Anda di halaman 1dari 87

Al-Ikhwan.

net – Tazkiyatun Nafs merupakan hal yang penting yang dilakukan oleh Rasulullah
SAW. Apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, sudah sepatutnya kita teladani dan kita
amalkan. Kajian ini akan menjelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan Tazkiyatun
Nafs itu. Kajian akan meliputi definisi dari Tazkiyatun Nafs dan urgensinya.
DEFINISI
Secara bahasa, Tazkiyyatun Nafsi berarti membersihkan / mensucikan, atau menumbuhkan /
mengembangkan. Sedangkan secara istilah Tazkiyatun Nafs berarti mensucikan hati dari sifat-
sifat tercela dan mengisinya dengan sifat-sifat terpuji. Sarana Tazkiyatun Nafs adalah melalui
ibadah dan berbagai amal baik. Sedangkan hasilnya adalah akhlak yang baik kepada ALLAH
dan pada manusia, serta terpeliharanya anggota badan, senantiasa dalam batas-batas syari’at
ALLAH SWT.
URGENSINYA
1. Tazkiyyatun Nafsi termasuk hal terpenting yang dibawa oleh para Rasul as. Hal ini
sebagaimana yang ALLAH ingatkan dalam firman-Nya berikut ini:
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan
membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab
(Al Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah [2] : 129).
Di dalam beberapa ayat juga dijelaskan, antara lain pada surat Al-Baqarah [2] ayat 151, surat
Ali Imran [3] ayat 164, surat Al-Jumu’a [62] ayat 2, dan surat An-Nazi’at [79] ayat 17 hingga
19.
Tazkiyyatun Nafsi yang dibawa oleh para Rasul ini adalah melalui:

 Tadzkiir : Terhadap ayat-ayat ALLAH di setiap ufuk dan dalam diri manusia,
terhadap perbuatan ALLAH atas ciptaan-NYA dan terhadap hukuman dan siksaan-
NYA.
 Ta’liim : Mempelajari Kitab dan Sunnah.
 Tazkiyyah : Membersihkan hati dan memperbaiki tingkah-laku.

2. Tazkiyyatun Nafsi merupakan tujuan orang beriman.


Allah SWT berfirman:
“… di dalamnya ada orang-orang yang cinta untuk senantiasa membersihkan dirinya …”
(QS. At-Taubah [9]: 108).
Di ayat lain Allah SWT juga berfirman:
“… dan sungguh akan kami selamatkan orang yang paling bertaqwa dari neraka, yaitu orang
yang memberikan hartanya karena ingin mensucikan dirinya.” (QS. Al-Lail [92]: 17-18).
3. Tazkiyyatun Nafsi merupakan parameter kebahagiaan atau kebinasaan.
Allah SWT berfirman:
“…sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syam [91]: 9-10).
4. Tazkiyyatun Nafsi untuk mengenal penyakit zaman dan cara mengobatinya.
Salah satu penyakit zaman saat ini adalah hilangnya khusyu’, cinta dunia dan takut mati
(wahn). Solusinya adalah melalui tarbiyyah Islamiyyah. Dimana dalam tarbiyah tersebut
diberikan tadzkiir, ta’liim dan tazkiyyah. []

akalah tazkiyatunnafs
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang

Padahakikatnyatazkiyatunnafsadalahpembersihandiridarikotoranhati.Sepertido’aNabi
Ibrahim As untukanakcucunyadalam QS. Al-Baqarah: 129

Yang artinya: 129. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan
mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada
mereka al- Kitab (al- Quran) dan al- Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka.
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.1[1]

Jelas bahwa tazkiyatun nafs termasuk misi para rosul, kepada orang-orang yang bertaqwa,
dan menentukan keselamatan atau kecelakaan disisi Allah. Tazkiyahhati dan jiwahanya bisa
dicapaidengan ibadah dan amal perbuatantertentu. Tazkiyatunnfs yang membedakan antara
manusia dan hewan. Karenatazkiyatunnafs adalah kesucian jiwa seseorang dari syahwat yang
merugikan dirinya sendiri.
Untuklebihjelasnya, akan kami bahaspadababselanjutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah tazkiyatun nafs itu?
2. Apakah sarana tazkiyatun nafs itu?
3. Apakah tujuan tazkiyatun nafsitu?
4. Apakah asil tazkiyatun nafs itu?

C. Tujuan
Agar kitatahuapa itutazkiyatunnafsuntukkehidupan spiritual kita,
karenadengankitamengamalkannyahidupkitaakanlebihbermanfaatuntukdirisendirimaupun
orang lain.Dan juga tahu tentang berbagai sarana dalam membersihkan diri, dan tujuan dari
kesucian jiwa manusia berdampak baik atau tidak. Lalu hasil dari pembersihan diri itu seperti
apa.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PengertianTazkiyatunNafs

Secara etimologis punya dua makna,yaitu penyucian dan pertumbuhan. Secara istilah,
yaitu penyucian jiwa dari segala penyakit cacat, merealisasikan berbagai maqam padanya, dan
menjadikan asma’ dan sifat Allah sebagai akhlaknya.
Jadi, tazkiyatunnafs adalah pembebasan jiwa dari berbagai najis yang mengotorinya,
berbagai hawa nafsu yang keliru, berbagai perangai kebinatangan yang nista, penentangan
terhadap rubbubiyah, dan berbagai kegelapan.

B. SaranaTazkiyyah
Sarana tazkiyah adalah berbagai amalan yang berpengaruh baik terhadap jiwa yang
berpenyakit. Sarana ini akan menyembuhkan jiwa dari penyakit yang berpengaruh buruk pada
akhlak.
Dalam sarana ini ada berbagai amalan yang berdampak positif, sehingga dengan sarana
tersebut jiwa terbebas dari penyakit atau mencapai maqam keimanan atau akhlaq islami.
Sarana tersebut adalah:
1. Sholat
Sarana tertinggi dari rasa syukur pada Allah. Jika shalatnya sempurna maka jiwa dan hati
tersucikan. Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar.
2. Zakat dan Infaq
Dapat membersihkan jiwa dari bakhil dan kikir. Menyadarkan manusia bahwa pemilik
harta yang sasungguhnya adalah Allah, dan semua akan kembali pada Allah Sang Pemilik
segalanya.
3. Puasa
Pembiasaan jiwa untuk mengendalikan syahwat dan kemaluan. Bukan hanya sekedar
menahan haus dan lapar dari terbit fajar sampai matahari tenggelam, tapi juga mengekang hawa
nafsu, dan melatih kesabaran dari keinginan nafsu duniawi.
4. Dzikir dan Pikir
Dzikir dan pikir adalah pembuka hati manusia untuk menerima ayat-ayat Allah. Berbagai
dzikir dapat memperdalam iman dan tauhid di dalam hati,” ingatlah, hanya dengan mengingat
Allah-lah hati menjadi tentram. “Dengan demikian jiwa bisa mencapai derajad tertinggi dari
tazkiyyah.
5. Mengingat Kematian
Mengingat kematian agar manusia tidak ingin menjauh dari pintu Allah, sombong,
sewenang-wenang atau lalai, dengan begitu akan dapat mengendalikannya lagipada ‘ubudiyah-
Nya dan menyadarkannya bahwa tidak memiliki daya sama sekali di hadapan Allah.
6. Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Hal yang paling efektif untuk menanamkan kebaikan kedalam jiwa sebagaimana perintah
melakukan kebaikan, dan menjauhkan jiwa dari keburukan sebagaimana larangandariNya.

C. TujuanTakiyatunNafs
1. Tathahhur (upaya penyucian diri)
Yaitu upaya membersihkan jiwa mulai dari meninggalkan segala keburukan yang telah
dilakukan di masa lalu. Upaya ini dimulai dengan taubatan nashuha, yaitu taubat dan berjanji
tidak akan mengulangi lagi segala kesalahan yang telah dilakukan seperti mengotori jiwa, dan
hati. Misalnya, berdusta, khianat, mengingkari janji, hasud, riya’, dan lain sebagainya. Dengan
cara mengosongkan diri dari segala perilaku buruk tersebut, jiwa akan terasa kosong dari
penyakit-penyakit hati tersebut.
2. Takhallaq (upaya menghiasi diri dengan akhlak al karimah)
Setelah seseorang berusaha mensucikan diri dari perbuatan kotor pada jiwanya, maka
dia harus berupaya mengisi kekosongan jiwanya itu dengan berbagai kebaikan dan akhlak yang
mulia di mata Allah. Semua sifat buruk yang telah di buang diganti dengan sifat baik seperti,
jujur, amanah, tawakal, sabar, tawadhu’, dan masih banyak sifat lain yang bermanfaat bagi diri
sendiri maupun orang lain, bahkan untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat.
3. Tahaqquq (upaya merealisasikan kedudukan-kedudukan mulia atau biasa disebut Maqomatul
Qulub)
Upaya ini merupakan puncak dari proses tazkiyatun nafs. Karena cara terakhir ini
merupakan jalan untuk mendekatkan diri pada Allah sedekat mungkin, sehingga ia akan
memperoleh tempat yang mulia disisi Allah. Cara ini tidak mudah, karena harus melewati
berbagai maqamat atau tingkatan dalam mendekatkan diri pada Allah.2[2]
Tingkatan itu di tentukan melalui seberapa besar usahanya untuk selalu dekat dengan
Allah dengan keistiqomahannya. Untuk istiqomah bukanlah hal yang mudah, karena itu perlu
kesabaran dan ketabahan yang luar biasa, dan hanya orang yang benar-benar kuat imannya dan
telah dipilih oleh Alloh yang bisa melewati segala godaan yang menghadangnya.

D. Hasil Dari TaskiyatunNafs


1. Dhabtul-Lisan (lisan yang terkontrol)
Rasululloh menjadikan lurusnya lisan sebagai syarat bagi lurusnya hati, dan
menjadikan lurusnya hati sebagai syarat lurusnya iman. Membiasakan lisan untuk selalu
dzikrulloh daripada menyuarakan hal-hal yang tidak bermanfaat akan berakibat kerasnya hati.
Jika seseorang beriman kepada Allah dan hari akhir maka orang tersebut akan selalu berkata
yang baik dan bermanfaat, dan jika dia tidak bisa berkata baik dan bermanfaat maka dia akan
diam. Dengan begitu maka ia akan dapat mengontrol lisannya untuk selalu berkata yang baik
dan bermanfaat.
2. Iltizam bi adabil ‘ilaqat (komitmen dengan adab-adab pergaulan)
Ada 4 macam klasifikasi manusia dalam pergaulan:
a. Segolongan orang yang bergaul dengan mereka ibarat mengkonsumsi makanan bergizi. Ia
dibutuhkan siang dan malam, jika orang lain membutuhkan maka mereka akan mendatanginya.
Dan jika urusannya selesai, maka mereka akan pergi, dan akan kembali lagi jika mereka
membutuhkannya lagi. Segolongan orang tersebut adalah para ulama’, ahli ma’rifatullah,
memahami perintah Allah, mengerti tipu daya musuh-musuh Allah, dan memiliki ilmu tentang
segala penyakit hati serta obatnya. Mereka adalah orang-orang yang dekat dengan Alloh, yang
setia pada Allah, kitabNya, rasulNya, dan seluruh makhluknya. Bergaul dengan mereka
merupakan suatu keberuntungan yang nyata.

b. Segolongan orang yang bergaul dengan mereka ibarat mengkonsumsi obat. Ia di butuhkan
saat sakit, selama sehat tidak diperlukan bergaul dengan mereka. Mereka adalah para
profesional dalam urusan muamalat, bisnis, dan yang semisalnya. Bergaul dengan mereka
dapat melancarkan urusan ma’siyah kita.

c. Segolongan orang yang bergaul dengan mereka ibarat mengkonsumsi penyakit.Yaitu orang-
orang yang bisa berdampak buruk bagi kehidupan seseorang. Orang-orang seperti itu tidak
akan membawa manfaat dunia maupun akhirat.

d. Segolongan orang yang bergaul dengan mereka adalah kebinasaan total. Jika ada seseorang
yang tak sengaja mendatanginya pun sudah merupakan suatu kerugian. Mereka ibarat racun.
Golongan ini banyak sekali, mereka adalah ahli bid’ah dan kesesatan, penghalang sunnah
rasulullah penyeru pada perselisihan.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
tazkiyatun nafs adalah pembebasan jiwa dari berbagai najis yang mengotorinya,
berbagai hawa nafsu yang keliru, berbagai perangai kebinatangan yang nista, penentangan
terhadab rubbubiyah, dan berbagai kegelapan.
Berbagai sarana tazkiyatun nafs adalah sholat, zakat dan infaq, puasa, dzikir dan fikir,
ingat akan kematian, dan yang terakhir yaitu amar ma’ruf serta nahi munkar.
Kemudian tujuan dari tazkiyatun nafs adalah mendekatkan diri pada Alloh agar kita
mendapat ridhoNya dalam melakukan berbagai ibadah, sehingga ibadah yang kita lakukan
bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.

DAFTAR PUSTAKA

Khoiri, alwi, dkk. 2005. Akhlak / Tasawuf. Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta.
Nasution. 2005. Falsafat dan Mistisisme dalam Islam.bulan bintang:Jakarta.
Imam al-Ghazali. Ihya’ Ulumu al-Din, juz III. Mesir.
Al qur’an Digital.

MAKALAH
“TAZKIYATUN NAFS”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliyah Ahlaq Tasawwuf yang dibimbing oleh:
H. Taufik, M. Pd.I.
OLEH :
KELOMPOK 8
KELAS : B
ISBAT (18201201030072)
INNI MAR’ATUN QONITA (18201201030077)
LAYYINAH (18201201030103)
IMROATUS SOLEHAH (18201201030076)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN

2012-2013

KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim

Assalmu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil alamin segala puja dan puji syukur kami haturkan kepada
Allah SWT. yang telah memberikan beberapa kenikmatan yang berupa Iman, Islam dan
kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul Tazkiyatun
Nafs.
Salawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW. Rasul yang terahir yang telah membawa kita dari alam jahiliyah
menuju alam ilmiyah yang penuh barakah ini.
Selanjutnya kami mengcapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu
yang terhormat bapak H. Taufik, M. Pd.I. yang telah memberikan arahan dan
bimbingan kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Taklupa kami haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak
membantu dalam penulisan makalah ini , begitu juga kami mohon maaf apabila dalam
penulisan ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan sehingga saran dan kritik yang
konstruktif sangat kami harapkan.
Billahitaufiq Walhidayah Summassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pamekasan, 3 November 2012

Penulis,

DAFTAR ISI
Kata pengantar ……………………………………………………….. i
Daftar isi ………………………………………………………………. ii
BAB I Pendahuluan ………………………………………………….. 1
1.1. Latar belakang ………………………………………….… 1
1.2. Rumusan masalah ……………………………………….. 1
1.3. Tujuan penulisan ……………………………………….... 2
1.4. Metode penulisan makalah ……………………………… 2

BAB II Pembahasan ………………………………………………... 3


2.1. Pengertian Tazkiyatun Nafs …………... …………..……. 3
2.2. Tujuan Tazkiyatun Nafs …..…………………………..…. 7
2.3. Cara Penyucian An-Nafs .…………..….. ….……………. 9
2.4. Keurgensian Tazkiyatun Nafs ……………………..…….. 13
2.5. Aplikasi Tazkiyatun Nafs menurut Al-Quran dan Sunnah. 16
2.6. Nafsu dalam Pertumbuhan Psikologi dan Spiritualnya…. .. 18
2.7. Manfaat Tazkiatun nafs…………………………………... 22
2.8. Perbedaan antara Tazkiah al-nafs dengan Thaharah……. . 23

BAB III Penutup ……………………………………………………. 24


3.1. kesimpulan ……………………………………………….. 24
3.2. saran …………………………………………………….… 25
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sesungguhnya pembentukan kepribadian yang lurus, tidak akan sempurna tanda-
tandanya, kecuali dengan pembersihan jiwa. Yaitu penyucian lubuk hati manusia paling dalam.
Seseorang yang tidak kuasa membetulkan jiwa serta diri sendiri, niscaya tidak mampu
melakukan hal yang sama pada orang lain. Bagaimanapun jiwa manusia itu mempunyai
pengaruh serta dorogan-dorongan yang bisa mempengaruhi tingkah laku pembawaan
seseorang. Jiwa tersebut mempunyai godaan-godaan yang senantiasa bergerak, serta
gangguan-gangguan yang mengarah kepada kebimbangan, yang mengakibatkan seseorang
melakukan penyimpangan, kejahatan, kekejian, dan kemungkaran.
Sehingga bersuci dalam agama islam tidak hanya meliputi jasmani tetapi juga rohani.
Mensucikan hati dari segala macam kotoran hati disebut Tazkiah. Seseorang dikaruniai hati
yang bersih dan suci saat dilahirkan ke dunia. Karena bebarapa faktor dan pengaruh membuat
hati seseorang menjadi kotor, seperti; pergaulan, dan lingkungan sekitar. Selain itu
bahwasannya setan selalu hadir dan membisikan keburukan pada hati manusia seperti, iri,
dengki, hasud, fitnah, kufur, tamak,dll. Oleh sebab itulah kita di wajibkan bertaubat kepada
allah dengan berbagai macam cara. Selain dengan proses pembersihan dari segala macam
kotoran hati, alangkah lebih baiknya di imbang dengan menanamkan sifat-sifat terpuji ke
dalam hati kita agar dapat terbentu pribadi yang berakhlakul karimah.
Tazkiyyatun Nafs termasuk hal terpenting yang dibawa oleh para Rasul as. Hal ini
sebagaimana yang Allah ingatkan dalam firman-Nya berikut ini: Ya Tuhan kami, utuslah untuk
mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-
ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al-Hikmah (As-
Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha
Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah [2] : 129).
Oleh karena itu, kita sebagai umat muslim sudah sepatutnya meniru apa yang di ajarkan
oleh baginda nabi besar Muhammad saw agar hidup kita menjadi lebih baik di dunia maupun
di akhirat.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Tazkiyatun nafs?
b. Bagaimana metode penyucian an nafs dan cara penyuciannya?
c. Bagaimana nafsu dalam pertumbuhan psikologi dalam spiritualnya?
d. Apa manfaat Tazkiah al-nafs?
e. Apa Perbedaan Tazkiah al-nafs dengan Thaharah?

1.3. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah memahami taskiyatun nafs serta masalah-
masalah yang terkait dengan Tazkiatun Nafs dan dalilnya serta mengetahui cara-cara
menyucikan diri dari sifat-sifat jelek dan kotoran-kotoran dalam diri manusia. Selain itu untuk
menambah wawasan, pengetahuan tentang fenomena-fenomena nyata yang terjadi di sekitar
kita.
1.4. Metode Pembuatan Makalah
Kami membaca bahan-bahan berupa buku-buku, karya tulis, dan penelusuran melalui
internet sesuai dengan materi-materi yang terkait yang akan kami sajikan pada makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Tazkiyatun Nafs


Secara etimologis (bahasa), Tazkiyatun nafs berasal dari dua buah kata yaitu Tazkiyat
dan Nafs. Tazkiyah berasal dari akar kata Zakka yang berarti penyucian3[1]. Kata ini hampir
sama dengan Zakaa yang berarti Solaha (baik) dan ia juga berarti Barokah (banyak
kebaikannya), disamping itu juga berarti Thaharoh / Suci bersih. Sedang bentuk kata Tazkiyah
dari kata Zaka yang diberi tambahan huruf kaf, sehingga menjadi Zakka-Yuzakki-Tazkiyatan
yang berarti menumbuhkan, mengembangkan, memperbaiki, membersihkan, mensucikan
dan menjadikannya jadi baik serta bertambah baik. Sedangkan an-nafs adalah jiwa yang
dalam arti psikis berupa akal, hati, nafsu dan roh yang keempat hal tersebut adalah esensi dari
manusia.4[2]
Dengan demikian istilah tazkiyatun nafs memiliki makna mensucikan, menguatkan dan
mengembangkan jiwa sesuai dengan potensi dasarnya (fitrah) takni potensi iman, islam, dan
ihsan kepada Allah.
Sedangkan menurut istilah, suatu upaya pengkondisian spiritual agar jiwa merasa
tenang, tentram dan senang berdekatan dengan Allah (ibadah)5[3]. Sedangkan menurut imam
al-ghazali adalah upaya penyucian jiwa seorang hamba agar terhindar dari sifat
tercela.6[4]Akan tetapi beberapa ulama berpendapat: Menurut Abul Qasim Husain bin
Muhammad, beliau lebih populer dikenal dengan Ragib Al-isfahani (wafat 502 H), beliau
mengatakan bahwa Tazkiyatun Nafs adalah upaya manusia untuk mensucikan jiwa dan
dirinya, sehingga ia mempunyai sifat terpuji pada dirinya di dunia tentunya dan kelak di akhirat
mendapatkan pahala dan balasan yang besar. Syeikh Sa’id Hawwa menjelaskan bahwa
Taziyatun nafs adalah salah satu tugas utama para rasul, ia merupakan tujuan yang dicapai
oleh orang-orang bertaqwa. Dan selamat atau celakanya manusia tergantung sikapnya
terhadap Tazkiyatun nafs, apakah ia konsen terhadap permasalahan yang satu ini, atau acuh tak
acuh dengan hal ini.
Adapun dalam buku tasawuf tematik di sebutkan bahwa, tazkiyatun nafs esensinya
cenderung pada pembicaraan soal jiwa (an-nafs). ada empat istilah yang berkaitan dengan an-
nafs yaitu al-qalb, ar-roh, an-nafs, dan al-aql. Al-Ghazali mengartikan tazkiyatun nafs yaitu

3[1] H. taufik, tazkiyatun nafs. Hlm. 14.

4[2] Ibid. hlm.15.

5[3] Ibid. hlm. 15.

6[4] Ibid. hlm. 15.


suatu proses penyucian jiwa manusia dari kotoran-kotoran, baik kotoran lahir maupun
batin.7[5]
Berdasarkan makna itu pula tazkiyatun nafsi bertujuan untuk mengembalikan manusia
kepada fitrahnya, yaitu fitrah tauhid, fitrah iman, islam, dan ihsan, disertai dengan upaya
menguatkan dan mengembangkan potensi tersebut agar setiap orang selalu dekat kepada Allah,
menjalaknkan segal ajaran dan kehendak-Nya, dan menegakkan tugas dan misinya seagai
hamba dan khalifah-Nya di bumi.
Karena Tazkiyatun Nafs adalah proses pembersihan jiwa dari akhbas (kotoran) serta
memperbaiki jiwa, maka tazkiyatun nafs dapat dilakukan dengan berbagai bentuk ibadah,
perbuatan baik dan berbagai amalan shalih serta langkah-langkah mujahadah.
Apabila semuanya itu dilakukan, maka akan menjadi bersih yang selanjutnya mempuyai
pengaruh, dampak positif hasilnya pada prilaku, tingkah laku dan perkataan, pengaruh itu akan
membekas pada lidah, mata, telinga dan anggota tubuh lainnya. Buahnya yang paling nyata
adalah perlakuanya yang baik terhadap Allah dan terhadap manusia juga makhluk lain serta
makluk di muka bumi ini. Adabnya kepada Allah berupa komitmen melakukan seluruh
kewajibannya kepada Allah dan menjahui segala bentuk prilaku dan perbuatan yang
menyebabkan murka Allah, termasuk mengorbankan harta, jiwa dan raganya berjihad dijalan
Allah.(Al-Mustakhlas fii Tazkiyatul Anfus, hal. 5-6)
Kalau kita mengingat Rosululloh SAW, betapa tepat dan bijaksananya. Beliau telah
memberikan peringatan kepada kita dengan sabdanya:

“Sesungguhnya di dalam jasad manusia itu ada segumpal daging; apabila segumpal
daging itu baik, menjadi baik pulalah seluruh jasad, dan apabila rusak atau kotor, menjadi
rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah, yaitu hati.” (Hadits riwayat Imam Bukhori dan Muslim
dari Nu’man bin Basyir ra)
Atas dasar hadits tersebut di atas maka kemudian para Ulama Shufi mengatakan, antara
lain sebagai berikut:
“Membersihkan jiwa (hati) dari kotoran-kotoran (nafsu) adalah wajib.” (Kitab Kifayatul
Atqiya)

Wajib disini dalam arti harus diusahakan oleh setiap orang dalam rangka upaya mencapai
hidup selamat sejahtera dan bahagia lahir dan batin, dunia dan akhirat. Tazkiyatun-nafs atau

7[5]
Solihin, Tasawuf Tematik, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003)Hlm. 125-135.
membersihkan hati, maksudnya membebaskan hati dari pengaruh-pengaruh nafsu yang
senantiasa berusaha dan bertipu daya untuk menguasai hati manusia. Di dalam Kitab Suci Al
Qur’an diterangkan pernyataan Nabi Yusuf as. tentang tekad beliau yang senantiasa waspada
terhadap tipu daya nafsu, sebagai berikut:
“Dan tidaklah aku membiarkan diriku (dikuasai nafsu), karena sesungguhnya nafsu itu
selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rohmat oleh Tuhanku.” (QS. 12
– Yusuf: 53)
Membersihkan hati, istilah yang populer sekarang operasi mental. “Operasi Mental”
yang dialami oleh Rosulullah SAW, ketika akan menjalani Isro’-Mi’roj merupakan tuntunan
nyata yang harus diikuti oleh para umat. Bahkan oleh setiap insan yang hidup di dunia ini.
Berkat adanya operasi tesebut, dimana kotoran-kotoran yang terdapat di dalam hati Rosululloh
SAW dikeluarkan dan kemudian dimasukkannya iman, islam, ihsan, amanah dan kejujuran,
maka segala gangguan dan godaan yang dialami dalam perjalanan Isro’ dan Mi’roj, semua
dapat diatasi dengan sempurna dan sukses menghadap ke Hadlrot Alloh SWT untuk menerima
tugas-tugas yang harus dilaksanakan para umat, termasuk sholat lima waktu dalam sehari
semalam.
Bermacam-macam cara telah banyak ditempuh oleh umat masyarakat dalam
melaksanakan operasi mental. Melalui pengajaran dan pendidikan, lewat sistem dakwah dan
penerangan-penerangan agama, menggunakan media massa, surat-surat kabar dan majalah,
radio, televisi dan buku-buku, melalui perkumpulan, organisasi-organisasi sosial dan
bermacam-macam bentuk pergaulan hidup lainnya. Bahkan ada yang menempuh dengan
riyadloh-riyadloh badaniyah dan latihan-latihan kejiwaaan atau kerohanian. Masing-masing
dengan metode dan sistematika yang berbeda-beda.
Secara umum operasi mental tesebut di atas dalam garis besarnya dititik beratkan pada
prinsip penanaman pengertian dan ilmu pengetahuan sehingga diharapkan bisa tumbuh suatu
kesadaran. Akan tetapi kenyataan di dalam prakteknya tidak semudah itu. Pengertian dan ilmu
pengetahuan masih belum memberi jaminan akan tercapainya kondisi hati yang bersih dan
jernih terbebas dari pengaruh-pengaruh nafsu yang menjadi sarang yang subur bagi
bercokolnya Dewan Perancang Kejahatan seperti tersebut di atas.
Jadi Tazkiyatun nafs pada hakikatnya adalah proses pembersihan jiwa dan hati dari
berbagai dosa dan sifat-sifat tercela yang mengotorinya, dan selanjutnya peningkatan
kwalitas jiwa dan hati tersebut dengan mengembangkan sifat-sifat terpuji yang diridhai Allah
Swt, serta potensi-potensi positifnya dengan mujahadah, ibadah dan berbagai perbuatan baik
lainnya, sehingga hati dan jiwa menjadi bersih dan baik serta berkwalitas. Yang selanjutnya
menjadikannya mempuyai sifat-sifat dan prilaku yang baik dan terpuji. Bukan Cuma itu saja
Allah berfirman dalam Al-Qur’an.
(Allah) yang mengutus untuk seluruh bangsa seorang Rasul dari antara mereka untuk
membacakan ayat-ayat kepada mereka, mentazkiyah mereka, dan mengajarkan Kitab dan
Hikmah" (QS. Al-Jum'ah: 2)
Ayat di atas menunjukkan bahwa tazkiyatun nafs, merupaka salah satu missi semua
Nabi dan Rasul, khusus Rasulullah Muhammad SAW, di samping menyampaikan ajaran-
ajaran Allah. Islam mengakui bahwa pada dasarnya manusia lahir dalam keadaan suci, yakni
suci dari segala kotoran dan dosa. Yang ada pada bayi yang lahir itu adalah fitrah, yakni
potensi beriman, berislam dan berihsan kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya.
Dengan tazkiyatun nafs, seseorang dibawa kepada kualitas jiwa yang prima sebagai
hamba Allah, sekaligus prima sebagai khalifah Allah. Artinya dengan tazkiyatun nafs,
seseorang menjadi Ahlul Ibadah, yakni orang yang selalu taat beribadah kepada Allah dengan
cara-cara yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya serta menjadi Khalifah, yakni
kecerdasan dalam missi memimpin, mengelola dan memakmurkan bumi dan seisinya sesuai
dengan ketentuan-ketentuan agama Allah untuk kerahmatan bagi semua makhluk.

