Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagian besar neoplasma tiroid memerlukan pembedahan ketika
pasien menunjukkan ketidaknyamanan dalam bernapas dan menelan dan
gejala tekanan lain atau di duga tumor yang membahayakan. Namun,
operasi tiroid sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, jika persiapan pra
operasi tidak memadai; perdarahan pasca operasi, dyspnea, cedera pada
saraf, cedera paratiroid dan komplikasi lainnya akan terjadi pada pasien,
konsekuensi yang lebih serius mungkin akan terjadi. Perawatan pra operasi
dan post operasi yang tidak benar bisa langsung memiliki pengaruh pada
pemulihan pasien dan bahkan bisa membahayakan kehidupan pasien dan
mempengaruhi kualitas kehidupan pasien. Oleh karena itu, penting sekali
untuk menyelesaikan asuhan keperawatan pra operasi dan post operasi tiroid
dengan efektif, mengamati kondisinya, membantu dan bekerja sama dengan
dokter untuk pengobatannya.
Untuk itu penulis akan membahas tentang “Askep pasien dengan pre
dan post tyroidektomi”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tiroidektomi?
2. Apa saja klasifikasi tiroidektomi?
3. Bagaimana prosedur bedah umum untuk tiroidektomi?
4. Apa indikasi tiroidektomi?
5. Bagaimana perawatan pre operasi tiroidektomi?
6. Bagaimana perawatan post operasi tiroidektomi?
7. Bagaimana pencatatan post operasi tiroidektomi?
8. Bagaimana rehabilitatif post operasi tiroidektomi?
9. Apa kejadian umum setelah operasi tiroidektomi?
10. Apa komplikasi tiroidektomi?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian tiroidektomi
2. Mengetahui klasifikasi tiroidektomi
3. Mengetahui prosedur bedah umum untuk tiroidektomi
4. Mengetahui indikasi tiroidektomi
5. Mengetahui perawatan pre operasi tiroidektomi
6. Mengetahui perawatan post operasi tiroidektomi
7. Mengetahui pencatatan post operasi tiroidektomi
8. Mengetahui rehabilitatif post operasi tiroidektomi
9. Mengetahui kejadian umum setelah operasi tiroidektomi
10. Mengetahui komplikasi tiroidektomi

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah Metode
kepustakaan yaitu metode pengumpulan data yang digunakan penyusun
dengan mempergunakan buku atau refrensi yang berkaitan dengan masalah
yang sedang dibahas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Tiroidektomi memerlukan intervensi bedah yang berbeda, tergantung pada
jenis serta posisi nodul pada kelenjar tiroid. Dokter bedah akan selalu mencoba
untuk mempertahankan sebagian dari kelenjar tiroid setiap kali itu mungkin
untuk memfasilitasi produksi berkelanjutan dari hormon tiroid, dan dengan
harapan hal itu bisa mencegah keadaan sulit pada hipotiroidisme pasca operasi.
Selama operasi, sangat penting untuk melindungi kelenjar paratiroid dari
kerusakan atau penghapusan selama prosedur bedah, dan juga mencegah
kerusakan saraf laring berulang.
Tiroidektomi adalah operasi pengangkatan kelenjar tiroid. Prosedur bedah
tiroidektomi adalah sebuah operasi yang melibatkan operasi pemindahan
semua atau sebagian dari kelejar tiroid (kelenjar yang terletak di depan leher
bagian bawah, tepat di atas trakea). Kelenjar ini dibentuk oleh dua kerucut
seperti cuping atau sayap yaitu lobus dexter (lobus kanan) dan lobus sinister
(kiri lobus), dan dilekatkan oleh suatu bagian tengah (isthmus).
Operasi dapat direkomendasikan untuk berbagai kondisi, seperti Kelenjar
tiroid yang terlalu aktif dalam menghasilkan pertumbuhan hormon tiroid (nodul
atau kista) yang terkait dengan kanker kelenjar tiroid, pertumbuhan tumor ganas
(kanker) dan tumor jinak (bukan kanker) yang bisa menyebabkan kelenjar
tiroid membesar (gondok beracun) yang akan membuat kesulitan untuk
bernapas atau menelan.
Thyroid nodules (sel benjolan bulat keras) adalah hal umum. Jika nodul
memiliki kanker di dalamnya, maka setengah dari kelenjar tiroid dengan
nodulnya harus dikeluarkan. Operasi ini diperlukan untuk menemukan apakah
itu adalah kanker. Jika memang kanker, kelenjar tiroid, serta jaringan dan
kelenjar getah bening di sekitar kelenjar akan dikeluarkan. Beberapa orang
memiliki tiroid besar yang menyebabkan masalah menelan atau bernapas. Ini

3
disebut gondok dan bukan kanker. Jika ada pasien memiliki gondok diperlukan
juga pembedahan untuk dikeluarkan.

B. Klasifikasi
Tiroidektomi terbagi atas:
1. Tiroidektomi total
Tiroidektomi total, yaitu mengangkat seluruh kelenjar tiroid. Klien yang
menjalani tindakan ini harus mendapat terapi hormon pengganti yang besar
dosisnya beragam pada setiap individu dan dapat dipengaruhi oleh usia,
pekerjaan, dan aktifitas.
2. Tiroidektomi subtotal
Tiroidektomi subtotal, yaitu mengangkat sebagian kelenjar tiroid. Lobus
kiri atau kanan yang mengalami pembesaran diangkat dan diharapkan
kelenjar yang masih tersisa masih dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan
hormon-hormon tiroid sehingga tidak diperlukan terapi penggantian
hormon.

C. Prosedur bedah umum untuk tiroidektomi adalah sebagai berikut:


1. Thyroid Lobectomy: Hanya satu lobus dari kelenjar tiroid yang di angkat
termasuk juga isthmus.
2. Near- total Lobectomy: Jumlah lobektomi ditinggal kurang dari 1 gram pada
jaringan tiroid belakang, untuk melindungi saraf laring
3. Near- total Thyroidectomy: ini adalah penghapusan lengkap satu lobus
tiroid dan pembedahan near-total lobectomy pada sisi kontralateral.
Keuntungan dari prosedur pembedahan ini adalah kelenjar tiroid pasien
masih tersisa utuh yang memungkinkan produksi hormon tiroid. Selain itu,
ini juga mengurangi kebutuhan untuk hormon pengganti tiroid pasca
operasi.
4. Total Thyroidectomy: ini adalah pengangkatan kedua lobus termasuk
isthmus pada tiroid.

4
D. Indikasi Tiroidektomi
Tiroidektomi pada umumnya dilakukan pada :
1. Penderita dengan tirotoksikosis yang tidak responsif dengan terapi
medikamentosa atau yang kambuh
2. Tumor jinak dan tumor ganas
3. Gejala penekanan akibat tonjolan tumor
4. Tonjolan tiroid yang menggangu penampilan seseorang
5. Tonjolan tiroid yang menimbulkan kecemasan seseorang
6. Sebuah gondok besar yang tidak dapat bereaksi dengan obat anti-tiroid,
memerlukan operasi kelenjar tiroid, untuk menghindari tekanan pada trakea
dan esofagus, yang kemudian dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan
menelan
7. Efek samping dari terapi obat atau kepatuhan terhadap obat yang rendah
persistent atau tidak respon terhadap terapi yodium radioaktif, hingga
berulangnya terjadi hipertiroid yang memerlukan eksisi kelenjar tiroid
8. Tiroidektomi digunakan untuk meniadakan kebutuhan untuk terapi yodium
radioaktif, terutama pada anak-anak
9. Pada wanita hamil, ketika terapi obat gagal untuk mengontrol
hipertiroidisme, operasi pengangkatan kelenjar tiroid diperlukan
10. Kekerasan dan tumor kelenjar tiroid memerlukan eksisi bedah
11. Hal ini juga dianjurkan dalam kasus manifestasi klinis seperti pesatnya
pertumbuhan kelenjar tiroid, sakit parah, dan limfadenopati servikal, atau
ketika sudah ada sebelum iradiasi leher. Sebuah jarum halus aspirasi sitologi
(FNAC) perlu preformed untuk memastikan diagnosis dan menentukan
jenis operasi

E. Perawatan Pre-Operatif
Tanda-tanda vital, kondisi fisik, riwayat penyakit sebelumnya, gejala dan
tanda-tanda penyakit pasien dievaluasi sebelum operasi dimulai, dan langkah-
langkah keperawatan yang sesuai dirumuskan oleh dokter dan perawat
berdasarkan hasil evaluasi.

