Anda di halaman 1dari 13

INDONESIA and CHINA EKONOMIC

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Ekonomi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Seiring perkembangan zaman ,tentu kebutuhan terhadap manusia bertambah oleh
karena itu ekonomi secara terus-menerus mengalami pertumbuhan dan perubahan.
Perubahan yang secara umum terjadi pada perekonomian yang dialami suatu
negara seperti inflasi ,pengangguran , kesempatan kerja, hasil produksi,dan
sebagainya. Jika hal ini ditangani dengan tepat maka suatu negara mengalami
keadaan ekonomi yang stabil, mempengaruhi kesejahteraan kehidupan penduduk
yang ada negara tersebut.
Lalu bagaimanakah dengan negara kita yaitu Indonesia ? Indonesia dari segi
ekonomi merupakan negara yang sedang dalam tahap pengembangan untuk
menjadi negara maju . Memiliki penduduk yang termasuk padat tidak mudah
memang menghadapi berbagai persoalan ekonomi yang terjadi, tentu pemerintah
terus berupaya mencari solusi untuk menstabilkan perekonomian di Indonesia .
Dalam kesempatan ini penulis akan menjelaskan tentang kondisi perokonomian
Indonesia serta peran dan posisi ekonomi Indonesia di Dunia.

2. Rumusan Masalah
Berdasaran uraian Latar Belakang di atas, maka timbul Perumusan Masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana defenisi ekonomi dan awal mulanya sejarahnya ekonomi indonesia?
2. Apa saja Politik, Etnis, Budaya dan Ekonomi di negara indonesia?
3. Bagaimana hubungan dagang di Negara China?
4. Apa tujuan dagang indonesia?

3. Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan Penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui Sejarah awal mula nagara indonesia terbentuk.
2. Untuk mengetahui Politik, Etnis, Budaya dan Ekonomi di negara indonesia.
3. Untuk mngetahui hubungan dagang di Negara China dan indonesia
4. Untuk mengetahui tujuan dagang Indonesia

5. Manfaat Penulisan Makalah


Manfaat dari penulisan Makalah ini antara lain :
1. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi tentang perdagangan China di Indonesia
2. Manfaat Praktis
a. memberikan pengetahuan tentang perkembangan ekonomi yang sedang berlangsung di Negara
China.
b. Memberikan wawasan tentang Negara China yang penjualannya sedang berkembang di Negara
ASEAN.

BAB II
Pengertian Ekonomi
Ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu oikos yang berarti rumah tangga atau keluarga,
sedangkan nomos berarti hukum, aturan, atau peraturan. Secara umum ekonomi diartikel sebagai
manajemen rumah tangga atau aturan rumah tangga. Ekonomi merupakan ilmu sosial yang
mempelajari kegiatan manusia yang berkaitan dengan konsumsi, distribusi, sampai produksi pada
barang dan jasa.
Perkembangan ilmu ekonomi dimulai pada abad 18 yang pemikirannya diawali oleh apa yang
disebut sebagai aliran klasik. Aliran ini dipelopori oleh John Adam Smith, seorang filsuf
berkebangsaan Skotlandia yang terkenal melalui bukunya yang berjudul On Inquiry into the Nature
and Causes of the Wealth of Nations . Dan hingga kini walaupun ekonomi sulit untuk disimpulkan,
ekonomi tetap digunakan untuk memahami, menganalisis dan memperkirakan fenomena di 租unia
nyataseperti inflasi, perdagangan. internasional dan nilai tukar.
2.4 Definisi ekonomi
Ekonomi adalah salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan
dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa. Ekonomi diartikan sebagai
“aturan rumah tangga” atau “manajemen rumah tangga.” Sementara yang dimaksud dengan ahli
ekonomi atau ekonom adalah orang menggunakan konsep ekonomi dan data dalam bekerja.
Ada beberapa definisi menurut para ahli :
1. Adam Smith
Ekonomi ialah penyelidikan tentang keadaan dan sebab adanya kekayaan Negara.
2. Abraham Maslow
Ekonomi adalah salah satu bidang pengkajian yang mencoba menyelesaikan masalah keperluan asas
kehidupan manusia melalui penggemblengan segala sumber ekonomi yang ada dengan berasaskan
prinsip serta teori tertentu dalam suatu sistem ekonomi yang dianggap efektif dan efisien.
3. Menurut saya sendiri
Ekonomi adalah satu ilmu yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena dalam kehidupan
sehari-hari ekonomi sangat kita perlukan contohnya saat kita melakukan transaksi jual-beli barang
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ekonomi adalah sebagai pengukur tingkat kemajuan suatu
Negara, apakah Negara tersebut ekonominya dapat berkembang dengan baik atau keadaan
ekonominya semakin memburuk.