2.2. Tujuan Tazkiyatun Nafs


Hal ini sebagaimana yang Allah ingatkan dalam firman-Nya berikut ini:
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan
membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al
Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (surah al-Baqarah; 2:129).
Di dalam beberapa ayat juga dijelaskan, antara lain pada surat Al-Baqarah [2] ayat 151,
surat Ali Imran [3] ayat 164, surat Al-Jumu’a [62] ayat 2, dan surat An-Nazi’at [79] ayat 17
hingga 19.
Tazkiyyatun Nafs yang dibawa oleh para Rasul ini adalah melalui:
 Tadzkiir : Terhadap ayat-ayat Allah di setiap ufuk dan dalam diri manusia, terhadap perbuatan
Allah atas ciptaan-Nya dan terhadap hukuman dan siksaan-Nya.
 Ta’lim : Mempelajari Kitab dan Sunnah.
 Tazkiyyah : Membersihkan hati dan memperbaiki tingkah-laku.
Dan tujuan Tazkiyatun Nafs adalah ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sesungguhnya, takwa hanya dapat terwujud melalui pembersihan serta penyucian jiwa.
Sementara, kebersihan jiwa juga tidak dapat terjadi tanpa takwa. Jadi keduanya saling terkait
dan saling membutuhkan. Itulah mengapa Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

‫َاب َمن دَسَّاهَا‬ َ ‫ فَأ َ ْل َه َم َها فُ ُج‬. ‫س َّواهَا‬


َ ‫ َوقَدْ خ‬. ‫ قَدْ أ َ ْفلَ َح َمن زَ َّكا َها‬. ‫ورهَا َوتَ ْق َواهَا‬ َ ‫َونَ ْف ٍس َو َما‬
Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa
itu (perilaku) kejahatan dan ketakwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya,
dan sungguh merugi orang yang mengotorinya. (QS. Asy-Syams 91 : 7-10)
Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa seseorang dapat membersihkan jiwanya melalui
ketakwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Begitu pula firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
‫س ُك ْم ه َُو أ َ ْعلَ ُم بِ َم ِن اتَّ َقى‬
َ ُ‫فَالَ تُزَ ُّكوا أَنف‬
Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci.Allah lebih mengetahui tentang siapa
yang bertakwa. (QS. An-Najm 53: 32)
Serta firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
‫ الَّذِي يُؤْ تِي َمالَهُ يَتَزَ َّكى‬. ‫سيُ َج َّنبُ َها اْألَتْقَى‬
َ ‫َو‬
Dan orang yang paling bertakwa akan dijauhkan dari api neraka, yaitu orang yang
menginfakkan hartanya serta menyucikan dirinya. (QS. Al-Lail 92: 17-18).
Kedua ayat ini menjelaskan bahwa pembersihan jiwa pada hakikatnya adalah ketakwaan
kepada Allah.Dan memang tujuannya adalah ketakwaan kepada Allah.
Di sini perlu juga difahami dengan baik sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
berikut:
‫ رواه مسلم‬.‫ أَ ْنتَ َو ِليُّ َها َو َم ْوالَهَا‬،‫ َوزَ ِ ِّك َها أ َ ْنتَ َخي ُْر َم ْن زَ َّكاهَا‬،‫ت نَ ْفسِي ت َ ْق َواهَا‬
ِ ‫اَللَّ ُه َّم آ‬
Ya Allah! Anugerahkanlah ketakwaan pada jiwaku, bersihkanlah ia, Engkau adalah
sebaik-baik yang membersihkan jiwa. Engkaulah Penguasa dan Pemiliknya. (HR. Muslim.)
Dengan qalbu serta jiwa yang bersih dan bertakwa, akan tercapailah maksud diciptakannya
manusia. Yaitu hanya beribadah dan menyembah kepada Allah saja.
Allah berfirman:

َ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َواْ ِإل‬


ِ ‫نس ِإالَّ ِليَ ْعبُد‬
‫ُون‬
Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu saja.
(QS. Adz-Dzaariyaat 51 : 56)
Tujuan tazkiyatun nafs tidak lepas dari tujuan hidup manusia itu sendiri, yakni untuk
mendapatkan kebahagiaan jasmani maupun rohani, material maupun spiritual, dan duniawi
maupun ukhrawi. Kesempurnaan itu akan diperoleh manusia jika berbagai sarana yang menuju
ke arah itu dapat dipenuhi. berbagai hambatan yang menghalangi tujuan kesempurnaan jiwa
itu harus disingkirkan. Adapun yang menghalangi kesempurnaan jiwa itu adalah kotoran
atau noda yang ditorehkan oleh sifat-sifat jelek yang melekat pada jiwa manusia. Tujuan
khusus tazkiyatun nafs dijabarkan oleh Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulum Ad-Din.
a. pembentukan manusia yang bersih akidahnya, suci jiwanya, luas ilmunya, dan seluruh aktivitas
hidupnya bernilai ibadah.
b. membentuk manusia yang berjiwa suci dan beakhlak mulia dalam pergaulan dengan
sesamanya, yang sadar akan hak dan kewajiban, tugas seta tanggung jawabnya.
c. membentuk manusia yang berjiwa sehat dengan terbebasnya jiwa dari perilaku tercela yang
membahayakan jiwa itu sendiri.
d. memebentuk manusia yang berjiwa suci dan berakhlak mulia, baik terhadap Allah, diri sendiri
maupun manusia sekitarnya.8[6]

2.3. Cara Penyucian An-Nafs


Tazkiyatun Nafs , baik dalam artian mensucikan hati, membersihkan diri serta prilaku
dari sifat negatif atas dalam artian meningkatkan kualitas diri yang dihiasi dengan ahlak-ahlak
mulia dan terpuji dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai sarana (wasail). Agar sarana
/ proses penyucian berjalan dengan sempurna, kita bisa melakukannya dengan 2 macam cara,
yaitu proses takhalli dan proses tahalli.9[7] :
1. Dengan proses Takhalli (pembersihan dari penyakit hati)
yaitu membersihkan dan membebaskan diri dari berbagai kotoran hati dari berbagai
dosa dengan bertaubat dan beristigfar. Dan menjauhkan diri serta membebaskannya dari
perbuatan dan sifat-sifat negatif atau tercela. Dengan meninggalkan dan menajahui perbuatan
tersebut seperti bohong, khianat, dengki, fasik, nifak, takabur, ghibah , namimah, dan berbagai
sifat tercela lainnya.
2. Dengan Proses Tahalli (pengisian sifat terpuji)
yaitu membekali, membiasakan, dan menghiasi diri dengan berbagai perbuatan baik
dan positif, seperti taubat, sabar, Al-Raja’, faqr, zuhud, wara’, peningkatan ilmu, iman, takwa,
ibadah, zikir, do'a, tilawah, tadabur Al-Quran dan lain sebagainya. Juga dapat dilakukan
dengan menumbuhkan membiasakan sifat-sifat terpuji seperti siddiq, jujur, amanah, tawadhu,

8[6] Solihin, Tasawuf Tematik, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003)Hlm. 145.

9[7] H. taufik. Tazkiyatun nafs, hlm. 34-41.


kidmah dan seterusnya. Sehingga kelak sifat-sifat tersebut menjadi kebiasaan dari ahklaknya
dalam kehidupan sehari-hari.
Dan setelah kita mengetahui proses dari tazkiyatun nafs, selanjutnya kita gunakan metode
(cara) untuk menyempurnakan tazkiyat yang kita lakukan. Yaitu dengan cara mujahadah dan
riyadahDan beberapa tokoh lain memberikan istilah lain, tentang cara kita menyucikan diri
atau jiwa. Dan istilah tersebut yaitu:
1. Mujahadhah
Istilah mujahadat berasal dari kata “jahada”, satu rumpun dengan “ijtahada”, yang berarti
berusaha keras, atau penuh kesungguhan hati dan perilaku dengan penuh ketekunan. menurut
Al-Ghazali, mujahadat berada dibawah norma-norma syariat dan akal. Sebagai contoh untuk
mujahadat ini misalnya seseorang yang terbiasa ghibah, maka mulutnya seolah-olah gatal bila
tidak melakukannya. Mujahadat yang dilakukan disini adalah dengan menahan dengan sekuat
hati untuk tidak membicarakan kejelekan orang lain. Apalagi membicarakan orang lain itu
dalam syariat dilarang, dan menurut akal itu juga tidak baik. Bahkan, logis kalau dibukakan
aibnya di depan orang lain.
2. Riyadhat
Adapun riyadhat disini adalah pembebanan diri dengan membiasakan melatih suatu
perbuatan yang pada fase awal yang merupakan beban yang sangat berat dan pada fase akhir
menjadi sebuah karakter menjadi sebuah karakter atau kebiasaan. Kebiasaan-kebiasaan itu
menjadi tertanam kuat. Sebagai contoh dari riyadhat ini, misalnya seseorang yang telah terbiasa
dengan sifat kikir, dapat menghilangkan sifat kikir itu dengan melatih diri untuk menyumbang
kepentingan sarana-sarana ibadah, sarana umum, dan fasilitas sosial lainnya. Pada mulanya dia
akan merasa berat mengeluarkan atau menginfakkan harat itu, karena memang sudah terbiasa
denagtn kekikirannya, tetapi setelah dilatih atau dibiasakan, sedikit demi sedikit ia akan
menjadi seorang pemurah atau dermawan.
Dapat dipahami bahwa mujahadat dan riyadhat merupakan cara tazkyatun nafs dalam
upaya meningkatkan akhlak. Dalam upaya menyucikan jiwa dan membuatnya bersinar,
keduanya saling bergandengan. misalnya ketika seorang terbiasa dengan bohong, mujahadat
yang dilakukan adalah berjuang secara sungguh-sungguh untuk meninggalkan sifat bohong,
sedangkan riyadhat yang dilakukan adalah selalu berkata benar disertai kejujuran.10[8]
Yang paling tahu tentang hati manusia adalah penciptaNya, yaitu Allah SWT.
Oleh karena itu, Dia pulalah yang paling tahu tentang bagaimana cara yang paling

10[8] Ibid,. hlm. 190-191.


efektif untuk mensucikan hati manusia. Berikut ini dikemukakan beberapa sample atau contoh
tazkiyatun nafs yang diambil dari Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah SAW :
2) Tazkiyatun nafs dengan ilmu, baik dengan cara mempelajarinya, mengamalkannya, dan
mengajarkannya kepada orang lain. Dengan peningkatan ilmu tentang ma'rifatullah akan
mendorong manusia memohon ampunan atas dosanya, kelalaian. Dan kesalahannya, dan
dengan ampunan atas dosa-dosanya maka hatinya menjadi bersih. Nabi bersabda, Barang siapa
yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju
surga. Dan sesungguhnya malaikat-malaikat meletakan sayap-sayapnya karena senang
kepada orang yang menuntut ilmu, dan sesungguhnya orang-orang yang berilmu akan
dimohonkan ampunan untuknya oleh penghuni langit dan bumi sampai ikan yang ada di dalam
air. (HR.Abu Daud dan Tirmizi'). Perhatikan sekali lagi hadist diatas, bahwa seluruh penghuni
langit dan bumi, bahkan ikan didalam air semuanya memohonkan ampunan kepada Allah bagi
orang yang berilmu. Jadi ilmu akan mengatarkan manusia untuk mendapatkan ampunan, yang
sekaligus merupakan tazkiyah dari Allah SWT.
3) Iman, taqwa, siddiqul kalam, dan amal sholeh Iman, taqwa, siddiqul kalam, dan amal sholeh
merupakan sarana tazkiyah yang paling efektif. Allah berfirman :'Hai orang-orang yang
beriman, bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan memperbaiki amal-amal perbuatanmu
dan mengampuni dosa-dosamu.' ( QS.33:70)
'sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik-baik akan mengahapus kesalahan-
kesalahan' (QS.11:114)
4) Iman dan jihad dangan harta jiwa 'hai orang-orang yang beriman, maukah kamu aku tunjukan
perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang sangat pedih ? yaitu kamu beriman
kepada Allah dengan harta dan dirimu itulah yang lebih baik jika kamu mengetahuinya.
Niscaya Allah Akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukan kemu kedalam syurga.' (
QS.61:10). Rasulullah SAW bersabda 'keberadaan seseorang kamu di jalan Allah lebih afdhol
dari pada sholatnya dirumah selama tujuh puluh tahun. Apakah kamu tidak ingin Allah
mengampuni dosamu dan memasukan kamu ke dalam surga/ berperang atau berjihad di jalan
Allah. Barang siapa yang berjihad di jalan Allah sejenak saja pasti masuk surga.(HR.Tirmizi)
5) Zakat, infak dan shdaqoh' Ambillah sebagian sari harta mereka (zakatnya) untuk
membersihkan dan mensucikan mereka dengan zakat tersebut.' (QS.9:103)
'shadaqoh dapat menghapus dosa-dosa seperti air memadamkan api. Orang yang bertawkwa
akan dijauhkan dari api neraka. Yaitu orang yang menjadi bersih.' (QS.62:16-17).
6) Taubat, Istigfar dan do'a. 'Dan beristigfarlah kepada Rob-mu sesungguhnya Dia Maha
Pengampun. Sesungguhnya Allah membentangkan tengannya pada malam hari untuk
menerima taubat orang yang berbuat salah disiang hari. Dan dia membentangkan tangannya
disiang hari untuk menerima taubat orang-orang yang berbuat salah dimalam hari hingga
matahari terbenam dari sebelah barat.' (HR.Muslim).
Sesungguhnya rangkaian ibadah yang diajarkan Allah dan RasulNya telah memuat
asas-asas tazkiyatun nafs dengan sendirinya. Bahkan bisa dikatakan bahwa inti dari ibadah-
ibadah seperti tauhid, shalat, wudlu, shaum, zakat, haji dan lain-lain itu tidak lain adalah aspek-
aspek tazkiyah.
Al- Ghazali menyatakan bahwa daya kalbu mampu mencapai pengetahuan melalui daya
cita rasa dan kasyf.Sedangkan Ibn Khaldun menyatakan dalam muqadimat bahwa ruh kalbu
itu di singgahi oleh ruh akal. Ruh akal secara substansi mampu mengetahui apa saja di alam
amr, sebab ia berpotensi demikian.
Ada beberapa indikator yang bisa dijadikan acuan, sebagai bahan evaluasi apakah proses
Tazkiyatun Nafs yang kita lakukan sudah berhasil atau belum. Indikator tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Iman bertambah kuat, bagus, dan kokoh. Tahan atas godaan syetan untuk menegakkan
kebatilan.
2. Tumbuh semangat beramal shaleh di tengah masyarakat.
3. Mampu menahan hawa nafsu, yangmendoronguntukmenghalalkan segala cara dan merampas
hak orang lain.
4. Mampu menghindarkan diri dari maksiat kepada Alloh. Sebaliknya melaksanakan ketaatan
dalam segala bentuk persoalan.
5. Menerima takdir Alloh dan tidak membencinya, diawali dengan usaha terbaik.
6. Tidak pernah bosan beribadah kepada Alloh. Ber-dzikir saat bekerja, belajar dan lain
sebagainya.
7. Tidak pernah jenuh menghadapi godaan syetan. Dalam dirinya takut jatuh saat melangkah
hidup, baik di tengah maupun akhir hidupnya.
8. Kerjanya hanya berusaha mencari ridho Alloh. Kekayaan dan jabatan hanya sebagai sarana
untuk mencapai rido Alloh, bukan sebagai tujuan utama hidup.
9. Mudah diberi nasehat, saat melakukan kesalahan.
10. Tidak pernah berhenti berdoa, dan menyadari atas kelemahaan diri atas-Nya.
11. Selalu bertaubat kepada Alloh atas kesalahan yang dilakukan selama beramal.
12. Mampu menghindari diri dari pekerjaan sia-sia.
13. Mengubah kejahatan dengan kebaikan.
Bagaimana cara untuk mewujudkan indikator di atas?, caranya adalah sebagai berikut:
1. Memperkuat keimanan secara terus menerus
2. Berusahan tidak melanggar perintah Alloh
3. Memelihara dan waspada diri terhadap adzab Alloh
4. Memelihara keikhlasan dan beribadah dan beramal
5. Mengutamakan / konsentrasi akhirat
6. Mengutamakan keridhoan Alloh atas segala-galanya.

2.4. Keurgensian Tazkiyatun Nafs


sebagai insan sosial, manusia mempunyai kekuatan lahir dan kekuatan batin manusia
merupakan perangkat pemberian Tuhan baginya untuk mengemban tugas sebagai
“kholifatulloh” atau “wakil Alloh SWT” di bumi. Tugas mulia yang dipercayakan Alloh SWT
kepada manusia untuk mengatur kehidupan di dunia menurut konsepsi yang digariskan oleh
Alloh SWT. Sebagaimana firman-NYA di dalam Al Qur’an:
”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya AKU hendak
menjadikan kholifah di muka bumi”.
(QS. 2 – Al Baqoroh: 30)
Kekuatan lahiriyah, seperti yang kita maklumi adalah daya kemampuan yang kelihatan
mata lahir atau yang dapat diperhitungkan oleh akal pikiran atau rasio. Akal pikiran atau rasio
itu sendiripun tergolong kekuatan lahir. Betapapun besarnya kemampuan lahiriyah manusia,
akan tetapi masih terbatas sekali apabila dibandingkan dengan kemampuan batin atau jiwa
manusia. Kekuatan lahir hanya bisa berhubungan dengan alam lahir/alam nyata. Sedangkan
kekuatan batin atau jiwa manusia dapat menembus alam ghaib, dapat menjelajahi alam
metafisika, bahkan dapat mengadakan komunikasi dengan alam luar manusia, dengan alam jin
dan alam malaikat, bahkan dapat beraudiensi dengan Tuhan Pencipta seluruh alam.
Pusat segala kegiatan manusia, baik kegiatan jasmani maupun rohani terletak di dalam
hatinya. Hati manusia merupakan “Pusat Komando” dari segala macam gerak dan lakunya.
Bahkan disamping sebagai Pusat Komando, sekaligus juga sebagai motor penggerak yang
menggerakkan segala macam gerak-gerik dan tingkah laku manusia. Perbuatan baik maupun
jahat, perbuatan yang menguntungkan ataupun yang merugikan, semua itu dikomando atau
digerakkan oleh hati.
Di dalam hati manusia sama-sama bermarkas dua macam “dewan” yang berlainan
pengaruh dan arahnya satu sama lain. Bahkan saling bertolak belakang dan saling berlawanan.
Yang satu Dewan Perancang Kebaikan, dan satunya lag Dewan Perancang Kejahatan. Siapa
diantara dua dewan itu yang dominan berkuasa di dalam hati, maka dialah yang memegang
komando segala gerak dan perbuatan atau tindakan manusia. Adapun faktor pikiran, sekalipun
dipenuhi dengan berbagai macam perbendaharaan ilmu pengetahuan dan hikmah
kebijaksanaan, namun fungsinya hanya sebagai Dewan Pertimbangan, dan tidak memegang
peranan yang menentukan.
Maka dalam hal ini Tazkiyyatun Nafs akan membawa dampak yang sangat besar
kepada setiap insane karena apabila hati kita sudah tidak lagi bersih maka hati tersebut akan
mudah dipenuhi rasa dan hal-hal kotor dan ketika hati kotor maka semua perbuatan kita juga
akan mengarah pada perbuatan jelek dan menyimpang dari agama. Dan dalam hal ini
Tazkiyyatun Nafs menjadi hal yang paling penting karena:
1. Tazkiyyatun Nafs termasuk hal terpenting karena Tazkiyyatun Nafs berfungsi membersihkan
hati dari kotoran dan sifat-sifat kotor. Bukan Cuma itu saja Tazkiyyatun Nafs adalah sebuah
cara penyucian hati dan jiwa yang dibawa oleh para Rasul as. Hal ini sebagaimana yang
ALLAH ingatkan dalam firman-Nya berikut ini:
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan
membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al
Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah [2] : 129).
Di dalam beberapa ayat juga dijelaskan, antara lain pada surat Al-Baqarah [2] ayat 151, surat
Ali Imran [3] ayat 164, surat Al-Jumu’a [62] ayat 2, dan surat An-Nazi’at [79] ayat 17 hingga
19.
Tazkiyyatun Nafsi yang dibawa oleh para Rasul ini adalah melalui:
 Tadzkiir : Terhadap ayat-ayat Allah di setiap ufuk dan dalam diri manusia, terhadap perbuatan Allah
atas ciptaan-Nya dan terhadap hukuman dan siksaanNya.
 Ta’liim : Mempelajari Kitab dan Sunnah.
 Tazkiyyah : Membersihkan hati dan memperbaiki tingkah-laku.
2. Tazkiyyatun Nafsi merupakan tujuan orang beriman. Allah SWT berfirman:
“… di dalamnya ada orang-orang yang cinta untuk senantiasa membersihkan dirinya …” (QS.
At-Taubah 9: 108).
Di ayat lain Allah SWT juga berfirman:
“… dan sungguh akan kami selamatkan orang yang paling bertaqwa dari neraka, yaitu orang
yang memberikan hartanya karena ingin mensucikan dirinya.” (QS. Al-Lail 92: 17-18).
3. Tazkiyyatun Nafs merupakan parameter kebahagiaan atau kebinasaan.
Allah SWT berfirman:
“…sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah
orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syam 91: 9-10).
Dari ayat diatas kita tahu bahwa betapa pentingnya kesucian jiwa. Orang yang senantiasa
menyucikan jiwa maka dia akan beruntung akan tetapi sebaliknya orang yang mengotori hati
maka dia adalah orang yang rugi karena Tazkiyatun Nafs merupakn obat hati yang paling
efektif untuk merubah hati menjadi hati yang dicintai oleh Allah.

2.5. Aplikasi Tazkiyatun Nafs menurut Al-Quran dan Sunnah


Dengan makna sebagaimana diuraikan di atas, tazkiyatun nafs tidak sekadar bermakna
penyucian jiwa dan sembarang penyucian jiwa menurut kehendak setiap orang. Tetapi
tazkiyatun nafs harus dilakukan sesuai dengan cara-cara yang telah dituntunkan oleh agama
Allah sebagaimana disampaikan oleh Rasul-Nya, Muhammad SAW.
Mengapa demikian? Karena tazkiyatun nafs adalah penyucian jiwa dalam rangka
taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Yang Maha Suci dengan sifat Subbuh (Maha Suci
dengan Segala Sifat Kesempurnaan-Nya) dan Quddus (Maha Suci dengan terhindarnya dari
segala sifat kekurangan-Nya). Maka cara-cara melakukan tazkiyah pun harus memenuhi apa
yang telah dituntunkan oleh Allah dan Rasulullah. Tazkiyatun Nafs, meliputi aspek-aspek
sebagai berikut:
1. Tazkiyatud Din (mensucikan agama), yakni mensucikan jiwa dengan menegakkan aqidah
shahihah (aqidah yang benar), al-tauhid al-khalish (tauihid yang murni dan bersih), ibadah yang
benar, muamalah yang memuliakan kemanusiaan, dan akhlak yang karimah. Aqidah Shahihah
dan al-Tauhidul Khalish adalah keyakinan dan keimanan yang kokoh, bersih dan lurus kepada
Allah terhindar dari segal takhayul dan khurafat.
Ibadah shahihah adalah ibadah yang sesuai betul dengan ketentuan Al-Quran dan al-Sunnah,
bebas dari segala bid'ah dhalalah. Yakni ibadah yang dilakukan selalu merujuk dan menggali
dalil-dalilnya dari Al-Quran dan Al-Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafush shalih, yakni
pemahaman Rasul, shahabat dan tabiin, serta generasi berikutnya yang setia kepada Al-Quran
dan Al-Sunnah.
Muamalah yang benar adalah menjalankan pergaulan, prilaku dalam berhubungan dengan
sesama manusia, seperti dalam jual beli, pinjam meminjam, hutang piutang, saling tolong
menolong semuanya dilakukan sesuai dengan rambu-rambu Al-Quran dan Al-Sunnah, yakni
bebas dari saling mendhalimi, bebas dari riba, eksploitasi sesama manusia dan sebagainya.
Akhlak Karimah adalah prilaku dalam berhubungan kepada Allah, sesama manusia dan
kepada alam sekitar dengan nilai-nilai yang memuliakan manusia menurut ajaran Al-Quran
dan Sunnah, yang di dalamnya terkandung sikap sopan dan santun, sikap hormat dan
menghargai orang lain, sikap kasih sayang, sikap malu, sikap menjaga diri, dan sebagainya
yang diajarkan oleh Allah dan Rasulullah.
2. Tazkiyatul Mal (mensucikan harta), yakni mensucikan jiwa dengan membersihkan harta yang
diperoleh, dengan memberikan sebagian kepada orang yang membutuhkan. Bahkan meyakini
sebagaimana dituntunkan Allah dan Rasul-Nya, bahwa harta yang diperoleh dari usahanya
adalah merupakan amanah dan titipan dari Allah, bukan miliknya secara hakiki. Karena
keberhasilan usaha yang dilakukan atau pun kegagalan yang dialami adalah ketentuan dari
Allah setelah menjalan perintah-Nya untuk bekerja keras. Maka Allah pun mengatakan bahwa
pada sebagian harta yang diamanahkan kepada seseorang terdapat hak orang lain yang harus
diberikan. (QS. Al-Maarij: 24-25) Penyaluran harta yang menjadi hak orang lain dalam Islam
dapat melalui pembayaran zakat, infaq dan shadaqah, semuanya diberikan kepada orang yang
berhak dan membutuhkan serta untuk keperluan kemasalahatan umum, seperti pembangunan
tempat ibadah, tempat pendidikan dan penyantunan anak yatim dan orang-orang miskin.
3. Tazkiyatul 'Amal wal Akhlak. Penyucian amal perbuatan dan akhlak (prilaku dan budi pekerti)
yakni dengan menjaga segala pikiran, perkataan dan perbuatan kita dengan acuan Al-Quran
dan Al-Sunnah, dan menjaganya dari hal-hal yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Al-Quran
dan Al-Sunnah.
Dengan demikian tazkiyatun Nafs adalah penyucian hati, penyucian jiwa agar seseorang
menjadi dekat kepada Allah, berada dalam bimbingan dan tuntunan-Nya, yang dilaksanakan
dengan merujuk kepada ajaran agama-Nya yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Sunnah.
Tazkiyatun Nafs tidak bisa dilakukan dengan cara-cara semau gue, dan mengabaikan petunjuk
Ilahi. Tazkyatun Nafs tidak dapat dilakukan dengan keyakinan yang dipenuh khurafat, amal
ibadah yang dipenuh kebid'ahan dan akhlak yang menyimpang dari akhlak karimah.
Karena semua telah ditetap tata cara dan rambu-rambunya dalam risalah para Nabi dan
Rasul Allah, maka tazkiyatun nafs adalah merupakan salah satu missi kenabian dan kerasulah
setiap Nabi dan Rasul, termasuk dan terutama Rasulullah Muhammad SAW.

2.6. Nafsu dalam Pertumbuhan Psikologi dan Spiritualnya


Nafsu merupakan sesuatu yang sangat yang mampu merubah perjalanan dan tujuan utama
manusia hidup karena setiap hari kadang kita berbuat atas kehendak nafsu. Dan untuk
melakukan tazkiyatun nafs atau menyucikan diri kita harus bias mengetahui dan memerangi
nafsu tersebut. Adapun nafsu yang selalu ada dalam diri manusia yaitu:
1) Nafsu Amarah
Kepribadian amarah adalah keptibadian yang cenderung pada tabiat jasad dan mengejar
pada prinsip – prinsip kenikmatan (pleasure princible).Ia menari kalbu manusia untuk
melakukan perbuatan perbuatan yang rendah yang sesuai dengan naluri primitifnya, sehingga
ia merupakan tempat dan sumber kejelekan dan tingkah laku yang tercela. Firman Allah SWT
:

‫ٳن ٲلنفﺱ ألما رﺓ با لوﺀ إالما ريﻡ ربي‬


“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyerukan pada perbuatan buruk, kecuali nafsu yang di beri
rahmat oleh Tuhannku” [QS. Yusuf : 53]
Kepribadian amarah adalah kepribadian di bawah sadar manusia. Sedangkan manusia
yang berkepribadian amarah tidak saja merusak dirinya sendiri, tetapi juga merusak diri orang
lain.
Keberadaannya di tentukan oleh dua daya yaitu:
1. Daya syahwat yang selalu mengiginkan birahi, kesukaan diri, ingin tahu dan caampur tangan
urusan orang lain.
2. Daya ghadab yang selalu mengiginkan tamak, serakah mencekal, berkelahi, ingin menguasai
yang lain, keras kepala, sombong dan angkuh.
Kepribadian ammarah dapat beranjak ke pribadian yang baik apabila ia telah di beri
rahmat oleh Allah SWT. Kepribadian ammarah menuju ke tingkat kepribadian yang lebih baik
hanya dapat mencapai satu tingkat dari tingkatan kepribadian yang ada yaitu lawwamah.ini
diperlukan latihan khisus untuk menekan daya nafsu dari hawa seperti puasa, sholat, berdo`a.