5
Lingkungan- pasien biasanya masuk ke rumah sakit dua atau tiga minggu
sebelum operasi agar pasien bisa menyesuaikan pada lingkungan baru dan
untuk menerima pengobatan preoperatif yang diperlukan. Rincian hak-hak pada
pasien harus dijalankan secara lancar agar pasien tidak akan menjadi
overexcited dan khawatir. Ini adalah saat dimana perawat mempunyai kontak
pertama dengan pasien, perawat harus percaya diri untuk menjelaskan dan
menjawab pertanyaan dari pasien.
Untuk mengurangi tingkat metabolik yang tinggi dan gejala-gejala
karakteristik lainnya yang di tunjukkan oleh pasien, kesehatan mental dan fisik
pada pasien harus di istirahatkan. Jika memungkinan pasien ditempatkan di
ruangan yang bebas dari rangsangan luar. Bebas dari rangsangan eksternal yang
dimaksud bukan berarti ruangan seluruhnya gelap, pasien lebih baik jika di
sediakan ruangan setengah gelap. Untuk pasien yang berada di bangsal lebih
baik untuk menempatkannya dekat dengan pasien yang kooperatif, pasien akan
menjadi dekat satu sama lain, ini kunci sukses untuk keberhasilan operasi.
Pengunjung harus diingatkan untuk tidak memulai percakapan yang bisa
membuat pasien terganggu. Jika terjadi miskomunikasi kepada pasien,
pengunjung harus memberitahu perawat, agar perawat bisa berbicara kepada
pasien. Jika perlu pengunjung harus dibatasi.
Terapi yang bagus untuk pasien sambil menunggu operasi, pasien bisa
disarankan untuk melakukan pekerjaan seperti merajut untuk mengalihkan
perhatian pasien dari pikiran yang tidak menyenangkan tentang operasi.

Keperawatan psikologis.- Kebanyakan pasien merasakan kecemasan dan


ketakutan sebelum operasi, dokter dan perawat harus memberikan pendidikan
kesehatan untuk berkomunikasi dengan pasien, menjelaskan keadaan operasi
dan metode dalam operasi, meredakan ketegangan pasien dan membangun
hubungan yang baik antara pasien dan perawat, sehingga memberikan
kontribusi untuk kelancaran operasi, mengurangi komplikasi dan meningkatkan
efek yang baik dalam pembedahan. Bagian yang akan dioperasi atau disayat

6
harus ditandai oleh dokter dan perawat untuk meningkatkan keselamatan
operasi (lihat Gambar 1).

Fig. 1: Preoperative incision marks.

Medications.-Perawat harus memberikan obat sesuai dengan yang di anjurkan


oleh dokter karena terapi obat begitu penting dan karena pasien mengharapkan
bisa menerima obatnya tepat waktu dan dengan cara yang benar. Rasa Larutan
Lugol, yodium yang rasanya tidak enak, yang mana sering digunakan dalam
kasus hipertiroidisme, ini harus disembunyikan. Cara efektif yang dapat
dilakukan adalah dengan memberikan larutan lugol ke dalam susu, telur, susu
cokelat, atau pada minuman apa saja yang dapat mencairkan obat itu dan
menyamarkan rasa yodiumnya. Di beberapa kasus, di mana pasien terlihat lain
dari biasanya seperti marah-marah, perawat dapat menggunakan obat penenang
seperti luminal, sodium bromide, dan sebagainya. Di samping itu, bisa juga
menenangkan pasien dengan menyarankan untuk mandi, atau melakukan
massage.
Asupan obat-obatan untuk penurunan vaskularisasi kelenjar tiroid dalam 2
sampai 3 minggu dan juga akan mencegah perdarahan pasca-operasi

Diet.-Karena metabolisme yang cepat akibat fungsional aktivitas dari kelenjar


tiroid, ini perlu dikompensasi untuk menyetopkan pemecahan proses di dalam
tubuh dengan mengonsumsi kalori yang cukup (khususnya karbohidrat) untuk
keseimbangan gizi.
Makanan harus terdiri dari makanan kecil yang mudah dicerna, makanan
yang baik disajikan pada jarak waktu dua atau tiga jam. Tidak perlu untuk
memakan makanan yang lengkap di setiap interval, tetapi pasien harus

7
menerima asupan kalori yang lebih banyak dari biasanya dalam periode 24 jam.
Karena itu, minuman khusus seperti tinggi di glukosa, dekstrosa, dan laktosa
harus diberikan sebagai tambahan makanan. Teh dan kopi, karena mengandung
kafein, tidak pernah diberikan kepada pasien.
Mengingat bahwa pasien memiliki selera yang baik, sangat sedikit stimulasi
nafsu makan yang dibutuhkan. Jadi perawat harus menghidangkan setiap
makanan dengan cara yang semenarik mungkin, entah itu makanan pokok atau
makanan tambahan. Pasien harus dikonsultasikan mengenai apa yang pasien
suka dan apa yang tidak disukai untuk metode mempersiapkan makanan
untuknya. Memaksa pasien untuk makan bisa merusak jam istirahatnya dan
menciptakan ketidakpuasan di lingkungan yang baru dan merusak tipe
pengobatan.
Menambahkan warna pada makanan pasien sangat penting. Pepatah yang
menyatakan bahwa "Variasi adalah bumbu dalam hidup” pasti tidak salah.
Makanan untuk pasien harus di rencanakan, jadi banyak jenis makanan yang
dapat diberikan ke pasien tanpa menimbulkan kecurigaan bahwa kita sedang
mencoba untuk memberikan diet.

Postural training.- Postural training dilakukan 2 hari sebelum pasien di operasi,


dan pasien juga disarankan untuk memulai postural training ini 2 jam setelah
makan. Pelatihan ini dilakukan sebagai berikut: menempatkan bantal lembut di
bawah bahu dengan posisi hiperekstensi leher dan berbaring telentang,
sehingga sepenuhnya mengekspos leher untuk toleransi maksimum dari pasien.
Pelatihan harus segera dihentikan ketika ketidaknyamanan terjadi, dan latihan
harus dilakukan secara bertahap sampai waktu operasi yang ditentukan telah
tiba.

Basal metabolic rate – pada waktu sebelum operasi dilakukan, tingkat


metabolisme basal harus dicatat. Perawat bisa mencatat ketika pasien sedang
beristirahat/tidur, hal-hal yang perlu dicatat adalah fungsi dari pernapasan,
sirkulasi dan sebagainya. Perawat juga harus mencatat jumlah penggunaan

8
oksigen dalam beberapa periode waktu yang telah ditentukan. Perawat harus
tahu apa saja persiapan yang pasien butuhkan dan perawat harus membaca
dengan benar pengobatan apa yang telah ditentukan oleh dokter.
Pasien harus tidur malam secepat mungkin karena pada pagi hari akan ada
pencatatan tingkat metabolisme basal. Sarapan, mandi, dan aktivitas lainnya
yang tidak diperlukan harus ditahan terlebih dahulu pada pagi itu untuk
menghindari apa saja stimulasi aktivitas tubuh selain dari kegiatan tersebut yang
secara otomatis membawa pada fungsi kehidupan yang sebenarnya. Normal
tingkat metabolisme basal yaitu dari -15 sampai + 15. Kegagalan perawat untuk
mengamati tingkat pencegahan akan menaikkan metabolisme basal pasien
menjadi 70 atau I00 yang akan memberikan dokter hasil yang tidak akurat dari
kondisi pasien yang sebenarnya.
Perawat harus menjelaskan prosedur kepada pasien bahwa itu hanya sebuah
tes pernafasan dan tidak akan menyebabkan pasien menjadi tidak nyaman,
dengan tidak menghindarkan fakta bahwa pasien harus bernapas melalui
mulutnya daripada hidungnya selama beberapa menit. Berkerja sama dengan
pasien dengan menjelaskan secara hati-hati tidak akan membuat pengulangan
dalam melakukan tes.

Manajemen saluran pernapasan.- Sebelum operasi, pasien dilarang merokok


untuk mengurangi sekresi pernapasan dan juga diajarkan untuk batuk dan
meludah. Pasien dengan trakea kompresi atau / dan bronkospasme diberi
pengobatan oral 10mg deksametason (sekali per hari) dan 0.1g amino phylline,
untuk mengurangi batuk dan sputum.