Ekonomi Indonesia merupakan salah satu kekuatan ekonomi berkembang utama dunia yang terbesar
di Asia Tenggara dan terbesar di Asia ketiga setelah China dan India. Ekonomi negara ini
menempatkan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi terbesar ke-16 dunia yang artinya Indonesia juga
merupakan anggota G-20. Setelah mengalami gejolak politik dan sosial yang hebat pada pertengahan
1960an di bawah Presiden Soekarno, Indonesia yang dipimpin oleh Presiden Soeharto segera
melakukan restrukturisasi tata kelola fiskal yang tercerai berai akibat berbagai kebijakan ekonomi
yang memberatkan perimbangan neraca APBN yang ada dengan berbagai cara, dari mengadakan
renegosiasi terkait pembayaran utang jatuh tempo hingga meminta IMF untuk mengasistensi
pengelolaan fiskal Indonesia yang masih rapuh. Selama 2 dekade Indonesia membangkitan kembali
ekonomi, ekonomi Indonesia yang ditopang dari
kegiatan industri dan perdagangan berbasis ekspormenggerakkan ekonomi Indonesia masuk sebagai
salah satu The East Asia Miracle pada tahun 1990an, di mana Indonesia mampu menciptakan
stabilitas politik, sosial dan pertahanan-keamanan yang menjadi fondasi ekonomi yang kuat untuk
menghasilkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan ditopang dari sektor
industri manufaktur berbasis ekspor dan industri pengolahan sumber daya alam.
Alhasil, ekonomi Indonesia menjadi salah satu ekonomi yang terindustrialisasi seperti Jepang, Korea
Selatan dan Thailand. Meski Indonesia berhasil mencapai stabilitas polsoshankam dan
industri manufaktur dan pengolahan mampu menggerakkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, ternyata
keberadaan infrastruktur transportasi seperti jalan tol, pelabuhan, kereta api dan bandara yang ada di
Indonesia tidak mampu mengejar pertumbuhan kebutuhan pasar yang ada dan perlahan, hal ini
mengakibatkan munculnya kesenjangan ekonomi di antara Pulau Jawa dan Pulau di luar Jawa akibat
minimnya pembangunan infrastruktur transportasi di luar pulau Jawa, mengakibatkan terjadi
maraknya urbanisasi massal warga luar Pulau Jawa yang menuju Pulau Jawa memunculkan
kesimpulan bahwa pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya diperuntukkan untuk
Pulau Jawa sendiri. Tidak hanya itu saja, pengelolaan fiskal APBN yang mulai menunjukkan
perimbangan neraca yang tidak sehat dan penegakan regulasi dan pengawasan kegiatan sektor
finansial yang lemah karena minimnya kecakapan instansi untuk mengatur kegiatan sektor jasa
keuangan mengakibatkan terjadinya pertumbuhan pinjaman tidak bergerak (non-performing loan)
yang tidak terkendali, hal ini tidak lepas juga dari peran regulator finansial yang gagal untuk
menegakkan peraturan untuk memberikan pertanggungjawaban sosial perusahaan berupa edukasi
keuangan kepada rakyat.
Hal tersebut mencapai titik klimaksnya ketika Krisis moneter 1998 merebak keberbagai negara di
Asia, ketika jaring pengaman sistem keuangan gagal menahan epidemi krisis moneter tersebut masuk
ke Indonesia, maka merebaklah krisis tersebut kesemua sektor perekonomian dan menjangkiti industri
keuangan Indonesia yang akhirnya menjadi awal kejatuhan ekonomi dan segala pencapaian yang
Indonesia raih yang diawali dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja massal yang berakhir
dengan berbagai kerusuhan yang menuntut mundurnya Soeharto sebagai Presiden Indonesia,
membuat Indonesia mau tidak mau harus meminta IMF untuk mengajukan pinjaman untuk
melakukan normalisasi ekonomi Indonesia yang sudah sakit akibat harus menanggung biaya yang
sangat berat akibat kegagalan jaringan sistem pengamanan keuangan Indonesia saat itu untuk
mendeteksi adanya kejatuhan sistem keuangan secara sistemik dan mengantisipasi terjadinya
peningkatan beban yang luar biasa, hal ini tidak lepas dari ketidakmampuan rezim Soeharto yang
tidak mampu menciptakan ekonomi yang berpondasi kuat untuk mengantisipasi dan menghadapi
bahaya ekonomi, ditambah lagi dengan kurang cakapnya pejabat dan sistem yang terkait untuk
mengantisipasi adanya krisis moneter tersebut.

