Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH ROKOK YANG DI

KONSUMSI DENGAN INSOMNIA


PADA ORANG DEWASA
I Gede Purnawinadi1, Maisyeliani Angelia Baureh2
1, 2
Fakultas Keperawatan, Universitas Klabat, Airmadidi, Minahasa Utara, 95371, Indonesia

E-mail: purnawinadi87@unklab.ac.id

Abstract
Insomnia is a symptom that a person experiences when experiencing chronic sleep difficulties, often
awakens from sleep, short sleep or non-resortative sleep. A smoker needs more sleep time to fall asleep
compared to non-smokers. The more often someone or the more cigarettes consumed or smoked in a day,
the higher the insomnia will be experienced. This study aims to determine the relationship of the number
of cigarettes with the incidence of insomnia in Kaima Village, Kauditan District. The research design
used was descriptive correlation with cross-sectional approach, using purposive sampling technique with
a sampling of 80 respondents. The results found were 34 respondents (42.5%) with moderate smoker
consumption (11-20 stems), and the picture of the most respondent insomnia was 37 respondents (46.3%)
with mild insomnia. The results of the Spearman Correlation statistical test showed a significant value of
p = 0.030 <0.05 with weak correlation coefficients where r = 0.243 in a positive direction. There is a
relationship between the number of cigarettes and the incidence of insomnia in Kaima Village, Kauditan
Subdistrict. It is recommended for future researchers to add variables to the duration of smoking, gender,
and age of the respondent. It is hoped that the people of the village of Kaima Kecacmatan Kauditan can
change their smoking behavior, namely reducing the number of cigarettes consumed or can even stop
smoking.

Keywords: Insomnia, Amount of Cigarette Consumption

Abstrak
Insomnia merupakan gejala yang dialami seseorang ketika mengalami kesulitan tidur kronis, sering
terbangun dari tidur, tidur pendek atau tidur non-resoratif. Seorang perokok membutuhkan waktu tidur
lebih lama untuk dapat tertidur dibandingkan dengan yang tidak merokok. Semakin sering seseorang atau
semakin banyak jumlah rokok yang dikonsumsi atau yang dihisap dalam sehari maka semakin tinggi
insomnia yang akan dialami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jumlah rokok dengan
kejadian insomnia di Desa Kaima Kecamatan Kauditan. Desain penelitian yang digunakan yaitu
deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional, menggunakan teknik pengambilan sampel
purposive sampling dengan jumlah sampling 80 responden. Hasil yang didapati secara deskriptif 34
responden (42,5%) dominan sebagai konsumsi perokok sedang (11-20 batang), dan 37 responden (46,3%)
dominan sebagai insomnia ringan. Hasil uji statistik Spearman Correlation menunjukkan nilai signifikan
p= 0,030< 0,05 dengan koefisiensi korelasi lemah dimana r= 0,243 dengan arah yang positif. Ada
hubungan jumlah rokok dengan kejadian insomnia di Desa Kaima Kecamatan Kauditan.
Direkomendasikan bagi peneliti selanjutnya untuk menambahkan variabel durasi merokok, jenis kelamin,
dan umur responden. Bagi masyarakat Desa Kaima Kecamatan Kauditan diharapkan dapat mengubah
perilaku merokok yaitu mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi atau bahkan bisa berhenti merokok.