Persiapan untuk operation.- pasien di anjurkan untuk tidak terlalu heboh dan
cemas pada operasi nanti, dokter selalu memeriksa kondisi pasien dengan teliti
beberapa hari sebelum operasi dan ini diulangi setiap hari. Ketika hari operasi
tiba dan persiapan terakhir membuat pasien tidak tertarik lagi terhadapt
prosedur operasi.

9
Membersihan dan mencukur daerah operasi termasuk di persiapan operasi.
Leher harus dicuci dengan sabun dan air dan mencukur dari cuping pada
masing-masing telinga sampai ke bahu sehingga daerah operasi siap untuk
persiapan bedah. Saline atau air enema diberikan untuk membantu dalam
pengeluaran racun yang diserap dari saluran usus dan juga untuk
mempersiapkan untuk obat bius yang biasanya diberikan pada rectum pada hari
operasi. Dalam persiapan itu pasien menerima injeksi harian yaitu larutan garam
normal atau air steril, pada hari terakhir digantikan oleh obat bius sebelum
operasi.
Para pasien disuruh untuk berpuasa selama 12 jam dan puasa air selama 6-
8 jam sebelum operasi. Selain itu, 800ml darah sebelum operasi disiapkan untuk
pasien dengan tumor tiroid besar. antibiotik profilaksis yang nya tidak perlu
sarily diberikan sebelum operasi. Sebelum operasi, pasien dengan
hipertiroidisme sekunder menerima pengobatan oral larutan yodium Lugol.
Umumnya, denyut jantung dikendalikan di bawah 90 denyut / menit dan BMR
dikendalikan dibawah <20% -30%

F. Perawatan Post-operative
Pasien yang tidak menderita tracheostenosis dapat kembali ke bangsal
konvensional saat mereka terjaga setelah anestesi. Para pasien yang menderita
tracheostenosis tinggal di ICU selama 1-2 hari dengan tube endotrakeal yang
ditahan setelah operasi dan dipindahkan ke bangsal biasa untuk pengobatan
ketika mereka terjaga setelah anestesi umum dan bisa bernapas terus tanpa
bantuan mechanical ventilation.
Setelah pasien kembali ke bangsal, pasien diserahkan kepada dokter dan
perawat yang akan mengambil alih pengobatan dan perawatan dengan bekerja
sama pada ahli anestesi dan perawat kamar operasi untuk mengevaluasi tanda-
tanda vital, kesadaran anestesi, area sayatan, errhysis, keadaan drainase tube,
integritas kulit, dll.

10
Routine postoperative nursing.- Tracheostomy kit disiapkan di samping tempat
tidur pasien setelah operasi. Pasien dipasangkan EKG untuk melakukan
pemantauan dan dipasangkan oksigen beraliran rendah untuk mengamati
perubahan tanda-tanda vital. Selain itu, pertahankan posisi 70o atau setengah
berbaring dan kuantitas cairan drainase dari luka juga diamati setiap hari. Jika
terjadi drainase yang abnormal segera informasikan dokter. Selain itu, tabung
drainase harus dilepas jika volume drainase kurang dari 5 ml / 24 h (lihat
Gambar 2). Selama pelepasan tabung drainase, cegah tabung drainase didalam
tubuh rusak. Selain itu, pasien didorong untuk bergerak 24 jam setelah operasi.

Fig. 2: Postoperative negative-pressure wound drainage.

Diet nursing.- Makanan pasca operasi harus dingin dan tidak terlalu panas
untuk menghindari overheating yang dapat menyebabkan pembuluh darah leher
membesar dan meningkatkan perdarahan. Untuk pasien yang mampu
memasukan makanan secara oral, air hangat dapat disediakan pada 4 jam
setelah operasi, dan diet semi-cair dapat diberikan jika tidak ada
ketidaknyamanan pada pasien (secara bertahap dipindahkan ke normal diet).
Selama diet pasien, perawat dibutuhkan untuk mengamati apakah pasien
tersedak, aspirasi atau ada gejala lain yang terjadi pada pasien. Jika batuk
terjadi, pasien dapat dibimbing untuk minum sedikit air setiap kali. Sementara
itu, perawat juga harus memperhatikan apakah ada komplikasi yang terjadi.
Jika komplikasi ditemukan, dokter harus diberitahu. Dalam kelompok, 2 pasien
dengan tracheomalacia menjadi sasaran tracheotomy, dan asupan makanan oral
tidak bisa dilakukan pada 2 pasien ini setelah transnasal endotrakeal bation
intubasi. Dengan demikian, stomach tube pada pasien ini di angkat setelah
mereka menerima diet transnasal cair untuk 3-7 hari dan dilatih untuk asupan

11
makanan oral, selama tersedak tidak terjadi.

Trachea management.- Hal ini sangat penting untuk mencegah obstruksi


pernafasan dan infeksi. Para pasien ditempatkan pada posisi setengah-berbaring
setelah operasi dan diberikan oksigen terus menerus dengan aliran rendah dan
jika perlu memakai masker oksigen, dengan saturasi oksigen dipertahankan
sekitar 98- 100%. inhalasi aerosol diberikan setiap hari secara rutin untuk
membantu membersihkan sekresi di jalan napas. Bagi pasien dengan tabung
endotrakeal, berangsur-angsur intratrakeal dari 0,45% saline dan obat-obatan
diberikan untuk mengurangi pembentukan sputum dan infeksi paru-paru.
Dalam kelompok, satu pasien diintubasi dengan ekstubasi sendiri pada hari ke-
3 setelah operasi dengan perdarahan di mukosa rongga hidung, dan darah
ditemukan di dahak di hari ke-2 setelah ekstubasi tersebut. Sementara pasien
ini menunjukkan tidak dyspnea dan sesak napas atau gejala lain dari
ketidaknyamanan, dan akhirnya sembuh dan keluar dari rumah sakit pada hari
ke-7 setelah operasi. Sisa empat pasien diintubasi diberi ekstubasi 3-7 hari
setelah operasi. Dua pasien menerima tracheostomy, di antaranya hidung
buatan yang diganti sekali sehari, digunakan untuk menjatuhkan cairan lembab
ke dalam tabung endotrakeal, sehingga mencairkan dan membantu dalam
pembuangan dahak. Selain itu, 2 pasien ini akhirnya diberi ekstubasi 20 hari
setelah operasi (lihat Gambar 3). Satu pasien menunjukkan dyspnea pasca
operasi dan diberi tracheostomy dengan inner and outer tube trakea yang akan
diganti secara teratur.
Selanjutnya, pendidikan kesehatan yang baik dilakukan kepada pasien dan
keluarga untuk menginformasikan tindakan pencegahan untuk mencegah
tabung terselip/termasuk. Memasukkan tabung dilakukan enam bulan setelah
operasi, dan ekstubasi sudah berhasil dilakukan

12
Fig. 3: Postoperative tracheotomy (A) and Postoperative
intubation(B).

Position.-Begitu pasien memperoleh kesadaran, pasien akan ditempatkan pada


posisi fowler untuk memfasilitasi dalam bernafas dan menelan, untuk
meringankan ketegangan pada luka, dan untuk membantu dalam drainase.
Untuk membatasi gerak dan mempertahankan posisi fowler, sandbag kecil
ditempatkan pada kedua sisi kepala pasien. Menempatkannya tergantung, dari
puncak tempat tidur, yang tidak ada tekanan di bahu.
Perawat harus mengawasi pasien jika ada tanda-tanda tidak baik seperti
perdarahan, perubahan suara, obstruksi pernapasan, tetani dan tirotoksikosis.
Perawatan post-operative lainnya, yaitu:
1. Pasien harus ditempatkan dalam posisi Semi Fowler untuk mengurangi
edema
2. Batasi gerakan pasien dengan menyediakan sandbag di samping atau sisi
bantal
3. Mencegah kerenggangan pada jahitan
4. Monitor pasien untuk berikut:
a) Hypocalcemia - ini mungkin terjadi karena penggangkatan paratiroid
1) Periksa tanda Chvostek (tepuk wajah pasien dan catat jika ada
kejang pada wajah)
2) Tanda Trousseau (memompa tekanan darah sambil dilihat jika ada
kejang pada pergelangan tangan)
3) Berikan kalsium glukonat (biasanya selalu tersedia di samping
tempat tidur).