Sejarah Ekonomi Indonesia

Orde Baru (1966-1998


Seiring dengan munculnya berbagai demonstrasi di kalangan masyarakat untuk menuntut Presiden
Soekarno untuk mundur dari jabatan yang dipegangnya selama lebih dari 20 tahun akibat gejolak
politik dan ekonomi yang berujung pada kemiskinan masyarakat menjadi peringatan keras bagi
Soekarno untuk mundur dari tampuk kepemimpinan sebagai Presiden. Soekarno yang terdesak akibat
berbagai demonstrasi tersebut, memutuskan untuk memulai transisi kepemimpinan pemerintahan
dengan menunjuk Soeharto melalui Surat Perintah Sebelas Maret sebagai landasan hukum untuk
mengijinkan Soeharto sebagai penjabat Presiden untuk segera menyusun transisi ekonomi Indonesia
yang sudah terseok-seok akibat berbagi kebijakan politik yang hedonistik. Utang luar negeri
menggunung, defisit melebar tidak terkendali dan inflasi mencapai ratusan persen serta kemiskinan di
mana-mana hingga keamanan yang tidak kondusif menjadi permasalahan utama yang harus
diselesaikan oleh Soeharto yang baru saja menjabat sebagai Presiden. Dalam bidang ekonomi,
Presiden Soeharto mengajukan RUU penanaman modal yang kemudian disahkan oleh DPR RI
menjadi UU no 1 Tahun 1967 yang bertujuan untuk mempercepat pengentasan kemiskinan yang ada
di Indonesia berupa investasi di berbagai sektor usaha industri dan jasa, sekaligus sebagai upaya
mengembalikan kepercayaan internasional terhadap stabilitas dan kondusivitas ekonomi, politik dan
sosial serta keamanan Indonesia di mata dunia. Tercatat, sejak undang-undang ini disahkan, jumlah
modal yang telah ditanamkan di Indonesia telah mencapai lebih dari US$ 9 Miliar dari 30 negara.[21]
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dari 1987-1997, menutupi beberapa kelemahan struktural
dalam ekonomi Indonesia. Longgarnya kebijakan pemerintah dan institusi jasa keuangan saat itu dan
meningkatnya nilai ekspor barang non-migas, membuat banyak jasa keuangan berupa bank, asuransi
dan berbagai lembaga keuangan lainnya muncul dnegan tujuan mendapat keuntungan dari fasilitasi
ekspor, namun dengan modal inti yang sering kali kurang. Tanpa disadari oleh pemerintah dan
institusi keuangan sendiri, besarnya kesempatan untuk membiayai fasilitasi ekspor tersebut, perlahan-
lahan mulai menunjukkan bahwa pertumbuhan jasa keuangan tidak berkualitas, mulai memakan
korban berupa tutupnya beberapa bank secara berantai akibat gagal menarik kredit yang macet,
hingga modal inti yang kurang mulai menandai gelapnya perkembangan jasa keuangan yang saat itu
tengah tumbuh pesatHal ini mencapai puncaknya ketika Krisis finansial terjadi di Asia dan merembet
hingga ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia pada akhir 1997 dengan cepat berubah menjadi sebuah
krisis ekonomi dan politik. Dengan defisit anggaran yang sudah mencapai lebih dari 60% dari PDB
nasional, ditambah dengan rasio NPL (kredit macet) yang sudah mencapai 20% lebih membuat
pemerintah dan institusi pengawasan kegiatan keuangan hanya bisa memperlambat dan mengurangi
parahnya krisis tersebut dengan menaikkan tingkat suku bunga domestik untuk mengendalikan
naiknya inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah, dan memperketat kebijakan fiskalnya. Pada
Oktober 1997, Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) mencapai kesepakatan tentang
program reformasi ekonomi yang diarahkan pada penstabilan ekonomi makro dan penghapusan
beberapa kebijakan ekonomi yang dinilai membebani anggaran negara dan berpotensi melebarkan
defisit anggaran, berupa penutupan program pesawat nasional, permobilan nasional hingga subsidi
ekspor komoditas. Rupiah masih belum stabil dalam jangka waktu yang cukup lama, hingga pada
akhirnya Presiden Suharto terpaksa mengundurkan diri pada Mei 1998.
Di bulan Agustus 1998, Indonesia dan IMF menyetujui program pinjaman dana di bawah Presiden B.J
Habibie. Presiden Gus Dur yang terpilih sebagai presiden pada Oktober 1999 kemudian
memperpanjang program tersebut.
Ini adalah tabel PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia dari tahun ke tahun[23] oleh IMF dalam juta
rupiah.

% Pertumbuhan/tahun
Tahun PDB
(bunga majemuk)

1980 60,143.191

1985 112,969.792 13.5

1990 233,013.290 15.5


1995 502,249.558 16.6

2000 1,389,769.700 22.6

2005 2,678,664.096 14.0

2010 6,422,918.230 19.1

Kajian Pengeluaran Publik


Sejak krisis keuangan Asia pada akhir tahun 1990-an, yang memiliki andil atas jatuhnya rezim
Suharto pada bulan Mei 1998, keuangan publik Indonesia telah mengalami transformasi besar. Krisis
keuangan tersebut menyebabkan kontraksi ekonomi yang sangat besar dan penurunan yang sejalan
dalam pengeluaran publik. Tidak mengherankan utang dan subsidi meningkat secara drastis,
sementara belanja pembangunan dikurangi secara tajam.

POLITIK ETIS?

Pada awal abad ke-20 di Indonesia terjadi perubahan yang sangat besar, yakni munculnya Politik Etis.
Politik Etis juga tidak bisa dilepaskan dari adanya Tanam Paksa (Cultur Stelsel) yang diberlakukan
oleh Van Den Bosch dilanjutakan dengan adanya Politik Pintu Terbuka. Politik Etis juga muncul
akibat adanya kemenangan kaum liberal atas kaum konservatif di parlemen Belanda.Politik Etis
adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial memegang tanggung jawab
moral bagi kesejahteraan pribumi. Pemikiran ini merupakan kritik terhadap politik tanam paksa.
Munculnya kaum Etis yang dipelopori oleh Pieter Brooshooft (wartawan Koran De Locomotief)
dan C.Th 63. van Deventer (politikus) ternyata membuka mata pemerintah kolonial untuk lebih
memperhatikan nasib para pribumi yang terbelakang.