2) Nafsu Lawwamah.
Lawwamah berasal dari kata al–talum yang berarti al–taraddun (bimbang dan ragu-ragu).
Dikatakan lawwamah karena sifatnya al-lawm yang berarti celaan kerena meninggalkan iman
atau celaan karena berbuat maksiat dan meninggalkan ketaatan. Kepribadian lawwamah adalah
kepribadian yang telah memperoleh cahaya kalbu, lalu dia bangkit untuk memperbaiki
kebimbangannya antara dua hal. Kepribadian lawwamah berada dalam kebimbangan antara
kepribadian ammarah dan kepribadian muthmainnah.
Firaman Allah SWT:
‫وال أقسﻡ با ألنفﺱ أوامﺔ‬
“Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali “ [QS. Al-Qiyamah : 2]
Kepribadian lawwamah merupakan kepribadian yang di dominasi oleh komponen akal,
komponen yang bernatur insaniah, akal mengikuti prinsip kerja rasionalistik dan realistic yang
membawa manusia pada tingkat ke sadaran. Apabila akal di beri percikan nur kalbu maka
fungsinya berubah menjadi baik. Al–Ghazali sendiri meskipun sangat mengutamakan
pendekatan cita rasa, namun ia masih menggunakan kemampuan akal. Sedangkan menurut Ibn
Sina, akal mampu mencapai pemahaman yang abstrak dan akal juga mampu mencapai akal
mustafat. Karena kedudukannya yang tidak stabil ini maka Ibn Qayyim al–Jauziyah membagi
kepribadian lawwamah menjadi dua bagian, yaitu:
a. Kepribadian Lawwamah malumah, Yaitu kepribadian lawwamah yang bodoh dan zalim.
b. Kepribadian Lawwamah ghayr malumah, Yaitu kepribadian yang mencela atas perbuatannya
yang buruk dan berusaha untuk memperbaikinya.
Dalam buku tazkiyatun nafs karangan Ibnu Rajab Al-Hambali dan kawan-kawan juga
disebutkan bahwa nafs lawwamah ada dua yaitu tercela dan terpuji. yang pertama adalah nafs
yang dungu dan menganiaya diri sendiri. Ia dicela oleh Allah dan para malaikat. sedangkan
yang kedua adalah nafsu yang selalu mencela pemiliknya karena kekuragannya dalam ketaatan
kepada Allah, padahal ia sudah berusaha sekuatnya.11[9]

3) Nafsu Mulhammah
Nafsu Mulhamah yaitu nafsu yang memperolrh ilham dari Allah SWT, dikaruniai ilmu
pengetahuan.Ia telah dihiasi akhlak mahmudah (akhlak terpuji), dan ia merupakan sumber
kesabaran, keuletan dan ketabahan. Pada tingkat ini nafsu itu telah terbuka kepada berbagai
petunjuk (ilham) dari Allah SWT. Dengan itu pula seseorang telah memiliki sifat–sifat yang
menunjukkan kepribadian yang kuat, sebagaimana yang di tunjukkan Allah SWT dalam surah
as – Syams ayat 7-10:
“Dalam jiwa serta penyempurnaanya (ciptaannya), maka Allah SWT mengilhamkan
pada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang
menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (as – Syams
ayat 7-10)
4) Nafsu Muthma’innah
Kepribadian mutmainnah adalah kepribadian yang telah di beri kesempurnaan nur kalbu,
sehingga dapat meninggalkan sifat–sifat tercela dan tumbuh sifat–sifat yang baik.Kepribadian
ini selalu berorientasi ke komponen kalbu untuk mendapat kesucian dan menghilangkan segala
kotoranm sehingga dirinya menjadi tenang. Begitu tenangnya kepribadian ini sehingga dirinya

11[9] Ibnu Rajab Al-Hambali, dkk , Tazkiyatun Nafs, (Solo: Pustaka Arafah,2001) Hlm. 84-85.
menjadi tenang. Begitu tenangnya kepribadian ini sehingga ia di panggil oleh Allah SWT.
Firman Allah SWT:

‫يا أيتها النفﺱ ألمﻁمﺌنﺔ إرجعي إلى ربﻙ راﻀيﺔ‬


“Hai kepribadian yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhoi-Nya.” [QS. AL – Fajr : 27-28] .
Kepribadian mutmainnah bersumber dari kalbu manusia, sebab hanya kalbu yang mampu
merasakan thuma`ninah.Kepribadian muthmainnah merupakan kepribadian atas dasar atau
supra kesadaran manusia.
Dikatakan demikian sebab kepribadian ini merasa tenag dalam meneriama keyakinan
fitrah yang dihujamkan pada ruh manusia di alam arwah dan kediaman di legitimasi oleh
wahyu illahi. Al- Ghazali menyatakan bahwa daya kalbu mampu mencapai pengetahuan
melalui daya cita rasa dan kasyf. Sedangkan Ibn Khaldun menyatakan dalam muqadimat bahwa
ruh kalbu itu di singgahi oleh ruh akal. Ruh akal secara substansi mampu mengetahui apa saja
di alam amr, sebab ia berpotensi demikian.
Ada beberapa indikator yang bisa dijadikan acuan, sebagai bahan evaluasi apakah proses
Tazkiyatun Nafs yang kita lakukan sudah berhasil atau belum. Indikator tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Iman bertambah kuat, bagus, dan kokoh. Tahan atas godaan syetan untuk menegakkan
kebatilan.
2. Tumbuh semangat beramal shaleh di tengah masyarakat.
3. Mampu menahan hawa nafsu, yangmendoronguntukmenghalalkan segala cara dan merampas
hak orang lain.
4. Mampu menghindarkan diri dari maksiat kepada Alloh. Sebaliknya melaksanakan ketaatan
dalam segala bentuk persoalan.
5. Menerima takdir Alloh dan tidak membencinya, diawali dengan usaha terbaik.
6. Tidak pernah bosan beribadah kepada Alloh. Ber-dzikir saat bekerja, belajar dan lain
sebagainya.
7. Tidak pernah jenuh menghadapi godaan syetan. Dalam dirinya takut jatuh saat melangkah
hidup, baik di tengah maupun akhir hidupnya.
8. Kerjanya hanya berusaha mencari ridho Alloh. Kekayaan dan jabatan hanya sebagai sarana
untuk mencapai rido Alloh, bukan sebagai tujuan utama hidup.
9. Mudah diberi nasehat, saat melakukan kesalahan.
10. Tidak pernah berhenti berdoa, dan menyadari atas kelemahaan diri atas-Nya.
11. Selalu bertaubat kepada Alloh atas kesalahan yang dilakukan selama beramal.
12. Mampu menghindari diri dari pekerjaan sia-sia.
13. Mengubah kejahatan dengan kebaikan.

Bagaimana cara untuk mewujudkan indikator di atas? caranya adalah sebagai berikut:
1. Memperkuat keimanan secara terus menerus
2. Berusahan tidak melanggar perintah Alloh
3. Memelihara dan waspada diri terhadap adzab Alloh
4. Memelihara keikhlasan dan beribadah dan beramal
5. Mengutamakan / konsentrasi akhirat
6. Mengutamakan keridhoan Alloh atas segala-galanya.

2.7. Manfaat Tazkiatun nafs


 Iman bertambah kuat, bagus, dan kokoh. Tahan atas godaan syetan untuk menegakkan kebatilan.
 Tumbuh semangat beramal shaleh di tengah masyarakat.
 Mampu menahan hawa nafsu, yang mendorong untuk menghalalkan segala cara dan merampas
hak orang lain.
 Mampu menghindarkan diri dari maksiat kepada Alloh. Sebaliknya melaksanakan ketaatan
dalam segala bentuk persoalan.
 Menerima takdir Alloh dan tidak membencinya, diawali dengan usaha terbaik.
 Tidak pernah bosan beribadah kepada Alloh. Ber-dzikir saat bekerja, belajar dan lain
sebagainya.
 Tidak pernah jenuh menghadapi godaan syetan. Dalam dirinya takut jatuh saat melangkah
hidup, baik di tengah maupun akhir hidupnya.
 Kerjanya hanya berusaha mencari ridho Alloh. Kekayaan dan jabatan hanya sebagai sarana
untuk mencapai rido Alloh, bukan sebagai tujuan utama hidup.
 Mudah diberi nasehat, saat melakukan kesalahan.
 Tidak pernah berhenti berdoa, dan menyadari atas kelemahaan diri atas-Nya.
 Selalu bertaubat kepada Alloh atas kesalahan yang dilakukan selama beramal.
 Mampu menghindari diri dari pekerjaan sia-sia.
 Mengubah kejahatan dengan kebaikan.

2.8. Perbedaan antara Tazkiah al-nafs dengan Thaharah


Thaharah berarti bersih (nadhlafah), suci (nazahah) terbebas (khulus) dari kotoran
(danas) seperti tersebut di dalam al-qur’an:
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang
mensucikan diri. (al-Baqarah/2;222)
Menurut syara’, thaharah itu ialah mengangkat (menghilanhkan) penghalang yang
timbul dari hadast atau najis.
Tazkiah al-nafs Thaharah
Membersihkan kotoran hati dari sifat-sifat Membersihkan kotoran dari hadast dan najis
tercela (kotor rohani) (kotor jasmani).
Membersihkannya dengan ibadah ritual Membersihkannya dengan cara
seperti zikir,sholat,dan istighfar. wudhu,mandi, dan tayamum.
Manfaatnya agar hati menjadi bersih dan Manfaatnya untuk terbebas dari segala
berdampak pada sikap yang berakhlakul macam kotoran dan najis supaya segala
karimah. hubungan yang bersangkutan dengan ibadah
khusus,seperti sholat diterima.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
 Secara etimologis, Tazkiyatun nafs berasal dari dua buah kata yaitu Tazkiyatun dan An-nafs.
Tazkiyah berasal dari akar kata (Zakaa Yazku-Zakaa & Zakatan) yang berarti Nama (baca;
Tumbuh) dan Zada (baca;Bertambah). Zakaa juga bisa berarti Solaha (baca;baik) dan ia juga
berarti Barokah (baca;banyak kebaikannya), disamping itu juga berarti Thaharoh / Suci bersih.
Sedang bentuk kata Tazkiyah dari kata Zaka yang diberi tambahan huruf kaf, sehingga menjadi
Zakka-Yuzakki-Tazkiyatan yang berarti menumbuhkan, mengembangkan, memperbaiki,
membersihkan, mensucikan dan menjadikannya jadi baik serta bertambah baik.
 tujuan Tazkiyatun Nafs adalah ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
 Dan tujuan khusus Tazkiyatun Nafs yaitu:
 pembentukan manusia yang bersih akidahnya, suci jiwanya, luas ilmunya, dan seluruh aktivitas
hidupnya bernilai ibadah.
 membentuk manusia yang berjiwa suci dan beakhlak mulia dalam pergaulan dengan sesamanya,
yang sadar akan hak dan kewajiban, tugas seta tanggung jawabnya.
 membentuk manusia yang berjiwa sehat dengan terbebasnya jiwa dari perilaku tercela yang
membahayakan jiwa itu sendiri.
 memebentuk manusia yang berjiwa suci dan berakhlak mulia, baik terhadap Allah, diri sendiri
maupun manusia sekitarnya.

 Metode penyucian diri bias dilakukan dengan Dengan proses Takhalli dan dengan proses
tahalli
 Nafsu Dalam Pertumbuhan Psikologi dan Spiritualnya ada 4 yaitu: 1. Nafsu amarah 2. Nafsu
lawwamah 3. Nafsu mulhamah 4. Nafsu mut’mainnah
 Nafsu amarah adalah Kepribadian amarah adalah keptibadian yang cenderung pada tabiat jasad
dan mengejar pada prinsip – prinsip kenikmatan (pleasure princible).
 Nafsu lawwamah adalah Kepribadian lawwamah adalah kepribadian yang telah memperoleh
cahaya kalbu, lalu dia bangkit untuk memperbaiki kebimbangannya antara dua hal.
Kepribadian lawwamah berada dalam kebimbangan antara kepribadian ammarah dan
kepribadian muthmainnah.
 Nafsu mulhamah adalah nafsu yang memperolrh ilham dari Allah SWT, dikaruniai ilmu
pengetahuan.Ia telah dihiasi akhlak mahmudah (akhlak terpuji), dan ia merupakan sumber
kesabaran, keuletan dan ketabahan.
 Nafsu mut’mainnah adalah adalah kepribadian yang telah di beri kesempurnaan nur kalbu,
sehingga dapat meninggalkan sifat–sifat tercela dan tumbuh sifat–sifat yang baik.Kepribadian
ini selalu berorientasi ke komponen kalbu untuk mendapat kesucian dan menghilangkan segala
kotoranm sehingga dirinya menjadi tenang.
 Manfaat Tazkiatun nafs
 Iman bertambah kuat, bagus, dan kokoh. Tahan atas godaan syetan untuk menegakkan
kebatilan.
 Tumbuh semangat beramal shaleh di tengah masyarakat. Dll.

3.2. Saran
Mari kita menyucikan jiwa dan hati kita dari segala macam kejelekan dan sifat tercela agar hati
kita selalu menjadi hati yang tenang dan tentram serta senantiasa taqwa dan dekat pada Allah
karena Allah senang pada orang-orang yang taqwa dan senantiasa menyucikan hatinya.

DAFTAR PUSTAKA

Taufik. H. M. Pd.I. 2012. Tazkiyatun Nafs. Lumajang.


M. Solihin. 2003. Tasawuf Tematik. Bandung: CV Pustaka Setia.
Al-Hambali, Ibnu Rajab, dkk. 2001. Tazkiyatun Nafs. Solo: Pustaka Arafah.
Nasution, Lahnuddin.1998.Fiqh 1. Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Ibnu Taimiyah, Islam, Syaikhul. 2010. Tazkiyatun Nafs: Darus Sunnah Press.

Diposting oleh Izal Edward di 20.01


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Polemik zakat memang tidak asing dikalangan masyarakat muslim, zakat sebagai
salah satu rukun islam, tepatnya rukum islam yang ke empat adalah sangat penting. Ada 82
tempat di dalam Al-Qur’an yang menyebutkan tentang zakat beriringan dengan shalat.
Kedudukan anatara zakat dan shalat yang sering dikaitkan di beberapa ayat dalam Al-Qur’an
mrenunjukkan bahwa zakat dari segi keutamaan hampir sama seperti halnya shalat. Shalat
dikatakan sebagai ibadah badaniah dan zakat dkatakan sebagai ibadah maliyah yang paling
utama.
Zakat fitrah sebagai salah satu zakat yang paling penting bagi muslim, memang tidak
ada penjelasan secara khusus dari dalam Al-Qur’an, tetapi penjelasan kewajiban zakat itu
dijelaskan di dalam hadist Nabi. Zakat fitrah itu diwajibkan baik itu laki-laki, perempuan,
merdeka, ataupun budak sekalipun.
Kewajiban zakat akan memberikan pengaruh dampak yang positif bagi para
pemberinya. Karena, zakat itu sendiri esensinya merupakan sebuah pemberian yang diwajibkan
kepada orang muslim untuk diberikan kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-
syarat tertentu guna untuk membersihkan harta kita. Kenapa dikatakan untuk membersihkan?
Karena, di dalam harta seseorang yang tersimpan itu terdapat hak-hak orang lain. Allah hanya
memberikan harta itu kepada kita sebagai manusia. Dan kewajiban kitalah sebagai yang
dititipkan untuk memberikan harta tersebut kepada orang yang berhak mendapatkannya.

B. Rumusan Masalah
 Apa Pengertian Zakat?
 Bagaimana Dasar Hukum Zakat?
 Apa Saja Lembaga Pengelola Zakat?
 Apa Saja Asas-asas Lembaga Pengelola Zakat?
 Bagaimana Tujuan Pengelolaan Zakat?

C. Tujuan Pembahasan
 Mengetahui Pengertian Zakat.
 Mengetahui Dasar Hukum Zakat.
 Mengetahui Apa Saja Lembaga Pengelola Zakat.
 Mengetahui Asas-asas Lembaga Pengelola Zakat.
 Mengetahui Tujuan Pengelolaan Zakat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat
Zakat menurut lughat, ialah subur, bertambah. Menurut syara’ ialah, jumlah harta
yang dikeluakan untuk diberikan kepada golongan yang telah ditetapkan syara’. Dari segi
bahasa, kata zakat merupakan mashdar (kata dasar) dari zaka yang berarti berkah, tumbuh,
bersih, baik dan bertambah. Dari segi istilah fikih, zakat adalah sebutan bagi sejumlah harta
tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT agar diserahkan kepada orang-orang yang berhak
(mustahak).[1]
Zakat menurut loghat artinya suci dan subur. Menurut istilah syara’ ialah:
mengeluarkan sebagian dari harta benda atas perintah Allah, sebagai shadaqah wajib
atas mereka yang telah ditetapkan menurut syarat yang telah ditentukan oleh hukum Islam.[2]
Menurut UU No. 38 Tahun 1998 tentang Pengelolaan Zakat, pengertian zakat
adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang
muslim sesuai ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya[3]

B. Dasar Hukum Zakat


Adapun dasar hukum diwajibkannya zakat, diantaranya yaitu:

َّ ‫ار َكعُوا َم َع‬


. َ‫الرا ِك ِعين‬ ْ ‫الز َكاة َ َو‬ َّ ‫َوأ َ ِقي ُموا ال‬
َّ ‫ص ََلة َ َوآتُوا‬
Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang
ruku”.(QS. al-Baqarah (2): 43).

َّ ‫ﻀيْنَ لَهُ ال ِدِّيْنَ ُحنَفَآ َء َويُ ِق ْي ُموا ال‬


َ ‫صلوﺓ َ َويُؤْ تُواالزَ َكوﺓ‬ َّ ‫َو َما ا ُ ِمي ُْر ْوآ اِالَّ ِل َي ْعبُد‬
ِ ‫ُوَّللاَ ُم ْخ ِل‬
.‫َوذا ِل َك ِدي ُْن ْالقَ ِيِّ َم ِﺔ‬
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”.(QS.
al-Bayyinah: (98): 5).
Dalil dari sunnah antara lain sabda Nabi SAW:
“Islam dibangun di atas lima pilar: Kesaksian bahwa tiada tuhan melainkan Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji, dan puasa
Ramadhan”

C. Lembaga Pengelola Zakat


Secara defenitif, Lembaga pengelola zakat (LPZ) merupakan sebuah institusi yang
bertugas dalam pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah, baik yang dibentuk oleh pemerintah
seperti BAZ, maupun yang dibentuk oleh masyarakat dan dilindungi oleh pemerintah seperti
LAZ. Bahwa ”Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan peng-
koordinasian dalam pegumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.”[4] Berdasarkan
peraturan perundang-undangan, di Indonesia terdapat dua jenis Lembaga Pengelola Zakat,
yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Untuk dapat mengumpulkan zakat dan mendistribusikannya untuk kepentingan
mustahik, pada tahun 1999, dibentuk Undang-Undang (UU) tentang Pengelolaan Zakat, yaitu
UU No. 38 Tahun 1999. UU ini kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Agama
(KMA) Nomor 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU Pengelolaan Zakat dan Keputusan
Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Zakat. Sebelumnya pada tahun 1997 juga keluar Keputusan Menteri Sosial Nomor
19 Tahun 1998, yang memberi wewenang kepada masyarakat yang menyelenggarakan
pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin untuk melakukan pengumpulan dana maupun
menerima dan menyalurkan zakat, infak dan sedekah (ZIS). Diberlakukannya beragam
peraturan tersebut telah mendorong lahirnya berbagai Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) di
Indonesia. Kemunculan lembaga-lembaga itu diharapkan mampu merealisasikan potensi zakat
di Indonesia.[5]
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) misalnya sebagai salah satu pengelola
zakat yang dibentuk oleh Pemerintah secara perlahan tapi pasti dapat terus meningkatkan
pengumpulan dana zakat yang cukup signifikan. Pada tahun 2007 dana zakat yang terkumpul
di BAZNAS mencapai Rp. 450 miliar, 2008 meningkat menjadi Rp. 920 miliar, dan pada 2009
tumbuh menjadi Rp. 1,2 triliun. Untuk tahun 2010, dana zakat yang berhasil dikumpulkan
BAZNAS mencapai Rp. 1,5 triliun. Meskipun angka yang berhasil dicapai oleh BAZNAS
belum sebanding dengan potensi zakat yang ada di tengah-tengah masyarakat yang diprediksi
bisa mencapai Rp. 19 triliun (PIRAC), atau Rp. 100 triliun (Asian Development Bank), akan
tetapi apa yang telah dicapai oleh BAZNAS sesungguhnya merupakan prestasi yang luar biasa
dalam menghimpun zakat.[6]
Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah institusi pengelola zakat yang sepenuhnya
dibentuk atas prakarsa masyarakat yang bergerak dalam bidang dakwah, pendidikan, sosial dan
kemaslahatan umat Islam. Adapun institusi yang mengurusi zakat yang lain adalah Badan Amil
Zakat yaitu organisasi pengelola zakat yang di bentuk oleh pemerintah terdiri dari unsur
masyarakat dan pemerintah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan, dan
mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama.Asas-asas Lembaga Pengelolaan
Zakat.[7]

D. Asas-asas Lembaga Pengelola Zakat


Sebagai sebuah lembaga, Lembaga Pengelolaan Zakat memiliki asas-asasyang
menjadi pedoman kerjanya. Dalam UU No. 23 Tahun 2011,disebutkan bahwa Asas-asas
Lembaga Pengelola Zakat adalah:[8]
1. Syariat Islam. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, LembagaPengelola Zakat haruslah
berpedoman sesuai dengan syariat Islam, mulaidari tata cara perekrutan pegawai hingga tata
cara pendistribusian zakat.
2. Amanah. Lembaga Pengelola Zakat haruslah menjadi lembaga yangdapat dipercaya.
3. Kemanfaatan. Lembaga Pengelola Zakat harus mampu memberikanmanfaat yang sebesar-
besarnya bagi mustahik.
4. Keadilan. Dalam mendistribusikan zakat, Lembaga Pengelola Zakat harusmampu bertindak
adil.
5. Kepastian hukum. Muzakki dan mustahik harus memiliki jaminan dankepastian hukum dalam
proses pengelolaan zakat.
6. Terintegrasi. Pengelolaan zakat harus dilakukan secara hierarkis sehinggamampu
meningkatkan kinerja pengumpulan, pendistribusian, danpendayagunaan zakat.
7. Akuntabilitas. Pengelolaan zakat harus bisa dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan
mudah diakses oleh masyarakat dan pihak lain yang berkepentingan.
Lembaga pengelola zakat yang berkualitas sebaiknya mampu mengelola zakat
yang ada secara efektif dan efisien. Program-program penyaluran zakat harus benar-benar
menyentuh mustahik dan memiliki nilai manfaat bagi mustahik tersebut. Lembaga pengelola
zakat juga harus bersikap responsif terhadap kebutuhan mustahik, muzakki, dan alam
sekitarnya. Hal ini mendorong amil zakat untuk bersifat proaktif, antisipatif, inovatif, dan
kreatif sehingga tidak hanya bersifat pasif dan reaktif terhadap fenomena sosial yang terjadi,
Selain itu, seluruh organ organisasi pengelola zakat telah memahami dengan baik syariat dan
seluk beluk zakat sehingga pengelolaan zakat tetap berada dalam hukum Islam, tentunya hal
ini sejalan dengan asas-asas pengelolaan zakat.[9]

E. Tujuan Pengelolaan Zakat


Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2011, tujuan pengelolaan zakat adalah:

1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat.

Pengelolaan zakat yang baik akan memudahkan langkah sebuah LPZ untuk

mencapai tujuan inti dari zakat itu sendiri, yaitu optimalisasi zakat. Dengan bertindak efisien

dan efektif, LPZ mampu memanfaatkan dana zakat yang ada dengan maksimal.

2. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan

penanggulangan kemiskinan

Pengelolaan zakat dimaksudkan agar dana zakat yang disalurkan benar-benar sampai

pada orang yang tepat dan menyalurkan dana zakat tersebut dalam bentuk yang produktif

sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan zakat untuk hal yang

produktif dapat dilakukan dengan mendirikan Rumah Asuh, melakukan pelatihan home

industry, mendirikan sekolah gratis, dan sebagainya.


BAB III
PENUTUP

Simpulan
Pengelolaan zakat oleh amil zakat telah dicontohkan sejak zaman Rasulullah saw.,
pengelolaan dan pendistribusian zakat dilakukan secara melembaga dan terstruktur dengan
baik. Dalam konteks ke-Indonesiaan hal itu tercermin dari Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, di mana dalam Undang-undang tersebut
mengatur dengan cukup terperinci mengenaifungsi, peran dan tanggung jawab Badan Amil
Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Dalam rangka memaksimalkan peran dan fungsi lembaga pengelolaan zakat, tentunya
harus dikelola sebaik mungkin. Tidak cukup sampai di situ, lembaga pengelolaan zakat juga
harus akuntabel, yaitu amanah terhdap kepercayaan yang diberikan oleh muzakki dan juga
amanah dalam mendistribusikannya kepada mustahiq,dalam arti tepat sasaran dan tepat guna.

