Anda di halaman 1dari 10

INTEGRASI CRASHING DAN BIM PADA PROYEK HIGH RISE BUILDING (Ikra – Nunung – Bambang)

INTEGRASI CRASHING PROGRAM DAN BUILDING INFORMATION MODELLING


PADA PROYEK HIGH RISE BUILDING

oleh :
Ikra Nasrul Khuri Saputra
Teknik Sipil Universitas Mercubuana
Email : ikraluffy@gmail.com

Nunung Widyaningsih
Teknik Sipil Universitas Mercubuana
Email : nunung_widyaningsih@mercubuana.ac.idm

Bambang Purwoko Kusumo Bintoro


Teknik Sipil Universitas Mercubuana
Email : bbintoro_id@yahoo.com

Abstrak : High rise building merupakan gedung berlantai banyak dengan penggunaan lahan yang
terbatas. High rise building mampu menampung penduduk lebih banyak sehingga mampu memberikan
solusi yang terbaik untuk permasalahan tersebut. Keterlambatan proyek dapat diminimalisir dengan
menggunakan crashing program. Crashing mampu mengurangi durasi waktu proyek namun biaya
meningkat. Selain dengan crashing program dapat juga menggunakan Building Information Modelling
(BIM) untuk mempercepat pekerjaan. Penelitian ini menganalisis Integrasi Crashing Program dan
Building Information Modelling pada Proyek High Rise Building. Penelitian ini menggunakan analisis SEM
untuk menilai Integrasi Crashing Program dan Building Information Modelling terhadap Kinerja Proyek
(Waktu dan Biaya). Hasilnya, Crashing Program dan Building Information Modelling berpengaruh
terhadap Kinerja Waktu dan Biaya. Integrasi Crashing Program (CP) antara kinerja waktu dengan
persentase korelasi sebesar 26% , dengan kinerja biaya persentase korelasi sebesar 38 %. Integrasi
Builiding Information Modelling (BIM) dengan kinerja waktu dengan persentase korelasi sebesar 25 %,
dengan kinerja biaya persentase korelasi sebesar 35 %. Integrasi Crashing Program (CP) dan Building
Information Modelling (BIM) dengan persentase korelasi sebesar 20%.

Kata Kunci : Crashing Program, BIM, Kinerja Waktu, Kinerja Biaya, SEM, AMOS v.22

Abstract : High rise building is a multi-storey building with limited land use. High rise building can
accommodate more residents so that they can provide the best solution for these problems. Project delays
can be minimized by using crashing programs. Crashing can reduce the duration of the project but costs
increase. In addition to crashing programs can also use Building Information Modeling (BIM) to speed up
work. This study analyzes the Integration of Crashing Program and Building Information Modeling on the
High Rise Building Project. This study uses SEM analysis to assess the Integration of Crashing Program and
Building Information Modeling on Project Performance (Time and Cost). As a result, the Crashing Program
and Building Information Modeling affect Time and Cost Performance. Integration of Crashing Program (CP)
with time performance with a percentage of correlation of 26%, with a cost percentage performance
correlation of 38%. Builiding Information Modeling (BIM) integration with time performance with a
correlation percentage of 25%, with a cost performance percentage of a correlation of 35%. Integration of
Crashing Program (CP) and Building Information Modeling (BIM) with a correlation percentage of 20%.

Keywords: Crashing Program, BIM, Time Performance, Cost Performance SEM, AMOS V.22