Kata Kunci: Insomnia, Jumlah Konsumsi Rokok

29
Pendahuluan 2007 prevelensi sebesar 34,2% dan pada
tahun 2010 prevelensi sebesar 36,3%.
Tidur merupakan kebutuhan dasar yang Adapun data yang diambil dari Riset
diperlukan oleh manusia, untuk dapat Kesehatan Dasar (2013) menunjukkan
berfungsi secara optimal maka setiap prevalensi perokok 16 kali lebih tinggi
orang memerlukan tidur yang cukup. pada laki-laki (65,8%) dibandingkan
Tidur merupakan keadaan bawah sadar perempuan (4,2%). Sementara itu
yang dialami oleh seseorang yang dapat menurut data dari riset kesehatan dasar
dibangunkan dengan indera atau (RIKESDAS) dalam Angka tahun 2013,
rangsangan yang cukup. Manfaat dari Sulawesi Utara mendapatkan 24,6%
tidur adalah untuk menjaga (perokok setiap hari), 5,9% (perokok
keseimbangan mental, emosional, dan kadang-kadang), 6,2% (mantan
kesehatan (Guyton & Hall, 2014). perokok), dan 63,3% (bukan perokok).
Kozier, Erb, Berman dan Snyder (2010)
menjelaskan bahwa tidur sebagai Menurut Sanchi dalam Kairupan, Rottie
kebutuhan dasar manusia sering kali dan Malara (2016) seorang perokok
tidak terpenuhi dengan benar karena ternyata membutuhkan waktu lebih lama
adanya berbagai macam gangguan tidur untuk dapat tertidur dibandingkan
seperti banyaknya aktivitas sehingga dengan orang yang tidak merokok.
menyita waktu tidur seseorang, tidur Nikotin akan hilang dari otak dalam
yang terlalu larut dan gangguan yang waktu 30 menit. Tetapi reseptor di otak
juga sering terjadi seperti insomnia. seorang pecandu seolah menagih nikotin
Kebutuhan tidur yang tidak terpenuhi lagi, sehingga mengganggu proses tidur.
akan mengganggu kualitas tidur dan Semakin banyak jumlah batang rokok
kesehatan seseorang. yang dihisap dalam sehari maka akan
semakin tinggi tingkat insomnia yang
Merokok merusak kesehatan seseorang. akan dideritanya, hal ini karena salah
Jika seseorang merokok, ia harus satu zat yang ada di dalam rokok yaitu
berhenti. Kandungan dalam rokok yaitu nikotin. Nikotin digolongkan dalam
nikotin merupakan stimulan dan dapat kelompok zat stimulan. Efek stimulan
menyebabkan insomnia, bahkan jika dari nikotin yang kuat akan
mengkonsumsi produk tembakau yaitu menyebabkan gangguan tidur.
rokok menjelang tidur dapat
menyulitkan seseorang untuk tertidur Ketika seseorang menghisap rokok,
(National Sleep Foundation, 2018). maka nikotin yang terkandung dalam
rokok akan meresap, kemudian nikotin
Data WHO menunjukkan bahwa akan diterima oleh reseptor indera
prevalensi merokok pada tahun 2015, perasa di dalam lidah dan akan
lebih dari 1,1 miliar orang merokok. diteruskan ke otak. Dalam perjalan
Jauh lebih banyak laki-laki daripada menuju otak, nikotin akan melewati
perempuan. Pada tahun 2016 untuk batang otak yang disebut hypotalamus.
prevalensi laki-laki yang merokok Hypotalamus ini berfungsi untuk
sebesar 33,7% dan untuk perempuan mengeluarkan hormon dopamine dan
sebesar 6,2% (World Health serotonin, sesuai dengan stimulus yang
Organization, 2018). Riset Kesehatan sesuai bagi masing-masing hormon.
Dasar (2013), menyebutkan Indonesia Nikotin akan memicu pengeluaran
dari tahun 2007 ke tahun 2013 dimana hormon dopamin yang akan merangsang
penduduk usia 15 tahun ke atas masih otak, bersama dengan nikotin yang akan
belum terjadi penurunan. Pada tahun diteruskan ke otak, yaitu memberikan