Pelajaran fiqih kali ini akan membahas tentang zakat secara lengkap, mulai dari apa itu zakat,
pembagian atau macam-macam zakat, siapa saja orang yang berhak menerima zakat, dalil-
dalil yang berhubungan dengan zakat, manfaat dan hikmah zakat dll. A. PENGERTIAN
ZAKAT ? Pengertian Zakat Menurut Bahasa : Zakat menurut bahasa berarti “tumbuh dan
bertambah”. juga bisa berarti berkah, bersih, dan suci. Pengertian Zakat Menurut Istilah :
Menurut istilah Agama Islam zakat adalah ukuran/kadar harta tertentu yang harus
dikeluarkan oleh pemiliknya untuk diserahkan kepada golongan/orang-orang yang berhak
menerimanya dengan syarat-syarat tertentu. Zakat dari segi prakteknya adalah kegiatan bagi-
bagi yang diwajibkan bagi umat islam. Zakat berbeda dengan gratifikasi. Gratifikasi adalah
kegiatan bagi-bagi yang tidak diperkenankan oleh negara atau ketentuan pemerintah. Orang
yang mengeluarkan zakat disebut Muzakki Orang yang berhak menerima zakat disebut
Mustahik Baca Juga : Calculator Zakat | Software Penghitung Zakat B. SEJARAH ZAKAT
Zakat menjadi wajib hukumnya sejak tahun 662 M. Nabi Muhammad SAW melembagakan
perintah zakat ini dengan menetapkan pajak bertingkat bagi mereka yang kaya untuk
meringankan beban kehidupan mereka yang miskin. Sejak saat ini, zakat diterapkan dalam
negara-negara Islam. Hal ini menunjukan bahwa pada kemudian hari ada pengaturan
pemberian zakat, khususnya mengenai jumlah zakat tersebut.. Pada zaman khalifah, zakat
dikumpulkan oleh pegawai sipil dan didistribusikan kepada kelompok tertentu dari
masyarakat. Kelompok itu adalah orang miskin, janda, budak yang ingin membeli kebebasan
mereka, orang yang terlilit hutang dan tidak mampu membayar. . Syari’ah mengatur dengan
lebih detail mengenai zakat dan bagaimana zakat itu harus dibayarkan. C.HUKUM ZAKAT
Seorang muslim yang telah memiliki harta dengan jumlah tertentu (nisab) sesuai dengan
ketentuan dan waktu tertentu (haul) yaitu satu tahun, wajib mengeluarkan zakatnya. Zakat
merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat
Islam, Oleh sebab itu Hukum dari melaksanakan zakat adalah Fardhu Ain / Wajib Ain, yang
artinya wajib hanya bagi orang yang mampu atau memenuhi syarat. D.TUJUAN ZAKAT
Adapun Tujuan zakat adalah sebagaimana firman Allah dalam surat at- Taubah ayat 103 : ْ‫ُخذ‬
ٌ‫س ِم ْي ٌع َع ِليْم‬ َ ُ‫سك ٌَن لَّ ُه ْم َوهللا‬َ َ‫صلَوتَك‬ َ ‫ص ِِّل َعلَ ْي ِه ْم ا َِّن‬ َ ُ ‫صدَقَةً ت‬
َ ‫ط ِِّه ُر ُه ْم َوتُزَ ِ ِّك ْي ِه ْم بِ َها َو‬ َ ‫التوبة( ِم ْن ا َ ْم َوا ِل ِه ْم‬: ١٠٣)
Artinya : Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka,
dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa
bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.(Q.S At-Taubah : 103) Jadi tujuan
Allah memerintahkan umat Islam untuk membayar zakat adalah agar harta yang dimilikinya
menjadi bersih dan suci. Karena kalau tidak dibayarkan zakatnya, harta yang dimiliki menjadi
kotor dan haram karena tercampur hak orang lain yang dititipkan kepada orang yang berhak
mengeluarkan zakat D. Dalil Tentang Zakat Adapun dalil atau dasar hukum yang berkenaan
dengan zakat adalah sebagai berikut : َ ‫الزكَاة‬ َّ ‫ص ََلةَ َوآَتُوا‬ َّ ‫ َوأَقِي ُموا ال‬WA AQIIMUSSOLAT WA
ATIIUZ ZAKAT Artinya: Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. (QS. Al Baqarah (2):
110) Ayat lainnya: ‫سنًا َل ُ َك ِِّف َر َّن‬ َ ‫َّللاَ قَ ْرضًا َح‬ ْ ‫س ِلي َو َع َّز ْرت ُ ُمو ُه ْم َوأَ ْق َر‬
َّ ‫ضت ُ ُم‬ ُ ‫الزكَاة َ َوآ َ َم ْنت ُ ْم ِب ُر‬
َّ ‫ص ََلة َ َوآَت َ ْيت ُ ُم‬ َّ ‫لَئِ ْن أَقَ ْمت ُ ُم ال‬
ُ‫سيِِّئَا ِتك ْم‬ ُ ْ
َ ‫ َعنك ْم‬Artinya : Sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta
beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah
pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. (QS. Al Maidah (5):
12) Dan berbagai ayat lainnya. E. SYARAT-SYARAT WAJIB UNTUK
MENGELUARKAN ZAKAT Islam : Zakat hanya diwajibkan bagi orang Islam saja.
Merdeka : Hamba sahaya tidak wajib mengeluarkan zakat kecuali zakat fitrah, sedangkan
tuannya wajib mengeluarkannya. Di masa sekarang persoalan hamba sahaya tidak ada lagi.
Bagaimanapun syarat merdeka tetap harus dicantumkan sebagai salah satu syarat wajib
mengeluarkan zakat karena persoalan hamba sahaya ini merupakan salah satu syarat yang
tetap ada. Milik Sepenuhnya : Harta yang akan dizakati hendaknya milik sepenuhnya seorang
yang beragama Islam dan harus merdeka. Bagi harta yang bekerjasama antara orang Islam
dengan orang bukan Islam, maka hanya harta orang Islam saja yang dikeluarkan zakatnya.
Cukup Haul : cukup haul maksudnya harta tersebut dimiliki genap setahun, selama 354 hari
menurut tanggalan hijrah atau 365 hari menurut tanggalan mashehi. Cukup Nisab : Nisab
adalah nilai minimal sesuatu harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Kebanyakan standar
zakat harta (mal) menggunakan nilai harga emas saat ini, jumlahnya sebanyak 85 gram. Nilai
emas dijadikan ukuran nisab untuk menghitung zakat uang simpanan, emas, saham,
perniagaan, pendapatan dan uang dana pensiun. F. Orang Yang Berhak Menerima Zakat Ada
8 ashnaf (golongaan) yang berhak menerima zakat, hal ini terdapat dalam Surah at-Taubah
ayat 60, ‫س ِب ْي ِل هللاِ َواب ِْن‬ َ ‫َار ِميْنَ َوفِ ْي‬ ِ ‫ب َو ْالغ‬ ِّ ِ ‫ام ِليْنَ َعلَ ْي َها َو ْال ُم َؤلَّفَ ِة قُلُ ْوبُ ُه ْم َوفِي‬
ِ ‫الرقَا‬ ِ ‫س ِكي ِْن َو ْال َع‬ َ ‫آء َو ْال َم‬ِ ‫صدَقَتُ ِل ْلفُقَ َر‬ َّ ‫اِنَّ َماال‬
ً
ٌَ‫ضة ِ ِّمن‬ َ َّ ‫للاه للاٌِ ال‬
َ ‫سبِ ْي ِل ف ِر ْي‬ ٌ ‫التوبة( َح ِكيْمٌ َع ِليْمٌ َو‬: ٦٠) Artinya : Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk
orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya ( muallaf), untuk
(memerdekakan hamba sahaya), untuk membebaskan orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah, Allah
Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. Berikut adalah urut-urutan siapa saja yang berhak
menerima zakat (Mustahiq zakat) Fakir – Orang yang hampir tidak memiliki apa-apa
sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup. Miskin – Orang yang memiliki
harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup. Amil – Orang yang
mengumpulkan dan membagikan zakat / Petugas Zakat Mu’allaf – Orang yang baru masuk
Islam dan membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan barunya. Riqob –
Budak yang ingin memerdekakan dirinya Gharimin – Mereka yang berhutang untuk
kebutuhan yang halal dan tidak sanggup untuk memenuhinya. Fisabilillah – Mereka yang
berjuang di jalan Allah (misal: dakwah, perang dsb) Ibnus Sabil – Mereka yang kehabisan
biaya di perjalanan Adapun Yang tidak berhak menerima zakat adalah Orang kaya dan orang
yang masih memiliki tenaga. Hamba sahaya yang masih mendapat nafkah atau tanggungan
dari tuannya. Keturunan Rasulullah (ahlul bait). Orang yang dalam tanggungan dari orang
yang berzakat, misalnya anak dan istri. G. MACAM-MACAM ZAKAT / PEMBAGIAN
ZAKAT Secara garis besar zakat terbagi menjadi 2 bagian, zakat fitrah dan zakat maal,
namun zakat mal itu sendiri terbagi menjadi beberapa macam jenis zakat, selengkapnya kita
pelajari berikut ini : 1. ZAKAT FITRI /FITRAH zakat fitrah zakat fitrah Zakat fitrahadalah
zakat yang dikeluarkan pada saat menjelang hari raya, paling lambat sebelum shalat Idul
Fitri, dengan maksud untuk menyenangkan kaum fakir miskin saat hari raya, dan hukumnya
wajib. Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah menjelaskan: ‫ وهي‬.‫أي الزكاة التي تجب بالفطر من رمضان‬
‫ حر أو عبد‬،‫ ذكر أو أنثى‬،‫ صغير أو كبير‬،‫ واجبة على كل فرد من المسلمين‬Yaitu zakat yang diwajibkan
karena berbuka dari Ramadhan (maksudnya: berakhirnya Ramadhan). Dia wajib bagi setiap
pribadi umat Islam, anak-anak atau dewasa, laki-laki atau perempuan, merdeka atau budak.
(Fiqhus Sunnah, 1/412) Harta yang dikeluarkan adalah makanan pokok di negeri masing-
masing, kalau di negeri kita sebanyak (+/-) 2,5 Kg beras. Ini pandangan jumhur (mayoritas)
imam madzhab seperti Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hambal. Mereka
menolak pembayaran zakat fitri dengan nilai harganya (uang), karena hal itu dianggap
bertentangan dengan sunah nabi. Ini juga menjadi pandangan sebagian besar ulama kerajaan
Arab Saudi, dan yang mengikuti mereka. Dasarnya adalah: ‫صلَّى‬ َّ ‫سو َل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫ع َم َر أ َ َّن َر‬ َّ ‫َع ْن َع ْب ِد‬
ُ ‫َّللاِ ب ِْن‬
َ‫ير أ ْو‬ َ َ َ َ ْ ْ ْ ِّ ُ َ
َ ٍ‫ضانَ َعلى ك ِل نَف ٍس ِمن ال ُم ْس ِل ِمينَ ُح ٍ ِّر أ ْو َع ْب ٍد أ ْو َر ُج ٍل أ ْو ا ْم َرأة‬
ٍ ‫ص ِغ‬ ْ ْ ْ
َ ‫ض زَ كَاة َ ال ِفط ِر ِمن َر َم‬ َ
َ ‫سل َم ف َر‬ َّ َ َّ
َ ‫َّللاُ َعل ْي ِه َو‬
‫ير‬ ٍ ‫ش ِع‬ َ ‫صاعًا ِم ْن ت َْم ٍر أَ ْو‬
َ ‫صاعًا ِم ْن‬ َ ‫ير‬ ٍ ِ‫ َكب‬Dari Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam mewajibkan zakat fitri pada bulan Ramadhan untuk setiap jiwa kaum muslimin,
baik yang merdeka atau budak, laki-laki atau perempuan, anak-anak atau dewasa, sebanyak
satu sha’ kurma atau satu sha’ biji-bijian. (HR. Muslim No. 984) Hadits ini menunjukkan
bahwa yang mesti dikeluarkan dalam zakat fitri adalah makanan pokok pada sebuah negeri,
sebagaimana contoh dalam hadits ini. Maka, menggunakan nilai atau harga dari makanan
pokok merupakan pelanggaran terhadap sunah ini. Sedangkan Imam Abu Hanifah,
menyatakan bolehnya zakat fitri dengan uang. Berkata Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah:
‫ وجوز أبو حنيفة إخراج القيمة‬Abu Hanifah membolehkan mengeluarkan harganya. (Fiqhus Sunnah,
1/413) Ini juga pendapat Imam Sufyan Ats Tsauri, Imam ‘Atha, Imam Al Hasan Al Bashri,
Imam Bukhari, Imam Muslim, dan juga sahabat nabi, seperti Muawiyah Radhiallahu ‘Anhu
dan Mughirah bin Syu’bah Radhiallahu ‘Anhu, membolehkannya dengan nilainya, sebab
yang menjadi prinsip adalah terpenuhi kebutuhan fakir miskin pada hari raya dan agar
mereka tidak meminta-minta pada hari itu. Dalam riwayat lain: ‫اف َهذَا ْاليَ ْو ِم‬ ِ ‫ط َو‬ َ ‫أ َ ْغنُو ُه ْم َع ْن‬
Penuhilah kebutuhan mereka, jangan sampai mereka berkeliling (untuk minta-minta) pada
hari ini. (HR. Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 7528) Dari riwayat ini, bisa
dipahami bahwa yang menjadi substansi adalah terpenuhinya kebutuhan mereka ketika hari
raya dan jangan sampai mereka mengemis. Pemenuhan kebutuhan itu bisa saja dilakukan
dengan memberikan nilai dari kebutuhan pokoknya, atau juga dengan barangnya. Apalagi
untuk daerah pertanian, bisa jadi mereka lebih membutuhkan uang dibanding makanan
pokok, mengingat daerah seperti itu biasanya tidak kekurangan makanan pokok. 2. ZAKAT
MAAL (Harta benda) Zakat mal adalah zakat yang meliputi segala harta benda,zakat mal
dibagi menjadi beberapa jenis zakat, berikut adalah macam-macam zakat yang tergolong
dalam zakat mal ZAKAT EMAS dan PERAK zakat emas dan perak zakat emas dan perak
Nishab zakat emas adalah jika telah mencapai 20 Dinar dan selama satu tahun kepemilikan,
maka zakatnya 1/40-nya, yakni setengah Dinar. (HR. Abu Daud No. 1573, Al Baihaqi dalam
As Sunan Al Kubra No. 7325, dishahihkan Syaikh Al Albani. Lihat Shahih wa Dhaif Sunan
Abi Daud No. 1573)Satu Dinar adalah 4,25 gram emas. Jadi, jika sudah memiliki 85 gram
emas, maka dikeluarkan zakatnya 2,125 gram. Nishab zakat perak adalah jika telah mencapai
200 Dirham selama setahun kepemilikan sebanyak 1/40-nya, yakni 5 dirham. (HR. Abu Daud
No. 1574, At Tirmdizi No. 620, Ahmad No. 711, 1232, Al Bazar No. 679, dan lainnya. Imam
At Tirmidzi bertanya kepada Imam Bukhari, apakah hadits ini shahih? Beliau menjawab:
“shahih.” Lihat Sunan At Tirmidzi No. 620) Satu Dirham adalah 2,975 gram perak. Jadi, jika
sudah memiliki 595 gram perak, maka dikeluarkan zakatnya 14,875 gram. Dalil tentang
Kewajiban zakat emas dan perak : ‫اس‬ ِ َّ‫ان لَيَأ ْ ُكلُونَ أ َ ْم َوا َل الن‬
ِ َ‫الر ْهب‬
ُّ ‫ار َو‬ِ َ‫يرا ِمنَ ْالَحْ ب‬ً ِ‫يَا أ َ ُّي َها الَّذِينَ آ َ َمنُوا إِ َّن َكث‬
‫( َي ْو َم‬34) ‫ب أَ ِل ٍيم‬
ٍ ‫ش ْر ُه ْم ِب َعذَا‬
ِّ ِ ‫َّللاِ فَ َب‬
َّ ‫س ِبي ِل‬ َّ ‫َب َو ْال ِف‬
َ ‫ضةَ َو ََل يُ ْن ِفقُونَ َها فِي‬ َ ‫َّللاِ َوالَّذِينَ َي ْكنِ ُزونَ الذَّه‬ َ ‫صدُّونَ َع ْن‬
َّ ‫س ِبي ِل‬ ُ ‫اط ِل َو َي‬ ِ ‫ِب ْال َب‬
ُ ْ ُ ْ ُ ُ ُ َ ُ ُ ْ َ ُ ْ
َ‫ور ُه ْم َهذا َما َكنَزت ْم ِلنف ِسك ْم فذوقوا َما كنت ْم تَكنِزون‬ َ ُ ْ ُ َ َّ
ُ ‫َار َج َهن َم فتك َوى بِ َها ِجبَا ُه ُه ْم َو ُجنُوبُ ُه ْم َوظ ُه‬ َ
ِ ‫( يُحْ َمى َعل ْي َها فِي ن‬35)
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang
alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil
dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang
menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. pada hari
dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka,
lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang
kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu
simpan itu.” (QS. At Taubah (9): 34-35) Zakat Tijarah (zakat Perniagaan/Dagangan) zakat
tijarah atau zakat barang dagangan atau perniagaan zakat tijarah atau zakat barang dagangan
atau perniagaan Zakat ini adalah pada harta apa saja yang memang diniatkan untuk
didagangkan, bukan menjadi harta tetap dan dipakai sendiri.Syaikh Yusuf Al Qaradhawi
Hafizhahullah mengatakan tentang batasan barang dagangan: ،‫ولو اشترى شيئًا للقنية كسيارة ليركبها‬
‫ فإذا ركب‬،‫ لم يعد ذلك مال تجارة بخَلف ما لو كان يشتري سيارات ليتاجر فيها ويربح منها‬،‫ناويًا أنه إن وجد رب ًحا باعها‬
‫ إذ العبرة في‬،‫ فإن استعماله لها َل يخرجها عن التجارة‬،‫سيارة منها واستعملها لنفسه حتى يجد الربح المطلوب فيها فيبيعها‬
‫ لم يجعله للتجارة مجرد رغبته في البيع إذا وجد‬:‫ فما كان الصل فيه اَلقتناء واَلستعمال الشخصي‬،‫النية بما هو الصل‬
‫ أما إذا نوى تحويل عرض تجاري معين‬.‫ لم يخرجه عن التجارة طروء استعماله‬:‫ وما كان الصل فيه اَلتجار والبيع‬،‫رب ًحا‬
‫ وإدخاله في المقتنيات الشخصية‬،‫ فتكفي هذه النية عند جمهور الفقهاء إلخراجه من مال التجارة‬،‫إلى استعماله الشخصي‬
‫ غير النامية‬Seandainya seseorang membeli sesuatu untuk dipakai sendiri seperti mobil yang
akan dikendarainya, dengan niat apabila mendatangkan keuntungan nanti dia akan
menjualnya, maka itu juga bukan termasuk barang tijarah (artinya tidak wajib zakat, ). Hal ini
berbeda dengan jika seseorang membeli beberapa buah mobil memang untuk dijual dan
mengambil keuntungan darinya, lalu jika dia mengendarai dan menggunakan mobil itu untuk
dirinya, dia menemukan adanya keuntungan dan menjualnya, maka apa yang dilakukannya
yaitu memakai kendaraan itu tidaklah mengeluarkan status barang itu sebagai barang
perniagaan. Jadi, yang jadi prinsip adalah niatnya. Jika membeli barang untuk dipakai sendiri,
dia tidak meniatkan untuk menjual dan mencari keuntungan, maka hal itu tidak merubahnya
menjadi barang tijarah walau pun akhirnya dia menjualnya dan mendapat keuntungan. Begitu
juga sebaliknya jika seorang berniat merubah barang dagangan menjadi barang yang dia
pakai sendiri, maka niat itu sudah cukup menurut pendapat mayoritas fuqaha (ahli fiqih)
untuk mengeluarkan statusnya sebagai barang dagangan, dan masuk ke dalam kategori milik
pribadi yang tidak berkembang. (Fiqhuz Zakah, 1/290) Contoh : si A membeli barang-barang
meubel untuk dipakai dan ditaruh dirumah, maka ini tidak kena zakat, sebab tidak ada zakat
pada harta yang kita gunakan sendiri seperti rumah, kendaraan, pakaian, walaupun berjumlah
banyak kecuali jika itu diperdagangkan . Nah, jika si A membeli barang-barang tersebut
untuk dijual, maka barang tersebut wajib dikeluarkan zakatnya jika sudah mencapai
nishabnya dan jika sudah satu haul (setahun), yaitu dengan cara ditaksir harganya dan
dikeluarkan dalam bentuk harganya itu, sebanyak 1/40 harganya. Abu Amr bin Himas
menceritakan, bahwa ayahnya menjual kulit dan alat-alat yang terbuat dari kulit, lalu Umar
bin Al Khathab berkata kepadanya: ‫ إ َّن َما أ َ ِبي ُع الَدَ َم‬، ‫َّللاِ َما ِلي َما ٌل‬ َّ ‫ َو‬: ‫ َف َقا َل‬، ‫ أ َ ِدِّ زَ كَاة َ َما َلك‬، ‫اس‬
ُ ‫يَا ِح َم‬
َ َ َ َ
ُ‫ ق ِّ ِو ْمهُ َوأ ِدِّ زَ كَاتَه‬: ‫ فقا َل‬، ‫اب‬
َ َ‫وال ِجع‬. ْ َ “Wahai Himas, tunaikanlah zakat hartamu itu.” Beliau
menjawab: “Demi Allah, saya tidak punya harta, sesungguhnya saya cuma menjual kulit.”
Umar berkata: “Perkirakan harganya, dan keluarkan zakatnya!” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi
Syaibah dalam Al Mushannaf No. 10557, Abdurrazzaq dalam Al Mushannaf No. 7099, Al
Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 7392) Dari kisah ini, Imam Ibnu Qudamah
mengatakan adanya zakat tijarah adalah ijma’, sebab tidak ada pengingkaran terhadap sikap
Umar bin Al Khathab Radhiallahu ‘Anhu. Beliau mengatakan: ، ‫صةٌ َي ْشتَ ِه ُر ِمثْلُ َها َولَ ْم ت ُ ْنك َْر‬ َّ ‫َو َه ِذ ِه ِق‬
‫ فَيَ ُكونُ إجْ َماعًا‬Kisah seperti ini masyhur (tenar), dan tidak ada yang mengingkarinya, maka hal
ini menjadi ijma’. (Lihat Al Mughni, 5/414. Mawqi’ Al Islam) Yang termasuk kategori ini,
adalah hasil dari sewa menyewa. Tanah, kios, kebun, rumah, tidaklah ada zakatnya, tetapi
jika disewakan maka harga sewa itu yang dizakatkan. Syaikh Muhammad Khaathir
Rahimahullah (mufti Mesir pada zamannya) berkata: ‫َل تجب فى الرض المعدة للبناء زكاة إَل إذا نوى‬
‫ التجارة بشأنها‬Tanah yang dipersiapkan untuk didirikan bangunan tidak wajib dizakati, kecuali
diniatkan untuk dibisniskan dengan mengembangkannya. (Fatawa Al Azhar, 1/157. Fatwa 15
Muharam 1398) Zakat Hasil Tanaman dan Buah-Buahan zakat hasil tanaman zakat tanaman
dan buah Para ahli fiqih (fuqoha) sepakat atas kewajiban zakat tanaman dan buah-buahan.
Tetapi mereka berbeda pendapat dalam jenis tanaman dan buah apa saja yang
dizakatkan.Pembahasan ringkasnya adalah sebagai berikut: Zakat tanaman dan buah-buahan
hanya pada yang disebutkan secara tegas oleh syariat, seperti gandum, padi, biji-bijian, kurma
dan anggur, selain itu tidak ada zakat. Ini pendapat Imam Al Hasan Al Bashri, Imam Sufyan
Ats Tsauri, dan Imam Asy Sya’bi. Pendapat ini dikuatkan oleh Imam Asy Syaukani.Pendapat
ini berdasarkan wasiat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada Muadz bin Jabal dan
Abu Musa Al Asy’ari ketika mereka diutus ke Yaman: ‫َل تأخذوا الصدقة إَل من هذه الربعة الشعير‬
‫“ والحنطة والزبيب والتمر‬Janganlah kalian ambil zakat kecuali dari empat macam: biji-bijian,
gandum, anggur kering, dan kurma. “ (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 1459,
katanya: shahih. Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 7242 , Ad Daruquthni No.
15)Secara khusus tidak adanya zakat sayur-sayuran (Al Khadharawat), Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: ٌ‫صد َقَة‬ َ ‫ت‬ِ ‫ْس فِي ْال ُخض َْر َوا‬
َ ‫لَي‬. Pada sayur-sayuran tidak ada zakatnya.
(HR. Al Bazzar No. 940, Ath Thabarani dalam Al Awsath No. 5921. Dishahihkan oleh
Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ No. 5411)Maka, tidak ada zakat pada semangka,
jambu, durian, sayur-sayuran, dan lainnya yang tidak disebutkan oleh nash. Kecuali jika
buah-buahan dan tanaman ini diperdagangkan, maka masuknya dalam zakat tijarah. Sayur-
sayuran dan semua yang dihasilkan oleh bumi (tanah) wajib dizakati, ini adalah pendapat
Imam Abu Hanifah, juga Imam Ibnul ‘Arabi, dan Syaikh Yusuf Al Qaradhawi, dan umumnya
ulama kontemporer.Dasarnya keumuman firman Allah Ta’ala: ‫ت َما‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َ َمنُوا أَ ْن ِفقُوا ِم ْن‬
ِ ‫ط ِِّيبَا‬
‫ض‬ ِ ‫س ْبت ُ ْم َو ِم َّما أَ ْخ َرجْ نَا لَ ُك ْم ِمنَ ْال َ ْر‬
َ ‫ َك‬Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari
bumi untuk kamu .. (QS. Al Baqarah (2): 267)Juga keumuman hadits: ‫ فيما سقت السماء العشر‬Apa
saja yang disirami air hujan maka zakatnya sepersepuluh. (Hadits yang semisal ini
diriwayatkan oleh banyak imam diantaranya: Al Bukhari, At Tirmidzi, An Nasa’i, Abu Daud,
Ibnu Majah, Ahmad, Al Baihaqi, Ath Thabarani, Ad Daruquthni, Al Baghawi, Al Bazzar,
Ibnu Hibban, Ath Thahawi, dan Ibnu Khuzaimah)Maka, hasil tanaman apa pun mesti
dikelurkan zakatnya, baik yang dikeluarkan adalah hasilnya itu, atau harganya. Pendapat Al
Qadhi Abu Yusuf yang mengatakan semua yang tumbuh dari bumi mesti dizakatkan, selama
yang bisa bertahan dalam setahun. Ada pun yang tidak bisa bertahan dalam setahun seperti
mentimun, sayur-sayuran, semangka, dan yang apa saja yang akan busuk dalam waktu
sebelum setahun, maka itu tidak ada zakat. Kalangan Malikiyah berpendapat, hasil bumi yang
dizakatkan memiliki syarat yaitu yang bertahan (awet) dan kering, dan ditanam oleh orang,
baik sebagai makanan pokok seperti gandum dan padi, atau bukan makanan pokok seperti
jahe dan kunyit. Mereka berpendapat tidak wajib zakat pada buah tin, delima, dan sayur-
sayuran. Kalangan Syafi’iyah berpendapat, hasil bumi wajib dizakatkan dengan syarat
sebagai makanan pokok dan dapat disimpan, serta ditanam oleh manusia, seperti padi dan
gandum. Tidak wajib zakat pada sayur-sayuran. Imam Ahmad berpendapat, hasil bumi wajib
dizakatkan baik biji-bijian dan buah-buahan, yang bisa kering dan tahan lama, baik yang
ditakar dan ditanam manusia, baik makanan pokok seperti gandum dan padi, atau bukan
seperti jahe dan kunyit. Juga wajib zakat buah-buahan yang punya ciri di atas seperti kurma,
anggur, tin, kenari, dan lainnya. Sedangkan yang tidak bisa dikeringkan tidak wajib zakat
seperti semangka, pepaya, jambu, dan semisalnya. Kita lihat, para ulama sepakat tentang
wajibnya zakat tanaman hanya pada kurma, padi, gandum, biji-bijian, dan anggur. Tetapi
mereka tidak sepakat tentang wajibnya zakat pada tanaman yang bukan menjadi makanan
pokok, seperti jahe, kunyit, buah-buahan selain anggur dan kurma, dan sayur-sayuran,
sebagian mengatakan wajib, sebagian lain tidak. Masing-masing alasan telah dipaparkan di
atas. Nishabnya adalah jika hasilnya sudah mencapai 5 wasaq, sebagaimana disebutkan
dalam hadits: ٌ‫صدَقَة‬ َ ‫ق‬ ُ ‫س ِة أَ ْو‬
ٍ ‫س‬ َ ‫ْس فِي َما أَقَ ُّل ِم ْن خ َْم‬
َ ‫ لَي‬Tidak ada zakat pada apa-apa yang kurang dari
lima wasaq. (HR. Bukhari No. 1484, Muslim No. 979) Lima wasaq adalah enam puluh sha’
berdasarkan ijma’, dan satu sha’ adalah empat mud, lalu satu mud adalah seukuran penuh dua
telapak tangan orang dewasa. Dr. Yusuf Al Qaradhawi telah membahas ini secara rinci dalam
kitab monumental beliau, Fiqhuz Zakah, dan menyimpulkan bahwa lima wasaq adalah setara
dengan +/- 653 Kg. Zakat Binatang Ternak (Zakat An’am) zakat hewan ternak zakat hewan
ternak Zakat hewan ternak (Al An’am) pada Unta, Sapi, Kerbau dan Kambing (dengan
berbagai variannya) adalah ijma’ , tidak ada perbedaan pendapat.Syaikh Sayyid Sabiq
Rahimahullah menjelaskan: ،‫ والغنم‬،‫ والبقر‬،‫ مصرحة بإيجاب الزكاة في اَلبل‬،‫جاءت اَلحاديث الصحيحة‬
‫ أي‬،‫ أن تبلغ نصابا وأن يحول عليها الحول وأن تكون سائمة‬:‫ ويشترط َليجاب الزكاة فيها‬.‫وأجمعت اَلمة على العمل‬
‫ راعية من الكَل المباح أكثر العام‬Telah datang berbagai hadits shahih yang menjelaskan kewajiban
zakat pada Unta, Sapi, dan Kambing, dan umat telah ijma’ (sepakat) untuk mengamalkannya.
Zakat ini memiliki syarat: sudah sampai satu nishab, berlangsung selama satu tahun, dan
hendaknya hewan tersebut adalah hewan yang digembalakan, yaitu memakan rumput yang
tidak terlarang sepanjang tahun itu. (Fiqhus Sunnah, 1/363) Sedangkan, selain hewan Al
An’am tidak wajib dizakatkan, seperti kuda, keledai, ayam, ikan, bighal, kecuali jika semua
dijual, maka masuknya dalam zakat tijarah (perniagaan). Wallahu A’lam Syaikh Sayyid
Sabiq Rahimahullah mengatakan: ‫فَل زكاة في الخيل والبغال‬.‫َل زكاة في شئ من الحيوانات غير اَلنعام‬
‫ إَل إذا كانت للتجارة‬،‫ والحمير‬Tidak ada zakat pada hewan-hewan selain Al An’am, maka tidak ada
zakat pada kuda, bighal (peranakan kuda dan keledai), keledai, kecuali jika untuk
diperdagangkan. (Fiqhus Sunnah, 1/368) Namun demikian, tidak semua Al An’am bisa
dizakatkan, ada syarat yang mesti dipenuhi: 1. Sampai nishabnya 2. Sudah berlangsung satu
tahun (haul) 3. Hendaknya hewan ternak itu adalah hewan yang digembalakan, yang
memakan rumput yang tidak terlarang dalam sebagai besar masa setahun itu. ZAKAT UNTA
Nishabnya 5 ekor, mesti dikeluarkan 1 ekor kambing biasa yang sudah berusia setahun lebih,
atau kambing benggala (dha’n), seperti kibas, biri-biri, berusia setahun. Jika 10 ekor, maka
yang dikeluarkan 2 ekor kambing betina, dan seterusnya jika bertambah lima bertambah pula
zakatnya satu ekor kambing betina. Jika banyaknya 25 ekor, maka zakatnya 1 ekor anak unta
betina umur 1-2 tahun, atau 1 ekor anak unta jantan umur 2-3 tahun. Jika 36 ekor, zakatnya 1
ekor anak unta betina usia 2-3 tahun Jika 46 ekor, zakatnya 1 ekor unta betina berumur 3-4
tahun Jika 61 ekor, zakatnya 1 ekor unta betina 4-5tahun Jika 76 ekor, zakatnya 2 ekor anak
unta betina umur 2-3 tahun Jika 91 ekor sampai 120 ekor, zakatnya 2 ekor anak unta betina
umur 3-4 tahun ZAKAT SAPI Tidak wajib zakat jika belum sampai 30 ekor, dalam keadaan
digembalakan, dan sudah satu haul, zakatnya 1 ekor sapi jantan atau betina berumur 1 tahun
Jika 40 ekor, zakatnya 1 ekor sapi betina berumur 2 tahun Jika 60 ekor, zakatnya 2 ekor sapi
berumur 1 tahun Jika 70 ekor, zakatnya 1 ekor sapi betina umur 2 tahun dan 1 ekor sapi
jantan berumur 1 tahun Jika 80 ekor, zakatnya 2 ekor sapi betina umur 2 tahun Jika 90 ekor,
zakatnya 3 ekor sapi umur 1 tahun Jika 100 ekor, zakatnya 1 ekor sapi betina umur 2 tahun,
serta 2 ekor sapi jantan umur 1 tahun 110 ekor, zakatnya 2 ekor sapi betina umur 2 tahun, dan
1 ekor sapi jantan umur 1 tahun 120 ekor, zakatnya 3 ekor sapi betina berumur 2 tahun, atau 4
ekor sapi umur 1 tahun. Dan seterusnya, jika banyaknya bertambah, maka setiap 30 ekor
adalah 1 ekor sapi umur 1 tahun, dan setiap 40 ekor adalah 1 ekor sapi betina berumur 2
tahun. ZAKAT KAMBING Tidak dizakatkan kecuali sudah mencapai 40 ekor. Jika
berjumlah antara 40-120 ekor dan sudah cukup satu haul, maka zakatnya 1 ekor kambing
betina. Dari 121-200 ekor, zakatnya adalah 2 ekor kambing betina Dari 201-300 ekor,
zakatnya adalah 3 ekor kambing betina. Dan seterusnya, tiap tambahan 100 ekor, dikelurkan
1 ekor kambing betina. Dari domba berumur 1 tahun, dari kambing biasa 2 tahun. Jika
kambingnya hanya ada yang jantan, maka boleh dikeluarkan yang jantan. Jika sebagian
jantan dan sebagian betina, atau semuanya betina, ada yang membolehkan jantan, ada juga
hanya betina yang dizakatkan. Binatang yang dipakai membajak sawah atau menarik gerobak
tidak wajib dikenakan zakat. ditegaskan oleh Nabi Muhammad SAW. “Tidaklah ada zakat
bagi sapi yang dipakai bekerja.” (H.R. Abu Daud dan Daruquthni). Zakat Rikaz (Barang
Temuan) dan Ma’din (Barang Tambang)) Pengertian Zakat Rikaz sebagai berikut: ‫قَا َل َما ِلك‬
‫الركَازَ إِنَّ َما ه َُو ِد ْف ٌن يُو َجد ُ ِم ْن ِد ْف ِن ْال َجا ِه ِليَّ ِة َما لَ ْم‬ ِّ ِ ‫س ِم ْعتُ أ َ ْه َل ْال ِع ْل ِم يَقُولُونَهُ إِ َّن‬
َ ‫ف فِي ِه ِع ْندَنَا َوالَّذِي‬ َ ‫اختِ ََل‬ ْ ‫ْال َ ْم ُر الَّذِي ََل‬
‫ئ‬ َ ‫يب َم َّرة ً َوأ ُ ْخ ِط‬ َ ‫ص‬ ِ ُ ‫ير َع َم ٍل فَأ‬ َ ‫ب ِب َما ٍل َوتُ ُك ِ ِّل‬
ُ ‫ف فِي ِه َك ِب‬ َ ‫ط ِل‬ُ ‫ير َع َم ٍل َو ََل َمئُونَ ٍة فَأ َ َّما َما‬ُ ‫ف فِي ِه نَفَقَةٌ َو ََل َك ِب‬ ْ َّ‫ُطلَبْ ِب َما ٍل َولَ ْم يُتَكَل‬ْ ‫ي‬
‫َاز‬ ٍ ‫ْس بِ ِرك‬ َ
َ ‫ َم َّرةً فَلي‬Berkata Imam Malik: “Perkara yang tidak lagi diperselisihkan bagi kami dan
yang saya dengar dari para ulama, bahwa mereka mengatakan rikaz adalah harta terpendam
yang dipendam sejak masa jahiliyah, untuk menemukannya tidak membutuhkan ongkos,
tidak juga upaya keras dan tenaga besar untuk mencarinya. Sedangkan yang ditemukan
dengan menggunakan ongkos dan bersusah payah mencarinya, yang kadang bisa berhasil,
waktu lain bisa gagal, maka itu bukan rikaz.” (Al Muwaththa’ No. 585, riwayat Yahya Al
Laitsi) Sedangkan Ma’din (barang tambang) adalah: diambil dari kata ya’danu – ‘ad-nan
yang artinya menetap pada suatu tempat. Dalil wajibnya zakat rikaz adalah: ‫وفي الركاز الخمس‬
Dan pada rikaz zakatnya adalah seperlima (khumus). (HR. Bukhari No. 1499, Muslim No.
1710) Hadits ini menunjukkan wajibnya zakat rikaz, dan berapa yang mesti dikeluarkan,
yakni 1/5, atau 20 %. Rikaz yang mesti dikeluarkan zakatnya adalah: ،‫الركاز الذي يجب فيه الخمس‬
،‫وهو مذهب اَلحناف‬.‫ وما أشبه ذلك‬،‫ واَلنية‬،‫ والصفر‬،‫ والرصاص‬،‫ والحديد‬،‫ كالذهب والفضة‬،‫هو كل ما كان ماَل‬
:‫ أن الخمس َل يجب إَل في اَلثمان‬:‫وله قول آخر‬.‫ وأحد قولي الشافعي‬،‫ ورواية عن مالك‬،‫ وابن المنذر‬،‫ وإسحق‬،‫والحنابلة‬
‫ الذهب والفضة‬Rikaz yang wajib dikeluarkan zakatnya seperlima adalah semua yang berupa
harta seperti emas, perak, besi, timah, tembaga, bejana, dan yang semisalnya. Inilah pendapat
Hanafiyah, Hanabilah, Ishaq, Ibnul Mundzir, satu riwayat dari Malik, salah satu pendapat
dari Asy Syafi’i. Pendapat yang lain: bahwa seperlima tidaklah wajib kecuali pada mata
uang: yaitu emas dan perak. (Fiqhus Sunah, 1/374) Kepada siapa diwajibkan? Siapa saja yang
menemukan rikaz, wajib mengeluarkan zakatnya, baik dewasa atau anak-anak, berakal atau
gila, bahkan kafir dzimmi sekali pun. Ada pun untuk anak-anak dan orang gila yang
mengurus pengeluaran zakatnya adalah walinya. Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah
mennyebutkan: ُ‫َاز يَ ِجدُه‬ ِ ‫الرك‬ ِّ ِ ‫ي فِي‬ ِِّ ‫علَى ال ِذِّ ِِّم‬ َ ‫ َعلَى أ َ َّن‬، ‫ظ َع ْنهُ ِم ْن أ َ ْه ِل ْال ِع ْل ِم‬ُ َ‫ أَجْ َم َع ُك ُّل َم ْن نَحْ ف‬: ‫قَا َل ا ْبنُ ْال ُم ْنذ ِِر‬
َ
‫ َوقا َل‬. ‫ َو َغي ُْر ُه ْم‬، ِ ‫الرأي‬ ْ َّ ُ‫ص َحاب‬ َ
ْ ‫ َوأ‬، ‫ق‬ ِ ‫ َوأه ُل ال ِع َرا‬، ‫ي‬ ْ ْ َ َ ْ
ُّ ‫ َوال ْوزَ ا ِع‬، ‫ي‬ ُّ ‫ َوالث ْو ِر‬، ‫ َوأ َ ْه ُل ْال َمدِينَ ِة‬، ٌ‫ قَالَهُ َما ِلك‬. ‫س‬
َّ َ ‫ْال ُخ ْم‬
‫َان‬ ْ
ِ ‫ي َوال َم ْرأَةِ أَنَّ ُه َما ََل يَ ْم ِلك‬ َّ ‫ي َع ْنهُ فِي ال‬
ِِّ ‫ص ِب‬ َ ‫ َو ُح ِك‬. ٌ ‫الزكَاة ُ ؛ ِلَنَّهُ زَ كَاة‬ َّ ‫س َّإَل َعلَى َم ْن ت َِجبُ َعلَ ْي ِه‬ ْ
ُ ‫ ََل يَ ِجبُ ال ُخ ْم‬: ‫ي‬ َّ ‫ال‬
ُّ ‫شافِ ِع‬
َ‫الركَاز‬
ِّ ِ . Semua ulama yang telah saya ketahui telah sepakat, bahwa orang dzimmi juga wajib
mengeluarkan zakat rikaz yang ditemukannya sebesar 1/5. Ini menjadi pendapat Malik,
penduduk Madinah, Ats Tsauri, Al Awza’i, penduduk Iraq, ashhab ar ra’yi (pengikut Imam
Abu Hanifah), dan selain mereka. Imam Asy Syafi’i berkata: tidak wajib seperlima kecuali
kepada orang yang wajib berzakat, karena zakat adalah zakat. Diceritakan darinya, bahwa
anak-anak dan wanita tidaklah memiliki rikaz. (Al Mughni, 5/400) Zakat rikaz dikeluarkan
tanpa menunggu haul, tapi dikeluarkan ketika menemukannya, juga tidak ada nishab. Ini
adalah pendapat jumhur (mayoritas). Ini adalah jenis zakat yang diperselisihkan para ulama.
Hal ini sama dengan sebagian zakat lainnya, seperti zakat sayur-sayuran, buah-buahan selain
kurma, dan zakat perdagangan. Sebagian kalangan ada yang bersikap keras menentang zakat
profesi, padahal perbedaan seperti ini sudah ada sejak masa lalu, ketika mereka berbeda
pendapat tentang ada tidaknya zakat sayuran, buah, dan perdagangan tersebut. Seharusnya
perbedaan pendapat yang disebabkan ijtihad seperti ini tidak boleh sampai lahir sikap keras
apalagi membid’ahkan. Mereka yang mendukung pendapat ini seperti Syaikh Muhammad
Abu Zahrah, Syaikh Abdul Wahhab Khalaf, Syaikh Abdurrahman Hasan, dan Syaikh Yusuf
Al Qaradhawi, memandang ada beberapa alasan keharusan adanya zakat profesi: Profesi yang
dengannya menghasilkan uang, termasuk kategori harta dan kekayaan. Kekayaan dari
penghasilan bersifat berkembang dan bertambah, tidak tetap, ini sama halnya dengan barang
yang dimanfaatkan untuk disewakan. Dilaporkan dari Imam Ahmad, bahwa beliau
berpendapat tentang seseorang yang menyewakan rumahnya mendapatkan uang sewaan yang
cukup nisab, bahwa orang tersebut wajib mengeluarkan zakatnya ketika menerimanya tanpa
persyaratan setahun. Hal itu pada hakikatnya menyerupai mata pencaharian, dan wajib
dikeluarkan zakatnya bila sudah mencapai satu nisab, walau tanpa haul. Selain itu, hal ini
juga diqiyaskan dengan zakat tanaman, yang mesti dikeluarkan oleh petani setiap memetik
hasilnya. Bukankah petani juga profesi? Sebagian ulama menolak menggunakan qiyas dalam
masalah ini, tetapi pihak yang mendukung mengatakan bukankah zakat fitri dengan beras
ketika zaman nabi juga tidak ada? Bukankah nabi hanya menyontohkan dengan kurma dan
gandum? Saat ini ada zakat fitri dengan beras karena beras adalah makanan pokok di
Indonesia, tentunya ini juga menggunakan qiyas, yakni mengqiyaskan dengan makanan
pokok negeri Arab saat itu, kurma dan gandum. Jadi, makanan apa saja yang menjadi
makanan pokok-lah yang dijadikan alat pembayaran zakat. Jika mau menolak, seharusnya
tolak pula zakat fitri dengan beras yang hanya didasarkan dengan qiyas sebagai makanan
pokok. Dalam perspektif keadilan Islam, maka adanya zakat profesi adalah keniscayaan.
Bagaimana mungkin Islam mewajibkan zakat kepada petani yang pendapatannya tidak
seberapa, namun membiarkan para pengusaha kaya, pengacara, dokter, dan profesi prestise
lainnya menimbun harta mereka? Kita hanya berharap mereka mau bersedekah sesuai
kerelaan hati? Dalam perspektif maqashid syari’ah (tujuan dan maksud syariat), adanya zakat
profesi adalah sah. Sebab lebih mendekati keadilan dan kemaslahatan, serta sesuai ayat: “Hai
orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (keluarkan zakat) sebagian dari hasil usahamu yang
baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.“ (QS. Al
Baqarah (2): 267) Bukankah zakat penghasilan diambil dari hasil usaha yang baik-baik saja?
Mereka berpendapat bahwa zakat profesi ada dua jenis pelaksanaan, sesuai jenis pendapatan
manusia. Pertama, untuk orang yang gajian bulanan, maka pendekatannya dengan zakat
tanaman, yaitu nishabnya adalah 5 wasaq, senilai dengan 653 Kg gabah kering giling, dan
dikeluarkan 2,5%, yang dikeluarkan ketika menerima hasil (gaji), tidak ada haul. Kedua, bagi
yang penghasilannya bukan bulanan, seperti tukang jahit, kontraktor, pengacara, dokter, dan
semisalnya, menggunakan pendekatan zakat harta, yakni nishab senilai dengan 85gr emas
setelah diakumulasi dalam setahun, setelah dikurangi hutang konsumtif, dikeluarkan sebesar
2,5%. Pihak yang menolak, umumnya para ulama Arab Saudi dan yang mengikuti mereka,
berpendapat tidak ada zakat profesi. Sebab Al Quran dan As Sunnah secara tekstual tidak
menyebutkannya. Mereka menganggap, aturan main zakat profesi tidaklah konsisten. Kenapa
nishabnya diqiyaskan dengan zakat tanaman (5 wasaq), tetapi yang dikeluarkan bukan
dengan ukuran zakat tanaman pula? Seharusnya dikeluarkan adalah 5% atau 10%
sebagaimana zakat tanaman, tetapi zakat profesi mengeluarkan zakatnya adalah 2,5%
mengikuti zakat emas. Sementara Syaikh Ibnul ‘Utsaimin, Syaikh Shalih Al Munajjid dan
lainnya mengatakan bahwa zakat penghasilan itu ada, tetapi seperti zakat lainnya, mesti
mencapai nishab, dan menunggu selama satu haul. Dengan kata lain, tidak diwajibkan zakat
penghasilan pada gaji bulanan. Demikianlah perselisihan ini. Zakat Profesi/Penghasilan/Mata
Pencaharian zakat profesi zakat profesi / pendapatan Zakat pendapatan atau profesi telah
dilaksanakan sebagai sesuatu yang paling penting pada zaman MUAWIYAH DAN UMAR
BIN ABDUL AZIZ. Zakat jenis ini dikenal dengan nama Al-Ata’ dan dizaman modern ini
dikenal dengan “Kasbul Amal”.Zakat ini diperselisihkan oleh para ulama karena zakat ini
sama dengan sebagian zakat lainnya, seperti zakat sayur-sayuran, buah-buahan selain kurma,
dan zakat perdagangan. Sebagian kalangan ada yang bersikap keras menentang zakat profesi,
padahal perbedaan seperti ini sudah ada sejak masa lalu, ketika mereka berbeda pendapat
tentang ada tidaknya zakat sayuran, buah, dan perdagangan tersebut. Mereka yang
mendukung pendapat ini seperti Syaikh Muhammad Abu Zahrah, Syaikh Abdul Wahhab
Khalaf, Syaikh Abdurrahman Hasan, dan Syaikh Yusuf Al Qaradhawi, memandang ada
beberapa alasan keharusan adanya zakat profesi: Profesi yang dengannya menghasilkan uang,
termasuk kategori harta dan kekayaan. Kekayaan dari penghasilan bersifat berkembang dan
bertambah, tidak tetap, ini sama halnya dengan barang yang dimanfaatkan untuk disewakan.
Dilaporkan dari Imam Ahmad, bahwa beliau berpendapat tentang seseorang yang
menyewakan rumahnya mendapatkan uang sewaan yang cukup nisab, bahwa orang tersebut
wajib mengeluarkan zakatnya ketika menerimanya tanpa persyaratan setahun. Hal itu pada
hakikatnya menyerupai mata pencaharian, dan wajib dikeluarkan zakatnya bila sudah
mencapai satu nisab, walau tanpa haul. Selain itu, hal ini juga diqiyaskan dengan zakat
tanaman, yang mesti dikeluarkan oleh petani setiap memetik hasilnya. Bukankah petani juga
profesi? Sebagian ulama menolak menggunakan qiyas dalam masalah ini, tetapi pihak yang
mendukung mengatakan bukankah zakat fitri dengan beras ketika zaman nabi juga tidak ada?
Bukankah nabi hanya menyontohkan dengan kurma dan gandum? Saat ini ada zakat fitri
dengan beras karena beras adalah makanan pokok di Indonesia, tentunya ini juga
menggunakan qiyas, yakni mengqiyaskan dengan makanan pokok negeri Arab saat itu,
kurma dan gandum. Jadi, makanan apa saja yang menjadi makanan pokok-lah yang dijadikan
alat pembayaran zakat. Jika mau menolak, seharusnya tolak pula zakat fitri dengan beras
yang hanya didasarkan dengan qiyas sebagai makanan pokok. Dalam perspektif keadilan
Islam, maka adanya zakat profesi adalah keniscayaan. Bagaimana mungkin Islam
mewajibkan zakat kepada petani yang pendapatannya tidak seberapa, namun membiarkan
para pengusaha kaya, pengacara, dokter, dan profesi prestise lainnya menimbun harta
mereka? Kita hanya berharap mereka mau bersedekah sesuai kerelaan hati? Mereka
berpendapat bahwa zakat profesi ada dua jenis pelaksanaan, sesuai jenis pendapatan manusia.
Pertama, untuk orang yang gajian bulanan, maka pendekatannya dengan zakat tanaman, yaitu
nishabnya adalah 5 wasaq, senilai dengan 653 Kg gabah kering giling, dan dikeluarkan 2,5%,
yang dikeluarkan ketika menerima hasil (gaji), tidak ada haul. Kedua, bagi yang
penghasilannya bukan bulanan, seperti tukang jahit, kontraktor, pengacara, dokter, dan
semisalnya, menggunakan pendekatan zakat harta, yakni nishab senilai dengan 85gr emas
setelah diakumulasi dalam setahun, setelah dikurangi hutang konsumtif, dikeluarkan sebesar
2,5%. DALIL WAJIB ZAKAT PROFESI/PENDAPATAN Firman Allah : Hai orang-orang
yang beriman, keluarkanlah/nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang
baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu (Surat Al-
Baqarah 2 : 267). Dalam ayat tersebut, Allah menjelaskan bahwa segala hasil usaha yang
baik-baik wajib dikeluarkan zakatnya. Termasuk pendapat para pekerja dari gaji atau
pendapatan dari profesi sebagai dokter, konsultan, seniman, akunting, notaris, dan
sebagainya. Imam Ar-Razi berpendapat bahwa konsep “hasil usaha” meliputi semua harta
dalam konsep menyeluruh yang dihasilkan oleh kegiatan atau aktivitas manusia. SYARAT
WAJIB ZAKAT PENDAPATAN Islam Merdeka Milik Sendiri Hasil usaha yang baik
sebagai sumber zakat : Hasil usaha tersebut termasuk pendapatan, yang terdiri dari kumpulan
Honor, Gaji, Bonus, Komisi, Pemberian, pendapatan profesional, Hasil sewa dan sebagainya.
Para Fuqoha menerangkan bahwa semua pendapatan tersebut sebagai “Mal Mustafad” yaitu
perolehan baru yang termasuk dalam sumber harta yang dikenakan zakat. Cukup Nisab.
Nisab bagi zakat pendapatan/profesi ini merujuk kepada nilai 85 gram emas, dengan harga
saat ini. Biasanya pendapatan/gaji selalu diterima dalam bentuk mata uang, untuk itu
zakatnya disandarkan kepada nilai emas. Cukup Haul. Kontek haul dalam zakat pendapatan
adalah jarak masa satu tahun adalah merupakan jarak pengumpulan hasil-hasil yang diperoleh
dari berbagai sumber selama satu tahun. Sebab roh yang sangat penting dari zakat pendapatan
ini dilihat dari harta perolehan atau penghasilan dan bukannya persoalan harta uang
simpanan. Jadi makna haul disini adalah jarak pengumpulan pendapatan selama satu tahun
dan bukannya lamanya menyimpan selam setahun seperti zakat harta simpanan. ZAKAT
UANG SIMPANAN zakat uang simpanan zakat uang simpanan Banyak urusan bisnis yang
menggunakan mata uang sebagai alat pertukarannya, Setiap negara mempunyai nilai mata
uangnya sendiri yang disandarkan kepada nilai tukar emas. DALIL WAJIB ZAKAT UANG
SIMPANAN “Saiidina Ali telah meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda: Apabila kamu
mempunyai (uang simpanan) 200 dirham dan telah cukup haul (genap setahun) diwajbkan
zakatnya 5 dirham, dan tidak diwajibkan mengeluarkan zakat (emas) kecuali kamu
mempunyai 20 dinar dan telah cukup haulnya diwajibkan zakatnya setengah dinar. Demikian
juga kadarnya jika nilainya bertambah dan tidak diwajibkan zakat dalam sesuatu harta kecuali
genap setahun”. (HR Abu Daud) ZAKAT SAHAM dan OBLIGASI zakat saham dan obligasi
zakat saham dan obligasi Saham adalah hak pemilikan tertentu atas kekayaan suatu perseroan
terbatas (PT) atau atas penunjukan atas saham tertentu. Tiap saham merupakan bagian yang
sama atas kekayaan itu. Obligasi adalah kertas berharga (semacam cek) yang berisi
pengakuan bahwa bank, perusahaan, atau pemerintah berhutang kepada pembawanya
sejumlah tertentu dengan bungan tertentu pula Saham dan Obligasi adalah kertas berharga
yang berlaku dalam transaksi-transaksi perdagangan khusus yang disebut BURSA EFEK.
Cara menghitung zakat Saham dan Obligasi adalah 2.5 % atas jumlah terendah dari semua
saham/obligasi yang dimiliki selama setahun, setelah dikurangi atau dikeluarkan pinjaman
untuk membeli saham (jika ada). DALIL DAN SYARAT WAJIB ZAKAT SAHAM. Dalil
dan syarat wajib mengeluarkan zakat saham atau obligasi sama seperti dalil dan syarat wajib
atas zakat uang simpanan diatas. H. Lembaga Amil Zakat di Indonesia Saat ini terdapat 22
lembaga amil zakat nasional yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk
memudahkan pembayaran pajak. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Baitul Maal
Hidayatullah Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia (BAMUIS BNI) Baitulmaal
Muamalat (BMM) Baituzzakah Pertamina Bangun Sejahtera Mitra Umat (BSM Umat)
Dompet Dhuafa Republika Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid (DPU DT) LAZ Yayasan
Amanah Takaful LAZ Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia LAZIS Dewan Da’wah
Islamiyah Indonesia LAZIS Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (LAZIS IPHI) Lembaga
Amil Zakat Infaq dan Shadaqoh Nahdlatul Ulama (LAZISNU) LAZ Dana Sosial Islam( DSI
) Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal wat Tamwil (LAZNAS BMT) Lembaga Zakat
Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Pusat
Zakat Umat (LAZ Persatuan Islam) Rumah Zakat Indonesia/ Dompet Sosial Ummul Quro
(DSUQ) Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) I. Manfaat Zakat Zakat memiliki beberapa
manfaat atau hikmah, antara lain: Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada
dengan mereka yang miskin. Pilar amal jama’i antara mereka yang berada dengan para
mujahid dan da’i yang berjuang dan berda’wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah
SWT. Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk Alat pembersih harta dan penjagaan
dari ketamakan orang jahat. Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan
Untuk pengembangan potensi ummat Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam
Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi ummat.
Sumber Artikel: http://www.masuk-islam.com/pembahasan-zakat-lengkap-pengertian-zakat-
macam-macam-zakat-dll.html