Pada 17 September 1901, Ratu Wilhelmina yang baru naik tahta menegaskan dalam pidato
pembukaan Parlemen Belanda, bahwa pemerintah Belanda mempunyai panggilan moral dan hutang
budi (een eerschuld) terhadap bangsa pribumi di Hindia Belanda. Ratu Wilhelmina menuangkan
panggilan moral tersebut ke dalam kebijakan politik etis yakni program Trias Van

Isi Politik Etis

Pencetus politik Etis adalah Van Deventer. Isi dari politik Etis terkenal dengan istilah Trilogi Van
deventer atau Trias Van deventer. Pada tahun 1889Van Deventer memperjuangkan nasib bangsa
Indonesia dengan menulis karangan dalam majalah De Gids yang berjudul Eeu Eereschuld (Hutang
Budi). Van Deventer menjelaskan bahwa Belanda telah berhutang budi kepada rakyat Indonesia.
Hutang budi itu harus dikembalikan dengan memperbaiki nasib rakyat, mencerdaskan dan
memakmurkan. Isi politik etis yaitu:

Irigasi (pengairan), membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan dan bendungan untuk


keperluan pertanian.Sarana vital bagi pertanian adalah pengairan dan oleh pihak pemerintah telah
dibangun sejak 1885. Bangunan-bangunan irigasi Berantas dan Demak seluas 96.000 bau, pada 1902
menjadi 173.000 bau. Dengan irigasi tanah pertanian akan menjadi subur dan produksinya bertambah.
Emigrasi yakni mengajak penduduk untuk bertransmigrasi.Dengan transmigrasi tanah-tanah di luar
Jawa yang belum diolah menjadi lahan perkebunan, akan dapat diolah untuk menambah penghasilan.
Selain itu juga untuk mengurangi kepadatan penduduk Jawa. Pada 1865 jumlah penduduk Jawa da

Pendukung Politik Etis

Pendukung Politik Etis usulan Van Deventer adalah sebagai berikut.

1. P. Brooshoof, redaktur surat kabar De Lokomotif, yang pada tahun 1901 menulis buku
berjudul De Ethische Koers In de Koloniale Politiek (Tujuan Ethis dalam Politik Kolonial).
2. F. Holle, banyak membantu kaum tani.
3. Van Vollen Hoven, banyak memperdalam hukum adat pada beberapa suku bangsa di
Indonesia.
4. Abendanon, banyak memikirkan soal pendidikan penduduk pribumi.
5. Leivegoed, seorang jurnalis yang banyak menulis tentang rakyat Indonesia.
6. Van Kol, banyak menulis tentang keadaan pemerintahan Hindia Belanda.
7. Douwes Dekker (Multatuli), dalam bukunya yang berjudul Max Havelaar berisi kritikan
terhadap pelaksanaan tanam paksa di Lebak, Banten.

Penyimpangan Politik Etis

Pada dasarnya kebijakan-kebijakan yang diajukan oleh van Deventer tersebut baik. Akan tetapi dalam
pelaksanaannya terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh para pegawai Belanda.
Berikut ini penyimpangan penyimpangan yang terjadi pada penerapan politik Etis yaitu

1. Irigasi
Irigasi atau pengairan hanya ditujukan kepada tanah-tanah yang subur untuk perkebunan
swasta Belanda. Sedangkan milik rakyat tidak dialiri air dari irigasi.
2. Edukasi
Pemerintah Belanda membangun sekolah-sekolah. Pendidikan ditujukan untuk mendapatkan
tenaga administrasi yang cakap dan murah. Pendidikan yang dibuka untuk seluruh rakyat,
hanya diperuntukkan kepada anak-anak pegawai negeri dan orang-orang yang mampu.
Terjadi diskriminasi pendidikan yaitu pengajaran di sekolah kelas I untuk anak-anak pegawai
negeri dan orang-orang yang berharta, dan di sekolah kelas II kepada anak-anak pribumi dan
pada umumnya.
3. Migrasi
Migrasi ke daerah luar Jawa hanya ditujukan ke daerah-daerah yang dikembangkan
perkebunan-perkebunan milik Belanda. Hal ini karena adanya permintaan yang besar akan
tenaga kerja di daerah-daerah perkebunan seperti perkebunan di Sumatera Utara, khususnya
di Deli, Suriname, dan lain-lain. Mereka dijadikan kuli kontrak. Migrasi ke Lampung
mempunyai tujuan menetap. Karena migrasi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan
tenaga kerja, maka tidak jarang banyak yang melarikan diri. Untuk mencegah agar pekerja
tidak melarikan diri, pemerintah Belanda mengeluarkan Poenale Sanctie, yaitu peraturan yang
menetapkan bahwa pekerja yang melarikan diri akan dicari dan ditangkap polisi, kemudian
dikembalikan kepada mandor/pengawasnya.
Dari ketiga penyimpangan ini, terjadi karena lebih banyak untuk kepentingan pemerintahan Belanda.

