Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Batu saluran kemih merupakan masalah tersering pada bagian urologi. Batu saluran
kemih merupakan proses terbentuknya kristal mineral atau kalkulus atau batu yang
terletak di ginjal, kandung kemih dan atau uretra (pada sepanjang saluran kemih).
Sebagian besar batu saluran kemih mengandung kalsium oksalat, sisanya terdiri dari
campuran kalsium dan amonium fosfat, asam urat, sistin dan batu xantin. Obstruksi
saluran kemih dapat meningkatkan kemungkinan infeksi dan pembentukan batu.
Obstruksi yang terus-menerus menyebabkan kerusakan ginjal yang permanen,
hydronephrosis dan obstructive uropathy.
Kejadian batu saluran kemih di Amerika Serikat mencapai 13% pada laki-laki dan 7%
pada wanita. Prevalensi puncak terjadi pada usia 20-50 tahun dengan predisposisi pria
lebih sering dibandingkan wanita.4,12 Insidensi ini meningkat seiring dengan berubahnya
pola hidup ke masyarakat industri, perubahan kondisi sosio ekonomi, perubahan pola
kebiasaan makan. Perubahan tersebut tidak hanya berpengaruh pada insidensi tetapi juga
pada letak dan komposisi kimia dari batu. Angka kejadian batu ginjal di Indonesia pada
tahun 2002 berdasarkan data estimasi yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh
Indonesia adalah sebesar 37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959
orang, sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah sebesar 19.018 orang, dengan
jumlah kematian adalah sebesar 378 orang.
Berdasarkan data penelitian yang dilakukan oleh Talati JT, dkk menyatakan bahwa
batu saluran kemih dapat dievaluasi dengan menggunakan berbagai pencitraan radiologi
yaitu computed tomography (CT), foto x-ray atau Blass Nier Overzicht (BNO)dan
ultrasound. Pemeriksaan penunjang foto polos BNO dapat mendeteksi sekitar 60-70%
batu sedangkan pemeriksaan Blass Nier Overzicht Intravenous Pyelogram (BNO IVP)
dengan pemberian kontras intravena untuk memaksimalkan hasil pencitraan memiliki
tingkat sensitifitas deteksi batu sebesar 98%.6 Meskipun sensitifitasnya tergolong tinggi
dalam mendeteksi batu saluran kemih dibandingkan dengan pemeriksaan penunjang
radiologi lainnya tetapi data penelitian di Indonesia mengenai batu saluran kemih yang
menggunakan BNO IVP masih sangat jarang dilakukan.
Pemeriksaan BNO IVP merupakan tindakan invasif minimal yang menyediakan
informasi rinci digunakan untuk membantu dokter dalam menunjang diagnosis dan terapi
kondisi batu ginjal sampai kanker tanpa efek radiasi yang menetap di tubuh pasien.
Namun, dosis efektif radiasi bervariasi tergantung kondisi seseorang dan bahan kontras
yang digunakan dapat menyebabkan reaksi alergi serta meningkatkan resiko kanker
akibat paparan berlebihan dari radiasi. Pemeriksaan BNO merupakan pembuatan foto
polos abdomen tanpa kontras yang kemudian diikuti pembuatan BNO IVP abdomen
setelah pemberian kontras urografik. Pemeriksaan ini dilakukan pada saluran kemih
(ginjal, ureter dan kandung kemih) yang mengalami penyumbatan, penyempitan oleh
tumor maupun kalkuli atau batu saluran kemih. Tujuan gambaran radiologi BNO IVP
akan memperlihatkan batu dengan berbagai letak, ukuran, sifat batu yang mengandung
kalsium terlihat sebagai gambaran radiopak, batu dengan jenis lain memberikan
gambaran radiolusen sedangkan pada BNO IVP selain memperlihatkan karakteristik dan
ukuran batu, juga memperlihatkan ekskresi pengisian jalur kontras yang terhambat
dengan gambaran kaliks yang melebar dan mengumpul, sering disertai dengan dilatasi
ureter di bawah level obstruksi.
Gambaran hasil ekspertise yang tepat sangat diperlukan dalam menentukan diagnosis
dan pengobatan yang akurat. Seringkali, batu tidak terlihat apabila hanya menggunakan
pemeriksaan BNO, sehingga diperlukan penunjanglanjutan seperti BNO IVP untuk dapat
memastikan keberadaan batu saluran kemih. Berdasarkan latar belakang di atas,
mengingat tingginya insidensi batu saluran kemih dan tingginya sensitifitas BNO IVP
dalam mendeteksi batu saluran kemih, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Pemeriksaan BNO IVP”.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Bagaimanakah prosedur pemeriksaan BNO-IVP pada pasien dengan indikasi pemeriksaan
BNO-IVP?

