Anda di halaman 1dari 23

i

USULAN PRAKTEK MAGANG

TEKNIK PENGGUNAAN METODE HEMISPHERICAL


PHOTOGRAPHY UNTUK ANALISA TUTUPAN MANGROVE DI LOKA
KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NASIONAL (LKKPN)
PEKANBARU

OLEH

ANDREAN NGGARA IMANUEL

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
ii

USULAN PRAKTEK MAGANG

TEKNIK PENGGUNAAN METODE HEMISPHERICAL


PHOTOGRAPHY UNTUK ANALISA TUTUPAN MANGROVE DI LOKA
KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NASIONAL (LKKPN)
PEKANBARU

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Riau

OLEH

ANDREAN NGGARA IMANUEL


1604123794

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
iii

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan usulan

praktek magang dengan judul “Teknik Penggunaan Metode Hemishperical

Photography Untuk Analisa Tutupan Mangrove di Loka Kawasan Konservasi

Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru” tepat pada waktunya. Usulan praktek

magang ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian praktek

magang pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua

orang tua penulis, Bapak Dr. Ir Efriyeldi M.Si selaku dosen pembimbing yang

telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis,

penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan usulan praktek magang.

Penulis menyadari masih terdapat beberapa kesalahan dalam segi

penulisan maupun pemilihan kata. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan

penulisan proposal usulan praktek magang di masa yang akan datang.

Pekanbaru, 30 November 2018

ANDREAN NGGARA IMANUEL


iv

DAFTAR ISI

Isi Halaman

LEMBARAN PENGESAHAN............................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... vi

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Tujuan Praktek ................................................................................. 3
1.3. Manfaat Praktek ............................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Mangrove ......................................................................................... 4
2.1.1. Pengertian Mangrove ................................................................ 4
2.1.2. Vegetasi Hutan Mangrove......................................................... 5
2.1.3. Daya Adaptasi Hutan Mangrove ............................................... 6
2.1.4. Manfaat dan Fungsi Hutan Mangrove....................................... 7
2.2. Metode Hemispherical Photography ............................................... 8

III. METODE PRAKTEK


3.1. Waktu dan Tempat ........................................................................... 9
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................ 9
3.3. Metode Praktek ................................................................................ 9
3.4. Prosedur Praktek .............................................................................. 9
3.5. Analisa Data..................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Organisasi Praktek Magang ............................................................. 14

2. Jadwal Praktek Magang .................................................................. 15

3. Outline Sementara ........................................................................... 16

4. Anggaran Biaya ............................................................................... 17


1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wilayah kepulauan Indonesia, sebagai salah satu negara dengan garis

pantai terpanjang di dunia, merupakan kawasan yang sangat baik bagi

perkembangan komunitas mangrove. Indonesia memiliki luasan ekosistem

mangrove yang paling tinggi di dunia, sekitar 3,2 juta hektar atau mencapai 22,6%

dari luas mangrove dunia (Giri et al., 2011). Hal ini menunjukkan potensi

komunitas ekosistem mangrove di Indonesia yang sangat tinggi secara ekologi

serta dalam pemanfaatan secara langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat

pesisir.

Ekosistem mangrove adalah suatu lingkungan yang mempunyai ciri

khusus karena lantai hutannya secara teratur digenangi oleh air yang dipengaruhi

oleh salinitas serta fluktuasi ketinggian permukaan air karena adanya pasang surut

air laut. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest coastal

woodland, vloedbos dan hutan payau (Kusmana et al., 2005).

Secara fisik, mangrove memberikan perlindungan bagi masyarakat pesisir

dari badai dan tsunami. Mangrove juga berperan sebagai habitat yang baik bagi

fauna darat dan biota laut sebagai sumber keanekaragaman spesies kawasan serta

sumber pangan bagi masyarakat. Kayu mangrove bisa dimanfaatkan sebagai

bahan konstruksi, perahu dan kayu bakar (FAO, 2007). Ekosistem mangrove juga

merupakan sumber nutrisi maupun energi bagi ekosistem yang berdekatan

termasuk ekosistem lamun dan terumbu karang. Saat ini, berbagai penelitian
2

menunjukkan mangrove sebagai salah satu penyerap karbon terbesar di daerah

tropis (Nellemann et al., 2009).