Dampak pelaksanaan Politik Etis bagi bangsa Indonesia:

a. Pembangunan infrastruktur seperti pembangunan rel kereta api yang memperlancar


perpindahan barang dan manusia
b. Pembangunan infratruktur pertanian dalam hal ini bendungan yang nantinya bermanfaat
bagi pengairan.
c. Berdirinya sekolah-sekolah antara lain, Hollandsch Indlandsche School(HIS) setingkat SD
untuk kelas atas dan yang untuk kelas bawah dibentuk sekolah kelas dua, Meer Uitgebreid
Lagare Onderwijs (MULO) setingkat SMP, Algemeene Middlebare School (AMS) setingkat
SMU, Kweek School (Sekolah Guru) untuk kaum bumi putra dan Technical Hoges School
(Sekolah Tinggi Teknik), School Tot Opleiding Van Indische Artsen (STOVIA) sekolah
kedokteran.
d. Adanya berbagai sekolah mengakibatkan munculnya kaum terpelajar atau cendikiawan
yang nantinya menjadi pelopor Pergerakan Nasional seperti contoh Soetomo mahasiswa
STOVIA mendirikan organisasi Budi Utomo.

Hubungan Bilateral dan Perdagangan Indonesia Dan China


Indonesia merupakan bagian dari jalur maritim dari Jalur Sutra yang menghubungkan China dengan
India dan dunia Arab. Secara tradisional, kepulauan Indonesia, diidentifikasi oleh geografer Tiongkok
kuno sebagai Nanyang. Nanyang adalah sumber dari rempah-rempah seperti cengkeh, kemukus,
dan pala, bahan baku seperti sebagai cendana, emas dan timah, juga barang-barang langka eksotis
seperti gading, cula badak, kulit harimau, dan tulang, burung-burung eksotis dan bulu warna-warni.
Sementara sutra yang halus dan keramik dari Tiongkok dicari oleh kerajaan kuno Indonesia.
Indonesia dan China merupakan beberapa diantara negara besar di antara negara-negara di Asia dari
segi wilayah dan penduduk. China adalah negara yang paling padat penduduknya di dunia, sedangkan
Indonesia memiliki populasi terbesar ke-4 di dunia. Indonesia dan China adalah anggota APEC dan
ekonomi utama dari G-20. Menurut BBC World Service Poll 2013, pendapat tentang China di antara
orang Indonesia masih sangat positif dan stabil, dengan 55% dari pandangan positif dibandingkan
dengan 27% menyatakan pandangan negatif.

Hubungan Indonesia dan China | Bidang Ekonomi

Secara geografis, posisi Indonesia sangat strategis di kawasan Asia Pasifik dan Selat Malaka.
Sedangkan secara ekonomi, Indonesia adalah negara yang sangat kaya dengan sumber daya alam dan
mineral, baik di darat maupun di laut. Kekayaan alam Indonesia yang sangat luar biasa ini jelas sangat
menggoda negara-negara industri yang sedang maju saat ini seperti China untuk menguasainya, baik
itu secara langsung ataupun tidak langsung. Selain itu, dengan jumlah penduduk lebih dari 243 juta
jiwa, Indonesia adalah pasar potensial bagi produk-produk negara-negara industri.

Kerja sama bilateral Indonesia dan China merupakan suatu hubungan diplomatik yang bersifat idealis
dan kompetitif. Banyak hal yang menguntungkan dari kerjasama ini, sehingga menciptakan
suatu hubungan bilateral yang dinamis. Persaingan produk Cina yang menjamur di pasaran Indonesia,
membuat komoditi pasar Indonesia harus segera menyeimbangkan distribusi penyebaran produk
China. Produk China telah menduduki pasaran tingkat atas pada sistem distribusi lokal.

Hubungan bilateral antara Indonesia dan China

Hubungan bilateral antara Indonesia dan China terutama dalam bidang ekonomi saat ini terus
meningkat. Hal ini terlihat dari meningkatnya nilai perdagangan antara Indonesia dan China pada
tahun 2008 yang mencapai US$ 31 miliar. Dalam lima tahun ke depan, Presiden Republik Indonesia
(RI) memperkirakan nilai perdagangan Indonesia-China akan mencapai US$ 50 miliar. Peningkatan
hubungan bilateral tersebut, diungkapkan oleh Dubes China, tidak terlepas dari terjalinnya Free Trade
Asean-China. Selain itu, China menganggap Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi sangat
besar. Namun untuk merealisasikan potensi itu diperlukan penghapusan beberapa hambatan, baik dari
pihak China maupun dari pihak Indonesia. Indonesia berharap lambannya realisasi dana pinjaman
China agar bisa cepat terealisasikan sehingga bisa dioptimalkan dengan baik oleh pemerintah
Indonesia. Sebaliknya, dunia usaha China yang ingin berinvestasi di Indonesia juga memerlukan
jaminan dari pemerintah RI untuk menghadapi risiko perubahan kebijakan pemerintah daerah.

Ini membuktikan bahwa Indonesia dan China memiliki hubungan yang berkelanjutan dalam hal
kerjasama ekonomi, yang dimana hubungan ini masih sangat diperlukan untuk saling mendukung
dalam upaya meningkatkan dukungan intensitas kepercayaan internasional.