29 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 10 Nomer 2 | Juli 2019

Pendahuluan Selain dengan crashing program dapat juga


menggunakan BIM (Building Information
High rise building merupakan gedung
Modelling) untuk mempercepat pekerjaan.
berlantai banyak dengan penggunaan lahan
Eastman et al (2007), BIM adalah integrasi
yang terbatas. High rise building mampu
antara desain dan proses kontruksi untuk
menampung penduduk lebih banyak
mendapatkan bangunan yang berkualitas
sehingga mampu memberikan solusi yang
dengan biaya lebih murah dan mengurangi
terbaik untuk permasalahan tersebut.
waktu proyek. Oleh karena itu, perlu diteliti
Pembangunan High Rise Building memiliki
mengenai integrasi crashing dan BIM pada
beberapa tahapan dalam penyelesaiannya
proyek High Rise Building.
baik pada pekerjaan struktur, arsitektur dan
MEP (Mechanical, Electrical, Plumbing).
Integrasi
Khususnya pada pekerjaan struktur
memiliki tahapan dari perencanaan, Integrasi merupakan upaya penggabungan
persiapan dan pelaksanaan. dua metode atau lebih menjadi satu. Kamus
Pembangunan sebuah high rise building Besar Bahasa Indonesia mengartikan
memiliki risiko yang tinggi sehingga banyak integrasi sebagai pembauran hingga
faktor penting yang mempengaruhi hasil menjadi kesatuan. Kata kesatuan
dari suatu proyek yang disebut dengan 5 M, mengisyaratkan berbagai macam elemen
yaitu man, money, method, material dan yang berbeda satu sama lain mengalami
machine (Soeharto, 2001). Pembangunan proses pembauran. Jika pembaruan telah
High Rise Building memerlukan waktu yang mencapai suatu perhimpunan, maka gejala
lama dan biaya yang besar sehingga perubahan ini dinamai integrasi. Dalam
memerlukan perencanaan dan pelaksanaan bahasa Inggris, integrasi (integration)
yang baik sehingga dapat selesai tepat biaya antara lain bermakna keseluruhan atau
mutu dan waktu. kesempurnaan.
Keterlambatan pada proyek konstruksi
sering terjadi. Menurut Praboyo (1999), Bangunan bertingkat tinggi (High Rise
lima faktor penyebab keterlambatan adalah Building)
keuangan kontraktor, keuangan pemilik,
Bangunan tinggi berkisar antara kurang dari
ketersediaan alat kontraktor, lambatnya
10 lantai hingga dari 100. Menurut Mulyono
pembayaran dan lambatnya sub kontraktor
(2010), bangunan yang dapat dikategorikan
dari kontraktor utama. Hal tersebut yang
sebagai bangunan bertingkat tinggi (high
merupakan penyebab keterlambatan suatu
rise building) adalah bangunan yang
proyek.
memiliki jumlah lantai 6 lantai keatas atau
Keterlambatan proyek dapat diminimalisir
dengan tinggi minimum >20 meter.
dengan menggunakan crashing program.
Menurut Shrestha, et al (2016), crashing
Kinerja waktu
program adalah percepatan aktivitas, baik
satu aktivitas maupun bermacam-macam Menurut Halpin, et al (2017), seorang
aktivitas untuk memperpendek waktu manajer proyek mengontrol berbagai
durasi proyek. Crashing mampu mengurangi macam kegiatan pada lokasi proyek, salah
durasi waktu proyek namun biaya satu aspek penting yang diawasi adalah
meningkat. kinerja waktu. Kinerja waktu adalah proses

30 | K o n s t r u k s i a
INTEGRASI CRASHING DAN BIM PADA PROYEK HIGH RISE BUILDING (Ikra – Nunung – Bambang)

dari membandingkan kerja di lapangan tetapi pada kenyataannya sangatlah


dengan jadwal yang direncanakan. kompleks. Ada banyak cara untuk
mengurangi durasi aktivitas, dan banyak
Kinerja Biaya kombinasi waktu dan biaya aktivitas yang
harus dipertimbangkan suatu analisa secara
Hal penting dari pelaksanaan proyek adalah
lengkap.
biaya mutu waktu atau biasa disebut dengan
Crashing erat kaitannya dengan waktu dan
singkatan “BMW”. Biaya merupakan faktor
biaya, berikut grafik hubungan biaya dan
penting dalam perencanaan suatu proyek.
waktu.
Biaya-biaya yang timbul di dalam suatu
proyek yaitu:
1. Biaya langsung, adalah biaya yang
timbul dan berhubungan langsung
dengan aktivitas proyek yang sedang
berjalan meliputi biaya bahan atau
material, biaya upah, biaya alat
2. Biaya tidak langsung adalah biaya yang Gambar 1. Grafik hubungan waktu
diperlukan untuk setiap kegiatan dan biaya
proyek, tetapi tidak berhubungan (Sumber : Rachman, 2013)
langsung dengan kegiatan yang
bersangkutan dan berhubungan Selain grafik hubungan biaya dan waktu, ada
langsung dengan kegiatan yang juga grafik linear waktu dan biaya.
bersangkutan dan dihitung pada awal
proyek sampai akhir proyek, meliputi
biaya overhead, biaya tidak terduga,
keuntungan

