Bab 7 SD
Bab 7 SD
2. Surah Al Insyiroh
3. Surah Ad Dhuha
4. Ilmu Tajwid
6. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi
mereka pahala yang tiada putus-putusnya
Surah at-Tin ialah urutan surah yang ke-95 dalam Al-Qur’an, yang terdiri atas
delapan ayat dan termasuk surah makiyah (surah yang diturunkan di kota Mekah).
Dalam surah ini, Allah bersumpah dengan empat hal, yakni:
1. Demi buah tin
2. Demi buah zaitun
3. Demi Bukit Sinai
4. Demi kota Mekah yang aman
Para ulama tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan surah at-Tin
ialah tempat tinggal Nabi Nuh a.s. di Damaskus yang banyak ditumbuhi pohon tin,
sedangkan zaitun ialah tempat tinggalnya Nabi Isa a.s. di Baitulmukadas yang banyak
ditumbuhi buah zaitun. Bukit sinai ialah tempat Nabi Musa a.s. menerima wahyu dari
Allah, letaknya persis berada di luar tembok Yerusalem, sedangkan kota Mekah yang
aman ialah Mekah al-Mukaramah. Kota ini sejak zaman jahiliah sampai sekarang
tetap terjaga dan terpelihara kesuciannya. Selain itu, Mekah adalah tempat pertama
kali Nabi Muhammad saw. menerima wahyu.
Setelah kita membaca dan memahami Al-Qur’an surah at-Tin, kita dapat
mengetahui makna yang terkandung di dalamnya, antara lain:
Kita dapat mengetahui sumpah Allah kepada empat nama tersebut. Keempat
nama tersebut ialah lokasi para nabi yang telah gigih memperjuangkan agama
Allah dengan penuh kesabaran, ketabahan dan ketawakalan. Meskipun mereka
dapat rintangan, hambatan dan tantangan yang menghalanginya.
Kita akan bersyukur kepada Allah karena Dia yang telah menciptakan manusia
dengan penciptaan yang paling sempurna. Di balik kesempurnaanya, Allah telah
memberikan dua potensi, yakni akal dan nafsu.
Kita akan mengontrol diri dari perbuatan keji dan mungkar, serta akan tetap
memelihara iman dalam hati dan merealisasikannya dalam bentuk amal saleh,
dengan harapan supaya Allah tidak mengembalikan kita ke tempat yang hina
(neraka).
Kita tidak pantas mendustakan hari pembalasan, karena pada hari itu sudah pasti
setiap manusia haru mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Allah
swt..1
َ ِِٱلر ۡح َٰمن
ِ١ِِٱلرحيم َِ ِِب ۡسم
َ ِٱّلل
1
https://pendidikanmu.com/2019/09/surah-at-tin.html (di Akses 30 Desember 2019)
ِِ٣ِ ي ِأنقض ِظهۡ رك ِٓ ِٱلَذ٢ِ ِِووضعۡ ناِعنك ِو ۡزرك١ِ أل ِۡم ِن ۡشر ۡح ِلك ِص ۡدرك
ِ ِ ِفإِذا٦ِ ن ِمع ِ ۡٱلعُ ۡسرِ ِيُ ۡس ٗرا
َِ ِإ٥ِ ِ ِفإ َن ِمع ِ ۡٱلعُ ۡسرِ ِيُ ۡس ًرا٤ِ ورفعۡ نا ِلك ِذ ۡكرك
ِ٨ِِِوإل َٰىِربِّكِفِ ۡٱرغب٧ِب ِۡ فر ۡغتِفِٱنص
Terjemahan:
1. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?
2. dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu
3. yang memberatkan punggungmu
4. Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu
5. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain
8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap
Di dalam surah ini mengandung ibrah (pelajaran) yang bisa diambil, salah
satunya adalah bahwa setiap orang pasti mengalami kesulitan, dan setiap kesulitan
pasti satu paket dengan kemudahan. Di sini manusia dididik al-Qur’an untuk
meneladani Rasul perihal sikapnya yang optimisme dalam menyelesaikan berbagai
ujian, rintangan dan cobaan kehidupan.2
َ ِِٱلر ۡح َٰمن
ِ١ِِٱلرحيم َِ ِِب ۡسم
َ ِٱّلل
ِرٞ ِِولِ ۡۡلٓخرة ُِخ ۡي٣ِ ِِماِودَعك ِرِبُّك ِوماِقل َٰى٢ِ ِِوِٱلَ ۡيلِ ِإذاِسج َٰى١ِ ى َِٰ وٱلضُّح
َِٰ لَك ِمن ِ ۡٱۡلُول
ِ٦ِ ِِأل ۡم ِيِج ۡدك ِيت ٗيماِفِاو َٰى٥ِ ِولس ۡوفِ ِيُعۡ طيك ِربُّك ِفت ۡرضِ َٰ ٓى٤ِ ى
ِِوأِ َما٩ِِِفأ َماِ ۡٱليِتيمِِفٗلِت ۡقه ۡر٨ِِِوِوجدكِعآئ ٗٗلِفأ ۡغن َٰى٧ِووجدكِِضا ٓ ٗ َِّّلِفهد َٰى
ِ ِ١١ِِِوأ َماِبنعۡ مةِربِّكِفِحدِّ ۡث١٠ِسآئلِِفٗلِت ۡنه ۡر َ ٱل
Terjemahan:
2
https://alquranmulia.wordpress.com/2013/03/19/tafsir-al-quran-surah-al-insyirah-alam-
nasyrah/ (di akses 30 Desember 2019)
1. Demi waktu matahari sepenggalahan naik
2. dan demi malam apabila telah sunyi (gelap)
3. Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu
4. Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang
(permulaan)
5. Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu
menjadi puas
6. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu
7. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan
petunjuk
8. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan
kecukupan
9. Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang
10. Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya
11. Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan
D. Ilmu Tajwid
Pengertian Tajwid
Ilmu Tajwid adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara membaca
huruf hijaiyyah dengan benar dan fasih, baik yang ada di dalam Al – Quran maupun
di media pembelajaran lainnya. Seperti Jilid, Iqra, Kitab-kitab, Buku sekolah dan
lain-lainnya
Apa yang harus kita pelajari dalam ilmu tajwid atau apa saja yang akan kita
jumpai ketika belajar hukum tajwid? Kita akan mempelajari panjang pendek pada
huruf, dengung, samar, pengucapan huruf yaitu hubungan antara huruf dengan
tanwin atau tasydid dan masih banyak lagi
3
https://rumaysho.com/21793-tujuh-pelajaran-dari-surat-adh-dhuha.html (di Akses 30
Desember 2019)
Di dalam Ilmu tajwid terdapat beberapa hukum bacaan sesuai urutan kita
dalam mempelajari ilmu ini. Sekitar 6-7 hukum yang mesti kita utamakan untuk
proses belajar.
4
https://angalul.com/ilmu-tajwid/ (di Akses 30 Desember 2019)
Oleh karena itu, dalam riwayat di atas, ada tiga potongan kalimat; isti’adzah,
basmalah, dan ayat Al-Qur’an. Dalam ilmu qira’at, untuk membaca ketiga potongan
kalimat di atas, ada empat metode; metode ini juga dikenal dengan metode qiyasiy.
Berikut contoh dan cara bacanya:
Pertama, berhenti di setiap potongan kalimat: isti’adzah, basmalah, dan ayat
Al-Qur’an. Metode ini dalam ilmu qira’at dikenal dengan qat’ul jami’, misalnya:
A’udzu billahi minas syaithonir rajim (berhenti). Lanjutkan, Bismillahir rahmanir
rahim (berhenti). Kemudian lanjut, Iqro’ bismirobbikal ladzi kholaq (berhenti). Dan
seterusnya...
Kedua, berhenti pada kalimat isti’adzah, kemudian menyambung basmalah
dengan ayat Al-Qur’an. Metode ini dikenal dengan qat’ul ûlâ wa washluts tsânî,
misalnya: A’udzu billahi minas syaithonir rajim (berhenti). Lanjutkan, Bismillahir
rahmanir rahim, Iqro’ bismirobbikal ladzi kholaq (berhenti). Dan seterusnya...
Ketiga, menyambungkan kalimat isti’adzah dengan basmalah dan berhenti
pada kalimat basmalah, kemudian memulai awal ayat. Metode ini dikenal dengan
washlul ûlâ wa qat’uts tsânî, misalnya: A’udzu billahi minas syaithonir rajim,
Bismillahir rahmanir rahim (berhenti). Kemudian lanjut, Iqro’ bismirobbikal ladzi
kholaq (berhenti). Dan seterusnya...
Keempat, menyambungkan semua komponen kalimat; isti’adzah, basmalah
dan awal ayat. Metode ini dikenal dengan “ washl Al-Jami’”, misalnya: A’udzu
billahi minas syaithonir rajim, Bismillahir rahmanir rahim , Iqro’ bismirobbikal ladzi
kholaq (berhenti). Dan seterusnya...