13
b) Distress pernapasan - hasil dari edema laring
1) Periksa laju pernapasan, pola, dan upaya bernafas
2) Perlu trakeostomi set, peralatan hisap di samping tempat tidur
c) Thyroid Storm - hiperaktif tiroid akut yang dibawa oleh pelepasan
hormon tiroid selama operasi
1) Amati untuk peningkatan suhu, delirium, takikardia ekstrim, dan
tanda-tanda gangguan pernapasan
2) Hipertermia adalah tanda awal adanya thyroid storm. Ketika
memeriksa tanda-tanda vital, suhu harus diukur pada dubur untuk
pasien pasca operasi
3) Thyroid storm dianggap sebagai kasus darurat karena dapat
menyebabkan gagal jantung dan menyebabkan kematian
4) Mengatur pasien dengan lugol’s solution, obat anti-tiroid seperti
methimazole atau propiltiurasil, dan obat-obatan jantung seperti
propranolol
5) Gunakan hipotermia kasur atau selimut, kompres es, atau
memberikan lingkungan yang dingin untuk suhu tinggi. Pasien
diperbolehkan minum obat seperti acetaminophen atau parasetamol,
tetapi mereka tidak diperbolehkan meminum obat salisilat seperti
aspirin karena bisa menggantikan hormon tiroid untuk mengikat
protein dan dapat memperburuk metabolisme hiper
d) Pasien harus dipantau untuk potensial perdarahan karena operasi. Selalu
periksa pakaian di area dekat operasi dan geser tangan di belakang
kepala karena ini adalah di mana darah biasanya terakumulasi
e) Periksa pasien untuk kemungkinan kerusakan laring. Ini bisa dipantau
melalui suara serak atau kehilangan suara. Suara serak menunjukkan
kerusakan unilateral sedangkan kehilangan suara menunjukkan
kerusakan bilateral

14
G. Pencatatan Pasca Operasi
Charting.-Sejak catatan klinis dan nurse’s record berfungsi sebagai indeks
untuk melihat kondisi pasien dan kemajuan pada pasien, perawat harus
menuliskannya dengan lengkap, akurat, gambar yang detail untuk diberikan
kepada dokter. Dalam catatan klinis harus menunjukkan, interval pada suhu,
denyut nadi, dan respirasi selama proses pemulihan dan di catatan itu juga ada
catatan gejala-gejala yang tidak baik atau komplikasi yang bisa terjadi. Catatan
yang lengkap dan akurat akan menunjukkan tahap biasa dan tidak biasa yang
mungkin pasien lakukan. Pentingnya dari gejala pada perdarahan, obstruksi
pernafasan, dan tirotoksikosis tidak bisa di tuliskan secara detail. Gambar pada
catatan klinis dapat mengungkapkan apa yang terjadi pada pasien. Seperti jika
terjadi perdarahan akan terjadi peningkatan nadi, jika obstruksi pernafasan akan
terjadi peningkatan pada pernapasan, atau jika ada racun didalam tubuh akan
terjadi kenaikan suhu dan nadi. Nurse’s rcord harus jelas dan dapat
mengambarkan secara ringkas apa yang terjaddi pada pasien dari hari ke hari.
Termasuk adanya catatan waktu, reaksi dari segala obat yang di berikan kepada
pasien, pengobatan, diet pasien dan catatan kemajuan di setiap harinya. Keluhan
atau perubahan pada kondisi pasien harus dicatat secara rinci oleh perawat pada
saat gejala itu terjadi

H. Rehabilitatif Pasca Operasi


Convalescence.- pasien harus memiliki periode waktu yang panjang dalam
pemulihan kesehatannya kita harus bisa memastikan kalau pasien berada dalam
kondisi untuk melanjutkan aktifitas hidup yang normal. Pasien harusnya
memiliki periode tertentu untuk istirahat dan ada terapi untuk penyesuaian pada
pencahayaan, ini akan mendatangkan hasil yang baik untuk pasien. Panjangnya
waktu yang dihabiskan pasien di rumah sakit setelah operasi tidak akan cukup
untuk memulihkan pasien sepenuhnya. Dalam hal ini, pasien dianjurkan untuk
melanjutkan pemulihan di rumahnya untuk satu bulan atau 6 minggu. Jika
pasien kembali ke rumahnya, dia tidak boleh melakukan segala tugas-tugas

15
rumah tangga atau bertanggung jawab pada masalah rumah tangga atau kembali
bekerja sampai mental fisiknya pulih sepenuhnya.

I. Kejadian umum setelah Tiroidektomi


1. Nyeri, bengkak, dan memar di sekitar area luka
2. Suara mungkin serak. Tapi, ini biasanya bersifat sementara dan nada suara
dapat kembali normal setelah beberapa hari
3. Selama beberapa hari pertama, makan dan minum akan mengalami
ketidaknyamanan dan rasa sakit
4. Pasien akan merasa sedikit lamban dan lelah setelah operasi.
5. Daerah yang dioperasi dapat dicuci setelah 7 sampai 10 hari
6. Pekerjaan ringan dapat dilakukan setelah jangka waktu 2 minggu.

J. Komplikasi Tiroidektomi
1. Perdarahan. Resiko ini minimum tetapi harus hati-hati dalam mengamankan
hemostasis. Perdarahan selalu mungkin terjadi setelah tiroidektomi. Bila ini
timbul biasanya ini adalah suatu kedaruratan bedah, yang perlu secepat
mungkin dilakukan dekompresi leher dan mengembalikan pasien ke kamar
operasi. perdarahan pascaoperasi dengan jumlah yang sedikit normal;
setelah 12 jam darah merah harus berhenti mengalir dan hanya serum yang
keluar. Hal ini tidak biasa, selama periode dalam 12 jam, dressing perlu
dilakukan dalam beberapa kali karena banyak noda darah dan cairan serum
pada pasien. Jika, dressing sudah terlalu sering dilakukan atau jika darah
selalu terlihat di sisi belakang dan leher, dokter harus diberitahu.
2. Masalah terbukanya vena besar dan menyebabkan embolisme udara.
Dengan tindakan anestesi mutakhir, ventilasi tekanan positif intermiten dan
teknik bedah yang cermat, bahaya ini harus minimum dan cukup jarang
terjadi
3. Trauma pada nervus laryngeus recurren. Ia menimbulkan paralisis sebagian
atau total (jika bilateral) laring. Pengetahuan anatomi bedah yang adekuat

16
dan kehati-hatian pada operasi seharusnya mencegah cedera pada saraf ini
atau pada nervus laryngeus superior`
Sebisa mungkin pasien hanya berbicara sedikit mungkin dalam
beberapa hari setelah operasi. Pensil dan kertas bisa menjadi pengganti
sebagai sarana komunikasi. Perawat harus mencatat jika ada suara serak
yang menunjukkan perubahan pada suara, penyimpangan tersebut mungkin
menunjukkan cedera di saraf laring, dan dokter harus diberitahu
4. Memaksa sekresi glandula dalam jumlah abnormal ke dalam sirkulasi
dengan tekanan. Hal ini dirujuk pada ‘throtoxic storm’, yang sekarang
jarang terlihat karena persiapan pasien yang adekuat menghambat glandula
tiroid overaktif pada pasien yang dioperasi karena tirotoksikosis
Salah satu komplikasi yang berbahaya pada tiroidektomi adalah
tirotoksikosis. Perawat harus mengenali dengan apa saja gejala-gejalanya:
keringat berlebihan, nadi cepat, kegelisahan, kenaikan suhu, dan delirium.
Pasien diberikan air es ntuk mengurangi Suhu dan membersihkan usus
kecil. Spons mandi dengan air hangat kuku atau air dingin dengan alkohol
juga diberikan untuk menurunkan suhu, menyegarkan kulit, dan
membersihkan keringat yang berlebihan. Terapi oksigen juga diperlukan.
Sebuah oksigen harus tersedia untuk dapat digunakan jika ada perintah dari
dokter. Intravenous kit harus ada ditangan perawat jadi dokter dapat
memberikan saline, glukosa, atau Larutan Lugol, atau obat intravena
lainnya. Perawat harus memperhatikan gejala keracunan yang dihasilkan
dari tindakan akumulatif dari obat penenang yang biasanya diberikan untuk
membuat pasien tenang.
Menyadari bahwa pasien harus diamati dengan hati-hati karena
ketidakstabilan emosi, perawat harus siap siaga terhadap tanda dan gejala
yang tidak menguntungkan, ini dapat di amati ketika perawat memberikan
asuhan keperawatan. Mandi dengan menggunakan spons tidak hanya
memberikan kenyamanan, tetapi juga bisa bermanfaat sama seperti obat
penenang dan memberikan perawat kesempatan untuk mengamati pasien.
Frekuensi mandi tergantung pada kebutuhan pasien itu sendri dan

