dan lambung serta menambah jumlah
sel darah putih (Waluyo, 2004). Tanaman cengkeh juga dapat dijadikan sebagai obat
tradisional karena memiliki khasiat mengatasi sakit gigi, sinusitis, mual dan muntah,
kembung, masuk angin, sakit kepala, radang lambung, batuk, terlambat haid, rematik,
campak, sebagai anti nyamuk, dan lain-lain.
Pada daun cengkeh terkandung suatu komponen minyak atsiri dan komponen fenolik
Komponen fenolik merupakan antioksidan alami yang bermanfaat bagi manusia,
antioksidan merupakan senyawa penting dalam menjaga kesehatan tubuh yang terbukti
sebagai pelindung melawan efek bahaya radikal bebas dan diketahui pula mampu
menurunkan resiko kanker, obat sakit gigi, penyakit jantung coroner, stroke,
artherosclerosis, ospteoporosis, inflamasi, penyakit neurodegeneratif, dan produk aroma
terapi (Lumingkewas dkk., 2014).
d. Penyulingan
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau padatan dari
2 macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya dan proses ini dilakukan
terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air. Prinsip destilasi ini adalah penguapan dan
pengembunan kembali uap tersebut pada suhu titik didih. Sebelum dilakukan penyulingan,
tanaman tersebut perlu dilakukan proses pelayuan dan pengeringan bertujuan untuk
menguapkan sebagian air dalam bahan sehingga penyulingan berlangsung lebih mudah dan
lebih singkat (Ketaren, 1985).
Penyulingan merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap tersebut
didinginkan kembali menjadi cairan. Unit operasi distilasi merupakan metode yang digunakan
untuk memisahkan komponenkomponen yang terdapat dalam suatu larutan atau campuran dan
tergantung pada distribusi komponen- komponen tersebut antara fasa uap dan fasa air. Semua
komponen tersebut terdapat dalam fasa cairan dan uap. Fasa uap terbentuk dari fasa cair melalui
penguapan (evaporasi) pada titik didihnya (Geankoplis, 1983).
Syarat utama dalam operasi pemisahan komponen-komponen dengan cara distilasi
adalah komposisi uap harus berbeda dari komposisi cairan dengan terjadi keseimbangan
larutan-larutan, dengan komponen komponennya cukup dapat menguap. Suhu cairan yang
mendidih merupakan titik didih cairan tersebut pada tekanan atmosfer yang digunakan
(Geankoplis, 1983).
e. Teori Dasar Distilasi
Perpindahan panas ke cairan yang sedang mendidih memegang peranan yang penting
pada proses evaporasi dan distilasi atau juga pada proses biologi dan proses kimia lain seperti
proses petroleum, pengendalian temperatur suatu reaksi kimia, evaporasi suatu bahan pangan
dan sebagainya. Cairan yang sedang dididihnya biasanya ditampung dalam bejana dengan
panas yang berasal dari pipa-pipa pemanas yang horizontal atau vertikal. Pipa dan plat-plat
tersebut dipanaskan dengan listrik, dengan cairan panas atau uap panas pada sisi yang lain
(Geankopolis, 1983). Zat cair yang mudah larut kepada suatu cairan dalam keadaan suhu
konstan, maka cairan tersebut akan larut sempurna pada larutan yang pertama. Kedua larutan
tersebut terbentuk fase tunggal dimana bagian permukaan dari campuran lauratn tersebut
terutama terdiri dari molekul-molekul cairan jenis pertama. Jumlah molekul cairan jenis
pertama yang lolos ke dalam ruang penguapan dalam waktu tertentu tergantung dari jumlah
molekul yang berada di lapisan permukaan cairan. Jumlah ini lebih sedikit dibanding dengan
larutan murni semula. Akan tetapi bagi molekul yang saling larut sempurna, molekul yang
berubah menjadi cairan (berkondensasi) tidak akan segera akan terjadi. Karena luas permukaan
tidak berubah, sedangkan molekul cairan jenis pertama lebih banyak berkondensasi daripada
menguap, maka untuk sementara waktu keadaan keseimbangan akan terganggu. Proses tersebut
akan berlangsung terus sampai tercapai suatu ketimbangan yang mantap, yaitu pada saat
kecepatan penguapan dan kondensasi sudah sama besarnya. (Geankopolis, 1983).
Ditimbang simplisia
↓
Ambil dandang dan isi air secukupnya
↓
Letakkan bahan di atas penyekat berpori (angsang) dalam dandang
↓
Hubungkan dandang dengan kondensor yang telah dilengkapi dengan alat
penampung minyak atsiri
↓
Dandang dipanaskan sehingga minyak akan terdestilir sampai tidak ada lagi
minyak yang menetes
↓
Minyak diambil, dimasukkan ke dalam corong pisah
↓
Pisahkan minyak dan air
↓
Lapisan minyak ditambah dengan Na2SO4 anhidrat secukupnya
↓
Saring
↓
Minyak dimasukkan ke dalam flakon dan tutup dengan Aluminium foil
↓
Simpan di tempat yang sejuk
E. Hasil Pratikum
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, C. J.1983. Transport Processes and Unit Operations, Ed. 2nd. Allyn and Bacon,
Inc : London.
Ketaren, S., 1985, Pengantar Teknologi Minyak Atsiri, Balai Pustaka, Jakarta.
Lumingkewas, M., Manarisi, J., Indriaty, F., Walangitan, A., Mandei, J & Suryanto, E. 2014.
Aktivitas Antifotooksidan dan komposisi fenolik dari daun cengkeh (Eugenia aromatic L.).
Chemistry Progress. 7(2), 96-105.
Nurdjannah, N., 2004, Diversifikasi Penggunaan Cengkeh, Persektif. Vol 3. No. 2, 61-70.
Rorong, Johnly Alfrets. 2008. Uji Aktivitas Antioksidan dari Daun Cengkeh (Eugenia
carryophyllus) dengan Metode DPPH. Chem. Prog. Vol. 1, No. 2.
Sudarma. 2015. Hubungan Sifat Fisika dan Kimia Tanah dengan Persentase Penyakit Layu
pada Tanaman Cengkeh (Syzygium aromaticum I.) yang Disebabkan oleh Jamur Akar
Putih (Rigidoporus sp.) di Desa Unggahan, Kabupaten Buleleng.Jur. Agroekoteknologi
Tropika 4 (1) : 25-32.
Talahatu, D.R., dan Papilaya, P.M., 2015. Pemanfaatan Ekstrak Daun Cengkeh (Syzygium
aromaticum) sebagai Herbisida Alami terhadap Pertumbuhan Gulma Rumput Teki
(Cyperus rotundus L.), Biopendix., 1(2): 149-159.