30
rasa tenang, meningkatkan konsentrasi, Studi pendahuluan yang telah dilakukan
memacu otak untuk lebih keras dalam oleh peneliti di Desa Kaima Kecamatan
bekerja, memberi rasa segar dan Kauditan, Kabupaten Minahasa Utara
menghilangkan rasa kantuk, dan menemukan 5 dari 10 perokok yang
memacu aktivitas kognitif lainnya. diketahui menghabiskan 10-12 batang
Secara psikologis seseorang akan per hari. Para perokok juga
merasakan kenyamanan dan bebas dari mengeluhkan sulit untuk tidur pada
rasa tertekan atau depresi. Saat malam hari, terbangun pada tengah
seseorang merasakan kenyamanan, yaitu malam, merasa tidak puas tidur pada
saat nikotin ini sudah merangsang saat bangun pagi hari, dan merasa
hormon dopamin keluar menuju ke otak, kantuk disiang hari. Sehubungan dengan
mengakibatkan aktifitas kognitif dalam latar belakang tersebut peneliti tertarik
otak meningkat, maka saraf-saraf pun untuk melakukan penelitian mengenai
akan ikut bekerja dan berkontraksi. hubungan antara jumlah rokok yang
Dalam tahapam ini terjadilah dikonsumsi dengan kejadian Insomnia
kontradiksi, dimana seseorang yang ada orang dewasa.
sebenarnya ingin tidur atau masuk dalam
kondisi bawah sadar, malahan Metode
mengalami susah tidur karena proses
mental atau aktifitas kognitifnya tidak Penelitian ini merupakan analisis
bisa dihentikan, dikarenakan tetap deskriptif menggunakan metode
bekerja atau pikirannya terjebak dalam kuantitatif dengan pendekatan cross-
kondisi sadar (Putra dalam Kairupan, sectional. Sampel diambil menggunakan
Rottie dan Malara, 2016). purposive sampling, berdasarkan studi
pendahuluan yang telah dilakukan pada
Penelitian yang dilakukan oleh bulan Oktober 2018 di Desa Kaima
Kairupan, Rottie dan Malara (2016) Kecamatan Kauditan, Kabupaten
didapati seorang yang merokok Minahasa Utara. Berdasarkan rumus
mengalami insomnia jangka pendek slovin yaitu 80 sampel dari 100 populasi
yang berlangsung selama 1-4 minggu yang memenuhi kriteria inklusi dan
yang disebabkan karena rokok yang eksklusi dengan waktu pengambilan
dikonsumsinya dalam sehari dapat data pada bulan Januari 2018.
mencapai 5-14 batang rokok, dimana
seseroang yang merokok mengkonsumsi Responden dalam penelitian ini adalah
rokok bersama teman-teman dimalam masyarakat orang dewasa yang bersedia
hari. Hal ini menyebabkan orang memberikan jawaban dengan jujur, dan
tersebut mengalami gejala insomnia menandatangani informed consent.
dimana sulit untuk tidur, sulit untuk Subyek yang tidak termasuk dalam
mempertahankan tidur dengan jam tidur penelitian ini merupakan orang dewasa
maksimal dan sering terbangun pada yang perokok pasif, yang tidak
malam hari. Pada dasarnya nikotin pada berdomisili di Desa Kaima Kec.
otak akan hilang dalam waktu 30 menit Kauditan.
tetapi reseptor otak seorang perokok
yang dapat menghabiskan 5-14 batang Instrumen yang digunakan pada
rokok dalam sehari seolah akan menagih penelitian ini berupa kuesioner.
nikotin lagi dan lagi sehingga mampu Kuesioner yang digunakan dalam
mengganggu proses tidur itu sendiri. penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu:
yang pertama adalah kuesioner jumlah
rokok yang terdiri dari 3 pernyataan