17
kemampuan perawat untuk menentukan kapan pasien sudah merasa nyaman
dan menentukan kebutuhan istirahat pasien. Karena pasien tetap dalam satu
posisi pada suatu waktu yang lama, perhatian khusus harus diberikan untuk
titik-titik tekanan. Untuk melepaskan segala ketegangan pada luka ketika
tempat tidur dirubah, pasien di bantu untuk duduk Penggunaan bantal bisa
menjadikan pasien merasa tidak nyaman karena mendorong kepala pasien
ke depan dan membuat sulit bernafas
5. Sepsis yang meluas ke mediastinum. Perhatian bagi hemostasis adekuat saat
operasi dilakukan dalam kamar operasi berventilasi tepat dengan peralatan
yang baik dan ligasi yang dapat menghindari terjadinya infeksi
6. Tetany.-Perawat harus waspada dan teliti untuk mendeteksi adanya gejala
dari tetani, seperti kekakuan dan kejang yang menyakitkan pada ekstremitas
7. Hipotiroidisme pasca bedah. Perkembangan hipotiroidisme setelah reseksi
bedah tiroid jarang terlihat saat ini. Ini dilakukan denngan pemeriksaan
klinik dan biokimia yang tepat pasca bedah
8. Obstruksi pernafasan - ini jarang terjadi jika diakibat oleh gagalnya trakea.
Sebagian besar kasus komplikasi ini dibawa oleh edema laring. Dyspnea
dan sianosis adalah gejala yang paling penting dari obstruksi pernafasan.
Tracheostomy kit harus tersedia di samping tempat tidur pasien agar dapat
meringankan gejala jika tracheotomy terjadi. Tissue harus selalu tersedia
sehingga pasien bisa langsung meludah setiap kali ada lendir
9. Kelumpuhan yang berulang pada saraf laring - komplikasi ini dapat terjadi
secara sepihak atau bilateral, sementara atau permanen.
10. Thyroid Insufficiency - terjadi dalam 2 tahun setelah waktu operasi, tapi
kadang-kadang dapat terjadi pada 5 tahun atau lebih.
11. Parathyroid insufficiency - komplikasi ini bisa disebabkan karena
pengangkatan kelenjar paratiroid atau infark melalui kerusakan pada end-
artery paratiroid. Hal ini juga bisa terjadi karena kedua faktor itu
12. Tirotoksik Krisis - ini adalah hipertiroidisme eksaserbasi akut. Hal ini
terjadi ketika pasien thyrotoxic tidak cukup siap untuk tiroidektomi. Pasien
krisis thyrotoxic biasanya dirawat dengan perawatan suportif dan

18
simtomatik seperti cairan IV, pemberian oksigen, ice packs untuk
mendinginkan pasien, diuretik untuk gagal jantung, dan digoxin untuk
fibrilasi atrium yang tidak terkontrol
13. Infeksi luka - ada kemungkinan pada subcutaneous (lapisan kulit terdalam)
atau abses serviks mendalam, dan ini harus dikeringkan.
14. Hipertrofi atau Keloid Scar - ini mungkin terjadi pada pasien, terutama jika
sayatan diatas sternum.
15. Stitch Granuloma - komplikasi ini dapat terjadi dengan atau tanpa
pembentukan sinus dan terlihat setelah penggunaan bahan jahitan non-serap

19
Bab III
Konsep Asuhan Keperawatan Pre dan Post Tiroidektomi

1. Pre Tiroidektomi
a. Pengkajian
1) Aktivitas/latihan
Insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi,
kelelahan berat, atrofi otot, frekuensi pernafasan meningkat, takipnea,
dispnea
2) Eliminasi
Urine dalam jumlah banyak, diare
3) Koping/pertahanan diri
Mengalami ansietas dan stres yang berat, baik emosional maupun fisik,
emosi labil, depresi
4) Nutrisi dan metabolic
Mual dan muntah, suhu meningkat diatas 37,5oC. Pembesaran tiroid,
edema non-pitting terutama di daerah pretibial, diare atau sembelit
5) Kognitif dan sensori
Bicaranya cepat dan parau, bingung, gelisah, koma, tremor pada tangan,
hiperaktif reflek tendon dalam (RTD), nyeri orbital, fotofobia, palpitasi,
nyeri dada (angina)
6) Reproduksi/seksual
Penurunan libido, hipomenorea, menorea dan impoten

b. Diagnosa, Intervensi dan Evaluasi Keperawatan


1) Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi mekanis ditandai
dengan pembesaran tiroid
Tujuan dan kriteria hasil:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan
pasien akan menoleransi ingesti makanan tanpa tersendak atau aspirasi
dengan kriteria hasil:

20
- Pencegahan aspirasi: tindakan pribadi untuk mencegah pengeluaran
cairan dan partikel padat ke dalam paru
- Status menelan: penyaluran cairan/partikel padat dari mulut ke
lambung
Intervensi:
- Pantau tingkat kesadaran, refleks batuk, refleks muntah dan
kemampuan menelan
Rasional: data dibutuhkan untuk mengukur derajat gangguan
menelan
- Posisikan pasien tegak lurus 90o atau setegak mungkin
Rasional: posisi ini dapat menghindari resiko aspirasi
- Ajarkan pasien untuk menggapai partikel makanan di bibir atau di
pipi menggunakan lidah
Rasional: cara ini lebih memudahkan klien dalam menelan makanan
- Konsultasikan dengan ahli gizi tentang makanan yang mudah ditelan
Rasional: tindakan kolaborasi dibutuhkan untuk memberikan
perawatan yang maksimal kepada klien
Evaluasi:
Kemampuan menelan yang adekuat dan tingkat zat gizi yang tersedia
mampu memenuhi kebutuhan metabolik klien

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidakmampuan klien untuk menelan makanan
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5×24 jam diharapkan
pemenuhan kebutuhan pasien tercukupi dengan kriteria hasil :
NOC Label >> Nutritionl status
- Intake nutrisi tercukupi
- Asupan makanan dan cairan tercukupi
NOC Label >> Nausea dan vomiting severity
- Penurunan intensitas terjadinya mual muntah

21
- Penurunan frekuensi terjadinya mual muntah
NOC Label >> Weight : Body mass
- Pasien mengalami peningkatan berat badan
Intervensi:
NIC Label >> Nutrition management
- Kaji status nutrisi pasien
Rasional : Pengkajian penting dilakukan untuk mengetahui status
nutrisi pasien sehingga dapat menentukan intervensi yang diberikan
- Jaga kebersihan mulut, anjurkan untuk selalu melalukan oral
hygiene
Rasional: Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan
- Delegatif pemberian nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan pasien :
diet pasien diabetes mellitus
Rasional: Untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
- Berian informasi yang tepat terhadap pasien tentang kebutuhan
nutrisi yang tepat dan sesuai
Rasional: Informasi yang diberikan dapat memotivasi pasien untuk
meningkatkan intake nutrisi
- Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan tinggi zat besi
seperti sayuran hijau
Rasional: Zat besi dapat membantu tubuh sebagai zat penambah
darah sehingga mencegah terjadinya anemia atau kekurangan darah
NIC Label >> Nausea management
- Kaji frekuensi mual, durasi, tingkat keparahan, faktor frekuensi,
presipitasi yang menyebabkan mual
Rasional: Penting untuk mengetahui karakteristik mual dan faktor-
faktor yang menyebabkan mual. Apabila karakteristik mual dan
faktor penyebab mual diketahui maka dapat menetukan intervensi
yang diberikan
- Anjurkan pasien makan sedikit demi sedikit tapi sering

22
Rasional: Makan sedikit demi sedikit dapat meningkatkn intake
nutrisi
- Anjurkan pasien untuk makan selagi hangat
Rasional: Makanan dalam kondisi hangat dapat menurunkan rasa
mual sehingga intake nutrisi dapat ditingkatkan
- Delegatif pemberian terapi antiemetik :
 Ondansentron 2×4 (k/p)
 Sucralfat 3×1 CI
Rasional: Antiemetik dapat digunakan sebagai terapi farmakologis
dalam manajemen mual dengan menghamabat sekres asam lambung
NIC Label >> Weight management
- Diskusikan dengan keluarga dan pasien pentingnya intake nutrisi
dan hal-hal yang menyebabkan penurunan berat badan
Rasional: Membantu memilih alternatif pemenuhan nutrisi yang
adekuat
- Timbang berat badan pasien jika memungkinan dengan teratur
Rasional: Dengan menimbang berat badan dapat memantau
peningkatan dan penrunan status gizi
Evaluasi:
Terpenuhinya tingkat nutrisi klien sehingga mampu memenuhi
kebutuhan metabolisme

3) Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan


ditandai dengan insomnia, depresi, gelisah, frekuensi pernafasan
meningkat
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan
klien tidak mengalami kecemasan, dengan kriteria hasil:
NOC: Anxiety level
- Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas

23
- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas
- Vital sign dalam batas normal
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan
Intervensi :
Anxiety Reduction
- Mendengarkan penyebab kecemasan klien dengan penuh perhatian
Rasional: klien dapat mengungkapkan penyebab kecemasannya
sehingga perawat dapat menentukan tingkat kecemasan klien dan
menentukan intervensi untuk klien selanjutnya
- Observasi tanda verbal dan non verbal dari kecemasan klien
Rasional: untuk dapat mengetahui tingkat kecemasan yang klien
alami
- Kaji untuk faktor budaya (misalnya, konflik nilai) yang menjadi
penyebav ansietas
Rasional: nilai yang dipercaya pasien dapat turut serta
mempengaruhi tingkat ansietasnya
Calming Technique
- Menganjurkan keluarga untuk tetap mendampingi klien
Rasional: dukungan keluarga dapat memperkuat mekanisme koping
klien sehingga tingkat ansietasnya berkurang
- Mengurangi/menghilangkan rangsangan yang menyebabkan
kecemasan pada klien
Rasional: untuk dapat meningkatkan ketenangan pada klien dan
mengurangi tingkat kecemasannya
Coping Enhancement
- Meningkatkan pengetahuan klien mengenai penyakitnya
Rasional: dapat membangun mekanisme koping klien terhadap
kecemasan yang dialaminya
- Menginstruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi

24
Rasional: teknik relaksasi yang diberikan pada klien dapat
mengurangi ansietas
Evaluasi:
Klien mampu mengurangi stressor yang membebani sumber-sumber
individu

25
2. Post Tiroidektomi
a. Pengkajian
Pengkajian pada pasien bedah saat kembali ke unit terdiri atas:
1) Respirasi: kepatenan jalan nafas, kedalaman, frekuensi, bunyi nafas
2) Sirkulasi :
a) Tanda-tanda vital: Tekanan Darah, suhu, nadi
b) Kondisi kulit: dingin, basah
c) Sianosis
3) Neurologi: tingkat respons, neurosensori, fungsi bicara, kualitas dan
tonasi
4) Drainase
a) Mengantisipasi pendarahan: perhatikan cairan drainase yang keluar
khususnya 24 jam pertama pasca operasi
b) Inspeksi balutan luka
5) Kenyamanan
a) Tipe nyeri dan lokasi
b) Mual dan muntah
c) Perubahan posisi yang dibutuhkan
6) Keselamatan: kebutuhan akan pagar tempat tidur, peralatan diperiksa
untuk fungsi yang baik

b. Diagnosa, Intervensi, dan Evaluasi Keperawatan


1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan spasme jalan
nafas ditandai dengan perubahan frekuensi nafas dan perubahan irama
nafas
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 5 x 24 jam, diharapkan
bersihan jalan nafas klien kembali efektif dengan kriteria hasil:
NOC Label >> Respiratory status: airway patency
- Frekuensi pernafasan dalam batas normal (16 – 20x/menit)
- Irama pernapasan normal

26
- Kedalaman pernapasan normal
- Klien mampu mengeluarkan sputum secara efektif
- Tidak ada akumulasi sputum
Intervensi:
NIC Label >> Respiratory monitoring
- Pantau rate, irama, kedalaman dan usaha respirasi
Rasional: Mengetahui tingkat gangguan yang terjadi dan membantu
dalam menetukan intervensi yang akan diberikan.
- Perhatikan gerakan dada, amati simetris, penggunaan otot aksesori,
retraksi otot supraclavicular dan interkostal
Rasional: menunjukkan keparahan dari gangguan respirasi yang
terjadi dan menetukan intervensi yang akan diberikan
- Monitor suara napas tambahan
Rasional: suara napas tambahan dapat menjadi indikator gangguan
kepatenan jalan napas yang tentunya akan berpengaruh terhadap
kecukupan pertukaran udara.
- Monitor pola napas : bradypnea, tachypnea, hyperventilasi, napas
kussmaul, napas cheyne-stokes, apnea, napas biot’s dan pola ataxic
Rasional: mengetahui permasalahan jalan napas yang dialami dan
keefektifan pola napas klien untuk memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh.
NIC Label >> Airway Management
- Auskultasi bunyi nafas tambahan; ronchi, wheezing
Rasional: Adanya bunyi ronchi menandakan terdapat penumpukan
sekret atau sekret berlebih di jalan nafas.
- Berikan posisi yang nyaman untuk mengurangi dispnea
Rasional: posisi memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan
upaya pernapasan. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis
dan meningkatkan gerakan sekret ke jalan nafas besar untuk
dikeluarkan.

27
- Bersihkan sekret dari mulut dan trakea; lakukan penghisapan sesuai
keperluan
Rasional: Mencegah obstruksi atau aspirasi. Penghisapan dapat
diperlukan bia klien tak mampu mengeluarkan sekret sendiri.
- Anjurkan asupan cairan adekuat
Rasional: Mengoptimalkan keseimbangan cairan dan membantu
mengencerkan sekret sehingga mudah dikeluarkan
- Ajarkan batuk efektif
Rasional: Fisioterapi dada/ back massage dapat membantu
menjatuhkan secret yang ada dijalan nafas
- Kolaborasi pemberian oksigen
Rasional: Meringankan kerja paru untuk memenuhi kebutuhan
oksigen serta memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh
- Kolaborasi pemberian broncodilator sesuai indikasi
Rasional: Broncodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan
trakeobronkial sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara
NIC Label >> Airway suctioning
- Putuskan kapan dibutuhkan oral dan/atau trakea suction
Rasional: waktu tindakan suction yang tepat membantu melapangan
jalan nafas pasien
- Auskultasi sura nafas sebelum dan sesudah suction
Rasional: Mengetahui adanya suara nafas tambahan dan kefektifan
jalan nafas untuk memenuhi O2 pasien
- Informasikan kepada keluarga mengenai tindakan suction
Rasional: memberikan pemahaman kepada keluarga mengenai
indikasi kenapa dilakukan tindakan suction
- Gunakan universal precaution, sarung tangan, goggle, masker sesuai
kebutuhan
Rasional: untuk melindungai tenaga kesehatan dan pasien dari
penyebaran infeksi dan memberikan pasien safety

28
- Gunakan aliran rendah untuk menghilangkan sekret (80-100 mmHg
pada dewasa)
Rasional: aliran tinggi bisa mencederai jalan nafas
- Monitor status oksigen pasien (SaO2 dan SvO2) dan status
hemodinamik (MAP dan irama jantung) sebelum, saat, dan setelah
suction
Rasional: Mengetahui adanya perubahan nilai SaO2 dan satus
hemodinamik, jika terjadi perburukan suction bisa dihentikan
Evaluasi:
Kepatenan jalan nafas dan ventilasi klien tidak terganggu

2) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (edema pasca operasi)


ditandai dengan indikasi nyeri yang dapat diamati; melaporkan nyeri
secara verbal
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah diberikan asuhan keperawatan asuhan keperawatan selama …x
2 jam, nyeri yang dirasakan klien berkurang dengan kriteria hasil :
NOC label : Pain Control
- Klien melaporkan nyeri berkurang
- Klien dapat mengenal lamanya (onset) nyeri
- Klien dapat menggambarkan faktor penyebab
- Klien dapat menggunakan teknik non farmakologis
- Klien menggunakan analgesic sesuai instruksi
Pain Level
- Klien melaporkan nyeri berkurang
- Klien tidak tampak mengeluh dan menangis
- Ekspresi wajah klien tidak menunjukkan nyeri
- Klien tidak gelisah