Crashing

Proses percepatan waktu proyek sering juga


disebut “crashing”. Istilah crashing mengacu
pengurangan durasi dari aktivitas tertentu Gambar 2. Grafik linear waktu dan biaya
yang berdampak pada pengurangan durasi (Sumber : Rachman, 2013)
proyek secara keseluruhan. Menurut
Callahan (1992), proses crashing adalah Crashing digunakan pada awal proyek
suatu proses yang dilakukan secara sengaja, sampai akhir, namun penggunaannya saat-
sistematis analitis yang memperhatikan saat tertentu, berikut ini kapan crashing
semua aktivitas yang ada dalam proyek dan digunakan (Berniz, 2017):
memfokuskan pada aktivitas yang ada 1. Proyek terlambat
dijalur kritis. 2. Mencegah keterlambatan yang akan
Proses crashing menggunakan suatu datang
penilaian variabel biaya yang minimum 3. Team proyek akan mengerjakan proyek
untuk mempersingkat durasi proyek secara lain
keseluruhan. Walaupun proses crashing 4. Tersedianya resource
tampak sangat sederhana dalam konsep, 5. Resource terlatih

31 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 10 Nomer 2 | Juli 2019

6. Bonus waktu masalah dan membangun proyek lebih baik


Penggunaaan crashing juga ada beberapa lebih cepat dan dengan biaya kurang.
tahapan, berikut tahapannya : Keuntungan dari layanan BIM menurut
1. Analisa jalur kritis Autodesk (2014) sebagai berikut:
2. Mengidentifikasi task yang bisa 1. Mengurangi kesalahan desain
diperpendek dengan tambahan resource dengan memaksimalkan interaksi
3. Kalkulasi pada setiap task untuk antara kontraktor, konsultan dan
pengurangan waktu owner.
4. Pilih pendekatan yang paling murah 2. Dokumentasi proyek konstruksi
5. Menyediakan anggaran crashing dan memiliki kualitas tinggi
baseline proyek diajukan ke owner 3. Penggunaan BIM pada seluruh aspek
Crashing juga memiliki kelebihan dan bangunan termasuk pemeliharaan.
kekurangan. Menurut Rachman (2013), 4. Menghasilkan produk yang memiliki
kelebihan dan kekurangannya sebagai kemungkinan konflik kecil dan
berikut : memiliki kualitas yang tinggi.
1. Kelebihan crashing 5. Waste proyek/limbah sisa proyek
a. Dapat mereduksi durasi pekerjaan bias diminimalisir sehingga
b. Dapat meminimalisai biaya menghemat biaya proyek
pekerjaan. 6. Manajemen konstruksi semakin
2. Kekurangan crashing meningkat
a. Tidak dapat menganalisa mutu
pekerjaan Metodologi Penelitian
b. Dapat berisiko penumpukan pekerja
Menurut Arikunto (2010), populasi adalah
jika tidak dilakukan secara teliti.
keseluruhan dari subjek penelitian. Jadi
yang dimaksud populasi adalah individu
Building Information Modelling (BIM)
yang memiliki sifat yang sama walaupun
BIM pada dasarnya adalah digital platform prosentase kesamaan itu sedikit, atau
untuk pembuatan bangunan virtual. Jika BIM dengan kata lain seluruh individu yang akan
diterapkan, modelnya harus dapat berisi dijadikan sebagai obyek penelitian”. Jumlah
semua informasi bangunan tersebut, populasi yang akan diteliti dalam penulisan
informasi tersebut digunakan untuk ini adalah Seluruh staff dan pekerja
bekerjasama, memprediksi, dan membuat perusahaan kontraktor yang bekerja pada
keputusan tentang desain, konstruksi, biaya, proyek high rise building.
dan tahap pemeliharaan bangunan
Building Information Modeling (BIM) adalah Sampel
sebuah pendekatan untuk desain bangunan,
Menurut (Sugiyono, 2013) “sampel adalah
konstruksi, dan manajemen. Ruang lingkup
sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
BIM ini mendukung dari desain proyek,
dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk
jadwal, dan informasi-informasi lainnya
menentukan jumlah sampel dilakukan
secara terkordinasi dengan baik.
sebuah sampling. Teknik sampling
BIM dapat mengubah cara AEC (architecture,
merupakan teknik pengambilan sampel”.
engineering and construction) dalam bekerja
Dikarenakan dalam penelitian ini populasi
sama untuk berkomunikasi, memecahkan
(subjek atau responden penelitian) terlalu