Pengertian Zakat

Zakat merupakan usaha penyucian diri dari kemungkinan tercampurnya harta si pemilik harta
yang sangat mencintai hartanya secara berlebihan. Hal ini terlihat dari arti kata zakat yaitu
bersih atau menyucikan.
Pengertian zakat menurut syara adalah sejumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh
orang Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya.

Penerima zakat

Ada 8 (delapan) golongan penerima zakat (asnaf) berdasarkan firman Allah swt. Surah At
Taubah Ayat 60, sebagai berikut.

Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang


miskin, pengurus-pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya (memerdekakan budak),
orang- orang yang berhutang, untuk perjuangan di jalan Allah, dan orang-orang yang sedang
dalam perjalanan sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (QS At Taubah: 60).

Penjelasan ayat tersebut menurut Iman Syafi’i adalah sebagai berikut.

1. Fakir adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan dan tidak iliki harta.
2. Miskin adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan, namun pengnasilannya tidak
mencukupi kebutuhan atau sering disebut keluarga prasejahtera.
3. Amil adalah panitia yang menerima zakat dan membagi-bagikan zakat (pengurus
zakat).
4. Mualaf adalah orang yang baru masuk Islam karena imannya belum teguh.
5. Riqab adalah budak yang ingin memerdekakan diri dengan membayar uang tebusan.
6. Garim adalah orang yang banyak hutang, baik untuk diri sendiri maupun untuk
menjamin hutang orang lain.
7. Sabilillah adalah perjuangan untuk kepentingan agama (syiar islam, pembangunan
masjid,dan lain-lain)
8. Ibnu sabil adalah musafir yang kehabisan bekal.
Macam-Macam Zakat

Secara garis besar zakat dibagi menjadi dua macam yaitu sebagai berikut.

 Zakat mal (zakat harta), yaitu zakat emas, perak, binatang, tumbuh-tumbuhan (buah-
buahan dan biji-bijian), dan barang perniagaan.
 Zakat nafs, yaitu zakat jiwa yang dinamai juga dengan zakat fitrah (zakat yang
diberikan berkenaan dengan telah selesainya mengerjakan puasa Ramadan).

Secara terperinci macam-macam zakat ada 8 (delapan) jenis yaitu sebagai berikut.

a. Zakat an’am (binatang).


b. Zakat emas dan perak.
c. Zakat bahan makanan yang mengenyahgkan (zakat zuru).
d. Zakat buah-buahan.
e. Zakat harta perniagaan.
f. Zakat hasil tambang (zakat madin).
g. Zakat harta terpendam (zakat rikaz).
h. Zakat fitrah.

Hikmah Berzakat

Dari sisi orang yang mengeluarkan zakat hikmahnya sebagai berikut :

1. Menyucikan diri dari sifat kikir dan cinta harta yang berlebih-lebihan yang menjadi
penghalang bagi ketenteraman serta membiasakan diri bersikap sederhana yang akan
membawa ketenangan.
2. Menyuburkan sifat-sifat baik.
3. Mendekatkan diri kepada Allah dan menimbulkan perasaan bahwa kebahagiaan itu juga
terletal dalam kesediaan mengeluarkan harta di jalan Allah.
4. Menyuburkan harta (selanjutnya lihat QS At Taubah: 103 dan A1 Baqarah: 261)
5. Membuktikan kebenaran tauhid dan syahadat sebagai seorang muslim.
6. Membuktikan rasa syukur atas nikmat Allah. Firman Allah menyatakan bahwa,
“Barang siapa mengeluarkan zakat karena syukur atas nikmat yang telah diperolehnya,
niscaya ia akan mendapa: tambahan dari Allah swt.” (QS Ibrahim: 7)
7. Membiasakan diri dengan sifat Allah, yaitu melimpahkan kebajikan dan rahmat kepada
sesama manusia, bermurah hati, dan mempunyai rasa perikemanusiaan.
8. Memelihara harta. Harta yang diberikan di jalan Allah itulah yang akan tinggal
sepanjang masa. Di dunia orang yang menafkahkan hartanya akan mendapat berkah,
sedangkan di akhirat mendapat kenikmatan.
9. Kebiasaan berzakat dapat menghilangkan kejahatan.
“Jabir r.a. menceritakan bahwa ada seorang laki-laki bertanya, “Wahai Rasulullah saw,
bagaimana pendapat tuan jika seorang menunaikan zakatnya?” Sabdanya, “Barang
siapa mengeluarkan zakat hartanya, maka hilanglah kejahatan pada dirinya.” (HR
Tabrani dalam Kitab Al Ausat).
10. Melatih diri berkorban di jalan Allah karena menaati perintah-Nya.
11. Menanamkan perasaan kebersamaan dan tenggang rasa atas kondisi saudara sesama
manusia dan menyadari bahwa manusia itu semata-mata hamba Allah.
12. Mendapat pahala berlipat ganda (selanjutnya lihat QS Al Baqarah: 245 dan QS Al
Baqarah: 261).
13. Doanya mudah dikabulkan dan menghilangkan kesulitan. Seseorang yang
mengeluarkan zakat berarti telah menghilangkan kesulitan yang dihadapi oleh orang
yang menerima zakat. Seseorang yang telah mengeluarkan zakat berarti telah
menghilangkan kesulitan hidup orang lain. Hadis Nabi Muhammad saw.

Dari segi orang yang menerima zakat hikmahnya antara lain sebagai berikut.

a. Menghilangkan kesulitan hidup fakir miskin.


b. Mengangkat fakir miskin dari kehinaan.
c. Menguatkan iman orang yang dibujuk hatinya dan mendorong yang lain untuk memeluk
agama Islam.
d. Membantu orang-orang yang berhutang untuk membayar utangnya.
e. Membantu orang-orang yang berjuang di jalan Allah swt.
f. Memudahkan ibnu sabil dalam perjalanan.

Dari sisi ukhuwah Islamiyah hikmahnya adalah sebagai berikut.

 Memberikan motivasi bagi orang kaya dan orang miskin untuk sama-sama
menyempumakan iman. Orang kaya harus bersyukur dan ikhlas memberikan sebagian
hartanya dan orang miskin harus bersyukur menerima kenikmatan.
 Mewujudkan persaudaraan dan kasih sayang antara kedua belah pihak.
 Terjadinya hubungan yang harmonis dan sinergi antara masyarakat yang mampu
dengan masyarakat yang memerlukan bantuan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pandangan Islam Tentang IPTEKS

Setiap manusia diberikan hidayah dari Allah swt berupa “alat” untuk mencapai dan membuka
kebenaran. Hidayah tersebut adalah (1) indera, untuk menangkap kebenaran fisik, (2) naluri, untuk
mempertahankan hidup dan kelangsungan hidup manusia secara pribadi maupun sosial, (3) pikiran
dan atau kemampuan rasional yang mampu mengembangkan kemampuan tiga jenis pengetahuan
akali (pengetahuan biasa, ilmiah dan filsafi). Akal juga merupakan penghantar untuk menuju
kebenaran tertinggi, (4) imajinasi, daya khayal yang mampu menghasilkan kreativitas dan
menyempurnakan pengetahuannya, (5) hati nurani, suatu kemampuan manusia untuk dapat
menangkap kebenaran tingkah laku manusia sebagai makhluk yang harus bermoral.

Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia dengan perkembangan IPTEKS yang


sangat pesat, dirasakan perlunya mencari keterkaitan antara sistem nilai dan norma-norma Islam
dengan perkembangan tersebut. Menurut Mehdi Ghulsyani (1995), dalam menghadapi
perkembangan IPTEKS ilmuwan muslim dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok; (1) Kelompok
yang menganggap IPTEKS modern bersifat netral dan berusaha melegitimasi hasil-hasil IPTEKS
moderen dengan mencari ayat-ayat Al-Quran yang sesuai; (2) Kelompok yang bekerja dengan IPTEKS
moderen, tetapi berusaha juga mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-
elemen yang tidak islami, (3) Kelompok yang percaya adanya IPTEKS Islam dan berusaha
membangunnya. Untuk kelompok ketiga ini memunculkan nama Al-Faruqi yang mengintrodusir istilah
“islamisasi ilmu pengetahuan”. Dalam konsep Islam pada dasarnya tidak ada pemisahan yang tegas
antara ilmu agama dan ilmu non-agama. Sebab pada dasarnya ilmu pengetahuan yang dikembangkan
manusia merupakan “jalan” untuk menemukan kebenaran Allah itu sendiri. Sehingga IPTEKS menurut
Islam haruslah bermakna ibadah. Yang dikembangkan dalam budaya Islam adalah bentuk-bentuk
IPTEKS yang mampu mengantarkan manusia meningkatkan derajat spiritialitas, martabat manusia
secara alamiah. Bukan IPTEKS yang merusak alam semesta, bahkan membawa manusia ketingkat yang
lebih rendah martabatnya.

Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEKS dalam kehidupan sehari-hari yang islami
adalah memanfaatkan perkembangan IPTEKS untuk meningkatkan martabat manusia dan
meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah swt. Kebenaran IPTEKS menurut Islam adalah sebanding
dengan kemanfaatannya IPTEKS itu sendiri. IPTEKS akan bermanfaat apabila (1) mendekatkan pada
kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya, (2) dapat membantu umat merealisasikan tujuan-
tujuannya (yang baik), (3) dapat memberikan pedoman bagi sesama, (4) dapat menyelesaikan
persoalan umat. Dalam konsep Islam sesuatu hal dapat dikatakan mengandung kebenaran apabila ia
mengandung manfaat dalam arti luas.

Ada beberapa kemungkinan hubungan antara agama dan IPTEKS:

a) Berseberangan atau bertentangan.

b) Bertentangan tapi dapat hidup berdampingan secara damai

c) Tidak bertentangan satu sama lain

d) Saling mendukung satu sama lain, agama mendasari pengembangan IPTEKS atau IPTEKS mendasari
penghayatan agama.
Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak. Apa yang dianggap
benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula
sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan IPTEKS akan menjauhkan orang dari
keyakinan akan kebenaran agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari keyakinan
akan kebenaran ilmu pengetahuan. Orang yang ingin menekuni ajaran agama akan cenderung untuk
menjauhi ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan oleh manusia. Pola hubungan pertama
ini pernah terjadi di zaman Galileio-Galilei. Ketika Galileo berpendapat bahwa bumi mengitari
matahari sedangkan gereja berpendapat bahwa matahari lah yang mengitari bumi, maka Galileo
dipersalahkan dan dikalahkan. Ia dihukum karena dianggap menyesatkan masyarakat.

Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika kebenaran
IPTEKS yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat disangkal sementara
keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah menerima kebenaran
keduanya dengan anggapan bahwa masing-masing mempunyai wilayah kebenaran yang berbeda.
Kebenaran agama dipisahkan sama sekali dari kebenaran ilmu pengetahuan. Konflik antara agama dan
ilmu, apabila terjadi, akan diselesaikan dengan menganggapnya berada pada wilayah yang berbeda.
Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan IPTEKS tidak dikaitkan dengan penghayatan dan
pengamalan agama seseorang karena keduanya berada pada wilayah yang berbeda. Baik secara
individu maupun komunal, pengembangan yang satu tidak mempengaruhi pengembangan yang lain.
Pola hubungan seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler yang sudah terbiasa untuk
memisahkan urusan agama dari urusan negara/masyarakat.

Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini, kebenaran ajaran agama
tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga tidak saling mempengaruhi.
Kendati ajaran agama tidak bertentangan dengan IPTEKS, ajaran agama tidak dikaitkan dengan IPTEKS
sama sekali. Dalam masyarakat di mana pola hubungan seperti ini terjadi, penghayatan agama tidak
mendorong orang untuk mengembangkan IPTEKS dan pengembangan IPTEKS tidak mendorong orang
untuk mendalami dan menghayati ajaran agama. Keadaan seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat
sekuler. Karena masyarakatnya sudah terbiasa dengan pemisahan agama dan negara/masyarakat,
maka. ketika agama bersinggungan dengan ilmu, persinggungan itu tidak banyak mempunyai dampak
karena tampak terasa aneh kalau dikaitkan. Mungkin secara individu dampak itu ada, tetapi secara
komunal pola hubungan ini cenderung untuk tidak menimbulkan dampak apa-apa.

Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya pola hubungan
seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan serta
kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori, pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga
wujud: ajaran agama mendukung pengembangan IPTEKS tapi pengembangan IPTEKS tidak
mendukung ajaran agama, pengembangan IPTEKS mendukung ajaran agama tapi ajaran agama tidak
mendukung pengembangan IPTEKS, dan ajaran agama mendukung pengembangan IPTEKS dan
demikian pula sebaliknya.

Dalam wujud pertama, pendalaman dan penghayatan ajaran agama akan mendukung
pengembangan IPTEKS walau pengembangan IPTEKS tidak akan mendorong orang untuk mendalami
ajaran agama. Sebaliknya, dalam wujud ke dua, pengembangan IPTEKS akan mendorong orang untuk
mendalami dan menghayati ajaran agama walaupun tidak sebaliknya terjadi. Pada wujud ke tiga,
pengembangan IPTEKS akan mendorong orang untuk lebih mendalami dan menghayati ajaran agama
dan pendalaman serta penghayatan ajaran agama akan mendorong orang untuk mengembangkan
IPTEKS.

Adapun alasan mengapa kita harus menguasai IPTEKS, terdapat tiga alasan pokok, yakni:

1) Ilmu pengetahuan yang berasal dari dunia Islam sudah diboyong oleh negara-negara barat. Ini fakta,
tidak bisa dipungkiri.

2) Negara-negara barat berupaya mencegah terjadinya pengembangan IPTEKS di negara-negara Islam.


Ini fakta yang tak dapat dipungkiri.

3) Adanya upaya-upaya untuk melemahkan umat Islam dari memikirkan kemajuan IPTEKS-nya, misalnya
umat Islam disodori persoalan-persoalan klasik agar umat Islam sibuk sendiri, ramai sendiri dan
akhirnya bertengkar sendiri.

B. Zaman Kejayaan Islam di Bidang IPTEKS.

Kaum muslimin, pernah memiliki kejayaan di masa lalu. Masa di mana Islam menjadi pusat
sebuah peradaban modern. Peradaban yang dibangun untuk kesejahteraan umat manusia di muka
bumi ini. Masa kejayaan itu bermula saat Rasulullah mendirikan pemerintahan Islam, yakni Daulah
Khilafah Islamiyah di Madinah. Di masa Khulafa as-Rasyiddin ini Islam berkembang pesat. Sejarawan
Barat beraliran konservatif, Montgomery Watt menganalisa tentang rahasia kemajuan peradaban
Islam, ia mengatakan bahwa Islam tidak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan,
etika, dan ajaran agama. Andalusia, yang menjadi pusat ilmu pengetahuan di masa kejayaan Islam,
telah melahirkan ribuan ilmuwan, dan menginsiprasi para ilmuwan Barat untuk belajar dari kemajuan
IPTEKS yang dibangun kaum muslimin.

Terjemahan buku-buku bangsa Arab, terutama buku-buku keilmuan hampir menjadi satu-
satunya sumber-sumber bagi pengajaran di perguruan-perguruan tinggi Eropa selama lima atau enam
abad. Fakta sejarah menjelaskan antara lain, bahwa Islam pada waktu pertama kalinya memiliki
kejayaan, bahwa ada masanya umat Islam memiliki tokoh-tokoh seperti Ibnu Sina di bidang filsafat
dan kedokteran, Ibnu Khaldun di bidang Filsafat dan Sosiologi, Al-jabar dll. Islam telah datang ke
Spanyol memperkenalkan berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu ukur, aljabar, arsitektur,
kesehatan, filsafat dan masih banyak cabang ilmu yang lain lagi. Kekhilafahan Abbasiyah tercatat
dalam sejarah Islam dari tahun 750-1517 M / 132-923 H. Diawali oleh khalifah Abu al-’Abbas as-Saffah
(750-754) dan diakhiri Khalifah al-Mutawakkil Alailah III (1508-1517). Dengan rentang waku yang
cukup panjang, sekitar 767 tahun, kekhilafahan ini mampu menunjukkan pada dunia ketinggian
peradaban Islam dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di dunia Islam. Di
era ini, telah lahir ilmuwan-ilmuwan Islam dengan berbagai penemuannya yang mengguncang dunia.
Sebut saja, al-Khawarizmi (780-850) yang menemukan angka nol dan namanya diabadikan dalam
cabang ilmu

Pada abad ke-8 dan 9 M, negeri Irak dihuni oleh 30 juta penduduk yang 80% nya merupakan
petani. Hebatnya, mereka sudah pakai sistem irigasi modern dari sungai Eufrat dan Tigris. Hasilnya, di
negeri-negeri Islam rasio hasil panen gandum dibandingkan dengan benih yang disebar mencapai 10:1
sementara di Eropa pada waktu yang sama hanya dapat 2,5:1. Ini membuktikan bahwa ilmu
pengetahuan dan pengembangannya berdampak cukup besar bagi peradaban dan kesejahteraan
umat pada masa itu. Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan
sejarahnya. Seperti arsitektur mesjid Agung Cordoba; Blue Mosque di Konstantinopel; atau menara
spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang
dibangun di Seville, Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah yang dibangun di atas bukit
yang menghadap ke kota Granada. Masa kejayaan Islam, terutama dalam bidang ilmu pengetahun
dan teknologi, terjadi pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid. Dia adalah khalifah dinasti Abbasiyah
yang berkuasa pada tahun 786. Banyak lahir tokoh dunia yang kitabnya menjadi referensi ilmu
pengetahuan modern. Salah satunya adalah bapak kedokteran Ibnu Sina atau yang dikenal saat ini di
Barat dengan nama Avicenna. Sebelum Islam datang, Eropa berada dalam Abad Kegelapan. Tak satu
pun bidang ilmu yang maju, bahkan lebih percaya tahayul. Dalam bidang kedoteran, misalnya. Saat itu
di Barat, jika ada orang gila, mereka akan menangkapnya kemudian menyayat kepalanya dengan salib.
Di atas luka tersebut mereka akan menaburinya dengan garam. Jika orang tersebut berteriak
kesakitan, orang Barat percaya bahwa itu adalah momen pertempuran orang gila itu dengan jin. Orang
Barat percaya bahwa orang itu menjadi gila karena kerasukan setan

Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu hal yang sangat mulia dan berharga. Para
khalifah dan para pembesar lainnya mengantisipasi kemungkinan seluas-luasnya untuk kemajuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan. Pada umumnya khalifah adalah para ulama yang mencintai ilmu,
menghormati sarjana dan memuliakan pujangga. Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia diakui
sepenuhnya. Pada waktu itu akal dan pikiran dibebaskan dari belenggu taklid, yang menyebabkan
orang sangat leluasa mengeluarkan pendapat dalam segala bidang, termasuk bidang aqidah, falsafah,
ibadah dan sebagainya.

Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan sejarahnya.


Seperti arsitektur mesjid Agung Cordoba Blue Mosque di Konstantinopel. atau menara spiral di Samara
yang dibangun oleh khalifah al-Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di Seville,
Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah yang dibangun di atas bukit yang menghadap ke
kota Granada. Saat itu “kata Lutfi” banyak lahir tokoh dunia yang kitabnya menjadi referensi ilmu
pengetahuan modern. Salah satunya adalah bapak kedokteran Ibnu Sina atau yang dikenal saat ini di
Barat dengan nama Avicenna. Pada saat itu tentara Islam juga berhasil membuat senjata bernama
‘manzanik’, sejenis ketepel besar pelontar batu atau api. Ini membuktikan bahwa Islam mampu
mengadopsi teknologi dari luar. Pada abad ke-14, tentara Salib akhirnya terusir dari Timur Tengah dan
membangkitkan kebanggaan bagi masyarakat Arab. Peradaban Islam memang peradaban emas yang
mencerahkan dunia. Itu sebabnya menurut Montgomery, tanpa dukungan peradaban Islam yang
menjadi dinamonya, Barat bukanlah apa-apa. Wajar jika Barat berhutang budi pada Islam.

Berikut ini adalah beberapa penemu atau ilmuan muslim yang sangat berpengaruh terhadap
ilmu pengetahuan yang hingga sekarang masih bermanfaat dan masih digunakan.

1) Al khawarizmi: ia adalah seorang yang menemukan ilmu aljabar di dalam matematika.

2) ibnu sina ia adalah: membuat buku tentang kedoteran

3) jabbir ibnu hayyan: ahli kimia yang di kenal sebagai bapak kimia

4) albiruni: meletakkan dasar-dasar satu cabang keilmuan tertua yang berhubungan dengan lingkungan
fisik bumi. Dia di nobatkan sebagai bapak antropologi, idiologi

5) Abu alzahwari: penemu tehnik patah tulang dan membuat kitab untuk menyembuhkan luka pada saat
oprasi

6) ibnu haitham: dikenal sebagai bapak ilmu mata yang mengurai bagai mana mata bekerja
7) Ar razi: orang pertama yang bia menjelaskan tentang penyakit cacar dan juga alergi asma dan demam
sebagai daya mekanisme tubuh.

Jadi wajar jika Gustave Lebon mengatakan bahwa terjemahan buku-buku bangsa Arab,
terutama buku-buku keilmuan hampir menjadi satu-satunya sumber-sumber bagi pengajaran di
perguruan-perguruan tinggi Eropa selama lima atau enam abad. Tidak hanya itu, Lebon juga
mengatakan bahwa hanya buku-buku bangsa Arab-Persia lah yang dijadikan sandaran oleh para
ilmuwan Barat seperti Roger Bacon, Leonardo da Vinci, Arnold de Philipi, Raymond Lull, san Thomas,
Albertus Magnus dan Alfonso X dari Castella. Belum lagi ribuan buku yang berhasil memberikan
pencerahan kepada dunia. Itu sebabnya, jangan heran kalau perpustakaan umum banyak dibangun di
masa kejayaan Islam. Perpustakaan al-Ahkam di Andalusia misalnya, merupakan perpustakaan yang
sangat besar dan luas. Buku yang ada di situ mencapai 400 ribu buah. Uniknya, perpustakaan ini sudah
memiliki katalog. Sehingga memudahkan pencarian buku. Perpustakaan umum Tripoli di daerah Syam,
memiliki sekitar tiga juta judul buku, termasuk 50.000 eksemplar al-Quran dan tafsirnya. Dan masih
banyak lagi perpustakaan lainnya. Tapi naas, semuanya dihancurkan Pasukan Salib Eropa dan Pasukan
Tartar ketika mereka menyerang Islam.

C. Sebab-sebab Kemajuan dalam bidang IPTEKS

Disamping secara eksternal saat itu Barat tengah tertidur lelap dalam buaian teosentrisme
dan alam pikiran yang jumud, bahkan bangsa barat saat itu dalam kondisi terbelakang. Islam
mengalami kebangkitan intelektual dan kultural yang sepektakuler dengan revolusi pemikiran dan
budaya Islam yang bercorak peradaban baru, menyambung matarantai peradaban sebelumnya
(Yunani, Babilon, dan Persia). Islam yang kosmopolit, humanistik, kultural, dan saintifik yang
puncaknya pada era Abasiyyah.

Secara umum menurut Arif ada beberapa faktor yang telah mendorong kemajuan sains di
dunia Islam saat itu yakni :

1) Kesungguhan dalam mengimani dan mempraktikkan ajaran Islam sehingga lahirlah individu-individu
unggul.

2) Motivasi agama.

3) Faktor sosial politik.

4) Faktor ekonomi.
5) Faktor dukungan dan perlindungan penguasa saat itu

D. Sebab-sebab Kemunduran Umat Islam dalam IPTEKS

Pada masa kemunduran IPTEKS di dunia islam, kaum Muslimin tidak lagi mempunyai
semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu. Bahkan sebagian mereka menjauhkan diri dari ilmu
pengetahuan, karena dianggap sekular dan produk Barat. Menurut Prof DR. Abdus Salam, seorang
ilmuwan Muslim asal Pakistan, kemunduran ilmu pengetahuan dan teknologi di Dunia Islam lebih
banyak disebabkan oleh faktor-faktor internal umat Islam. Misalnya, terjadinya pemisahan dalam
mempelajari ayat-ayat Qauliyah dan ayat-ayat Kauniyah, kurang terjalinnya kerjasama antara ilmuwan
Muslim dan penguasa setempat untuk menjaga tradisi keilmuan di Dunia Islam, dan sikap mengisolasi
diri terhadap perkembangan IPTEKS dunia luar.

Di zaman dewasa ini perkembangan IPTEKS di Dunia Islam amat memprihatinkan. Berbagai
penemuan ilmiah mutakhir seperti nuklir, cloning, dan kosmologi, meskipun tersirat secara simbolik
dalam Al-Qur’an, tetapi yang menemukannya adalah orang-orang non-Muslim. Demikian pula
penemuan ilmiah di bidang lain. Kaum Muslimin baru menyadari bahwa prinsip-prinsip ilmu tersebut
telah diungkapkan dalam Al-Qur’an lima belas abad yang lalu, setelah ilmu tersebut ditemukan oleh
ilmuwan-ilmuwan non-Muslim. Suatu fakta menunjukkan bahwa, dewasa ini kaum Muslimin
senantiasa tertinggal dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan datang terlambat
menafsirkan ilmu tersebut dari kebenaran Al-Qur’an. Suramnya kondisi keilmuan di Dunia Islam
diperparah oleh fenomena rendahnya persentase umat Islam yang menuntut ilmu dari SD sampai
perguruan tinggi, dan adanya ketidakseimbangan antara ilmuwan Muslim dengan besarnya populasi
penduduk Muslim di dunia yang hampir mencapai 1,5 miliar. Sebagai contoh, Indonesia yang
mayoritas penduduknya Muslim, saat ini hanya 11% siswa lulusan SMA yang melanjutkan ke
perguruan tinggi. Sementara itu, di Korea Selatan terdapat 70% lulusan SMA yang melanjutkan ke PT.
Sebagai ilustrasi pula jumlah ilmuwan dan insinyur per satu juta orang di negara-negara non-Muslim
seperti Cina 71.297, Jepang 59.611, Jerman 42.557, Amerika Serikat 14.757 dan Korea Selatan 2.426.
Sedangkan Indonesia yang merupakan salah satu negeri Islam terbesar hanya sekitar 1.280. Dari
jumlah ilmuwan tersebut yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan adalah Indonesia sebesar
3,2%, Korea Selatan 46,5%, AS 22,1%, Jepang 8,1% dan Jerman 5,5%. Data tersebut mengindikasikan
bahwa Indonesia yang mayoritas berpenduduk Muslim merupakan negara yang memiliki ilmuwan dan
insinyur paling sedikit.

Kemunduran pengembangan Ilmu Pengetahuan dalam Islam terjadi ketika kejatuhan Islam ke
tangan Barat dimulai pada awal abad ke-18. Ada beberapa faktor penyebab kemunduran ilmu
pengetahuan dalam islam, yakni :
1) Kesadaran orang barat akan arti penting penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi
peningkatan kesejahteraan rakyat sangat tinggi.
2) Orang barat yang pada umumnya beragama Nasrani, ingin menunjukan pula bahwa melalui agama
Nasrani merekapun dapat maju dalam bidang IPTEKS sejajar dengan umat islam. Akan tetapi dalam
perkembangan selanjutnya setelah mereka mendapatkan kemajuan dalam bidang IPTEKS, mereka
justru mulai menjauh dari agama mereka. Mereka menjadi sekuler. Urusan agama berjalan sendiri,
begitu pula dengan IPTEKS.
3) Orang-orang barat yang berjiwa petualang berusaha menemukan “benua” baru, sehinggga mereka
menemukan pusat perdagangan baru . Route perdagangan yang semula Syria dan Mesir ramai
dikunjungi pedagang-pedagang dari India dan dari Eropa, setelah penemuan route (benua) baru,
Mesir dan Syria jadi sepi yang mengakibatkan sumber pendapatan negeri-negeri Islam jadi berkurang
banyak
4) Orang-orang barat sengaja menghancurkan observatorium Islam yang didirikan oleh Taqi Al Din di
Konstantinopel pada tahun 1580, menjadikan Islam kehilangan sumber pengetahuan dan pengamatan
bintang (astronomi) yang sudah sangat maju pada masa itu. Ironisnya, pada waktu yang sama sekitar
tahun 1580 juga, orang barat baru pertama kali membangun observatoriumnya oleh Tycho Brace.
Perlu dicatat bahwa Islam telah memiliki observatorium pertama kali yang dibangun pada tahun 500-
an M di Ulugh Beg (Samarkand).
5) Akibat kolonialisme stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi negara-negara islam mulai menurun,
padahal stabilitas politik dan kemakmuran merupakan akar bagi berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi. Hal ini lebih diperjelas lagi dengan munculnya kapitalisme barat.

E. Upaya-upaya Kebangkitan Kembali Umat Islam dalam IPTEKS

Dampak lain dari kemunduran Dunia Islam di bidang IPTEKS ialah tumbuh suburnya
kemiskinan, rendahnya mutu pendidikan, minimnya pendapatan perkapita, dan merajalelanya
pengangguran. Di samping itu banyak negara-negara Islam yang terjerat hutang luar negeri. Indonesia
misalnya, sekitar 60% hidup di bawah garis kemiskinan dan 10-20% penduduknya hidup dalam
kemiskinan absolut. Sementara itu jumlah pengangguran di Indonesia hampir mencapai 40 juta orang.
Negara-negara Islam yang lain, meski tidak separah Indonesia, mereka menghadapi problem yang
tidak jauh berbeda, terutama dalam masalah hutang luar negeri. Agendanya sekarang, umat Islam
harus melakukan upaya-upaya yang dapat mendukung kembali kemajuan di bidang sains dan
teknologi

Adapun Upaya-upaya yang seharusnya di lakukan oleh umat islam seperti :


1) Umat Islam memperlakukan satu sistem pendidikan Islam yang betul-betul bisa dijadikan rujukan
dalam rangka mencetak manusia-manusia muslim yang berkualitas, bertaqwa, beriman kepada Allah.

2) Mencoba memasukan Ilmu-ilmu umum ke Sekolah Islam (Madrasah)

3) Mengirimkan pelajar untuk mendalami Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEKS)

4) Adanya kontak Islam dengan Barat, yang merupakan faktor penting yang bisa kita liat, adanya kontak
ini paling tidak telah menggugah dan membawa perubahan paradigma umat Islam untuk belajar
secara terus menerus kepada Barat, Timbulnya pembaharuan pendidikan Islam baik dalam bidang
agama, sosial, dan pendidikan diawali dan dilatar belakangi oleh pemikiran Islam yang timbul di
belahan dunia Islam lainnya.

Pola-pola pembaharuan pendidikan Islam, Setelah kita memperhatikan berbagai sebab kelemahan
dan kemunduran umat Islam pada masa sebelumnya dan dengan memperhatikan sebab-sebab
kejayaan dan kekuatan yang di alami bangsa Eropa. Maka kita bisa mengaris bawahi terjadinya pola
pemikiran pembaharuan pendidikan Islam:

a) Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada pola pemikiran modern di Eropa

b) Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi dan bertujuan untuk pemurnian kembali ajaran
Islam

c) Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada kekayaan dan sumber budaya bangsa
masing-masing dan yang bersifat Nasionalisme.

F. Konsep IPTEKS dan peradaban muslim

1. Integrasi Amal, Ilmu, Amal dan Definisi IPTEKS

Istilah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sering diterjemahkan menjadi science and
technology. Namun sesungguhnya, menurut perspektif filsafat ilmu dan pengetahuan memiliki makna
yang berbeda. Pengetahuan yang dalam bahasa inggris disebut dengan knowledge, adalah segala
sesuatu yang diketahui manusia melalui tahapan panca indra, intuisi, dan firasat. Sedangkan ilmu
adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasikan, diorganisasi,disistemasitisasi, dan diinterpretasi,
sehingga menghasilkan kebenaran yang objektif, sudah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang
secara ilmiah (webter’s dictionary science). Menurut pandangan dunia Timur (Arab) yang dalam hal
ini diwakili Al-Gazali, ilmu didefinisikan sebagai cahaya dalam hati (Al – ilmu Nurun fil Qulbi). Dalam
surat al- Rahman 1-13 mendefinisikan ilmu sebagai rangkaian keteranagn teratur dari Allah menurut
Sunah Rasul yang menerangkan semesta kehidupan yang tergantung kepada Allah. Dala sejarah islam,
tercatat banyak sekali ilmuwan muslim yang ahli dalam berbagai bidang kajian ilmu. Beberapa yang
bisa disebut antara lain Ibnu Rusyid, Ibnu Sina, Al –Razi, Al-Khwarizmi dan lain-lain, adalah sosok yang
disamping sebagai filosof, mereka juga ahli kedokteran, astronomi, metematika, fisika dan sebagainya.
Jika teknologi diimbangi dengan ilmu, maka sesungguhnya ia merupakan aktivitas atau produk dari
iman, yaitu hasil amaliyah bil arkan. Seni adalah ungkapan akal dan budi manusia dengan segala
prosesnya. Menurut Sabda Nabi, “Innallaha jamilun wa yuhibbul Jamaal”, Allah itu indah dan
menyukai keindahan.

2. Syarat-syarat ilmu

Dari sudut pandang filsafat, ilmu lebih khusus dari pengetahuan. Suatu pengetahuan dapat
dikatagorikan sebagai ilmu apabila memenuhi tiga unsur pokok, yaitu:

· Ontologi, yaitu suatu bidang study yang memiliki objek study yang jelas. Subjek studi tersebut
harus dapat diindentifikasikan, diberi batasan, diuraikan, dan sifat-sifatnya essensial. Objek studi
sebuah ilmu ada dua, yaitu objek material dan objek formal.

· Askiologi, yaitu suatu bidang studi yang memiliki nilai guna atau kemanfaatan. Ia dapat
menunjukkan nilai-nilai teoritis, hukum-hukum, generalisasi, kecenderungan umum, konsep-konsep,
dan kesimpulan-kesimpulan logis, sistematis dan koheren. Dalam teori dan konsep tersebut tidak
terdapat kerancuan dan kesemerawutan pikiran atau kopntradiksi antara yang satu dengan yang lain.

· Epistimologi, yaitu uatu bidang studi yang memiliki metode kerja yang jelas. Ada dua metode
kerja suatu bidang studi, yaitu deduksi dan induksi.

Dalam pemikiran sekuler, sains memiliki tiga karakteristik, yaitu objektif, netral, dan bebas
nilai. Sedangkan dalam pemikiran islam, sains tidak boleh bebas dari nilai-nilai, baik nilai local maupun
nilai universal. Ia harus dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kebahagiaan
manusia dan kelestariamn ekologis untuk tujuan rahmatan lil ‘alamin (Q.S al Anbiya 107).

3. Sumber Ilmu Pengetahuan

Dalam pemikiran islam ada dua sumber ilmu, yaitu wahyu dan akal. Islam sendiri menegaskan
bahwa, ad-dinu huwa al-‘alq wa laa diina liman laa ‘ aqla lahu (agama adalah akal dan tidak ada agama
bagi yang tidak berakal)

4. Keutaman Orang Berilmu


Manusia adalah satu-satunya mahluk Allah yang diberi anugrah akal oleh Allah. Oleh karena
itu sudah sepantasnya jika manusia berkewajiban untukmengagungkan dan mengoptimalkan potensi
dengan sebaik-baiknya.

Al-Qur’an bahkan membedakan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu (QS.
39:9). Ayat tersebut mengatakan: katakanlah, adakah sama orang yang mengetahui dengan orang
yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah orang yang dapat menerima pelajaran.
Demikian juga Al-Qur’an yang menegaskan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu
apabila orang orang tersebut beriman. (QS 58:11)

Di samping itu, Rasulullah SAW banyak memberikan perumpamaan tentang keutamaan orang
yang berilmu dengan sabdanya, bahwa: mereka adalah pewaris para nabi, pada hari kiamat darah
mereka ditimbang dengan darah syuhada, dan darah orang yang berilmu dilebihkan Darah darah
syuhada. Nabi juga menyarankan umatnya untuk tidak berhenti mencari ilmu kapan dan dimanapun
mereka berada, lewat sabdanya : Carilah ilmu walaupun di negeri China, mencari ilmu wajib bagi
muslim laki-laki dan perempuan sejak dari ayunan sampai ke liang lahat. Bagi orang berilmu, yang
melandaskan keilmuannya dengan keimanan , pengembangan, dan pemanfaatan IPTEK dan seni
tidaklah ditunjukan sebagai tuntunan hidup semata, tetapi juga merupakan refleksi dari ibadah
kepada Allah. Oleh karena itu, hasil-hasil kemajuan IPTEK akan dikembangkan dan dimanfaatkan
sebaik-baiknya untuk tujuan Rahmatan lil alamin. (QS.21:107)

5. Tanggung Jawab Ilmuwan terhadap Alam dan Lingkungan

Proses dehumanisasi dan terancamnya keseimbangan ekologi dan kelestarian


alam,merupakan imbas negatif dari kemajuan IPTEKS. Dalam QS. Ar-Rum 45 disebutkan : telah timbul
kerusakan di daratan dan dilautan karena ulah tangan manusia.

Oleh karena itu, ilmuwan tidak cukup hanya dengan ilmu saja,tetapi harus dibekal dengan
iman dan takwa. Ilmuwan yang beriman dan bertakwa akan memanfaatkan kemajuan IPTEK untuk
menjaga, memelihara, dan melestarikan kelangsungan hidup manusia dan keseimbangan ekologi dan
bukan untuk fasad fil ardhi.

G. Hubungan antara ilmu, agama, dan budaya

1. Hubungan Agama dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di satu sisi memang berdampak
positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern industri,
komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat. Dahulu Ratu Isabella (Italia) di
abad XVI perlu waktu 5 bulan dengan sarana komunikasi tradisional untuk memperoleh kabar
penemuan benua Amerika oleh Columbus. Tapi di sisi lain, tidak jarang iptek berdampak negatif
karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Bom atom telah
menewaskan ratusan ribu manusia di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Lingkungan hidup
seperti laut, atmosfer udara, dan hutan juga tak sedikit mengalami kerusakan dan pencemaran yang
sangat parah dan berbahaya. Beberapa varian tanaman pangan hasil rekayasa genetika juga
diindikasikan berbahaya bagi kesehatan manusia. Tak sedikit yang memanfaatkan teknologi internet
sebagai sarana untuk melakukan kejahatan dunia maya (cyber crime) dan untuk mengakses
pornografi, kekerasan, dan perjudian (Ahmed, 1999 )

Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk ditengok
kembali. Dapatkah agama memberi tuntunan agar kita memperoleh dampak iptek yang positif saja,
seraya mengeliminasi dampak negatifnya semiminal mungkin (Ahmed, 1999).

Ada beberapa kemungkinan hubungan antara agama dan iptek:

o berseberangan atau bertentangan,


o bertentangan tapi dapat hidup berdampingan secara damai,
o tidak bertentangan satu sama lain,
o saling mendukung satu sama lain, agama mendasari pengembangan iptek atau iptek mendasari
penghayatan agama.
Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak. Apa yang dianggap
benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula
sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek akan menjauhkan orang dari
keyakinan akan kebenaran agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari keyakinan
akan kebenaran ilmu pengetahuan. Orang yang ingin menekuni ajaran agama akan cenderung untuk
menjauhi ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan oleh manusia. Pola hubungan pertama
ini pernah terjadi di zaman Galileio-Galilei. Ketika Galileo berpendapat bahwa bumi mengitari
matahari sedangkan gereja berpendapat bahwa matahari lah yang mengitari bumi, maka Galileo
dipersalahkan dan dikalahkan. Ia dihukum karena dianggap menyesatkan masyarakat (Furchan, 2009).

Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika kebenaran
iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat disangkal sementara keyakinan
akan kebenaran agama masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah menerima kebenaran keduanya
dengan anggapan bahwa masing-masing mempunyai wilayah kebenaran yang berbeda. Kebenaran
agama dipisahkan sama sekali dari kebenaran ilmu pengetahuan. Konflik antara agama dan ilmu,
apabila terjadi, akan diselesaikan dengan menganggapnya berada pada wilayah yang berbeda. Dalam
pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek tidak dikaitkan dengan penghayatan dan pengamalan
agama seseorang karena keduanya berada pada wilayah yang berbeda. Baik secara individu maupun
komunal, pengembangan yang satu tidak mempengaruhi pengembangan yang lain. Pola hubungan
seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler yang sudah terbiasa untuk memisahkan urusan
agama dari urusan negara/masyarakat (Furchan, 2009).

Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini, kebenaran ajaran agama
tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga tidak saling mempengaruhi.
Kendati ajaran agama tidak bertentangan dengan iptek, ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek
sama sekali. Dalam masyarakat di mana pola hubungan seperti ini terjadi, penghayatan agama tidak
mendorong orang untuk mengembangkan iptek dan pengembangan iptek tidak mendorong orang
untuk mendalami dan menghayati ajaran agama. Keadaan seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat
sekuler. Karena masyarakatnya sudah terbiasa dengan pemisahan agama dan negara/masyarakat,
maka. ketika agama bersinggungan dengan ilmu, persinggungan itu tidak banyak mempunyai dampak
karena tampak terasa aneh apabila dikaitkan (Furchan, 2009).

Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya pola hubungan
seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan serta
kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori, pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga
wujud: ajaran agama mendukung pengembangan iptek tapi pengembangan iptek tidak mendukung
ajaran agama, pengembangan iptek mendukung ajaran agama tapi ajaran agama tidak mendukung
pengembangan iptek, dan ajaran agama mendukung pengembangan iptek dan demikian pula
sebaliknya (Furchan, 2009).