29
Intervensi:
NIC Label : Pain Management
- Kaji secara komprehensip terhadap nyeri termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor
presipitasi
Rasional: Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien
- Observasi reaksi ketidaknyaman secara nonverbal
Rasional: Untuk mengetahui tingkat ketidaknyamanan dirasakan
oleh pasien
- Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengungkapkan
pengalaman nyeri dan penerimaan klien terhadap respon nyeri
Rasional: Untuk mengetahui tingkat ketidaknyamanan dirasakan
oleh pasien
- Tentukan pengaruh pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup(
napsu makan, tidur, aktivitas,mood, hubungan sosial)
Raasional: Untuk mengetahui apakah nyeri yang dirasakan klien
berpengaruh terhadap yang lainnya
- Tentukan faktor yang dapat memperburuk nyeri
Rasional: Untuk mengurangi factor yang dapat memperburuk nyeri
yang dirasakan klien
- Lakukan evaluasi dengan klien dan tim kesehatan lain tentang
ukuran pengontrolan nyeri yang telah dilakukan
Rasional: untuk mengetahui apakah terjadi pengurangan rasa nyeri
atau nyeri yang dirasakan klien bertambah.
- Berikan informasi tentang nyeri termasuk penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan hilang, antisipasi terhadap ketidaknyamanan dari
prosedur
Rasional: Pemberian “health education” dapat mengurangi tingkat
kecemasan dan membantu klien dalam membentuk mekanisme
koping terhadap rasa nyeri

30
- Control lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
ketidaknyamanan klien( suhu ruangan, cahaya dan suara)
Rasional: Untuk mengurangi tingkat ketidaknyamanan yang
dirasakan klien
- Hilangkan faktor presipitasi yang dapat meningkatkan pengalaman
nyeri klien( ketakutan, kurang pengetahuan)
Rasional: Agar nyeri yang dirasakan klien tidak bertambah
- Ajarkan cara penggunaan terapi non farmakologi (distraksi, guide
imagery, relaksasi)
Rasional: Agar klien mampu menggunakan teknik nonfarmakologi
dalam memanagement nyeri yang dirasakan
- Kolaborasi pemberian analgesik
Rasional: Pemberian analgetik dapat mengurangi rasa nyeri pasien
Evaluasi:
Nyeri pada pasien dapat berkurang

3) Infeksi ditandai dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat:


kerusakan integritas kulit (adanya tindakan tiroidektomi)
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 2 jam diharapkan
pasien dapat terhindar dari risiko infeksi, dengan kriteria hasil :
NOC label : Tissue Integrity: Skin and Mucous membranes
- Integritas kulit klien normal
- Temperatur kulit klien normal
- Tidak adanya lesi pada kulit
NOC label: Wound healing: primary and secondary jaringan:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya cidera berulang
- Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka

31
Intervensi:
NIC label : Wound Care
- Monitor karakteristik, warna, ukuran, cairan dan bau luka
Rasional: Untuk mengetahui keadaan luka dan perkembangannya
- Bersihkan luka dengan normal salin
Rasional: Normal salin merupakan cairan isotonis yang sesuai
dengan cairan di tubuh
- Rawat luka dengan konsep steril
Rasional: Agar tidak terjadi infeksi dan terpapar oleh kuman atau
bakteri
- Ajarkan klien dan keluarga untuk melakukan perawatan luka
Rasional: Memandirikan pasien dan keluarga
- Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga mengenai tanda dan
gejala dari infeksi
Rasional: Agar keluarga pasien mengetahui tanda dan gejala dari
infeksi
- Kolaborasi pemberian antibiotik
Rasional: Pemberian antibiotic untuk mencegah timbulnya infeksi
NIC label : Infection Control
- Bersihkan lingkungan setelah dipakai klien lain
Rasional: Meminimalkan risiko infeksi
- Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung
Rasional: meminimalkan patogen yang ada di sekeliling pasien
- Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan
Rasional: mengurangi mikroba bakteri yang dapat menyebabkan
infeksi
- Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
- Gunakan universal precaution dan gunakan sarung tangan selma
kontak dengan kulit yang tidak utuh

32
- Observasi dan laporkan tanda dan gejal infeksi seperti kemerahan,
panas, nyeri, tumor
- Kaji temperatur tiap 4 jam
- Catat dan laporkan hasil laboratorium, WBC
- Kaji warna kulit, turgor dan tekstur, cuci kulit dengan hati-hati
- Ajarkan keluarga bagaimana mencegah infeksi
Evaluasi:
Tidak terjadi infeksi ataupun tanda-tanda infeksi

4) Hambatan komunikasi verbal


Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan
pasien dapat berkomunikasi verbal seperti biasanya, dengan kriteria
hasil :
- Pengolahan informasi: klien mampu untuk memperolah, mengatur,
dan menggunakan informasi
- Mampu mengontrol respon ketakutan dan kecemasan terhadap
ketidakmampuan berbicara
- Mampu memanajemen kemampuan fisik yang di miliki
- Mampu mengkomunikasikan kebutuhan dengan lingkungan sosial
Intervensi:
- Menilai kemampuan berbicara secara berkala; menganjurkan untuk
beristirahat dalam mengeluarkan suara
Rasional: Suara serak dan sakit tenggorokan dapat terjadi karena
edema jaringan atau kerusakan bedah saraf laring berulang dan dapat
berlangsung beberapa hari. Kerusakan saraf permanen bisa terjadi,
(jarang) yang menyebabkan kelumpuhan pita suara dan / atau
kompresi trakea.
- Menjaga komunikasi yang sederhana; tanyakan pertanyaan yang
bisa dijawab dengan jawaban ya/tidak.

33
Rasional: Mengurangi permintaan untuk respon; agar pasien bisa
beristirahat dalam mengeluarkan suara.
- Memberikan metode alternatif komunikasi yang sesuai, misalnya,
papan tulis, papan surat / gambar.
Rasional: Memfasilitasi pasien untuk mengekspresikan
kebutuhannya
- Mengantisipasi kebutuhan sesegera mungkin. Sering mengunjungi
pasien.
Rasional: Mengurangi kecemasan dan kebutuhan pasien untuk
berkomunikasi.
- Ada peringatan/pemberitahuan di ruang perawat jika ada pasien
dengan keterbatasan suara dan menjawab panggilan bell segera
mungkin.
Rasional: Mencegah pasien untuk mengeluarkan suara
- Menjaga lingkungan yang tenang
Rasional: Meningkatkan kemampuan perawat untuk mendengar
komunikasi yang berbisik dari pasien dan mengurangi kebutuhan
pasien untuk menaikkan suara
Evaluasi:
Pasien dapat membangun metode komunikasi dimana kebutuhan dapat
dipahami oleh orang disekitarnya

5) Defisiensi Pengetahuan (Kurang pengetahuan)


Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah di berikan asuhan keperawatan selama 1×1 jam diharapkan
terjadi peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga dengan kriteria
hasil :
- mengungkapkan pemahamannya tentang kebutuhan terapi
- Berpartisipasi dalam pengobatan
- melakukan perubahan gaya hidup yang diperlukan
Intervensi:

34
Independen
- Tinjau prosedur pembedahan dan harapan masa depan
Rasional: Memberikan pengetahuan dasar agar pasien dapat
membuat keputusan
- Diskusikan kebutuhan yang seimbang, diet bergizi dan garam
beryodium yang sesuai.
Rasional: Untuk penyembuhan dan membantu pasien mendapatkan
kembali / mempertahankan berat badan yang tepat. Penggunaan
garam beryodium seringkali cukup untuk memenuhi kebutuhan
yodium kecuali garam dibatasi untuk masalah kesehatan lainnya
- Menganjurkan untuk menghindari makanan yang mengadung
goitrogenik, misalnya, konsumsi berlebihan makanan laut, kedelai,
lobak.
Rasional: Kontraindikasi setelah tiroidektomi parsial karena
makanan ini menghambat aktivitas tiroid
- Mengidentifikasi makanan tinggi kalsium (misalnya, produk susu)
dan vitamin D (misalnya, produk susu yang diperkaya, kuning telur,
hati).
Rasional: Memaksimalkan pasokan dan penyerapan kalsium jika
fungsi paratiroid terganggu
- Mendorong program latihan umum secara progresif
Rasional: Pada pasien dengan tiroidektomi subtotal, olahraga dapat
merangsang kelenjar tiroid dan merangsang produksi pada hormon
tiroid, memfasilitasi pemulihan secara umum
- Latihan pasca operasi harus dimulai setelah jahitan sembuh,
misalnya, fleksi, ekstensi, rotasi, dan gerakan lateral kepala dan
leher
Rasional: Latihan ROM biasa memperkuat otot-otot leher,
meningkatkan sirkulasi dan penyembuhan proses luka
- Tinjau pentingnya istirahat dan relaksasi, menghindari situasi stres
dan luapan emosi