Ekosistem mangrove di Desa Mengkapan, Kecamatan Sungai Apit

memiliki luas 1.346,32 km2 merupakan salah satu lokasi hutan mangrove di

kabupaten Siak. Sejak Agustus 2015, ekosistem mangrove desa Mengkapan ini

diresmikan menjadi destinasi ekowisata hutan mangrove. Penelitian mahasiswa

Universitas Riau, 2017 melaporkan terdapat 10 spesies struktur komunitas

mangrove di pesisir Mengkapan ini yang didominasi oleh spesies Rhizophora

apiculata, Xylocarpus granatum, R. mucronata, Bruguiera gymnorrhiza,

Avicennia rumphiana, A. marina, Nypa fructicans, Pandanus tectorius.

Untuk mengetahui kondisi baik atau buruknya suatu ekosistem mangrove

dapat dinilai berdasarkan kerapatan tutupan kanopi mangrove, salah satu teknik

atau metode untuk menganalisa tutupan mangrove adalah dengan metode

hemispherical photography. Dikarenakan teknik ini masih cukup baru digunakan

di Indonesia, maka dari itu perlunya mempelajari teknik metode hemispherical

photography untuk analisa tutupan mangrove. Keuntungan dari penggunaan

metode fotografi adalah hasil penelitian yang diperoleh bersifat lebih akurat,

memiliki bukti yang lebih kuat dan bisa dilakukan analisis untuk penelitian

lainnya.

Salah satu instansi yang sudah sering menerapkan metode hemispherical

photography adalah Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN)

Pekanbaru, sehingga untuk mempelajari metode ini sangat disarankan

mempelajarinya di instansi ini dikarenakan terdapat orang-orang yang memiliki

keahlian di bidang tersebut. Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk
3

melakukan praktek magang dengan metode hemispherical photography di Loka

Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru.

1.2. Tujuan Praktek Magang

Tujuan dari praktek magang ini adalah untuk mengetahui teknik

penggunaan metode hemispherical photography untuk analisa tutupan mangrove

di Kawasan Desa Mengkapan, Kecamatan Sungai Apit.

1.3. Manfaat Praktek Magang

Manfaat dari kegiatan praktek magang ini yaitu sebagai referensi dan

acuan untuk mengolah data analisa tutupan mangrove dengan metode

hemispherical photography dan menambah wawasan, pengalaman dan

keterampilan dalam menerapkan ilmu yang telah dipelajari.


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mangrove

2.1.1. Pengertian Mangrove

Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup

diantara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat msngrove

seringkali ditemukan ditempat pertemuan antara muara sungai dan air laut yang

kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

mengalirkan air tawar untuk mangrove dan pada saat pasang, pohon mangrove

dikelilingi oleh air garam atau payau (Murdiyanto, 2003).

Mangrove adalah pohon yang sudah beradaptasi sedemikian rupa sehingga

akan mampu untuk hidup di lingkungan berkadar garam tinggi seperti lingkungan

laut. Sedangkan hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis dan

subtropis yang didominasi beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tunbuh

dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Nontji, 1993).

Hutan mangrove adalah sebutan untuk sekelompok tumbuhan yang hidup

di daerah pasang surut pantai. Menurut Nybakken (1992), hutan mangrove adalah

sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas

pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau

semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin.

Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong ke

dalam 8 famili, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga : Avicennia,

Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lummitzera,

Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus (Bengen, 2000).


5

2.1.2. Vegetasi Hutan Mangrove

Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis

yang tinggi, dengan jumlah jenis tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri dari 89

jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana, 44 jenis epifit dan 1 jenis sikas. Hanya

terdapat kurang lebih 47 jenis tumbuhan yang spesifik hutan mangrove. Di dalam

hutan mangrove, paling tidak terdapat salah satu jenis tumbuhan sejati

penting/dominan yang termasuk ke dalam 4 famili: Rhizoporaceae (Rhizophora,

Bruguiera dan Ceriops), Sonneratiaceae (Sonneratia), Avicenniaceae (Avicennia)

dan Meliaceae (Xylocarpus) (Bengen, 2001).

Secara sederhana, mangrove umumnya tumbuh dalam 4 zona (Noor et al.,

1999), yaitu:

1. Mangrove Terbuka

Daerah yang paling dekat dengan laut, dengan substrat agak berpasir,

sering ditumbuhi oleh Avicennia spp. Pada zonasi ini, biasanya berasosiasi dengan

Sonneratia spp. yang dominan tumbuh pada lumpur dalam yang kaya bahan

organik (Bengen, 2001).

2. Mangrove Tengah

Mangrove di zona ini terletak di belakang mangrove zona terbuka. Di zona

ini umumnya didominasi oleh Rhizophora spp. Selain itu sering juga dijumpai

Bruguiera spp. dan Xylocarpus spp. (Bengen, 2001).