32 | K o n s t r u k s i a
INTEGRASI CRASHING DAN BIM PADA PROYEK HIGH RISE BUILDING (Ikra – Nunung – Bambang)

banyak (untuk konsultan atau member aktif utama, yaitu: stabilitas dan konsistensi
di Depok ada sekitar ribuan orang). Oleh internal ukuran (Sekaran, 2011). Kuesioner
karena itu, hal ini tidak memberi peluang yang reliabel adalah kuesioner yang apabila
yang adil, yang sama, kepada setiap anggota dicobakan secara berulang-ulang kepada
populasi untuk menjadi sampel, maka kelompok yang sama akan menghasilkan
teknik-teknik pengambilan sampel ini data cenderung tidak berbeda.
dikelompokkan ke dalam rumpun Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan
nonprobability sampling, yaitu teknik dalam dua cara (Ghozali, 2008), yaitu:
pengambilan sampel yang tidak memberi 1. Repeated measure atau pengukuran
peluang/kesempatan yang sama bagi setiap ulang, cara ini dilakukan melalui
unsur atau anggota populasi untuk dipilih pertanyaan yang diberikan kepada
menjadi sampel (Sugiyono, 2013). seseorang yang sama pada waktu yang
berbeda, dan kemudian dilihat apakah
Teknik Pengambilan Sampel jawabannya tetap konsisten.
2. One shot atau pengukuran sekali saja,
Metode pengambilan sampel yang dilakukan
kemudian hasilnya dibandingkan
adalah dengan menggunakan metode
dengan pertanyaan lain, atau mengukur
purposive sampling (Husein, 2013) yaitu
korelasi antar jawaban pertanyaan.
pemilihan sampel berdasarkan pada
SPSS meyediakan fasilitas untuk mengukur
karakteristik tertentu yang dianggap
reliabilitas dengan uji statistik Cronbach
mempunyai sangkut paut dengan
APIha(α). Suatu konstruk atau variabel
karakteristik populasi yang sudah diketahui
dikatakan reliabel jika nilai Cronbach
sebelumnya. Sedangkan menurut Sugiyono
APIhaminimum 0,7. Cara kedua di atas akan
(2013), sampling purposive adalah teknik
digunakan dalam penelitian ini, karena
penentuan sampel dengan pertimbangan
dianggap lebih efektif dan efisien dalam
tertentu.
menggunakan waktu penelitian.
Dari teknik sampling yang digunakan dalam
Uji validitas digunakan untuk mengukur
penelitian yaitu purposive sampling, maka
valid tidaknya suatu instrumen pengukuran
kriteria sampel yang digunakan sebagai
yang digunakan, artinya mampu
sumber data primer pada penelitian ini
mengungkapkan apa yang akan diukur.
adalah Project Manager, Site Manager,
Suatu instrumen berupa kuisioner
Engineering Head, Site Engineer, dan
dikatakan valid, jika pertanyaan pada
drafter. Dimana total berjumlah ada 60
kuisioner mampu untuk mengungkapkan
orang
apa yang akan diukur. Mengukur validitas
dapat dilakukan dengan dua cara (Ghozali,
Reliabilitas dan Validitas Instrumen
2008):
Reliabilitas menunjukkan konsistensi dan 1. Menilai korelasi antara butir pertanyaan
stabilitas dari suatu skor (skala dengan total skor konstruk atau variabel,
pengukuran). Reliabilitas berbeda dengan dan dikatakan valid jika terdapat
validitas karena yang pertama memusatkan korelasi positip, diharapkan nilai
perhatian pada masalah konsistensi, korelasi r lebih besar dari 0.30, atau nilai
sedangkan yang kedua lebih Corrected Indicator - Total Correlation
memperhatikan masalah ketepatan. Dengan pada output SPSS lebih besar dari
demikian, reliabilitas mencakup dua hal 0.30,(Ghozali, 2014).