35
Rasional: Efek hipertiroidisme biasanya mereda sepenuhnya, namun
butuh beberapa waktu bagi tubuh untuk pulih
- Instruksikan dalam perawatan jahitan, misalnya, pembersihan,
mengganti kasa
Rasional: Memungkinkan pasien untuk memberikan perawatan diri
yang kompeten.
- Merekomendasikan penggunaan syal longgar untuk menutupi bekas
luka, menghindari penggunaan perhiasan
Rasional: Menutupi sayatan tanpa memperparah penyembuhan atau
pengendapan infeksi dari garis jahitan
- Oleskan cold cream setelah jahitan dilepas
Rasional: Melembutkan jaringan dan dapat membantu
meminimalkan jaringan parut
- Mendiskusikan kemungkinan perubahan suara
Rasional: Perubahan fungsi pita suara dapat menyebabkan
perubahan pitch dan kualitas suara, yang mungkin bersifat
sementara atau permanen
- Tinjau terapi obat secara terus-menerus walaupun pasien sudah
merasa lebih baik
Rasional: Penggantian hormon tiroid diperlukan setelah operasi
pengangkatan kelenjar, pasien perlu memahami dasar pemikiran
untuk terapi penggantian dan konsekuensi jika tidak rutin minum
obat
- Mengidentifikasi tanda-tanda / gejala yang memerlukan evaluasi
medis, misalnya, demam, menggigil, luka drainase yang
berkelanjutan, eritema, luka yang terbuka, penurunan berat badan
mendadak, hipertemia, mual / muntah, diare, insomnia, berat badan
meningkat, kelelahan, hipotermia, sembelit, keadaan mengantuk.
Rasional: Dapat mengidentifikasi keadaan seperti infeksi,
hipertiroidisme, atau hipotiroidisme sehingga dapat mencegah
perkembangan situasi yang mengancam jiwa. Catatan: Sebanyak

36
43% dari pasien dengan tiroidektomi subtotal akan mengalami
hipotiroidisme
- Perlunya tindak lanjut medis jika ada stres pada pasien
Rasional: Memberikan kesempatan untuk mengevaluasi efektivitas
terapi dan pencegahan komplikasi
Evaluasi:
- mengungkapkan pemahamannya tentang kebutuhan terapi
- Berpartisipasi dalam pengobatan
- melakukan perubahan gaya hidup yang diperlukan

6) Risiko cedera
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan
cedera tidak terjadi, dengan kriteria hasil :
- Pasien tidak mengalami kejang
- Menunjukkan perilaku penurunan risiko cedera
Intervensi:
Independen
- Pantau tanda-tanda vital; catat jika, suhu meningkat, takikardia
(140-200 denyut/menit), disritmia, gangguan pernapasan, dan
sianosis
Rasional: Jika ada kesalahan selama pebedahan tiroidektomi
subtotal dapat mengakibatkan peningkatan pelepasan hormon,
menyebabkan thyroid storm
- Evaluasi refleks secara berkala. Amati iritabilitas neuromuskuler,
misalnya, berkedut, mati rasa, parestesia, tanda-tanda Chvostek dan
Trousseau, aktivitas kejang.
Rasional: Hipokalsemia dengan tetani (biasanya sementara) dapat
terjadi 1-7 hari pasca operasi dan menunjukkan hipoparatiroidisme,
yang dapat terjadi sebagai akibat dari trauma yang tidak disengaja
karena pengangkatan total pada kelenjar paratiroid selama operasi.

37
- Selalu pasang pagar pada bed pasien, tempat tidur dalam posisi
rendah, dan selalu sediakan oksigen di samping tempat tidur.
Hindari penggunaan restrains.
Rasional: Mengurangi potensi cedera jika terjadi kejang
Kolaborasi
- Memonitor kadar kalsium serum.
Rasional: Pasien dengan kadar kalsium kurang dari 7,5 mg / 100 mL
umumnya memerlukan terapi pengganti.
- Memberi obat sesuai indikasi:
 Kalsium (glukonat, laktat)
Rasional: Memperbaiki jika ada kekurangan, yang biasanya
bersifat sementara tapi mungkin permanen. Catatan: Gunakan
dengan hati-hati pada pasien yang memakai digitalis karena
kalsium meningkatan sensitivitas jantung terhadap digitalis,
potensial risiko toksisitas.
 Phosphate-binding agents
Bermanfaat dalam menurunkan kadar fosfor yang tinggi terkait
dengan hipokalsemia
 Sedatives
Meningkatkan istirahat, mengurangi rangsangan eksogen
 Antikolvusan
Dapat mengontrol aktivitas kejang sampai terapi korektif
berhasil
Evaluasi:
Menunjukkan komplikasi pada cedera dapat diminimalkan / dikontrol

38
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Poin yang paling penting pada asuhan keperawatan untuk pasien
dengan operasi tiroid adalah:
1. Persiapan Mental pasien sebelum operasi.
2. Diet tinggi karbohidrat dan kalori
3. Perawatan fisik yang mencakup istirahat dan persiapan aktual pasien
untuk operasi
4. Mengobservasi dan mencatat semua gejala-gejala yang dapat
berkembang sebelum dan sesudah operasi
5. Persiapan untuk pemulihan setelah operasi

39
DAFTAR PUSTAKA

Kandil E, Noureldine SI, Abbas A, Tufano RP. The impact of surgical volume on
patient outcomes following thyroid surgery. Surgery 2013; 154: 1346-1352;
discus- sion 1352-1343.
Miller J. Diabetes and thyroid disease: nursing care to improve outcomes for
patients living in poverty. Nurs Clin North Am 2007; 42: 113-125, viii.
Upile T, Jerjes W, Mahil J, Tailor H, Balakumar R, Rao A, Qureshi Y, Bowman I,
Mukhopadhyay S. How to do it: the difficult thyroid. Head Neck Oncol 2011;
3: 54.
Harding J, Sebag F, Sierra M, Palazzo FF, Henry JF.Thyroid surgery:
postoperative hematoma--prevention and treatment. Langenbecks Arch
Surg 2006; 391: 169-173.
Meek P, Carding PN, Howard DH, Lennard TW. Voice change following thyroid
and parathyroid surgery. J Voice 2008; 22: 765-772.
Walsh SR, Kumar B, Coveney EC. Serum calcium slope predicts hypocalcaemia
following thyroid surgery. Int J Surg 2007; 5: 41-44.
Reyes-Castano JJ, Burman K. Thyrotoxic Crisis: Thyroid Storm. In: Loriaux L, eds.
Endocrine Emergencies. Springer 2014: 77-97.
Balita, C. (2008). Ultimate learning guide to nursing review. Manila, Philippines:
Tri-Mega Printing.
Pudner, R. (2010). Nursing the surgical patient. Philadelphia, PA: Elsevier Health
Sciences.
Venkatesh, G. V. (2007). Medical surgical nursing. New Delhi, India: Jaypee
Brothers Medical Publishers.
Eliason, E. L. ; Ferguson, L. Kreaeer; and Lewis, Elizabeth Keller. Surgical
Nursing. Fifth edition revised. Lippincott, 1936
Felter, Robert K. And West, Frances. Surgical Nursing. Davis, 1937
Mason, Robert L. Preoperative and Postoperative Treatment. Saunders, 1937
Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Endokrin. Jakarta: EGC

40
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC
Perkumpulan Endokrinologin Indonesia Cabang Jakarta. 2008. Penatalaksanaan
Penyakit-Penyakit Tiroid bagi Dokter. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI
Doengus Marlyn, E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC
Carpenito Lynda Juail. 2001. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta: EGC
Nursarif, Amin Huda dkk. 2013. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Yogyakarta: MediAction
http://www.nursesnanda.com/2012/09/nursing-care-plan-for-thyroidectomy.html
(diakses pada tanggal 9 September 2016 pada jam 13.01)
http://rnspeak.com/nursing-care-plan/thyroidectomy-nursing-care-plan-2/ (diakses
pada tanggal 9 September 2016 pada jam 12.37)
http://nandanursing.com/acute-pain-related-to-postoperative-thyroidectomy.html
(diakses pada tanggal 9 September 2016 pada jam 11.49)

41

Anda mungkin juga menyukai