3. Mangrove Payau

Zona ini berada di sepanjang sungai berair payau sampai tawar. Zona ini

biasanya didominasi oleh komunitas Nypa dan Sonneratia (Noor et al, 1999).
6

4. Mangrove Daratan

Mangrove berada di zona perairan payau atau hampir tawar di belakang

jalur hijau mangrove yang sebenarnya. Jenis-jenis yang utama ditemukan pada

zona ini termasuk Ficus microcarpus, Intsia bijuga, N. fruticans, Lumnitzera

racemosa, Pandanus spp. dan Xylocarpus moluccensis. Zona ini memiliki

kekayaan jenis yang tinggi dari pada zona lainnya (Noor et al, 1999).

2.1.3. Daya Adaptasi Hutan Mangrove

Tumbuhan mangrove mempunyai daya adaptasi yang khas terhadap

lingkungan. Bengen (2001) menguraikan adaptasi tersebut dalam bentuk:

1. Adaptasi terhadap kadar kadar oksigen rendah, menyebabkan mangrove

memiliki bentuk perakaran yang khas : (1) bertipe cakar ayam yang mempunyai

pneumatofora (misalnya : Avecennia spp., Xylocarpus., dan Sonneratia spp.)

untuk mengambil oksigen dari udara; dan (2) bertipe penyangga/tongkat yang

mempunyai lentisel (misalnya Rhizophora spp.).

2. Adaptasi terhadap kadar garam yang tinggi :

a. Memiliki sel-sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan

garam.

b. Berdaun kuat dan tebal yang banyak mengandung air untuk mengatur

keseimbangan garam.

c. Daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan.

3. Adaptasi terhadap tanah yang kurang stabil dan adanya pasang surut, dengan

cara mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk jaringan

horisontal yang lebar. Di samping untuk memperkokoh pohon, akar tersebut juga

berfungsi untuk mengambil unsur hara dan menahan sedimen.


7

2.1.4. Manfaat dan Fungsi Hutan Mangrove

Hutan mangrove merupakan tempat mencari makan (feeding ground) bagi

organisme dan sebagai tempat mengasuh dan membesarkan (nursery ground),

tempat bertelur dan memijah (spawning ground) dan tempat berlindung bagi

organisme kecil dari predator. Beberapa fungsi dan manfaat hutan mangrove dapat

dikelompokkan sebagai berikut (Harahap, 2010) :

1. Manfaat dan fungsi secara fisik yaitu :

a. Menjaga agar garis pantai tetap stabil.

b. Melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi,

c. Menahan badai/angin kencang dari laut.

d. Menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan

terbentuknya lahan baru.

e. Menjadi wilayah penyangga, serta berfungsi menyaring air laut menjadi

air daratan yang tawar.

f. Mengolah limbah beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2.

2. Manfaat dan fungsi secara biologi yaitu :

a. Menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting

bagi plankton, sehingga penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan.

b. Tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan

udang.

c. Tempat berlindung, bersarang dan berkembang biak dari burung dan satwa

lain.

d. Sumber plasma nutfah & sumber genetik.

e. Merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota.


8

3. Manfaat dan fungsi secara ekonomi yaitu :

a. Penghasil kayu bakar, arang dan bahan bangunan.

b. Penghasil bahan baku industri : pulp, tanin, kertas, tekstil, makanan, obat-

obatan, kosmetik, dll.

c. Penghasil bibit ikan, nener, kerang, kepiting, bandeng melalui pola tambak

silvo-fishery.

d. Tempat wisata, penelitian dan pendidikan.

2.2. Metode Hemispherical Photography

Tutupan kanopi mangrove dihitung dengan menggunakan metode

hemisperichal photography dibutuhkan kamera depan handphone pada satu titik

pengambilan foto (Korhonen et al., 2006). Teknik ini masih cukup baru

digunakan di Indonesia pada hutan mangrove. Menurut Dharmawan dan Pramudji

(2014), setiap plot 10 m x 10 m dibagi menjadi 4 kuadran dimana setiap kuadran

berukuran 5 m x 5 m, dalam setiap stratifikasi, minimal dilakukan pengambilan

foto sebanyak 12 titik dimana setiap plot 10 m x 10 m diambil 4 titik pemotretan

pada masing – masing kuadran.

Foto hemisphere dianalisis dengan menggunakan software ImageJ untuk

memperoleh nilai persentase tutupan kanopi komunitas berdasarkan pembagian

antara jumlah pixel vegetasi dengan seluruh pixel kemudian dikali 100%

(Dharmawan dan Pramudji 2014).