Hubungan Indonesia dan China | Bidang Perdagangan

Salah satu cara untuk mempererat hubungan kedua negara ini adalah dengan adanya perdagangan
internasional. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian
setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin dan
tercipta suatu hubungan ekonomi yang saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain.

Perdagangan barang dan jasa akan mempererat hubungan perdagangan antar bangsa. Perdagangan
internasional pada saat ini secara tidak langsung mendorong terjadinya globalisasi. Hal ini ditandai
dengan berkembangnya sistem inovasi teknologi informasi, perdagangan, reformasi politik,
transnasionalisasi sistem keuangan, dan investasi. Ini merupakan modal yang penting bagi suatu
negara untuk menarik investor masuk ke dalam untuk investasi di negaranya. Hubungan ini perlu
didukung dengan situasi politik yang kondusif dan lingkungan bisnis yang kompetitif di dalam sebuah
negara, maka bukan tidak mungkin perkembangan ekonomi negara tersebut akan tumbuh semakin
cepat.

Sejak CAFTA diterapkan, jumlah perusahaan China yang menanamkan investasi di Indonesia juga
bertambah. Hingga akhir 2010 terdapat lebih dari seribu perusahaan China yang tercatat di Indonesia,
dengan investasi langsung mencapai 2,9 miliar dollar AS atau naik 31,7 persen dari tahun
sebelumnya. Produk-produk China yang masuk menjadi sangat banyak dan bahkan membanjiri pasar
lokal Indonesia. Dengan harganya yang relatif murah dan juga dari segi kualitas juga tidak kalah
berbeda dengan barang-barang bermerek lainnya, membuat produk China diserbu oleh konsumen
Indonesia yang rata-rata dalam memilih suatu produk dilihat dari harganya yang terjangkau terlebih
dahulu.

Berbagai produk nasional terancam akan banyaknya produk China yang masuk, antara lain :

1. Elektronik
2. Peralatan rumah tangga
3. Tekstil
4. Suku cadang otomotif
5. Furniture
6. Mainan anak
7. Dan juga pakaian
Ini perlu dijadikan perhatian yang serius bagi pemerintah Indonesia, dimana Indonesia sebagai negara
berkembang harus bisa mengolah atau memilih ekspor dengan pendapatan yang cukup besar. Saat ini
Indonesia hanya bisa mengekspor barang mentah atau hasil bumi saja. Setidaknya Indonesia harus
sudah bisa mengekspor barang setengah jadi bahkan barang yang sudah jadi, sehingga pendapatan
untuk negara juga semakin bertambah besar. Selama ini ekspor Indonesia didominasi produk mentah
dan bahan baku seperti biji kakao, kemudian minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan minyak
mentah.
Sementara itu, impor dari China sudah berbentuk barang setengah jadi dan barang yang sudah jadi
terutama dalam bidang tekhnologi. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)
Unika Atma Jaya, A Prasetyantoko menambahkan, ada beberapa penyelamatan jangka pendek terkait
pemberlakuan CAFTA itu, yaitu perlindungan produk dalam negeri (safeguard),
program antidumping maupun kewajiban mencantumkan produk sesuai Standar Nasional Indonesia
(SNI). Menurut dia, CAFTA dalam jangka menengah memberi kesempatan untuk memacu daya saing
perekonomian domestik. Dalam jangka menengah, Indonesia perlu memanfaatkan peluang dengan
mengidentifikasi sektor yang komplemen terhadap produk China, mendorong peluang non
perdagangan seperti investasi langsung untuk kapasitas produksi dan memperbaiki logistik.
Pemerintah tampaknya tidak perlu re-negosiasi perjanjian perdagangan ASEAN-China, karena lebih
menyulitkan dan membutuhkan proses lama. Karena proses negosisasi ini sendiri bukan hanya
Indonesia yang terlibat, akan tetapi Negara-negara ASEAN juga harus ikut terlibat, karena perdagan
bebas ini melingkupi keseluruhan negara-negara Asia Tenggara. Menurut Anggito Abimanyu seorang
pengamat ekonomi Perjanjian CAFTA ada tiga hal yang disepakati menteri perdagangan ASEAN-
China.

Tiga hal yang disepakati itu antara lain :

1. Pertama, CAFTA tetap dilanjutkan dan tidak ada rencana notifikasi karena kerugian akibat
kecurangan perdagangan (unfair trade)
2. Kedua, bila suatu negara mengalami defisit, negara surplus harus mendorong impor
3. Ketiga, pembentukan tim pengkajian terhadap perdagangan bilateral. Bila memang ada kerugian
akibat perdagangan bebas, maka membutuhkan biaya mahal dan proses panjang untuk
membuktikan hal tersebut. Selain itu, kesepakatan bukan hanya dengan China tapi juga dengan
negara ASEAN.

