Antara Agustus 2015 sampai Desember 2017, para penyelidik dari TRAFFIC dan
IUCN Otter Specialist Group menghabiskan hanya satu jam dalam seminggu
untuk memantau penjualan online berang-berang di Indonesia, Malaysia, Filipina,
dan Thailand. Saat itu, mereka menemukan setidaknya 560 iklan yang dijajakan
para pedagang satwa liar, yang menjual sekitar 734 dan 1.189 ekor berang-
berang. Mayoritas berang-berang yang ditawarkan – lebih dari 700 – akan dijual
di Indonesia, sementara lebih dari 200 berada di Thailand. Filipina adalah satu-
satunya negara di mana penyelidik tidak menemukan berang-berang yang
diiklankan untuk dijual secara online.
“Fakta bahwa begitu banyak berang-berang dapat dengan mudah diperoleh dan
ditawarkan untuk dijual hanya dengan mengklik tombol dan tidak ada peraturan
yang mengekang, merupakan masalah serius,” Kanitha Krishnasamy, Direktur
Regional TRAFFIC Asia Tenggara, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Sepasang berang-berang cakar kecil tampak berpelukan. Foto: IUCN-OSG
Berang-berang cakar kecil sangat rentan untuk dijadikan hewan peliharaan yang
dijual secara online, karena setidaknya 700 individu jenis ini penjualannya
selama survei dilakukan lebih tinggi dibandingkan spesies lainnya. Berang-
berang bercakar kecil berstatus ‘Vulnerable’ atau Rentan dalam Daftar Merah
IUCN karena ancaman seperti kehilangan habitat dan perburuan. IUCN
melaporkan bahwa populasi berang-berang di Asia Tenggara menurun lebih dari
30 persen selama tiga dekade terakhir, dan terus menurun sampai hari ini.
Nicole Duplaix, ketua dari IUCN-SSC Otter Specialist Group, berharap laporan itu
akan berfungsi sebagai peringatan bagi pihak berwenang untuk mengendalikan
perdagangan berang-berang muda.