9

III. METODE PRAKTEK

3.1. Waktu dan Tempat

Praktek magang ini akan dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2019

yang dilaksanakan di Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN)

Pekanbaru.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan ialah berupa kamera dengan lensa fish-eye, kamera

saku, tali transek, dan laptop yang berisi software yang diperlukan. Sedangkan

bahan yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

3.3. Metode Praktek

Metode yang digunakan dalam praktek magang ini adalah metode praktek

langsung yaitu terlibat langsung di dalam segala kegiatan yang berlangsung dan

dianalisis secara deskriptif, dimana dalam metode ini peneliti memperoleh fakta-

fakta dari gejala yang ada dengan mencari data secara faktual. Metode ini

termasuk ke dalam jenis metode deskriptif.

3.4. Prosedur Praktek

Minggu pertama mendapatkan materi dari Loka Kawasan Perairan

Nasional (LKKPN) Pekanbaru, kemudian minggu kedua dilakukan simulasi, lalu

mengaplikasikan ilmu yang didapat dengan turun langsung ke lokasi ekosistem

mangrove di Desa Mengkapan, Kecamatan Sungai Apit, Siak.

Prosedur pengambilan data di lapangan adalah sebagai berikut :

1. Dibuat plot berukuran 10x10 m2 dengan menggunakan tali transek, di

sepanjang garis transek dimana untuk setiap stratifikasi/zona dibuat tiga plot
10

sebagai ulangan.

2. Setiap plot 10x10 m2 dibagi lagi menjadi empat plot kecil yang berukuran 5x5

m2 .

3. Titik pengambilan foto, ditempatkan di sekitar pusat plot kecil; harus

berada diantara satu pohon dengan pohon lainnya; serta hindarkan

pemotretan tepat disamping batang satu pohon.

4. Dalam setiap stratifikasi, minimal dilakukan pengambilan foto sebanyak 12

titik dimana setiap plot 10x10 m2 diambil 4 titik pemotretan.

5. Posisi kamera disejajarkan dengan tinggi dada peneliti/tim pengambil foto,

serta tegak lurus/menghadap lurus ke langit.

6. Dicatat nomor foto pada form data sheet untuk mempermudah dan

mempercepat analisis data.

7. Hindarkan pengambilan foto ganda pada setiap titik untuk mencegah

kebingungan dalam analisis data.

8. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis menggunakan software ImageJ.

Konsep dari analisis persentase tutupan mangrove ini adalah pemisahan

pixel langit dan tutupan vegetasi, sehingga persentase jumlah pixel tutupan

vegetasi mangrove dapat dihitung dalam analisis gambar biner (Chianucci dan

Cutini, 2012). Foto hasil pemotretan, dilakukan analisis dengan menggunakan

perangkat lunak ImageJ yang dapat didownload gratis di

http://imagej.nih.gov/ij/download.html. Berikut ini adalah tahapan analisis untuk

setiap foto :

1. Pada ImageJ, buka gambar/foto dengan format .jpeg dari direktori/tempat

penyimpanan foto hasil pemotretan di lapangan. File >> Open… >> [pilih foto]
11

2. Ubah foto menjadi 8-bit Image >> Type >> 8-bit.

3. Pisahkan langit dan tutupan mangrove Image >> Adjust >> Threshold.

4. Pisahkan nilai digital pixel langit dan tutupan vegetasi secara signifikan dan

sesuaikan komposisi cahaya untuk memperoleh akurasi rasio dua tipe digital

pixel tersebut yang lebih tepat. Pada kotak Threshold, sesuaikan scroll kedua

(ke kiri atau kanan) sampai memperoleh komposisi yang tepat, kemudian

tekan Apply (Default:B/W).

5. Dihitung banyaknya pixel sebagai intepretasi tutupan mangrove Analyze >>

Histogram.

Catatan: Tidak semua kamera memiliki jumlah pixel yang sama tergantung dari

tipe, merek dan pengaturan awal kamera. Kamera yang memiliki spesifikasi

kualitas foto 12 MP, maka pada kondisi pengaturan normal ∑P = 12 juta pixel.

Namun apabila diatur ulang kualitas, fotonya menjadi 3 MP, maka ∑P = 3 juta

pixel.

3.5. Analisis Data

Analisis data yang digunakan selama praktek magang yaitu data yang

diperoleh diolah dan disajikan sebagai informasi yang kemudian akan dianalisis

secara deskriptif dari hasil olahan data menggunakan software ImageJ.


12

DAFTAR PUSTAKA

Bengen, D. G. 2000. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat


Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB. 58 hal.

Bengen, D. G. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut.
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Chianucci, F and A. Cutini. 2012. Digital Hemispherical Photography for


Estimating Forest Canopy Properties: Current Controversies and
Opportunities. iForest- Biogeosciences and Forestry, 5, hal. 290-295.