33 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 10 Nomer 2 | Juli 2019

2. Uji dengan menggunakan Confirmatory Tabel 1. Batasan nilai kritis (Cut Off)
Factor Analysis (CFA), analisis ini Ukuran Batas nilai
Keterangan
digunakan untuk menguji apakah suatu kesesuaian kritis
konstruk dapat diterangkan oleh 1. Absolut Fit Measures
indikator-indikatornya. Apabila ◼ Probability  0,05 Hulland, 1996
indikator-indikator dapat membentuk Diamontopaulus,
◼ GFI  0,90
konstruk atau variabel, maka 2000
◼ RMSEA  0,08 Browne 1993
ditunjukkan dengan nilai loading faktor
2. Incremental Fit Measures
yang tinggi, diharapkan nilai Kaiser-
Diamontopaulus
Meyer-Olkin Measure of Sampling ◼ AGFI  0,90
2000
(KMO) lebih besar dari 0,5. (Ghozali, ◼ TLI  0,95 Hair 1998
2014). ◼ NFI  0,90 Bentler 1992
◼ CFI  0,95 Arbuckle 1997
Struktur Equation Modeling (SEM) 3. Parsimonious Fit Measures
◼ PNFI  0,60 James 1992
Struktur Equation Modeling (SEM), ◼ PGFI  0,60 Byrne 1988
merupakan suatu teknik modeling statistika (Sumber : Widodo, 2006)
yang paling umun, dan telah digunakan
secara luas dalam ilmu perilaku (behavior Uji Validitas dan Reliabilitas
science). SEM dapat ditunjukan sebagai Untuk pengujian validitas, bahwa factor
kombinasi dari analisis faktor, analisis loading minimum adalah 0,5. Indikator yang
regresi, dan analisis path. Diagram path atau memiliki factor loading di bawah batas
diagram lintasan merupakan sarana minimum tersebut akan dikeluarkan dari
komunikasi yang efektif untuk model pengukuran, namun karena tidak
menyampaikan ide konsep dasar dari model ditemukan factor loading dengan nilai di
SEM. Diagram lintasan jika digambarkan bawah 0,5 maka semua indikator diikut
secara benar dan mengikuti aturan yang sertakan dalam model dan model
ditetapkan, akan dapat diturunkan menjadi pengukuran dianggap valid.
model matematika SEM. Untuk pengujian reliabilitas, dari nilai factor
Uji kecocokan dalam SEM dilakukan untuk loading pada pengujian sebelumnya,
mengevaluasi derajat kecocokan atau dilakukan penghitungan construct reliability,
Goodness of Fit (GOF) antara data dan bahwa nilai dari construct reliability ini
model. Langkah uji kecocokan ini minimum adalah 0,7. Hasil dari
merupakan langkah yang banyak penghitungan menunjukkan bahwa semua
mengundang perdebatan dan kontraversi. variabel memiliki nilai construct reliability di
Evaluasi terhadap GOF dilakukan melalui atas 0.7 sehingga dapat disimpulkan bahwa
beberapa tingkatan, yaitu; kecocokan model pengukuran dianggap reliable.
keseluruhan model, kecocokan model Tabel 2 di bawah ini memperlihatkan nilai
pengukuran, dan kecocokan model factor loading beserta nilai construct
struktural. reliability dari pengujian reliabilitas.
Batas nilai kritis (cut off) yang
direkomendasikan untuk uji kesesuaian
atau tidak, dapat digunakan uji seperti
terlihat pada tabel 1.

34 | K o n s t r u k s i a
INTEGRASI CRASHING DAN BIM PADA PROYEK HIGH RISE BUILDING (Ikra – Nunung – Bambang)

H1 : Model yang diajukan dalam


Tabel 2. Factor Loading dan Construct penelitian ini merepresentasikan
Reliability karakteristik atau perilaku dari populasi
Variabel Factor Construct (hipotesis diterima apabila P ≥ 0.05)
Loading Reliability Hasil uji kesesuaian menunjukkan bahwa
CP - Crashing 0,859 nilai probability (p) = 0,133. Hasil tersebut
Program
menunjukkan bahwa H1 diterima, yang
- CP1 0,789
berarti model yang diajukan pada penelitian
- CP2 0,833
- CP3 0,706 dianggap merepresentasikan karakteristik
- CP4 0,712 atau perilaku dari populasi atau disebut juga
- CP5 0,659 model dinyatakan fit, karena nilai
BIM - Building 0,835 probability > 0,05.
Information
Modelling Uji Signifikansi
- BIM1 0,613
- BIM2 0,645 Dari hasil analisis SEM didapatkan koefisien
- BIM3 0,787 regresi untuk setiap variabelnya seperti
- BIM4 0,820 diperlihatkan pada Gambar 3 dan Tabel 3
- BIM5 0,668 berikut ini:
KW - Kinerja 0,904
Waktu
- KW1 0,846
- KW2 0,815
- KW3 0,852
- KW4 0,761
- KW5 0,766
KB - Kinerja Biaya 0,853
- KB1 0,647
- KB2 0,809
- KB3 0,780
- KB4 0,792
- KB5 0,627
(Sumber : Data Diolah dengan Amos 22 (2018)