Hubungan Agama dan Pengembangan Iptek Dewasa Ini

Pola hubungan antara agama dan iptek di Indonesia saat ini baru pada taraf tidak saling
mengganggu. Pengembangan agama diharapkan tidak menghambat pengembangan iptek sedang
pengembangan iptek diharapkan tidak mengganggu pengembangan kehidupan beragama. Konflik
yang timbul antara keduanya diselesaikan dengan kebijaksanaan (Furchan, 2009).

Dewasa ini iptek menempati posisi yang amat penting dalam pembangunan nasional jangka
panjang ke dua di Indonesia ini. Penguasaan iptek bahkan dikaitkan dengan keberhasilan
pembangunan nasional. Namun, bangsa Indonesia juga menyadari bahwa pengembangan iptek, di
samping membawa dampak positif, juga dapat membawa dampak negatif bagi nilai agama dan
budaya yang sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sebagai bangsa yang telah memilih untuk tidak
menganut faham sekuler, agama mempunyai kedudukan yang penting juga dalam masyarakat
Indonesia. Oleh karena itulah diharapkan agar pengembangan iptek di Indonesia tidak akan
bertabrakan dengan nilai-nilai agama dan budaya luhur bangsa (Furchan, 2009).

Kendati pola hubungan yang diharapkan terjadi antara agama dan iptek secara eksplisit adalah
pola hubungan netral yang saling tidak mengganggu, secara implisit diharapkan bahwa
pengembangan iptek itu dijiwai, digerakkan, dan dikendalikan oleh nilai-nilai agama. Ini merupakan
tugas yang tidak mudah karena, untuk itu, kita harus menguasai prinsip dan pola pikir keduanya (iptek
dan agama) (Furchan, 2009).

2. Hubungan Agama dengan Kebudayaan

Sistem religi merupakan salah satu unsur kebudayaan universal yang mengandung
kepercayaan dan perilaku yang berkaitan dengan kekuatan serta kekuasaan supernatural. Sistem religi
ada pada setiap masyarakat sebagai pemeliharaan kontrol sosial (Sutardi, 2007).

Sebagai salah satu unsur kebudayaan yang universal, religi dan kepercayaan terdapat di
hamper semua kebudayaan masyarakat. Religi meliputi kepercayaan terhadap kekuatan gaib yang
lebih tinggi kedudukannya daripada manusia dan mencangkup kegiatan- kegiatan yang dilakukan
manusia untuk berkomunikasi dan mencari hubungan dengan kekuatan- kekuatan gaib tersebut.
Kepercayaan yang lahir dalam bentuk religi kuno yang dianut oleh manusia sampai masa munculnya
agama- agama. Istilah agama maupun religi menunjukkan adanya hubungan antara manusia dan
kekuatan gaib di luar kekuasaan manusia, berdasarkan keyakinan dan kepercayaan menurut paham
atau ajaran agama (Sutardi, 2007).

Agama sukar dipisahkan dari budaya karena agama tidak akan dianut oleh umatnya tanpa
budaya. Agama tidak tersebar tanpa budaya, begitupun sebaliknya, budaya akan tersesat tanpa
agama (Sutardi, 2007).

Sebelum ilmu antropologi berkembang, aspek religi telah menjadi pokok perhatian para
penulis etnografi. Selanjutnya, ketika himpunan tulisan mengenai adat istiadat suku bangsa di luar
eropa berkembang denganluas dan cepat melalui dunia ilmiah, timbul perhatian terhadap upacara
keagamaan. Perhatian tersebut disebabkan hal-hal berikut: upacara keagamaan dalam kebudayaan
suatu suku bangsa biasanya merupakan unsur kebudayaan yang tampak secara lahiriah, dan bahan
etnografi mengenai upacara keagamaan yang diperlukan dalam menyusun teori-teori tentang asal-
usul suatu kepercayaan (Sutardi, 2007).

Mengenai soal agama, Pater Jan Bakker menyatakan bahwa filsafat kebudayaan tidak
menanggapi agama sebagai kategori insane semata-mata, karena bagi filsafat ini agama merupakan
keyakinan hidup rohani pemeluknya; merupakan jawab manusia kepada panggilan ilahi dan di sini
terkandung apa yang disebut iman. Iman tidak berasal dari suatu tempat ataupun pemberian makhluk
lain. Iman ini asalnya dari Tuhan, sehingga nilai-nilai yang mincul dari daya iman ini tidak dapat
disamakan dengan karya-karya kebudayaan yang lain, sebab karya tersebut berasal dari Tuhan. Agama
sebagai sistem objektif terkandung unsur-unsur kebudayaan (Bakker, 1984).

Yang jelas dalam ilmu antropologi memang agama menjadi salah satu unsur kebudayaan.
Dalam hal ini para ahli antropologi tidak berbicara soal iman, sebab secara empiris iman tidak dapat
dilihat (Bakker, 1984).

Perilaku Religi dalam Masyarakat

Agama memiliki posisi yang cukup signifikan dalam kehidupan bermasyarakat. Negara
mengakui keberadaan agama dan melindungi kebebasan masyarakat dalam melaksanakan ajaran
agamanya (Sutardi, 2007).

Pada saat ini, adanya kebebasan dan keterbukaan memberikan ruang yang besar bagi
masyarakat untuk mengamalkan ajarana agama sebaik mungkin. Semangat otonomi daerah yang
memberikan keleluasan dan berpartisipasi dalam mengurus daerahnya masing- masing memberi
peluang untuk mengangkat ajaran agama sebagai ruh pengelolaan pemerintahan. Ajaran agama
dikemas sebagai dasar pengaturan pemerintahan yang mengatur kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai
yang diangkat merupakan nilai-nilai kebaikan universal yang juga diakui oleh agama lain (Sutardi,
2007).

Ajaran agama ketika disandingkan dengan nilai-nilai budaya lokal di era desentralisasi dapat
diserap untuk dijadikan pengangan kehidupan bermasyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan
diberikannya otonomi khusus kepada Aceh yang dikenal dengan Nanggroe Aceh Daussalam. Agama
dan budaya di NAD sudah melebur dan tidak bisa dipisahkan sejak dahulu, ketika kerajaan Islam masih
ada di wilayah tersebut. Dengan otonomi khusus ini hokum pidana Islam kembali dihidupkan sehingga
masyarakat merasakan keadilan sesuai dengan keyakinannya. Hal ini menjadi awal yang baik dalam
menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan mengangkat agama dan budaya yang ada di
masyarakat tersebut (Sutardi, 2007).

Pada masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi leluhurnya, perilaku keagamaan
juga memberikan dampak yang cukup berarti. Hal ini dapat dilihat pada masyarakat Suku Toraja di
Sulawesi Selatan. Masyarakat Suku Toraja mempercayai bahwa kematian merupakan awal menuju
kehidupan yang kekal. Itu sebabnya dalam budaya Toraja dikenal pemeo ‘hidup manusia adalah untuk
mati’. Artinya, setelah mati, manusia akan menuju kehidupan yang kekal di nirwana. Untuk mencapai
nirwana, seseorang yang meninggal harus membawa bekal harta sebanyak-banyaknya. Nyawa orang
yang meninggal juga akan diantar ke surge dengan pesta yang semarak. Semakin banyak benda yang
dibawa si mayat, semakin bahagia hidupnya di alam baka (Sutardi, 2007).

Dari ilustrasi tersebut dapat dikatakan bahwa perilaku keagamaan dapat memberikan dampak
dalam kehidupan bermasyarakat. Orang-orang Toraja sampai saat ini dikenal memiliki kebiasaan
menabung dan bersikap hidup hemat agar nantinya dapat menyelenggarakan upacara kematian yang
meriah. Mereka menganggap anak keturunan berkewajiban memperlakukan leluhurnya dengan baik
sebab dengan begitu, sang leluhur juga akan melimpahkan rejeki dan menjaga keturunannya dengan
baik pula (Sutardi, 2007).

H. Perintah Menuntut Ilmu

Dari Mu’awiyah Bin Abu Sufyan, dia berkata : Rasulullah SAW berkata, “Barang siapa yang
Allah kehendaki kebaikan pada dirinya niscaya Allah pahamkan dia dalam agamanya.” (HR. Muttafaq
‘Alaih)

Hadits Riwayat Ibnu Abdil Bar

Artinya :Dari Anas ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda : “Tuntutlah ilmu walaupun di negeri
Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim. Sesungguhnya para malaikat
meletakkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia
tuntut.” (H.R. Ibnu Abdil Bar)

Hadits di atas menunjukkan bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi siapa saja sekalipun di
tempat yang jauh, dan malaikat turut senang dan hormat kepada mereka.

Islam sangat memperhatikan dan ilmu pengetahuan karena dengan ilmu pengetahuan
manusia bisa berkarya, berprestasi dan mampu tampil sebagai kholifah yaitu memakmurkan bumi.
Dengan ilmu, manusia mampu beribadah dengan sempurna. Contoh orang Islam diwajibkan shalat,
maka ia harus mengetahui ilmu-ilmu yang berhubungan dengan shalat, begitu juga dengan puasa,
zakat dan haji, sehingga apa yang dilakukannya mempunyai dasar. Ilmu itu dibutuhkan dalam segala
hal.

Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “barang siapa yang menempuh
jalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudhka baginya jalan menuju surga.”(HR.
Muslim)

Abu Darda tinggal di Damaskus, lalu datang kepadanya seorang lelaki dari Madinah. Abu Darda
berkata kepadanya, “apakah gerangan yang menyebabkan engkau datang kemari?” lelaki itu
menjawab,” tiadalah aku datang kemari melainkan karena suatu hadis yang pernah kudengar
darimu.“selanjutnya Abu darda menceritakan hadis ini. Para malaikat yang dimaksud di dalam hadis
ini adalah yang telah disebutkan dalam hadis sebelumnya. Mereka berhenti dan mengelilingi orang-
orang yang sedang menuntut ilmu untuk memperoleh bagian dari rahmat Allah yang diturunkan
kepada mereka dan cahayanya.

Demikian itu mereka lakukan mereka rida terhadap perbuatan orang-orang yang sedang
menuntut ilmu dan sebagi penghormatan buatannya. Yang dimaksud dengan penuntut ilmu ialah
penuntut ilmu yang mengamalkan ilmunya. Makhluk yang dilangit, maksudnya ialah para malaikat
yang ada dilangit, mereka membaca tasbih seraya memuji Rabb mereka dan memintakan ampunan
buat orang-orang yang dibumi. Makhluk yang dibumi, maksudnya manusia, jin dan hewan. Al-Hiitaan,
ikan-ikan; permohonan ampun oleh semua makhluk yang telah disebutkan buat orang yang alim,
maksudnya mereka mendoakannya. Demikian itu karena orang yang alim dengan bimbingan dengan
petunjuknya kepada manusia menyebabkan ia disukai Allah SWT.

Apabila Allah menyukainya, maka turut mencintainya pula semua malaikat dan makhluknya
dan apabila mereka mencintainya maka mereka pasti mendoakannya. Hal ini ingsaAllah akan kami
sebutkan dalam bab akhlak.

Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “jika seorang anak adam meninggal
dunia, maka amal perbuatannya terputus kecuali tiga hal; sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat,
atau anak shalih yang mendo’akannya.” (HR. Muslim, Ibnu Majahdan dari Ibnu khuzaimah dari sanad
yang lain)

Anjuran untuk mempersiapkan bekal sebelum mati dengan amal-amal shalih. Amal-amal
shalih yang manfaatnya tetap berlanjut setelah orangnya meninggal dunia, maka pahalanya tetap
mengalir kepadanya. Anjuran agar melaksanakan amal kebaikan dengan cara wakaf, seperti
membangun masjid, madrasah, membuat sumur, Hatau menanam pohon. Semuanya itu merupakan
sedekah jariyah. Disunahkan mengajarkan ilmu dan menyusun kitab-kitab yang bermanfaat. Itulah
diantara ilmu nafi’ (yang bermanfaat) yang pahalanya tetap berlangsung sepanjang zaman. Anjuran
untuk mendidik anak dan mengajari mereka perkara yang fardhu dan sunnah, serta adab sopan santun
agar mereka menjadi orang-orang shalih.

I. Keutamaan Orang yang Berilmu dan Kedudukan Orang yang Berilmu dalam
Islam

1. Dimudahkan baginya masuk surga


“Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda “Barangsiapa yang berjalan dalam
rangka menuntut ilmu maka Allah memudahkan baginya jalan menuju surga.” (H.R. Muslim)

2. Orang yang berilmu diangkat derajatnya oleh Allah. Q. S. Al-Mujadilah : 11

Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah


dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

3. Surat Saba` ayat 6

Dan orang-orang yang diberi ilmu (ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu Itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan yang Maha
Perkasa lagi Maha Terpuji.

Dari ayat tersebut artinya ialah bahwa orang yang diberi ilmu pengetahuan oleh
Tuhan,pastilah karena ilmunya itu akan mempercayai kandungan isi Al-Quran yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW adalah suatu kebenaran. Diantara isi Al-Quran itu tentang akan adanya hari kiamat
kelak. Akan ada lanjutan hidup setelah hidup yang sekarang. Yang dimaksud dengan orang-orang yang
diberi ilmu itu menurut Imam An-Thobari dalm tafsirnya ialah ahli kita (pemeluk agama Yahudi dan
Nasrani yang menyatakan iman masuk kedalam agama islam). Zamarkasyi dalam tafsirnya
menambahkan lagi, bahwa yang dimaksud dengan hal orang yang diberi ilmu ialah sahabat-sahabat
Rosulullah SAW. Dan beliaupun menambahkankemungkinan juga umat Muhammad sendiri yang akan
datang dibelakang hari setelah Rosulullah Wafat.( tafsir Al-Azhar, HAMKA: 135)

Pendapat Zamarkasyilah yang tepat, bahwa tiap oarang diberi ilmu pengetahuan oleh Tuhan,
pastilah pergaya akan adanya hari kiamat. Hasil ilmu pengetahuan dalam menyelidiki alam semesta
ini telah sampai kepada pendapat bahwa kiamat, yang berarti kehancuran seluruh alam itu adalah hal
yang tidak mustahil. Kemajuan pesat ilmu pengetahuan, menyebabkan akan menambah keimanan
pada dirinya, akan tumbuh subur iman itu dan dia akan bertambah yakin. Selain dari kebenaran isi
kandungan al-Quran yang di sampaikan Nabi Muhammad itu ialah memberi petunjuk kepada jalan
yang perkasa , yaitu jalan lurus yang tidk dapat diganti, peraturan ketat, disiplin yang keras dan ajaran
yang perkaa itupun terpuji.( tafsir Al-Azhar, HAMKA: 135)

4. Orang yang dinilai jihad fisabilillah Q. S. At-Taubah :122


Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka
Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

5. Sebaik-baik manusia

Dari Utsman, Rasulullah bersabda “sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Quran dan
mengajarkannya.”

6. Seorang lebih mulia dari ahli ibadah

“Disebutkan rasulullah tentang orang saleh salah satunya hali ibadah dan salah satunya
thalabut ilmu dan rasulullah bersabda “keutamaan menuntut ilmu di atas ahli ibadah seperti
keutamaan di atas orang yang paling rendah di antara kalian.” (H.R. Ad-Damy Hasan Basri berkata
sanadnya hasan)

7. Akan dimintakan ampun oleh penduduk langit dan bumi

“Saya mendengar Rasulullah bersabda : “Dan sesungguhnya seorang alim itu mintahkan
ampun dari langit dan bumi sampai ikan di laut”

J. Dalil Naqli dalam Bidang Teknik Elektro

1. Surat Al-Baqarah ayat 20

Thahir ibn ‘Asyur memahami ayat ini sebagai gambaran tentang orang-orang munafik ketika
menghadiri majlis Rasulullah saw. dan mendengar ayat-ayat Al Qur’an yang mengandung ancaman
serta berita-berita yang menggembirakan. Dengan demikian ayat-ayat Al Qur’an diibaratkan dengan
hujan yang lebat, apa yang dirasakan oleh orang-orang munafik diibaratkan dengan aneka kegelapan,
sebagaimana dialami pejalan diwaktu malam yang diliputi oleh awan tebal sehingga menutupi cahaya
bintang dan hujan. Guntur adalah kecaman dan peringatan Al Qur’an. Kilat adalah cahaya petunjuk al
Qur’an yang dapat ditemukan dicelah peringatan-peringatan itu. ( dan listrik keduanya adalah cahaya,
cahaya berguna untuk penerangan. Penerangan yang berupa listrik dapat dipakai untuk alat
belajar/membaca ilmu pengetahuan pada waktu gelap. Listrik dan qalam/alat tulis merupakan
teknologi, keduanya sangat penting dan dapat dipergunaka oleh manusia khususnya bagi orang Islam
untuk belajar/mencari ilmu sehingga dapat mengetahui ilmu-ilmu yang lain yang sebenarnya juga
sudah diisyaratkan oleh Allah dalam Al Qur’an.
2. Surat An – Nur ayat 35

"Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti
sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca, kaca itu
seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon
yang banyak berkahnya (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di
sebelah barat, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi walaupun tidak di sentuh api, cahaya
di atas cahaya, Allah membimbing kepada Cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki dan Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."(Al-Qur'an
surat An Nur : 35)

Listrik Dalam Al-Qur'an Surat An Nur ayat 35

Al-Qur'an bukan hanya berbicara tentang Ibadah, kehidupan ataupun sejarah, ternyata Al-
Qur'an juga berbicara tentang ilmu pengetahuan dan teknologi (dalam hal ini listrik) seperti surat An
Nur ayat 35, yang artinya: "Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya
Allah adalah seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di
dalam kaca, kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara..."

Analisa ayat: Apabila kita amati sebuah bola lampu yang diletakkan di dinding dalam ruangan
yang gelap, maka ketika lampu dinyalakan akan memberikan cahaya/pelita ke seluruh ruangan, bola
lampu tersebut seperti sebuah lubang yang bercahaya dan cahayanya tidak tembus ke ruangan
lainnya.

Bola lampu ditutupi oleh kaca yang kedap udara yang berguna untuk menimbulkan radiasi
pada kumparan yang ada dalam kaca. Efek cahaya itu akan semakin jelas terlihat apabila lampu
tersebut ditempatkan semakin tinggi, seperti sebuah bintang yang bercahaya. Menurut penulis ayat
ini menuliskan perumpamaan sebuah lampu.

Lanjutan ayat: "...yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya (yaitu)
pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat, yang minyaknya saja
hampir-hampir menerangi walaupun tidak di sentuh api, cahaya diatas cahaya,..."

Hal yang menarik bagi penulis adalah kalimat "...yang tumbuh

tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat..", apabila kita memperhatikan arah
mata angin, kalau bukan timur dan barat, bukankah ini berarti utara dan selatan, sedangkan dalam
teori kemagnetan utara dan selatan adalah kutub magnet, magnet (elektromagnetik) berguna sebagai
pembangkit induksi listrik untuk menghasilkan energi listrik.
Dalam ayat ini kata pohon zaitun seumpama generator dan minyak seumpama arus listrik
dimana apabila arus dengan kutub yang berbeda dihubungkan akan menimbulkan percikan
("...minyaknya hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api...").

Menurut penulis, ayat ini jelas-jelas menulis tentang listrik dan bola lampu, yang disampaikan
melalui perumpamaan-perumpamaan, sesuai dengan kelanjutan ayat tersebut "...Allah membimbing
kepada Cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan
bagi manusia dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."

BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemajuan IPTEKS merupakan tantangan yang besar bagi kita. Apakah kita sanggup atau tidak
menghadapi tantangan ini tergantung pada kesiapan pribadi masing-masing. Diantara penyikapan
terhadap kemajuan IPTEKS masa terdapat tiga kelompok, yaitu: (1) Kelompok yang menganggap
IPTEKS moderen bersifat netral dan berusaha melegitimasi hasil-hasil IPTEKS moderen dengan
mencari ayat-ayat Al-Quran yang sesuai; (2) Kelompok yang bekerja dengan IPTEKS moderen, tetapi
berusaha juga mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-elemen yang tidak
islami, (3) Kelompok yang percaya adanya IPTEKS Islam dan berusaha membangunnya.
Perkembangan IPTEKS adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas,
memperdalam, dan mengembangkan IPTEKS. Dari uraian di atas dapat dipahami, bahwa peran Islam
yang utama dalam perkembangan IPTEKS setidaknya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam
sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai
standar penggunaan IPTEKS. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang
seharusnya dijadikan tolak ukur umat Islam dalam mengaplikasikan IPTEKS.

Adapun dampak negatif maupun positif dalam perkembangan IPTEKS, Kemajuan dalam
bidang IPTEKS telah menimbulkan perubahan sangat cepat dalam kehidupan umat manusia.
Perubahan ini, selain sangat cepat memiliki daya jangkau yang amat luas. Hampir tidak ada segi-segi
kehidupan yang tidak tersentuh oleh perubahan. Perubahan ini pada kenyataannya telah
menimbulkan pergeseran nilai nilai dalam kehidupan umat manusia, termasuk di dalamnya nilai-nilai
agama, moral, dan kemanusiaan.

DAFTAR PUSTAKA

http://anniunn.blogspot.co.id/2014/01/islam-dan-IPTEKS.html

http://fatwarislani.blogspot.co.id/2015/03/makalah-karya-monumental-umat-islam.html

http://inafauzia95.blogspot.co.id/2015/05/hakikat-ipteks-dalam-pandangan-islam.html

http://makalah-menghargai-waktu.blogspot.co.id/2016/02/makalah-tentang-menuntut-ilmu.html

https://threecahya.wordpress.com/2012/11/22/isyarat-al-quran-tentang-teknologi/

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA TENTANG


ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK) DALAM ISLAM

DOSEN PENGAMPU : KEMAS ABDUL HAI


DISUSUN OLEH : REZZA BAGUS SAPUTRA

PRODI TEKNIK MESIN SEMESTER 1


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STITEKNAS) JAMBI
TAHUN 2015

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
segala puji hanya bagiNya. Semoga sholawat beserta salam senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya,
dan juga kepada para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Puji syukur Alhamdulilah
kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat dan
karunia Nya. Sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.
Makalah dengan judul “IPTEK DALAM ISLAM” sebagai tugas mata kuliah Agama.
Dalam penulisan makalah ini kami bayak menerima bantuan bimbingan dan dorongan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini ,kami tidak lupa mngucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnnya kepada:.
1. Bapak Kemas abdul hai selaku dosen mata kuliah agama.
2. Orang tua kami yang telah memberikan bantuan materiil dan spirtual.
3. Teman-teman kami di STITEKNAS, atas segala bantuannya. Penulis berharap makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa stiteknas. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, karena masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
meyempurnakan makalah ini. Dengan makalah ini, penulis mengharapkan semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan berguna bagi penulis serta pembaca pada umumnya

Penulis

Rezza Bagus Saputra

DAFTAR ISI

Kata pengantar..............................................................................................................
Daftar isi.......................................................................................................................

Bab I Pendahuluan.........................................................................................................
-Latar Belakang.................................................................................................
-Rumusan masalah.............................................................................................
-Tujuan masalah..............................................................................................
Bab II Landasan Teori...................................................................................................
A.Definisi Iptek…………………………………………………………………
B. Pelaksanaan Dan Pengembangan Iptek di Indonesia……………………….
C. Dampak Negatif Iptek………………………………………………………..
D. Iptek Menurut Islam…………………………………………………………
1.Kewajiban Mencari Ilmu…………………………………………….
2. Interaksi iman, ilmu dan amal ………………………………………
3. Keutamaan orang yang berilmu……………………………………..
4. Penyikapan terhadap Perkembangan IPTEK ………………………
5.Keselarasan IMTAQ dan IPTEK ……………………………………
6. Kontribusi Iptek Bagi Dakwah Islam………………………………

Bab III PENUTUP.......................................................................................................


A.Kesimpulan..................................................................................................
B.Saran..............................................................................................................

Daftar pustaka................................. .........................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang
seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang.
Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran
(qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam
sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala
ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima
dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan.
Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar
bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang
seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme)
seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan
iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam).
Umat Islam boleh memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam.
Sebaliknya jika suatu aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat
Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh
perdaban barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia.
Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan iptek
modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru- niru gaya hidup peradaban barat tanpa
dibarengi sikap kritis trhadap segala dampak negatif yang diakibatkanya. Pada dasarnya kita
hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada Allah SWT. Ada banyak cara untuk
beribadah kepada Allah SWT seperti sholat, puasa, dan menuntut ilmu. Menuntut ilmu ini
hukumnya wajib. Seperti sabda Rasulullah SAW: “ menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban
atas setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Ilmu adalah kehidupanya islam dan kehidupanya
keimanan

B.Rumusan masalah
1.Bagaimana perkembangan IPTEK dalam Islam?

C.Tujuan masalah
1.Mengetahui perkembangan IPTEK dalam Islam

BAB II
PEMBAHASAN

A.Definisi Iptek
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yg tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Ilmu adalah sumber teknologi yg mampu memberikan kemungkinan
munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknoogi adl terapan atau
aplikasi dari ilmu yg dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yg lbh canggih dan dapat mendorong
manusia utk berkembang lbh maju lagi. Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa dasar-
dasar filosofis utk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran
sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Seperi kita ketahui, teknologi kini telah merembet dalam kehidupan kebanyakan
manusia bahkan dari kalangan atas hingga menengah kebawah sekalipun. Dimana upaya
tersebut merupakan cara atau jalan di dalam mewudkan kesejahteraan dan meningkatkan harkat
dan martabat manusia. Atas dasar kreatifitas, akalnya, manusia mengembangkan iptek dalam
rangka untuk mengolah SDA yang di berikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dimana dalam
pengembangan iptek harus didasari terhadap moral dan kemanusiaan yang adil dan beradab,
agar semua masyarakat mengecam IPTEK secara merata. Disatu sisi telah
terjadi perkembangan yang sangat baik sekali di aspek telekomunikasi, namun
pelaksanaan pembangunan IPTEK masih belum merata. Masih banyak masyarakat kurang
mampu yang putus harapannya untuk mendapatkan pengetahuan dan teknologi. Hal itu
dikarenakan tingginya biaya pendidikan yang harus mereka tanggung. Maka dari itu
pemerintah perlu menyikapi dan menanggapi masalah-masalah tersebut, agar peranan IPTEK
dapat bertujuan untuk meningkatkan SDM yang ada.
Perkembangan IPTEK disamping bermanfaat untuk kemajuan hidup Indonesia juga
memberikan dampak negatif. Hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan IPTEK untuk
menekan dampaknya seminimal mungkin antara lain:
1. Menjaga keserasian dan keseimbangan dengan lingkungan setempat.
2. Teknologi yang akan diterapkan hendaknya betul-betul dapat mencegah
timbulnya permasalahan di tempat itu.
3. Memanfaatkan seoptimal mungkin segala sumber daya alam dan sumber daya manusia
yang ada.
Dengan perkembangan dan kemajuan zaman dengan sendirinya pemanfaatan
dan penguatan iptek mutlak diperlukan untuk mencapai kesejahteraan bangsa. Visi dan Misi
iptek dirumuskan sebagai paduan untuk mengoptimalkan setiap sumber daya iptek yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia.Undang-undang No.18 Tahun2002 tentang Sistem Nasional
Penelitiha, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang yelah berlaku
sejak 29 Juli 2002, merupakan penjabaran dari visi dan misi Iptek sebagaimana termaksud
dalam UUD 1945 Amandemen pasal 31 ayat 5, agar dapat dilaksanakan oleh pemerintah
beserta seluruh rakyat dengan sebaik baiknya. Selain itu pula perkembangan iptek di berbagai
bidang di tengah perkembangan zaman yang semakin pesat semestinya dapat meningkatkan
kualitas SDM di tengah bermunculannya dampak negatif dari adanya perkembangan iptek,
sehingga diperlukan pemikiran yang serius dan mantap dalam menghadapi permasalahan
dalam penemuan-penemuan baru tersebut.

B.Pelaksanaan Dan Pengembangan Iptek di Indonesia


Peradaban bangsa dan masyarakat dunia Di masa depan sudah di pahami dan disadari
akan berhadapan dengan situasi yang serba kompleks dalam berbagai cabang
ilmu pengetahuan, sebut saja antara lain: cloning, cosmology, cryonics, cybernities,
exobiology, genetik, engineering dan nanoteknology. Cabang-cabang Iptek itu telah
memunculkan berbagai perkembangan yang sangat cepat dan implikasi yang menguntungkan
bagi manusia atau sebaliknya. Untuk mendayagunakan Iptek diperlukan nilai-nilai luhur agar
dapat dipertanggung jawabkan. Rumusan 4 nilai luhur pembangunan Iptek nasional.
1. Accountable, penerapan Iptek harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral,
lingkungan, finansial bahkan dampak politis.
2. Visionary, pembangunan ipek memberikan solusi strategis dan jangka panjang, tetapi taktis
dimana kini tidak bersifat sektoral dan hanya memberi implikasi terbatas.
3. Innovative, asal katanya adalah “innovere” yang artinya temuan baru yang bermanfaat.
Nilai luhur dari pembangunan iptek artinya dapat berorientasi pada segala sesuatu yang baru,
dan memberikan apresiasi tinggi terhadap upaya untuk memproduksi inivasi baru dalam
upaya inovatif untuk mendapatkan produktifitas.
4. Excellence, keseluruhan tahapan pembanguna iptek mulai dari fase inisiasi,
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, implikasi pada bangsa harus baik, yang
terbaik atau berusaha menuju terbaik. Pesatnya kemajuan iptek untek memperkuat posisi
daya saing Indonesia dalam kehidupan global.

C. Dampak Negatif Iptek


Bagi masyarakat sekarang iptek sudah merupakan suatu religion. Pengembangan iptek
dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Sementara orang bahkan memuja iptek
lebagai liberator yang akan membebaskan mereka dari kungkungan kefanaan dunia. Iptek
yakina akan memberi umat manusia kesehatan, kebahagiaan dan imortalitas. Sumbangan iptek
terhadap peradaban dan kesejahteraan manusiatidak dapat dipungkiri. Namum manusia tidak
bisa menipu diri akan kenyataan bahwa iptek mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi
manusia.Dalam peradaban modern yang muda, terlalu sering manusia terhenyak oloh disilusi
dari dampak negatif iptek terhadap kehidupan umat manusia.
Kalaupun iptek mampu mengungkap semua tabir rahasia alam dan kehidupan,
tidak berarti iptek sinonim dengan kebenaran. Sebab iptek hanya mampu menampilkan
kenyataan. Kebenaran yang manusiawi haruslah lebih dari sekedar kenyataan objektif.
Kebenaran harus mencakup pula unsur keadilan. Tentu saja iptek tidak mengenal unsur
kemanusiaan, oleh karena itu iptek tidak pernah bisa menjadi standar kebenaran ataupun solusi
dari masalah-maslah kemanusiaan. Dari segala dampak terburuk dari perkembangan iptek
adalah dampak terhadap peri laku dari manusia penciptanya. Iptek telah membuat sang
penciptanya di hinggapi sifat over confidence dan superiotas tidak saja terhadap alam
melainkan pula terhadap sesamamya. Eksploitasi terhadap alam dan dominasi pihak yang
kuat(negara barat) terhadap negara yang lemah (negara dunia ketiga) merupakan ciri yang
melekat sejak lahirnya revolusi industri.