31
yaitu: merokok kurang lebih 1-10 Gambaran jumlah rokok yang
batang/hari (perokok ringan), merokok dikonsumsi pada orang dewasa di Desa
11-20 batang/hari (perokok sedang), dan Kiama Kecamatan Kauditan dari 80
merokok > 20 batang/hari (perokok responden terdapat 25 responden
berat), kuesioner yang kedua untuk (31,3%) dengan jumlah rokok 1-10
insomnia adalah diadopsi dari kuesioner batang/hari, 34 responden (42,5%) 11-
KSPBJ-IRS (Kelompok Studi Psikiatri 20 batang/hari, dan 21 responden
Biologi Jakarta-Insomnia Rating Scale), (26,3%) dengan >20 batang/hari. Sesuai
kuesioner ini memiliki hasil uji validitas dengan hasil uji statistik didapati
dan reliabillitas dengan nilai Alpha kategori perokok pada orang dewasa di
Cronbach’s 0,916 (Perwiraningtyas, Desa Kaima Kecamatan Kauditan yang
2016). Kuesioner ini terdiri dari 11 paling banyak adalah perokok sedang.
pertanyaan. Alat ukur ini menggunakan
skala ordinal yaitu jawaban diberi nilai Tabel 3. Distribusi Frekuensi
0, 1, 2, dan 3. Jumlah total skor dapat Insomnia
dikategorikan sebagai berikut: Kategori Frekuensi %
Tidak Insomnia 30 37,5
Tabel 1. Interpretasi Skor Insomnia Insomnia Ringan 37 46,3
Kategori Skor Interpretasi Insomnia Sedang 13 16,2
0 < 11 Tidak Insomnia Total 80 100
1 11-17 Insomnia Ringan
2 18-24 Insomnia Sedang Gambaran insomnia di Desa Kaima
3 25-33 Insomnia Berat Kecamatan Kauditan dari 80 responden
yang paling dominan yaitu 37 responden
Data olah secara deskriptif melalui (46,3%) dengan insomnia ringan,
analisis univariat menggunakan disusul dengan 30 responden (37,5%)
persentase dan bivariat menggunakan dengan tidak insomnia, dan hanya 13
rumus statistik Spearman Correlation responden (16,3%) dengan insomnnia
pada komputer yang terinstall software sedang.
Statistical Product and Service Solution
(SPSS). Tabel 4. Hubungan Jumlah Rokok
yang dikonsumsi dengan Insomnia
Hasil Jumlah Rokok
Spearman's rho
dan Insomnia
Correlation Coefficient 0,243*
Gambaran jumlah rokok yang
Sig. (2-tailed) 0,030
dikonsumsi dan kejadian insomnia pada N 80
orang dewasa di Desa Kaima Kecamatan *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Kauditan dapat dilihat pada tabel-tabel
berikut: Hasil yang diperoleh pada tabel 4 yaitu p
value = 0,030 < 0,05, dengan demikian
Tabel 2. Distribusi Frekuensi bahwa pada alpha 5% ada hubungan
Konsumsi Jumlah Rokok yang signifikan antara jumlah rokok
Jumlah Rokok Frekuensi % yang dikonsumsi dengan kejadian
1-10 batang/hari 25 31,3 insomnia di Desa Kaima Kecamatan
11-20 batang/hari 34 42,5 Kauditan. Tingkat hubungan kedua
>20 batang/hari 21 26,2 variabel rendah dimana r= 0,243 dan
Total 80 100 memiliki arah yang positif, yang artinya
semakin banyak jumlah rokok yang