Uji Kesesuaian

Pengujian model berbasis teori ini dilakukan


dengan menggunakan software AMOS versi
22. Gambar 3. Uji signifikansi
Pada uji kesesuaian diajukan hipotesis (Sumber: Data Diolah dengan Amos 22, 2018)
umum sebagai berikut:
H0 : Model yang diajukan dalam Tabel 3. Koefisien Regresi Model Jalur
penelitian tidak merepresentasikan Hubungan Kausal Koefisien P
karakteristik atau perilaku dari populasi
KW  CP 0,338 0,003
melainkan hanya merepresentasikan
KW  BIM 0,325 0,005
sampel (hipotesis diterima apabila P <
KB  CP 0,303 0,007
0.05)

35 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 10 Nomer 2 | Juli 2019

KB  KW 0,247 0,038 Variabel endogen Kinerja Biaya (KB) juga


KB  BIM 0,281 0,012 dipengaruhi secara signifikan oleh 3 variabel
Sumber: Data Diolah dengan Amos 22 (2018) yaitu Crashing Program (CP), BIM dan
Kinerja Waktu (KW). Hasil penelitian
Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa menjelaskan bahwa Crashing Program, BIM
hubungan kausal yang digunakan semuanya dan Kinerja Waktu (KW) berpengaruh
memenuhi kriteria nilai P < 0.05 dan secara simultan terhadap Kinerja Biaya
koefisien regresi positif. Hubungan kausal sebesar 39,4 % sedangkan 60,6 %
yang signifikan adalah seperti yang dicetak merupakan pengaruh dari variabel lain yang
tebal pada Tabel 3 di atas yaitu : Crasing tidak diteliti.
Program (CP) dengan Kinerja Waktu (KW),
BIM dengan Kinerja Waktu (KW), Crasing Pengaruh secara tidak langsung
Program (CP) dengan Kinerja Biaya (KB),
Penelitian ini memiliki 2 variabel bebas atau
BIM dengan Kinerja Biaya (KB) dan yang
eksogen yaitu Crashing Program (CP) dan
terakhir Kinerja Waktu (KW) dengan Kinerja
Building Information Modelling (BIM) dan
Biaya (KB).
memiliki 2 variabel terikat atau endogen
Langkah berikutnya adalah menghitung
yaitu Kinerja Waktu (KW) dan Kinerja Biaya
koefisien determinasi dari model akhir yang
(KB). Dari 2 variabel terikat, salah satunya
dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
bukan merupakan variable terikat murni
yaitu Kinerja Waktu (KW). Di mana Kinerja
Tabel 4. Koefisien Determinasi Model
Waktu (KW) bisa sebagai variabel terikat
Jalur Akhir
jika dengan variabel Crashing Program (CP)
Variabel
R2 Intercept dan Building Information Modelling (BIM),
Endogen
dan bisa menjadi variabel bebas jika dengan
KW 27,4 % 3,510
variabel Nilai Sahan (PBV). Hal ini
KB 39,4 % 2,206 menyebabkan adanya pengaruh langsung
(Sumber: Data Diolah dengan Amos 22, 2018) dan tidak langsung. Besar pengaruh secara
tidak langsung dapat dilihat pada Tabel 5
Persamaan berdasarkan koefisien regresi berikut ini
dan nilai Intercept untuk variabel endogen
model akhir dapat dituliskan sebagai Tabel 5. Pengaruh secara tidak langsung
berikut:
BIM CP KW
- KW = 3,510 + 0,338 CP + 0,325 BIM
- KB = 2,206 + 0,303 CP + 0,247 BIM + KW ,000 ,000 ,000
0,281 KW KB ,080 ,083 ,000
Dari Tabel 4 Variabel endogen Kinerja (Sumber : Hasil Olahan Sendiri , 2018)
Waktu (KW) dipengaruhi secara signifikan
oleh 2 variabel yaitu Crashing Program dan Dari Tabel 5 diketahui bahwa Crashing
BIM. Hasil penelitian menjelaskan bahwa Program (CP) dan Building Information
Crashing Program dan BIM berpengaruh Modelling (BIM) berpengaruh secara tidak
secara simultan terhadap Kinerja Waktu langsung terhadap Kinerja Biaya (KB),
sebesar 27,4 % sedangkan 72,6 % dimana pengaruh CP dan BIM melalui
merupakan pengaruh dari variabel lain yang Kinerja Waktu (KW) terlebih dahulu. Besar
tidak diteliti. pengaruh tidak langsung CP terhadap KB

36 | K o n s t r u k s i a
INTEGRASI CRASHING DAN BIM PADA PROYEK HIGH RISE BUILDING (Ikra – Nunung – Bambang)

adalah 0,083, sedangkan BIM terhadap KB kinerja perusahaan akan meningkat sebesar
sebesar 0,080. lebih dari 50 %.