Keempat metode di atas dapat dioprasionalkan apabila seorang qari’ memulai
bacaan Al-Qur’an di awal surat kecuali Surat Al-Taubah atau Al-Bara’ah.
Sedangkan apabila seorang qari’ memulai bacaan Al-Qur’an di tengah-tengah
surat, seperti awal rubu’, atau awal kisah dalam Al-Qur’an, maka bagi seorang qari’
boleh membacanya dengan basmalah atau meninggalkannya (tak membaca
basmalah). Apabila seorang qari’ memulai bacaan Al-Qur’an di tangah-tengah surat
dengan membaca basmalah, maka ia boleh membacanya dengan menggunakan empat
metode seperti di atas, tapi apabila tidak membaca basmalah, maka baginya hanya
boleh dua metode saja, yaitu menyambung isti’adzah dengan ayat Al-Qur’an atau
berhenti pada kalimat isti’adzah dan memulai pada awal ayat. Berikut contoh dan
cara bacanya:
Contoh cara menyambung: A’udzu billahi minas syaithonir rajim, Qoola famaa
hathbukum ayyuhal mursaluun. Dan seterusnya...
Contoh cara berhenti: A’udzu billahi minas syaithonir rajim (berhenti). Kemudian
lanjutkan, Qoola famaa hathbukum ayyuhal mursaluun. Dan seterusnya...
Sementara itu, apabila seorang qari’ memulai membaca Al-Qur’an dengan
isti’adzah kemudian berhenti di tengah-tengah ayat karena percakapan atau menjawab
salam, maka dianjurkan baginya untuk mengulang bacaan isti’adzah. Tapi apabila
seorang qari’ berhenti (memutuskan bacaan) karena sesuatu yang terpaksa, seperti
bersin, percakapan yang berhubungan dengan kemaslahatan bacaan, seperti ragu akan
bacaannya (tepat atau tidak) kemudian ia bertanya kepada orang lain untuk
memantapkan bacaannya atau belajar kepada orang lain, maka dalam hal ini seorang
qari’ tidak perlu mengulang bacaan isti’adzahnya (lihat: Abdul Fattah Al-Qadhiy, Al-
Budur Al-Zahirah fi Al-Qira’at Al-Asyr Al-Mutawatirah, Bairut, Dar al-Kitab al-
Arabiy, tt., halaman 13).5
5
Moh. Fathurrozi, Pecinta Ilmu Qira’at, Kaprodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir IAI Al Khoziny
Buduran Sidoarjo (https://islam.nu.or.id/post/read/93982/empat-metode-membaca-taawudz-basmalah-
yang-disusul-ayat)
2. Idgham Bighunnah
Idgham bighunnah memiliki arti melebur disertai dengan dengungan atau
yang berarti memasukkan salah satu huruf nun mati atau tanwin kedalam huruf
sesudahnya dan dilafadzkan mendengung jika bertemu dengan empat huruf,
yakni: nun ()ﻥ, mim ()م, wawu ( )وdan ya’ ()ي. Contoh bacaan idghom bighunnah
yaitu ِفي َﻋ َﻤﺪ ُّم َﻤﺪَّﺩَة
3. Idgham Bilaghunnah
Idgham bilaghunnah memiliki arti yang berbanding terbalik dengan idgham
bighunnah, yakni melebur tanpa dengung atau berarti memasukkan huruf nun mati
atau tanwin kedalam huruf sesudahnya tanpa disertai suara yang mendengung.
Apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf lam dan ra’. Contoh
bacaannya: َمن لَﻢ
4. Iqlab
Iqlab adalah hukum bacaan Al-qur’an yang terjadi apabila nun mati atau
tanwin bertemu dengan satu huruf yaitu ba’ ()ﺏ. Contoh bacaannya: لَﻴ ُۢنبَذَ َّﻥ
5. Ikhfa Haqiqi
berarti menyamarkan, apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf-
huruf ikhfa yaitu
ta()ت, thsa’ ()ث, jim ()ج, dal ()ﺩ, dzal ()ذ, zai ()ز, sin ()س, syin ()ش, sod ()ص, dhod (
)ض, fa’ ()ف, qof ()ق, dan huruf kaf ()ك.
Apabila huruf ikhfa tersebut bertemu dengan nun mati atau tanwin maka harus
َ فَ َﻮ
dibaca samar, contih bacaan ikhfa haqiqi adalah سﻄنَ ﻧَﻘﻌًا