D. Iptek Menurut Islam


Peran Islam dalam perkembangan iptek adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan
standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah islam) wajib
dijadikan tolok ukur dan pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh
dimanfaatkan adalah yang telah dihalalkan oleh syariah islam. Sedangkan Iptek yang
tidak boleh dimanfaatkan adalah yang telah diharamkan. Akhlak yang baik muncul dari
keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT sumber segala kebaikan, Keindahan, dan
Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT hanya akan muncul bila diawali
dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan Allah SWT dan
terhadap alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat KeMahaMuliaan, Kekuasaan
dan Keagungan-Nya.
Islam sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan,sangat mendorong
dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan
segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan
ilmu pengetahuandan teknologi. Berbeda dengan pandangan Barat yang melandasi
pengembangan Ipteknya hanya untuk mementingkan duniawi, maka Islam mementingkan
penguasaan Iptek untuk menjadi sarana ibadah atau pengabdian Muslim kepada Allah SWT
dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk
berkhidmat kepada manusia dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam. Ada lebih dari 800
ayat dalam Al-Quran yang mementingkan proses perenungan, pemikiran, dan pengamatan
tehadap berbagai gejala alam, untuk di tafakuri dan menjadi bahan dzikir kepada Allah.
Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang fakta ilmiah,
maka kemumgkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran terhadap ajaran agama
tersebut. Bila ada ilmu pengetahuan yang menentang prinsip pokok ajaran agama Islam maka
yang salah adalah tafsiran filosofis atau paradigma materialisme yang beradadi balik wajah
ilmu pengetahuan modern tersebut. Karena alam semesta yang dipelajari melalui
ilmu pengetahuan dan ayat-ayat suci Tuhan( Al-Quran) dan Sunnah Rasulullah SAW yang
di pelajari melalui agama adalah sama-sama ayat (tanda-tanda dan perwujudan ) Allah SWT,
maka tidak mungkin satu sama lain saling bertentangan dan bertolak belakang, karena
keduanya berasal dari satu sumber sama, Allah Yang Maha Pencipta dan Pemelihara seluruh
Alam Semesta.

1.Kewajiban Mencari Ilmu


Pada dasarnya kita hidup didunia ini tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah.
Tentunya beribadah dan beramal harus berdasarkan ilmu yang ada di Al-Qur’an dan
Al-Hadist. Tidak akan tersesat bagi siapa saja yang berpegang teguh dan sungguh
sungguh perpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadist. Disebutkan dalam hadist, bahwasanya
ilmu yang wajib dicari seorang muslim ada 3, sedangkan yang lainnya akan menjadi fadhlun
(keutamaan). Ketiga ilmu tersebut adalah ayatun muhkamatun (ayat-ayat Al-Qur’an yang
menghukumi), sunnatun qoimatun (sunnah dari Al-hadist yang menegakkan) dan faridhotun
adilah (ilmu bagi waris atau ilmu faroidh yang adil) Dalam sebuah hadist rasulullah bersabda,
“ mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada selain yang
ahlinya bagaikan menggantungkan permata dan emas pada babi hutan.”
(HR. Ibnu Majah dan lainya) Juga pada hadist rasulullah yang lain ,”carilah ilmu walau sampai
ke negeri cina”. Dalam hadist ini kita tidak dituntut mencari ilmu ke cina, tetapi dalam hadist
ini rasulullah menyuruh kita mencari ilmu dari berbagai penjuru dunia. Walau jauh ilmu haru
tetap dikejar.
Dalam kitab “ Ta’limul muta’alim” disebutkan bahwa ilmu yang wajib dituntut trlebih
dahulu adalah ilmu haal yaitu ilmu yang dseketika itu pasti digunakan dal diamalkan bagi setiap
orang yang sudah baligh. Seperti ilmu tauhid dan ilmu fiqih. Apabila kedua bidang ilmu itu
telah dikuasai, baru mempelajari ilmu-ilmu lainya, misalnya ilmu kedokteran, fisika,
matematika, dan lainya. Kadang-kadang orang lupa dalam mendidik anaknya, sehingga lebih
mengutamakan ilmu-ilmu umum daripada ilmu agama. Maka anak menjadi orang yang buta
agama dan menyepelekan kewajiban-kewajiban agamanya. Dalam hal ini orang tua perlu sekali
memberikan bekal ilmu keagamaan sebelum anaknya mempelajari ilmu-ilmu umum. Dalam
hadist yang lain Rasulullah bersabda,
“sedekah yang paling utama adalah orang islam yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan
ilmu itu kepada orang lain.”(HR. Ibnu Majah) Maksud hadis diatas adalah lebih utama lagi
orang yang mau menuntut ilmu kemudian ilmu itu diajarkan kepada orang lain.
Inilah sedekah yang paling utama dibanding sedekah harta benda. Ini dikarenakan
mengajarkan ilmu, khususnya ilmu agama, berarti menenan amal yang muta’adi (dapat
berkembang) yang manfaatnya bukan hanya dikenyam orang yang diajarkan itu sendiri, tetapi
dapat dinikmati orang lain

2. I n t e r a k s i i m a n , i l m u d a n a m a l
Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat
hubungan yang harmonis dan dinamis yang terinteraksi ke dalam suatu sistem yang disebut
dinul Islam, didalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu akidah, syariah, dan akhlak dengan
kata lain iman, ilmu dan amal shaleh. Islam merupakan ajaran agama yang sempurna, karena
kesempurnaannya dapat tergambar dalam keutuhan inti ajarannya. Di dalam al-Qur’an
dinyatakan yang artinya “Tidaklah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik (dinul Islam) seperti sebatang pohon yang baik, akarnya
kokoh (menghujam kebumi) dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu mengeluarkan
buahnya setiap muslim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan
itu untuk manusia agar mereka ingat”.
Dari penjelasan tersebut di atas menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu dan amal
atau syariah dan akhlak dengan menganalogikan dinul Islam bagaikan sebatang pohon yang
baik. Ini merupakan gambaran bahwa antara iman, ilmu dan amal merupakan suatu kesatuan
yang utuh tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Iman diidentikkan dengan akar dari
sebuah pohon yang menupang tegaknya ajaran Islam, ilmu bagaikan batang pohon yang
mengeluarkan dahan. Dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal
ibarat buah dari pohon itu ibarat dengan teknologi dan seni. IPTEKS yang dikembangkan di
atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal shaleh bukan kerusakan alam.

3. Keutamaan orang yang berilmu


Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah dan masyarakat. Al-
Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran mulia dan terhormat yang
menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di sisi Allah SWT dan makhluk-
Nya. Mereka digelari sebagai “al-Raasikhun fil Ilm” (Al Imran : 7), “Ulul
al-Ilmi” (Al Imran : 18 ), “Ulul al-Bab” (Al Imran : 190), “al-Basir” dan “as-Sami' “
(Hud : 24), “al-A'limun” (al-A'nkabut : 43), “al-Ulama” (Fatir : 28 ), “al-Ahya' “(Fatir : 35)
dan berbagai nama baik dan gelar mulia lain. Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT
berfirman:
"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang- orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".
Dalam ayat ini ditegaskan pada golongan orang berilmu bahwa mereka amat istimewa
di sisi Allah SWT . Mereka diangkat sejajar dengan para malaikat yang menjadi saksi Keesaan
Allah SWT. Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat keras terhadap kalangan yang
menyembunyikan kebenaran/ilmu, sebagaimana firman-Nya:
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan
berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya
kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua
(mahluk) yang dapat melaknati." (Al-Baqarah: 159)
Rasulullah saw juga bersabda:
"Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, akan dikendali mulutnya oleh Allah pada
hari kiamat dengan kendali dari api neraka." (HR Ibnu Hibban di dalam kitab sahih beliau. Juga
diriwayatkan oleh Al-Hakim. Al Hakim dan adz-Dzahabi berpendapat bahwa hadits ini sahih)
Jadi setiap orang yang berilmu harus mengamalkan ilmunya agar ilmu yang ia peroleh
dapat bermanfaat. Misalnya dengan cara mengajar atau mengamalkan pengetahuanya untuk
hal-hal yang bermanfaat.

4. Penyikapan terhadap Perkembangan IPTEK


Setiap manusia diberikan hidayah dari Allah SWT berupa “alat” untuk mencapai dan
membuka kebenaran. Hidayah tersebut adalah :
a. indera, untuk menangkap kebenaran fisik,
b. naluri, untuk mempertahankan hidup dan kelangsungan hidup manusia secara probadi
maupun sosial
c. pikiran dan atau kemampuan rasional yang mampu mengembangkan kemampuan
tiga jenis pengetahuan akali (pengetahuan biasa, ilmiah dan filsafi). Akal juga
merupakan penghantar untuk menuju kebenaran tertinggi
d. imajinasi, daya khayal yang mampu menghasilkan kreativitas dan
menyempurnakan pengetahuannya e. hati nurani, suatu kemampuan manusia untuk dapat
menangkap kebenaran tingkah laku manusia sebagai makhluk yang harus bermoral.
Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia dengan perkembangan IPTEK
yang sangat pesat, dirasakan perlunya mencari keterkaitan antara sistem nilai dan norma-norma
Islam dengan perkembangan tersebut. Menurut Mehdi Ghulsyani (1995), dalam
menghadapi perkembangan IPTEK ilmuwan muslim dapat dikelompokkan dalam tiga
kelompok: Kelompok yang menganggap IPTEK moderen bersifat netral dan berusaha
melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen dengan mencari ayat-ayat Al-Qur’an yang sesuai;
Kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha juga mempelajari sejarah dan
filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-elemen yang tidak islami, Kelompok yang percaya
adanya IPTEK Islam dan berusaha membangunnya. Untuk kelompok ketiga ini memunculkan
nama Al-Faruqi yang mengintrodusir istilah “islamisasi ilmu pengetahuan”. Dalam konsep
Islam pada dasarnya tidak ada pemisahan yang tegas antara ilmu agama dan ilmu non-agama.
Sebab pada dasarnya ilmu pengetahuan yang dikembangkan manusia merupakan “jalan” untuk
menemukan kebenaran Allah itu sendiri.
Sehingga IPTEK menurut Islam haruslah bermakna ibadah. Yang dikembangkan
dalam budaya Islam adalah bentuk-bentuk IPTEK yang mampu mengantarkan manusia
meningkatkan derajat spiritialitas, martabat manusia secara alamiah. Bukan IPTEK yang
merusak alam semesta, bahkan membawa manusia ketingkat yang lebih rendah martabatnya.
Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari yang islami
adalah memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan martabat manusia dan
meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT. Kebenaran IPTEK menurut Islam adalah
sebanding dengan kemanfaatannya IPTEK itu sendiri. IPTEK akan bermanfaat apabila:
a. Mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya
b. Dapat membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik),
c. Dapat memberikan pedoman bagi sesama,
d. Dapat menyelesaikan persoalan umat. Dalam konsep Islam sesuatu hal dapat dikatakan
mengandung kebenaran apabila ia mengandung manfaat dalam arti luas.

5.Keselarasan IMTAQ dan IPTEK


“Barang siapa ingin menguasai dunia dengan ilmu, barang siapa ingin menguasai
akhirat dengan ilmu, dan barang siapa ingin menguasai kedua-duanya juga harus dengan
ilmu” (Al-Hadist). Perubahan lingkungan yang serba cepat dewasa ini sebagai dampak
globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), harus diakui telah
memberikan kemudahan terhadap berbagai aktifitas dan kebutuhan hidup manusia. Di sisi
lain, memunculkan kekhawatiran terhadap perkembangan perilaku khususnya para pelajar dan
generasi muda kita, dengan tumbuhnya budaya kehidupan baru yang cenderung menjauh dari
nilai-nilai spiritualitas. Semuanya ini menuntut perhatian ekstra orang tua serta pendidik
khususnya guru, yang kerap bersentuhan langsung dengan siswa.
Dari sisi positif, perkembangan iptek telah memunculkan kesadaran yang kuat pada
sebagian pelajar kita akan pentingnya memiliki keahlian dan keterampilan. Utamanya untuk
menyongsong kehidupan masa depan yang lebih baik, dalam rangka mengisi era milenium
ketiga yang disebut sebagai era informasi dan era bio-teknologi. Ini sekurang-kurangnya telah
memunculkan sikap optimis, generasi pelajar kita umumya telah memiliki kesiapan dalam
menghadapi perubahan itu. Don Tapscott, dalam bukunya Growing up Digital (1999), telah
melakukan survei terhadap para remaja di berbagai negara. Ia menyimpulkan, ada sepuluh ciri
dari generasi 0 (zero), yang akan mengisi masa tersebut. Ciri-ciri itu, para remaja umumnya
memiliki pengetahuan memadai dan akses yang tak terbatas. Bergaul sangat intensif lewat
internet, cenderung inklusif, bebas berekspresi, hidup didasarkan pada perkembangan
teknologi, sehingga inovatif, bersikap lebih dewasa, investigative arahnya pada how use
something as good as possible bukan how does it work.
Sikap optimis terhadap keadaan sebagian pelajar ini tentu harus diimbangi dengan
memberikan pemahaman, arti penting mengembangkan aspek spiritual keagamaan dan
aspek pengendalian emosional. Sehingga tercapai keselarasan pemenuhan kebutuhan otak dan
hati (kolbu). Penanaman kesadaran pentingnya nilai-nilai agama memberi jaminan kepada
siswa akan kebahagiaan dan keselamatan hidup, bukan saja selama di dunia tapi juga kelak di
akhirat. Jika hal itu dilakukan, tidak menutup kemungkinan para siswa akan terhindar dari
kemungkinan melakukan perilaku menyimpang, yang justru akan merugikan masa depannya
serta memperburuk citra kepelajarannya. Amatilah pesta tahunan pasca ujian nasional, yang
kerap dipertontonkan secara vulgar oleh sebagian para pelajar. Itulah salah satu contoh
potret buram kondisi sebagian komunitas pelajar kita saat ini.
Untuk itu, komponen penting yang terlibat dalam pembinaan keimanan dan
ketakwaan (imtak) serta akhlak siswa di sekolah adalah guru. Kendati faktor lain ikut
mempengaruhi, tapi dalam pembinaan siswa harus diakui guru faktor paling dominan. Ia ujung
tombak dan garda terdepan, yang memberi pengaruh kuat pada pembentukan karakter siswa.
Kepada guru harapan tercapainya tujuan pendidikan nasional disandarkan. Ini sebagaimana
termaktub dalam Pasal 3 Undang-undang No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Intinya, para pelajar kita disiapkan agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri.
Sekaligus jadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Tujuan pendidikan
sebenarnya mengisyaratkan, proses dan hasil harus mempertimbangkan keseimbangan dan
keserasian aspek pengembangan intelektual dan aspek spiritual (rohani), tanpa memisahkan
keduanya secara dikhotomis.
Namun praktiknya, aspek spiritual seringkali hanya bertumpu pada peran guru agama.
Ini dirasakan cukup berat, sehingga pengembangan kedua aspek itu tidak berproses secara
simultan. Upaya melibatkan semua guru mata ajar agar menyisipkan unsur keimanan dan
ketakwaan (imtak) pada setiap pokok bahasan yang diajarkan, sesungguhnya telah digagas
oleh pihak Departeman Pendidikan Nasional maupun Departemen Agama. Survei
membuktikan, mengintegrasikan unsur ‘imtaq’ pada mata ajar selain pendidikan agama adalah
sesuatu yang mungkin.
Namun dalam praktiknya, target kurikulum yang menjadi beban setiap guru yang
harus tuntas serta pemahaman yang berbeda dalam menyikapi muatan-muatan imtaq yang
harus disampaikan, menyebabkan keinginan menyisipkan unsur imtak menjadi terabaikan.
Memang tak ada sanksi apapun jika seorang guru selain guru agama tidak menyisipkan unsur
imtaq pada pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Jujur saja guru umumnya takut salah
jika berbicara masalah agama, mereka mencari aman hanya mengajarkan apa yang menjadi
tanggung jawabnya. Sesungguhnya ia bukan sekadar tanggung jawab guru agama, tapi
tanggung jawab semuanya. Dalam kacamata Islam, kewajiban menyampaikan kebenaran
agama kewajiban setiap muslim yang mengaku beriman kepada Allah, Tuhan Yang Maha
Kuasa.

6. Kontribusi Iptek Bagi Dakwah Islam

a.Kontribusi Terhadap Dakwah


Kontribusi adalah kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang di hasilkan
oleh perkembangan iptek moderen membuat orang mengagumi meniru gaya hidup peradaban
orang barat samapidi barengi sikap kritis terhadap segala dampak negatif yang diakibatkannya,
bukan hanya bidang iptek saja tetapi dalam bidang seni juga. Dalam kontribusi iptek dalam
dakwah islam banyak memberikan perkembangan di dalam dakwahnya, misalnya pada jaman
dahulu ketika para ulama di pulau jawa menyebarkan ajaran agama Islam mereka menyebarkan
dakwahnya melalui kesenian wayang yang isinya tentang ajaran-ajaran agama Islam. Pada saat
ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat maju, di buktikan dengan adanya
penemuan-penemuan baru yang fungsinya untuk memudahkan segala aktifias manusia, begitu
juga kemudahan dalam derdakwah bagi para ulama. Ada banyak hal yang sudah dihasilkan
oleh teknologi untuk dakwah Islam sebagai bagian dari integrasi itu sendiri, Al Quran digital,
akses hadist shahih yang bisa dilakukan dimana saja,silahturahmi yang tidak pernah putus
karena sudah ada HP, jejaring sosial dan sebagainya. Bahkan media pembelajaran yang
menyenangkan dengan menggunakan game untuk memperdalam ilmu Islam itu sendiri.

b.Contok-contoh Kontribusi Iptek bagi dakwah Islam


Perkembangan busana muslim seperti jilbab Media dakwah di televisi, internet, koran,
dan majalah Penggunaan internet, blog, dan situs Islami seperti suara Islam, Muslim

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas,
memperdalam, dan mengembangkan iptek itu sendiri. Dari uraian di atas dapat dipahami,
bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek dan seni setidaknya ada 2 (dua).
Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan.
Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek dan seni. Jadi, syariah
Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolok ukur
umat Islam dalam mengaplikasikan iptek dan seni. Untuk itu setiap muslim harus bisa
memanfaatkan alam yang ada untuk perkembangan iptek dan seni, tetapi harus tetap menjaga
dan tidak merusak yang ada. Yaitu dengan cara mencari ilmu dan mengamalkanya dan tetap
berpegang teguh pada syari’at Islam.

B. Saran
Untuk mengembangkan IPTEK harus kita dasar dengan keimanan dan ketakwaan
kepada Allah swt agar dapat memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan serta
lingkungan sekitar kita.

PENGERTIAN TOLERANSI
Toleransi adalah sikap tenggang rasa, menghargai, membiarkan, atau
membolehkan oran lain untuk berpendapat atau berpendirian yang berbeda dengan
dirinya.
Toleransi bahasa Arabnya adalah tasamuh yang artinya sama-sama berlaku baik,
lemah lembut, dan saling pemaaf. Dalam pengertian umum, toleransi adalah sikap
akhlak terpuji dalam pergaulan.

B. TOLERANSI DALAM ISLAM


Toleransi dalam Islam bukan berarti bersikap sinkretis. Pemahaman yang sinkretis
dalam toleransi beragama merupakan kesalahan dalam memahami
arti tasâmuh yang berarti menghargai, yang dapat mengakibat-kan pencampuran
antar yang hak dan yang batil (talbisu al-haq bi al-bâtil), karena sikap sinkretis
adalah sikap yang menganggap semua agama sama. Sementara sikap toleransi
dalam Islam adalah sikap menghargai dan menghormati keyakinan dan agama lain
di luar Islam, bukan menyamakan atau mensederajatkannya dengan keyakinan
Islam itu sendiri.

Sikap toleransi dalam Islam yang berhubungan dengan akidah sangat jelas yaitu
ketika Allah SWT. memerintahkan kepada Rasulullah SAW. untuk mengajak
para Ahl al-Kitabuntuk hanya menyembah dan tidak menye-kutukan Allah swt.

TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA

1. Kaitan toleransi dengan persaudaraan sesama Muslim


Berkaitan dengan hubungan toleransi dengan persaudaraan sesama Muslim, dalam
hal ini Allah SWT. Berfirman :
َ‫َّللاَ لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْر َح ُمون‬ ْ َ ‫إِنَّ َما ْال ُمؤْ ِمنُونَ إِ ْخ َوة ٌ فَأ‬
َّ ‫ص ِل ُحوا بَيْنَ أَخ ََو ْي ُك ْم َواتَّقُوا‬
[Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat].

Dalam ayat ini, Allah menyatakan bahwa orang-orang mukmin bersaudara dan
memerintahkan untuk melakukan islah (mendamaikannya untuk perbaikan
hubungan) jika seandainya terjadi kesalahpahaman di antara mereka atau kelompok
umat Islam.

Untuk mengembangkan sikap toleransi secara umum, terlebih dahulu dengan


mensikapi perbedaan (pendapat) yang (mungkin) terjadi pada keluarga dan
saudara sesama muslim.
Sikap toleransi dimulai dengan cara membangun kebersamaan atau keharmonisan
dan
menyadari adanya perbedaan dan menyadari bahwa semua adalah bersaudara,
maka akan timbul rasa kasih sayang, saling pengertian yang pada akhirnya akan
bermuara pada sikap toleran. Dalam konteks pengamalan agama, Al-Qur’anٌsecara
tegas memerintahkan orang-orang mukmin untuk kembali kepada Allah SWT. dan
sunnah Rasulullah SAW.

2. Kaitan toleransi dengan mu’amalah antar umat beragama


Toleransi antar umat beragama dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat
hidup bersama masyarakat penganut agama lain dengan memiliki kebebasan untuk
menjalankan prinsip-prinsip keagamaan (ibadah) masing-masing, tanpa adanya
paksaan dan tekanan, baik untuk beribadah maupun tidak beribadah dari satu pihak
ke pihak lain. Sebagai implementasinya dalam praktek kehidupan sosial dapat
dimulai dari sikap bertetangga, karena toleransi yang paling hakiki adalah sikap
kebersamaan antara penganut keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.

Sikap toleransi antar umat beragama bisa dimulai dari hidup bertetangga baik
dengan tetangga yang seiman dengan kita atau tidak. Sikap toleransi itu
direfleksikan dengan cara saling menghormati, saling memulia-kan dan saling
tolong-menolong. Hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. saat beliau dan
para sahabat sedang berkumpul, lewatlah rombongan orang Yahudi yang
mengantar jenazah. Nabi Muhammad saw. langsung berdiri memberikan
penghormatan.ٌSeorangٌsahabatٌberkata:ٌ“BukankahٌmerekaٌorangٌYahudi,ٌyaٌ
Rasul?”ٌNabiٌsaw..ٌmenjawabٌ“Ya,ٌtapiٌmerekaٌmanusiaٌjuga”.ٌHadis ini
hendak menjelaskan bahwa, bahwa sisi akidah atau teologi bukanlah urusan
manusia, melainkan urusan Allah SWT. dan tidak ada kompromi serta sikap toleran
diٌdalamnya.ٌSedangkanٌurusanٌmu’amalahٌantarٌsesamaٌtetapٌdipeliharaٌdenganٌ
baik dan harmonis.

Saat Umar bin Khattab ra. memegang amanah sebagai khalifah, ada sebuah kisah
dari banyak teladan beliau tentang toleransi, yaitu saat Islam berhasil membebaskan
Jerusalem dari penguasa Byzantium pada Februari 638 M. Tidak ada kekerasan
yang terjadi dalamٌ‘penaklukan’ٌini. Singkat cerita, penguasa Jerusalem saat
itu, PatriarchٌSophorinus,ٌ“menyerahkanٌkunci”ٌkotaٌdenganٌbegituٌsaja.ٌSuatuٌ
ketika, khalifah Umar dan Patriarch Sophorinus menginspeksi gereja tua
bernama Holy Sepulchre. Saat tiba waktu shalat, beliau ditawari Sophronius shalat
diٌdalamٌgerejaٌitu.ٌUmarٌmenolakٌserayaٌberkata,ٌ“Jikaٌsayaٌshalatٌdiٌdalam,ٌorangٌ
Islam sesudah saya akan menganggap ini milik mereka hanya karena saya pernah
shalatٌdiٌsitu.”ٌBeliauٌkemudianٌmengambilٌbatuٌdanٌmelemparkannya keluar gereja.
Di tempat batu jatuh itulah beliau kemudian shalat. Umar kemudian menjamin
bahwa gereja itu tidak akan diambil atau dirusak sampai kapan pun dan tetap
terbuka untuk peribadatan umat Nasrani.
3. Tidak ada toleransi dalam akidah
Mengenai sistem keyakinan dan agama yang berbeda-beda, Al-Qur’anٌ
menegaskan:
‫قُ ْل يَا أَيُّ َها ْالكَافِ ُرونَ ََل أَ ْعبُ ُد َما ت َ ْعبُدُونَ َو ََل أَنت ُ ْم َعابِدُونَ َما أَ ْعبُ ُد َو ََل أَنَا َعابِ ٌد َّما َعبَدت ُّ ْم َو ََل أَنت ُ ْم َعابِدُونَ َما‬
‫ِين‬
ِ ‫يد‬ َ ‫أ َ ْعبُ ُدلَ ُك ْم دِينُ ُك ْم َو ِل‬
[Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu
sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak
pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula)
menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukku
agamaku].

Latarٌbelakangٌturunnyaٌayatٌiniٌ(asbấbٌan-nuzủl),ٌketikaٌkaumٌkafirٌQuraisyٌ
berusaha membujuk Rasulullah saw., "Sekiranya engkau tidak keberatan mengikuti
kami (menyembah berhala) selama setahun, kami akan mengikuti agamamu selama
setahun pula." Setelah Rasulullah SAW. membacakan ayat ini kepada mereka maka
berputus-asalah kaum kafir Quraisy, sejak itu semakin keras sikap permusuhan
mereka kepada Rasulullah SAW.. Dua kali Allah swt. memperingatkan Rasulullah
SAW. : "Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak
menyembah Tuhan yang aku sembah." Artinya, umat Islam sama sekali tidak boleh
melakukan peribadatan yang diadakan oleh non-muslim, dalam bentuk apapun.

Ayat ini menegaskan, bahwa semua manusia menganut agama tunggal merupakan
suatu keniscayaan. Sebaliknya, tidak mungkin manusia meng-anut beberapa agama
dalam waktu yang sama atau mengamalkan ajaran dari berbagai agama secara
simultan. Oleh sebab itu, Al-Qu’ranٌmenegaskanٌbahwaٌumatٌIslamٌtetapٌberpegangٌ
teguh pada sistem ke-Esaan Allah secara mutlak, sedangkan orang kafir pada
ajaran ketuhanan yang ditetapkannya sendiri.
Dalam kondisi sekarang, maka melakukan do'a bersama orang-orang non-muslim
(istighasah), menghadiri perayaan Natal, mengikuti upacara pernikahan mereka atau
mengikuti pemakaman mereka merupakan cakupan dari surah Al-Kafirun. Semua
hal itu tidak boleh diikuti umat Islam, karena berhubungan dengan akidah dan
ibadah. Orang-orang non-muslim juga tidak ada gunanya mengikuti peribadatan
kaum muslimin, karena sama sekali tidak ada nilainya dihadapan Allah SWT.

Dalam memahami toleransi, umat Islam tidak boleh salah kaprah. Toleransi
terhadap non-muslim hanya boleh dalam aspek muamalah (perdagangan, industri,
kesehatan, pendidikan, sosial, dan lain-lain), tetapi tidak dalam hal akidah dan
ibadah. Islam mengakui adanya perbedaan, tetapi tidak boleh dipaksakan agar
sama sesuatu yang jelas-jelas berbeda.
Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad SAW. merupakan teladan yang baik dalam
implementasi toleransi beragama dengan merangkul semua etnis, dan apapun
warna kulit dan kebangsaannya. Kebersamaan merupakan salah satu prinsip yang
diutamakan, yang terkait dengan karakter moderasi dalam Islam, di mana Allah swt
berkeinginan mewujudkan masyarakat Islam yang moderat, sebagaimana firman-
Nya :
ً ‫ش ِهيدا‬
َ ‫سو ُل َعلَ ْي ُك ْم‬ ِ َّ‫ش َه َداء َعلَى الن‬
َّ َ‫اس َويَ ُكون‬
ُ ‫الر‬ َ ‫َو َكذَلِكَ َجعَ ْلنَا ُك ْم أ ُ َّمةً َو‬
ُ ْ‫سطا ً ِلِّت َ ُكونُوا‬
[Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan
pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu].

E. PENERAPAN TOLERANSI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


1. Tidak memaksakan keyakinan kepada orang lain kerena tidak dibenarkan oleh
agama dan akal sehat.
2. Sabar dalam menghadapi sikap orang-orang yang mendustakan Islam,
sebagaimana rasul terdahulu.
3. Bersahaja dalam melaksanakan dakwah, tidak mengikuti jalan pikiran objek
dakwah.
4. Bebas menjalin hubungan dengan non muslim selama tidak menyangkut masalah
akidah dan ibadah.

F. HIKMAH BERTOLERANSI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


1. Menghargai kepada sesama ciptaan Allah SWT.
2. Menghindari terjadinya perpecahan.
3. Memperkokoh silaturahmi dan menerima perbedaan.
4. Tenggang rasa dan suka menolong kepada orang lain.
5. Menciptakan kehidupan masyarakat yang aman dan damai.

sumber : http://khalissofi.blogspot.co.id

Anda mungkin juga menyukai