Hubungan Indonesia dan China dalam bidang perdagangan dilihat dari data ekspor non-migas tidak
terlalu signifikan dibanding dengan ekspor Indonesia ke Amerika Serikat, Jepang atau Singapore.
Pasar ketiga negara tersebut mampu menyerap hampir mencapai 50% dari total ekspor non-migas
Indonesia. Sedangkan pasar China hanya mampu menyerap tidak lebih dari 3,7% dari total ekspor
non-migas Indonesia, hampir sama dengan rata-rata negara lain di luar Amerika Serikat, Jepang dan
Singapore. Angka ekspor Indonesia ke China relatif stabil sejak tahun 1998. Bagi Indonesia tahun
1998 merupakan tahun dampak terbesar bagi perekonomian, tetapi setelah tahun tersebut sampai
2001, ekspor Indonesia ke negeri China tidak berubah banyak. Malah tahun 2001 cenderung
menunjukkan penurunan dibanding tahun 2000, yaitu dari USD 1,8 juta menjadi hanya USD 1,6
juta. Kondisi hubungan Indonesia dan China dalam perdagangan yang relatif tidak berubah ini dapat
disebabkan oleh beberapa pertimbangan.

Beberapa pertimbangan ini, yaitu :

1. Pengusaha ekspor Indonesia tampaknya masih memandang bahwa pasar utama yang menggiurkan
tetap ketiga negara tersebut. Sebenarnya kalau diteliti lebih jauh, pasar utama Indonesia adalah
Amerika dan Jepang. Singapore lebih merupakan pasar antara (intermediate export market), sebab
umumnya produk Indonesia yang menuju Singapore umumnya di re-ekspor oleh Singapore ke
negara lain sebagai final destination
2. Indonesia belum menganggap China sebagai pasar yang prospektif, terutama karena umumnya
produk-produk Indonesia masih berorientasi primary sector
3. Pasar China relatif baru bagi Indonesia karena itu memerlukan upaya dan biaya yang lebih besar
dibanding dengan pasar ekspor utama yang telah terbangun selama ini.
Tujuan Kerja Sama Ekonomi China-Indonesia
China merupakan salah satu negara di kawasan Asia yang memiliki kondisi ekonomi yang baik.
Kondisi ekonomi China menguat diiringi pembangunan China yang dinamis, seperti adanya kereta
cepat dan meningkatnya industri di China yang mulai dapat bersaing dengan pasar global dengan
menghadirkan beberapa produk yang memiliki spesifikasi tinggi, tetapi dengan harga rendah yang
menjadi strategi China untuk menguasai pasar global, hal tersebut dapat dilihat sebagai bukti
kemajuan perekonomian China. Oleh sebab itu, China salah satu negara yang memberikan dampak
besar dalam kerja samanya dengan Indonesia terutama di bidang ekonomi. Berdasarkan Diplomasi
Ekonomi Kementrian Luar Negeri, kerjasama bilateral di bidang ekonomi dapat dibagi dalam
beberapa sektor, yaitu perdagangan, investasi, pariwisata, dan pembangunan.

Negara maju maupun negara berkembang membutuhkan kerja sama dengan negara lain terutama
dalam bidang perdagangan untuk mendukung atau memperkuat perekonomian mereka. Perdagangan
sebagai salah satu hubungan yang sangat penting antar negara karena adanya kebutuhan untuk
memenuhi kepentingan satu sama lain. Pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2017 menempati
posisi kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Dalam sektor perdagangan dapat berupa barang
maupun jasa. China menjadi negara tujuan ekspor terbesar Indonesia, menurut data dari Diplomasi
Ekonomi Kemenlu pada tahun 2013 total ekspor ke China mencapai 21.281,6 juta USD. Pada tahun
2019 Indonesia menargetkan untuk meningkatkan pasar ekspor ke China hingga 55.156,6 juta USD.

Sedangkan, impor barang-barang dari China dapat terlihat dari banyaknya barang di sekitar kita yang
dibuat oleh China. Indonesia sebagai negara berkembang yang masih banyak warganya dalam
kalangan menengah ke bawah tentu saja bergantung dengan produk-produk dari China yang
menyediakan barang dengan harga rendah dan dinilai memiliki kualitas yang cukup baik. Keduanya
memiliki hubungan saling membutuhkan, Indonesia sebagai target pasar yang baik untuk China dan
juga sebagai sasaran ekspor Indonesia, sedangkan China dapat memperluas perdagangan mereka
sebagai penyedia barang-barang murah untuk Indonesia.

Sektor pariwisata merupakan sektor penting terbuki dari 9,5% GDP Indonesia berasal dari sektor
pariwisata. Dibandingkan negara lain, Indonesia masih belum bisa memaksimalkan potensi pariwisata
karena belum begitu banyak menarik minat wisatawan mancanegara terlihat pada tahun 2014 dari
total 1,138 miliar wisatawan global Indonesia hanya mampu menarik 25 juta orang wisatawan dan
mendapatkan keuntungan 250 juta USD dari total seluruh keuntungan wisatawan global sebesar 1,4
triliun USD.