32
dikonsumsi per hari maka semakin berat
kondisi insomnia begitu juga sebaliknya. Insomnia adalah kesukaran dalam
memulai dan mempertahankan tidur
Pembahasan sehingga tidak dapat memenuhi
kebutuhan tidur yang adekuat, baik
Menurut Sitepoe dalam Putra (2013) kuantitas maupun kualitas (Saputra,
perokok sedang adalah yang merokok 2013). Faktor-faktor penyebab insomnia
11-20 batang/hari dan sesuai dengan adalah stres, jadwal perjalanan atau
hasil penelitian yang didapat oleh kerja, kebiasaan tidur yang buruk,
peneliti dimana di Desa Kaima makan terlalu larut malam, gangguan
Kecamatan Kauditan didapati responden kesehatan mental, obat-obatan, kondisi
adalah perokok sedang. Menurut medis, gangguan terkait tidur, kafein,
Sarafino & Smith (2011) faktor- faktor nikotin, dan alkohol (Mayo Clinic,
yang menyebabkan perilaku merokok 2016). Hasil penelitian ini sejalan
yaitu, faktor biologis, psikologis, dengan penelitian yang dilakukan oleh
lingkungan sosial, demografis. Puspitasari, Santoso, & Permatasari
Penelitian ini sama dengan hasil (2014) di mana didapati pada 193
penelitian yang dilakukan oleh Firdaus responden menunjukan 70 responden
(2018) yang dilakukan pada 106 (36,27%) dengan kategori insomnia
responden dan didapati 51 responden ringan.
(48%) dengan jumlah rokok 5-14
batang/hari (perokok sedang). Insomnia adalah gejala yang dialami
seseorang ketika mereka mengalami
Banyaknya jumlah rokok sedang kesulitan tidur kronis, sering terbangun
dikarenakan dari jawaban kuesioner, dari tidur, dan/atau tidur pendek atau
sebanyak 34 responden menjawab tidur non-resoratif. Ini adalah keluhan
merokok 11-20 batang/hari. Ketika tidur yang paling umum. Para penderita
peneliti bertanya, responden menjawab insomnia mengeluh kantuk yang
hanya merokok ketika bersama teman, berlebihan di siang hari, serta kuantitas
pada saat ada waktu senggang ketika dan kualitas tidur yang tidak memadai.
bekerja atau ketika waktu istirahat, Namun sering kali seseorang yang
sehingga jumlah rokok yang mereka menderita insomnia tidur lebih lama dari
konsumsi termasuk dalam kategori yang disadari (Potter & Perry, 2010).
perokok sedang.
Insomnia pada penelitian ini paling
Menurut Rahmadhani (2014) insomnia dominan adalah insomnia ringan. Jika
ringan memiliki tanda dan gejala sebagai ditinjau dari kuesioner, sebanyak 37
berikut yaitu, tidur selama 5,5-6,5 jam, responden menjawab mengalami
terkadang mimpi menyenangkan atau insomnia ringan dikarenakan lamanya
mimpi biasa saja, tidur nyenyak dan sulit tidur atau kebutuhan jam tidur tidak
terbangun, 30 menit-1 jam untuk dapat tercukupi, mendapatkan mimpi, kualitas
tertidur, 1-2 kali terbangun pada malam tidur tidak normal atau tidur tidak
hari, 30 menit – 1 jam untuk dapat nyenyak, sulit utuk masuk tidur atau
tertidur kembali setelah terbangun, memulai untuk tidur, terbangun pada
lamanya tidur setelah bangun 1-3 jam, malam hari dan sulit untuk tertidur
lamanya gangguan tidur 2-7 hari, kembali, lamanya gangguan tidur 2-7
bangun 30 menit lebih cepat dari hari, terbangun dini hari (bangun lebih
biasanya, lamanya perasaan tidak segar cepat dari jam biasanya), dan mengalami
setiap bangun pagi yaitu 2-7 hari. perasaan yang tidak segar ketika bangun