Dharmawan, I. W. E dan Pramudji. 2014. Panduan Monitoring Kesehatan


Ekosistem Mangrove. COREMAP-CTI, Pusat Penelitian Oseanografi,
LIPI. Jakarta. 35 pp.

Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO). 2007. Cultured
Aquatic Species Information Programme Lates calcarifer (Block , 1790).
Fisheries and Aquaculture Department.

Harahap, N. 2010. Penilaian Ekonomi Ekosistem Hutan mangrove dan


Aplikasinya dalam Perencanaan Wilayah Pesisir. Graha Ilmu.
Yogyakarta.

Giri, C. P., E. Ochieng, L. L. Tieszen, Z. Zhu, A. Singh, T. Loveland,


J. Masek, and N. Duke. 2011. Status and Distribution of Mangrove
Forests of the World Using Earth Observation Satellite Data. Global
Ecology Biogeography, 20(1):154-159.

Kusmana, C., S. Wilarso, H. Iwan, P. Pamoengkas, C. Wibowo, T. Tiryana, A.


Triswanto, Yunasfi, Hamzah. 2005 . Teknik Rehabilitasi Mangrove.
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Korhonen, L., K. T. Korhonen, M. Rautiainen, and P. Stenberg. 2006. Estimation


of Forestcanopy Cover: a Comparison of Field Measurement Techniques.
Silva Fennica, 40(4): 577–588.

Murdiyanto, B. 2003. Mengenal, Memelihara, dan Melestarikan Ekosisitem


Bakau. Jakarta: Direktotat Jenderal Perikanan Tangkap Departemen
Kelautan dan Perikanan.

Nellemann, C., E. Corcoran, C. M. Duarte, L. Valdés, C. De Young, L. Fonseca,


G. Grimsditch. 2009. Blue Carbon: The Role of Healthy Oceans in
Binding Carbon. A Rapid Response Assessment. United Nations
Environment Programme. Norway.
13

Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.

Noor, Y. R., M. Khazali, dan I. N. N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan


Mangrove di Indonesia. Wetlends International-Indonesia Programme.
Bogor.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Alih Bahasa:


H. M. Eidman, Koesbiantoro, D. G. Bengen, M. Hutomo, dan S. Sukarjo.
Gramedia. Jakarta.
14

LAMPIRAN
15

ORGANISASI PRAKTEK MAGANG

1. Peneliti

Nama : Andrean Nggara Imanuel

NIM : 1604115675

Pekerjaan : Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan


Universitas Riau

Jurusan : Ilmu Kelautan

Alamat : Jalan Manyar Sakti, Gg. Ababil, Simpang Baru.


Kota Pekanbaru, Provinsi Riau

2. Dosen Pembimbing

Nama : Dr. Ir. Efriyeldi M.Si

NIP : 19661118 199103 1 001

Pekerjaan : Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan


Universitas Riau

Alamat : Fakultas Perikanan dan Kelautan


16

JADWAL PRAKTEK MAGANG

Praktek magang ini akan dilaksanakan di LKKPN Pekanbaru, dimulai

pada bulan Januari s/d Februari 2019. Dengan jadwal kegiatan sebagai berikut:

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Magang


No. Kegiatan Desember Januari 2018 Februari Maret 2018
2017 2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan * * * *
Proposal
2. Persiapan * * *
3. Pelaksanaan * * * *
4. Penyusunan * * * *
Laporan
5 Ujian *
Magang
17

OUTLINE SEMENTARA

LEMBAR PENGESAHAN

RINGKASAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Praktek
1.3. Manfaat Praktek

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PRAKTEK


3.1. Waktu dan Tempat
3.2. Bahan dan Alat
3.3. Metode Praktek
3.4. Prosedur Praktek

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
4.2. Pembahasan

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
18

ANGGARAN BIAYA

1. Persiapan Magang

a. Pembuatan proposal magang : Rp. 50.000

b. Perbanyak proposal magang : Rp. 75.000

c. Alat tulis : Rp. 50.000 +

Sub total Rp. 175.000

2. Pelaksanaan Magang

a. Biaya tempat tinggal 1 bulan : Rp. 600.000

b. Biaya hidup (makan) 1 bulan : Rp. 1.400.000

c. Transportasi dalam kota : Rp. 150.000 +

Sub total Rp. 2.150.000

3. Biaya tak terduga : Rp. 215.000

Total : Rp. 2.365.000,-

Terbilang : “Dua Juta Tiga Ratus Enam Puluh Lima Ribu Rupiah”

Anda mungkin juga menyukai