Berdasarkan laporan United Nation World Tourism Organizations(UNWTO, 2013), China menempati
posisi pertama dalam menyumbang pengeluaran pariwisata global mencapai 102 juta USD, meningkat
40% dari tahun sebelumnya. Indonesia berusaha meningkatan sektor pariwasata melalui kerja sama
dengan China pada 16-17 September 2013 Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka
Pangestu didampingi pejabat KBRI Beijing mengadakan pertemuan dengan Ketua China National
Tourism Administration(CNTA) Shao Qiwei dan wakilnya Du Jiang. Pertemuan tersebut membahas
pembaruan Memorandum of Understanding (MoU) bidang pariwisata. Diharapkan dari kerja sama
tersebut akan dapat meningkatkan sektor pariwisata kedua negara.

Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,7% yang membuatnya menjadi negara
dengan ekonomi paling stabil selama lima tahun terakhir oleh The Economist. Hal tersebut
berdampak pada investasi di Indonesia yang mendapatkan pandangan positif, terlebih lagi didukung
dengan penyerderhanaan proses perizinan investasi pada tahun 2015.

China sebagai salah satu negara maju di kawasan Asia juga turut berinvestasi di Indonesia dan
menjadi negara ketiga dengan investasi terbesar di Indonesia setelah Singapura dan Jepang. Bahkan
pada Koferensi Tingkat Tinggi (KTT) Belt and Road Forum di Beijing pada Mei 2017 karena
Pemerintah Indonesia dinilai sangat aktif dalam forum tersebut dari persepsi China menilai
Pemerintah Indonesia akan sangat membantu untuk mendorong investasi China di Indonesia. Hal
tersebut menjadi kesempatan yang sangat bagus untuk Indonesia mendapatkan investasi yang lebih
besar dari China.

Indonesia sebagai negara berkembang yang dirasa masih belum memiliki kemampuan yang cukup
dan teknologi yang memadai untuk dapat membangun infrastruktur sendiri, membuatnya pasti
membutuhkan bantuan dari negara lain terutama negara yang sudah maju. China dengan
perkembangan industri mereka yang juga diiringi perkembangan teknologi membuat mereka dapat
bersaing dengan negara maju lainnya dalam hal pembangunan. Untuk itu, Indonesia bekerja sama
dengan China dalam pembangunan infrastruktur, salah satunya adalah China terpilih menjadi vendor
untuk menangani proyek kereta cepat Jakarta-Bandung setelah bersaing dengan Jepang untuk
memenangkan proyek tersebut. Proyek tersebut hingga menjadi kontroversi tersendiri setelah China
yang terpilih untuk menanganinya.

Tak hanya negara berkembang, tetapi negara maju pun membutuhkan kerja sama satu sama lain
terutama di bidang perekonomian mereka. Ekonomi sebagai salah satu tonggak suatu negara dalam
memajukan negara tersebut untuk mendukung majunya bidang yang lain. Kerja sama China dan
Indonesia dalam bidang ekonomi terbilang cukup baik dan stabil, sebagai salah satu buktinya ketika
terjadi konflik laut Natuna tidak mempengaruhi hubungan ekonomi keduanya. Terlebih lagi, China
masih sangat dibutuhkan masyarakat Indonesia untuk menyediakan barang-barang dengan harga
terjangkau dan memiliki kualitas yang cukup baik. Akan tetapi, akan lebih baik jika China
meningkatkan kualitas produk mereka.

BAB III
KESIMPULAN

Hubungan antara Indonesia dan China yang sebelumnya sempat kurang baik dan tidak terlaru
dekat pada era rezim orde lama kini berangsur membaik dan bahkan sekarang menjadi mitra dagang
yang cukup strategis, salah satu perwujudan dari hubungan mitra dagang yang baik antara China dan
juga Indonesia adalah dengan adanya CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) yang dimana
CAFTA ini sebenarnya dimulai ketika era Megawati namun itu hanya pondasi awal, dan
implementasi yang nyata dari perjanjian CAFTA itu dimulai pada 1 januari 2010. Pada awal
dimulainya CAFTA ini, Indonesia sudah diresahkan dengan membanjirnya produk-produk China di
pasaran lokal, yang membuat pengusaha dalam negeri kita kewalahan dan bahkan ada yang gulung
tikar, dan ini merupakan hal yang sangat harus diperhatikan oleh pemerintah, yang dimana pemerintah
harus bisa melindungi masyarakatnya dari serbuah produk-produk asing. Oleh karena itu perlu
pemerintah harus mengkaji benar manfaat dan juga kerugian yang di dapat dari CAFTA ini, karena
kalau tidak secepatnya diantisipasi bukan tidak mungkin pasar lokal akan diisi penuh oleh produk
China dan pengusaha lokal hanya bisa tertunduk lesu dan melihat toko-tokonya tutup gulung tikar.
SARAN

Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang
lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.

Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi
terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir dari
makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya jelaskan tentang daftar
pustaka makalah.

DAFTAR PUSTAKA
http://siverawati.blogspot.com/2013/09/contoh-makalah-bisnis-dan-ekonomi.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_Indonesia

https://www.dictio.id/t/jelaskan-isi-tujuan-dan-dampak-dari-politik-etis-bagi-bangsa-
indonesia/11147/2

https://indoforwarding.com/hubungan-indonesia-dan-china/

https://www.kompasiana.com/apriliadevianitaputrisyahara/5a97e2e65e1373606f09bd73/kerja-
sama-ekonomi-china-indonesia

Anda mungkin juga menyukai