33
di pagi hari, dan ada faktor-faktor yang penyuluhan kesehatan tentang bahaya
lain sehingga menyebabkan insmonia merokok dan hubungannya dengan
ringan. insomnia di daerah terkait.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil Peneliti selanjutnya yang akan
penelitian yang dilakukan oleh Putra melakukan penelitian dengan judul yang
(2013) yaitu terdapat hubungan yang sama dapat menambahkan variabel lain
signifikan antara Intensitas Perilaku durasi merokok, jenis kelamin, dan umur
Merokok dengan Tingkat Insomnia responden agar dapat menjadi tambahan
adalah sebesar 0,386 dengan taraf referensi dan dikarenakan durasi
signifikan p = 0,002 dimana p < 0,05. merokok setiap orang berbeda-beda dan
Begitu juga dengan hasil penelitian yang bahkan ada yang sudah berhenti dan
dilakukan oleh Firdaus (2018) didapati merokok kembali, untuk jenis kelamin
ada hubungan antra perilaku merokok yang merokok bukan hanya pria
dengan kecenderungan nsomnnia pada melaikan wanita juga ada dan untuk
pekerja dengan nilai signifikan 0,004 < umur seponden berbeda-beda dan
0,05 dengan nilai korelasi positif 0,280. semakin tua umur seseorang maka
Juga dalam penelitian yang dilakukan waktu tidur lebih berkurang.
oleh Diani, Hariyanto, Ardiyani (2016)
yang meneliti tentang hubungan antara
perokok aktif dengan gangguan kualitas Referensi
tidur (Insomnia) di RW 04 Desa
Kalisongo Kecamatan Dau Kabupaten Diani., Hariyanto, T., & Ardiyani, V,
Malang didapati ada hubungan yang M. (2016). Hubungan antara
singnifikan yaitu 0,004 < 0,05 dimana perokok aktif dengan gangguan
didapati 50% orang dewasa dinyatakan kualitas tidur (insomnisa) pada
perokok berat, sedangkan sebagian besar dewasa (umur 25-45 tahun) di RW
52,5% responden dinyatakan mengalami 04 Desa Kalisongo Kecamatan
insomnia. Dau Kabupaten Malang. Nursing
News, 2, 152.
Kesimpulan
Firdaus, H. (2018). Hubungan antara
Secara deskriptif perokok di Desa perilaku merokok dengan
Kaima dominan sebagai perokok sedang kecenderungan insomnia pada
dengan konsumsi 11-20 batang per hari, Pekerja. Skripsi. Universitas Islam
dan dominan dalam kategori insomnia Negeri Sunan Ampel Surabaya.
ringan. Ada hubungan yang signifikan
ddengan arah posistif antara jumlah Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2014).
rokok dengan kejadian insomnia di Desa Buku ajar fisiologis kedokteran.
Kaima Kecamatan Kauditan. Singapore: Elsevier.

Hasil penelitian ini diharapkan agar Kairupan, J. M. A., Rottie, J. V., Malara,
masyarakat Desa Kaima Kecamatan R. T. (2016). Hubungan merokok
Kauditan dapat memotivasi diri sendiri dengan kejadianinsomnia pada
untuk menurunkan jumlah rokok yang remaja di SMA Negeri 1
dikonsumsi atau bahkan bisa berhenti Romboken Kabupaten Minahasa.
merokok, bermanfaat sebagai referensi E-jurnal Keperawatan, 4, 6.
bahan pembelajaran, dan institusi
pendidikan dihimbau untuk membuat

34
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011).
Snyder, S. (2010). Buku ajar Health pshychology
fundamental: konsep, proses, dan biopsychosocial interactions.
praktik (7 ed., Vol. 2). Jakarta: United State of America: John
EGC. Wiley & Sons, INC.

Mayo Clinic. (2016). Insomnia. Diakses


dari Mayo Clinic: Riset Kesehatan Dasar. (2013). Diakses
https://www.mayoclinic.org/diseas dari Departemen Kesehatan:
es-conditions/insomnia/symptoms- http://www.depkes.go.id/resources/
causes/syc-20355167 download/general/Hasil%20Riskes
das%202013.pdf?opwvc=1
National Sleep Foundation. (2018).
What cause insomnia. Diakses dari World Health Organization. (2018).
National Sleep Foundation: Prevalance of Tabacco Smoking.
https://www.sleepfoundation.org/in Diakses dari World Health
somnia/content/what-insomnia Organization:
https://www.who.int/gho/tobacco/u
Potter, P., & Perry, A. (2010). se/en
Fundamental of nursing.
Singapore: Elsevier.

Puspitasari, M. D., Santoso, T. H., &


Permatasari, E. (2014). Hubungan
perilaku merokok dan kejadian
insomnia pada mahasiswa laki-
laki Universitas Muhammadiyah
Jember. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Jamber.

Putra, Bima A. (2013). Hubungan


antara intensitas perilaku merokok
dengan tingkat insomnia.
Semarang. Skripsi. Universitas
Negeri Semarang.

Rahmadhani, V. S. (2014). Hubungan


sters dengan kejadian insomnia
pada lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Kasi Sayang Ibu
Batusangkar. Skripsi. Universitas
Muhammadiah Sumatera Barat
Bukit Tinggi.

Saputra, L. (2013). Catatan ringkasan


kebutuhan dasar manusia.
Tanggerang Selatan: Binarupa
Aksara.

35

Anda mungkin juga menyukai