1.3 Tujuan Umum


Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan BNO-IVP pada pasien dengan indikasi
pemeriksaan BNO-IVP?
1.4 Tujuan Khusus
A. Untuk mengetahui konsep dasar BNO IVP yang meliputi :
1. Definisi BNO IVP
2. Indikasi pemeriksaan BNO IVP
3. Gambaran batu saluran kemih pada BNO
4. Prosedur pemeriksaaan IVP
5. Asuhan Keperawatan pada pasien yang akan dilakukan pemeriksaan BNO-IVP

B. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengkajian Kesehatan dan Test Diagnostik
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi BNO-IVP


Pemeriksaan Intra Vena Pyelography (IVP) merupakan salah satu pemeriksaan
penunjang diagnose untuk menegakan diagnose penyakit yang berkaitan dengan saluran
perkencingan (urinaria). Disamping mengetahui keadaan anatomis dari saluran
perkencingan IVP diyakini mampu memberikan informasi fisiologis atas kondisi saluran
perkencingan seorang pasien.
Pemeriksaan IVP merupakan pemeriksaan radiologi yang merupakan radiasi
pengion(sinar X) dan jenis media kontras yang bersifat toksi, maka didalam
penatalaksanaanya dibutuhkan prosedur ketat sebelum pemeriksaan dilaksanaan.
Pemeriksan BNO merupakan pembuatan foto polos abdomen tanpa kontras yang
kemudian diikuti pembuatan BNO-IVP abdomen setelah pemberian kontras urografi.
Pemeriksaan ini dilakukan pada saluran kemih (ginjal, ureter, dan kandung kemih) yang
mengalami penyumbatan, penyempitan oleh tumor maupun kalkuli atau batu salauran
kemih.

2.2 Indikasi Pemeriksaan BNO-IVP


1. Bila terdapat kelainan pada ginjal, ureter dan vesica urinaria
2. Mencari secara tepat gangguan aliran urin pada traktus uropoitika
3. Batu saluran kemih merupakan penyebab tersering
4. Menilai fungsi ginjal

2.3 Gambaran Batu Saluran Kemih pada BNO

1. Bayangan radiopaque yang terlihat pada proyeksi ginjal, ureter atau buli-buli :
batu kalsium oksalat, struvite (sering berbentuk staghorn)
2. Bayangan semiopaque pada proyeksi ginjal, ureter atau buli-buli
3. Tidak tampak radiopaque : batu asam urat.
2.4 Prosedur pemeriksaan IVP

Sebelum melakukan pemeriksaan IVP, terlebih dahulu pasien melakukan pemeriksaan


laboratorium, untuk mengetahui kadar ureum dan kreatinin. Ureum dan kreatinin
merupakan senyawa kimia yang menandakan fungsi ginjal masih normal. Bila ureum
>70 mg/100ml tidak boleh dilakukan pemeriksaan IVP karena menunjukkan GRF yang
sangat rendah, kontras tidak dapat diekskresi dan pielogram sulit dilihat, sedangkan
kreatinin jika kadarnya lebih besar dari 2mg/100ml tidak boleh dilakukan pemeriksaan
IVP karena akan memperbesar tingkat kerusakan pada ginjal.

Berikut prosedur pemeriksaan IVP :

1. Cek BUN dan serum kreatinin


2. Cek riwayat alergi kontras iodium
3. Pembersihan sisa feses : Makan bubur kecap, kurangi serat, minum banyak,
puasa, urus-urus/lavement
4. Dibuat dehidrasi ringan: stop infuse 1 jam sebelumnya, stop minum sebelum
pemeriksaan
5. Kurangi gas usus: tidak merokok, sedikit bicara
6. Penderita berbaring dan dilakukan infuse kontras media lewat pembuluh darah
vena di tangan. Kemudian foto akan dilakukan pada interval 0,5menit, 10 menit,
dan 20menit. Interval 0 adalah saat kontras dimasukkan sevara intravena. Test
ini selesai bila setelah 20 menit telah didapatkan gambar kedua ginjal, ureter
dan vesica urinaria.

2.5 Asuhan Keperawatan pada pasien yang akan dilakukan pemeriksaan BNO-IVP

Anda mungkin juga menyukai