Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan penghasil kelapa terbesar setelah Filipina. Hampir


semua wilayah pesisir di Indonesia banyak ditumbuhi oleh pohon kelapa. Hal ini
menjadi pemicu bagi para ahli untuk membuat olahan kelapa yang sangat
bermanfaat agar hasil produksi kelapa tersebut tidak selalu diekspor ke luar
negeri. Karena memang hampir semua bagian buah kelapa hibrida dapat
dimanfaatkan. Daging buah kelapa dapat dipakai sebagai bahan baku untuk
menghasilkan kopra, minyak kelapa, coconut cream, santan, sedangkan air kelapa
dapat dipakai untuk membuat cuka dan nata de coco. Selain itu, kelapa juga
menghasilkan produk olahan yang populer belakangan ini yaitu Virgin Coconut
Oil (VCO) yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. (Marlina, 2017).
Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil atau VCO) merupakan produk
olahan asli Indonesia yang terbuat dari daging kelapa segar yang diolah pada suhu
rendah atau tanpa melalui pemanasan, sehingga kandungan yang penting dalam
minyak tetap dapat dipertahankan (Tanasale, 2013). Kandungan utama VCO
adalah asam lemak jenuh sekitar 90% dan asam lemak tak jenuh sekitar 10%.
Asam lemak jenuh VCO didominasi oleh asam laurat. VCO mengandung ± 53%
asam laurat dan sekitar 7% asam kaprilat. Keduanya merupakan asam lemak
rantai sedang yang biasa disebut Medium Chain Fatty Acid (MCFA). VCO
mengandung 92% lemak jenuh, 6% lemak mono tidak jenuh dan 2% lemak poli
tidak jenuh (Wardani, 2007). Virgin Coconut Oil (VCO) relatif tahan terhadap
panas, cahaya dan oksigen (Hapsari, 2013).
Virgin Coconut Oil (VCO) dimanfaatkan sebagai obat dan dipercaya dapat
menyembuhkan berbagai penyakit degeneratif misalnya kanker, darah tinggi,
kolestrol, jantung dan HIV/AIDS. Keunggulan minyak ini terletak pada tingginya
asam lemak jenuhnya yaitu sekitar 90% yang menjadikan minyak ini minyak
tersehat (Setiaji dan Prayugo, 2006). Dalam Virgin Cocunut Oil terdapat MCFA
(Medium Chain Fatty Acid). MCFA merupakan komponen asam lemak berantai
sedang yang memiliki fungsi antara lain mampu merangsang produksi insulin
sehingga proses metabolisme glukosa dapat berjalan normal (Hapsari, 2013).
Hasil penelitian sebelumnya oleh Hariyani (2006) diperoleh bahwa waktu
pengadukan yang berbeda mempengaruhi kualitas Virgin Coconut Oil (VCO)
yang dihasilkan, yaitu dengan bertambahnya waktu pengadukan, maka kadar air
semakin besar, berat jenis semakin besar, angka asam semakin besar, angka
penyabunan semakin kecil, dan hanya waktu pengadukan 25 menit yang
mempunyai angka peroksida. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa waktu
pengadukan yang paling optimum untuk membuat Virgin Coconut Oil (VCO)
dengan kualitas terbaik adalah 10 menit, yang mempunyai % relatif asam laurat
sebesar 50,86901.
Pembuatan minyak kelapa secara tradisional yang biasa dilakukan adalah
dengan cara merebus santan terus menerus hingga didapatkan minyak kelapa.
Minyak yang dihasilkan bermutu kurang baik, jika di uji mutunya akan
mempunyai angka peroksida dan asam lemak bebas yang tinggi, dan juga warna
minyak kuning kecoklatan sehingga minyak akan cepat menjadi tengik dalam dua
bulan. Dengan mengubah metode pembuatan minyak kelapa, minyak kelapa yang
biasa dibuat melalui proses pemanasan diubah menjadi pembuatan minyak kelapa
tanpa melalui pemanasan (Winarti, 2007). Cara yang lebih baik untuk membuat
Virgin Coconut Oil adalah dengan cara pengadukan (sentrifugal), karena
prosesnya cepat, murah, sederhana, dan minyak yang dihasilkan tidak berbau
tengik karena proses oksidasi (Cahyana, 2005).
Oleh karena itu dilakukan praktikum pembuatan virgin coconut oil (VCO)
tanpa pemanasan yaitu dengan menggunakan berbagai metode. Permasalahan
yang timbul adalah bagaimana cara pembuatan minyak VCO dan perbandingan
hasil dengan menggunakan metode fermentasi, metode enzimatis dan metode
pengadukan mixer? Maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui cara pembuatan virgin coconut oil (VCO) dan membandingkan hasil
menggunakan metode fermentasi, metode enzimatis dan metode pengadukan
mixer.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyana, D. (2005). Virgin Coconut Oil: Putaran Pemecah Minyak. Trubus Edisi
427 Juni 2005/XXXVI.

Cahyana. (2014). Pembuatan Minyak (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Metode


Sentrifugal. Surabaya: Institute Sepuluh November.

Hapsari Nur dan Welasih Tjatoer. (2013). Pembuatan Virgin Coconut Oil (Vco)
Dengan Metode Sentrifugasi. Surabaya: Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknologi Industri UPN Veteran.

Hariyani S., (2006). Pengaruh Waktu Pengadukan Terhadap Kualitas Virgin


Coconut Oil (Vco). Semarang: Jurusan Kimia Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI


- Press.

Marlina, Wijayanti D., Yudiastari I.P., Safitri L. (2017). Pembuatan Virgin


Coconut Oil Dari Kelapa Hibrida Menggunakan Metode Penggaraman
Dengan NaCl Dan Garam Dapur. Samarinda: Teknik Kimia, Fakultas
Teknik Universitas Mulawarman.

Setiaji, Bambang., dan Prayugo, Surip., (2006), Membuat VCO Berkualitas


Tinggi. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.

Tanasale MLP, (2013). Aplikasi Ragi Tape terhadap Rendemen dan Mutu VCO.
Jurnal Ekosains, Vol. 2 (1): hal.47-52.
https://ejournal.unpatti.ac.id/ppr_paperinfo_lnk.php?id=420

Wardani, I. E. (2007). Uji Kualitas VCO Berdasarkan Cara Pembuatan dari


Proses Pengadukan Tanpa Pemancingan dan Proses Pengadukan
Dengan Pemancingan. Semarang: Jurusan Kimia Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Winarti, S. (2007). Proses Pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil) Secara


Enzimatis Menggunakan Papain Kasar. Surabaya: Jurusan Teknologi
Pangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Jurnal Teknologi Pangan, Vol. 8 : 136-141.
https://jtp.ub.ac.id/index.php/jtp/article/download/241/630

Anda mungkin juga menyukai