Integrasi Crashing Program dan Building Kesimpulan


Information Modelling terhadap Kinerja
Berdasarkan hasil analisis Integrasi
Langkah selanjutnya adalah melihat besar Crashing Program dan BIM pada Proyek
nilai integrasi Crashing Program dan High Rise Building maka dapat disimpulkan
Building Information Modelling terhadap sebagai berikut :
Kinerja. Hal tersebut terlihat pada Tabel 6 1. Integrasi Crashing Program (CP) dengan
dan Gambar 4 berikut ini : kinerja waktu dengan persentase
korelasi sebesar 26% , dengan kinerja
Tabel 6. Integrasi Crashing Program dan biaya persentase korelasi sebesar 38
Building Information Modelling terhadap %.
Kinerja 2. Integrasi Builiding Information
Estimate Modelling (BIM) dengan kinerja waktu
CP <--> BIM ,251 dengan persentase korelasi sebesar 25
%, dengan kinerja biaya persentase
CP <--> K ,518
korelasi sebesar 35 %.
BIM <--> K ,502 3. Integrasi Crashing Program (CP) dan
(Sumber : Data Diolah dengan Amos 22, 2018) Building Information Modelling (BIM)
dengan persentase korelasi sebesar
20%.

Daftar Pustaka
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Autodesk. 2014. The Value of BIM for Owners:
Save Time and Money During the
Building Lifecycle
Depdikbud. 1998. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Gambar 4. Integrasi Crashing Program
Callahan. Michael T Quacken bush. Daniel
(CP) dan Building Information Modelling
G.Rowings. James E. 1992. Construction
(BIM) terhadap Kinerja (K)
Project Scheduling
Eastman Et Al. 2008. Concept Of BIM. Di
Dari Tabel 6, besar nilai hubungan atau
dalam skripsi : Janni Tjell (Ed). Building
integrasi Crashing Program (CP) dan
Information Modeling (BIM) In Design
Building Information Modelling (BIM)
Detailing With Focus On Interior Wall
terhadap Kinerja (K) positif dan signifikan
Systems. 2010. Denmark : 1-2
dengan nilai di atas 50 %. Jadi, jika
Ghozali, Imam. 2008. Aplikasi Analisis
perusahaan mampu menerapkan Crashing
Multivariate dengan Program
Program (CP) dan Building Information
SPSS.Semarang: Badan Penerbit
Modelling (BIM) secara bersamaan maka

37 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 10 Nomer 2 | Juli 2019

Universitas Diponegoro
Ghozali, Imam. 2014. Structural Equation
Modeling, Metode Alternatif dengan
Partial Least Square (PLS). Edisi 4.
Semarang : Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
Halpin, Daniel W dan Ronald Woodhead.
2017. Construction Management.
Canada : Jhon Wiley & Sons. Edisi 5.
Husein Umar. 2013. Metode Penelitian untuk
Skripsi dan Tesis. Jakarta: Rajawali
Mulyono. 2000. Petunjuk Standarisasi Desain
Gedung Bertingkat. Bandung: Ganeca
Exact.
Praboyo, Budiman. 1999. Keterlambatan
Waktu Pelaksanaan Proyek : Klasifikasi
dan Peringkat dari Penyebab-
Penyebabnya. Dimensi Teknik Sipil.
Volume 1, No. 1 Maret 1999
Sekaran, Uma. (2011). Research Methods for
business Edisi I and 2. Jakarta: Salemba
Empat
Shrestha, Kabindra, K. Shrestha, Pramen, P.
2016. Optimization of Project Schedule
Crashing. ASCE. Construction Research
Congress
Soeharto, I. 2001. Manajemen Proyek. Jilid
2. Semarang: Erlangga.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D). Bandung :
Alfabeta

38 | K o n s t r u k s i a

Anda mungkin juga menyukai