Pelayanan Gizi Rumah Sakit
Pelayanan Gizi Rumah Sakit
==================================
A. Pengertian pelayanan gizi di rumah sakit.
Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan
berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat
berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat
berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi klien/pasien semakin buruk karena
tidak diperhatikan keadaan gizinya. Pengaruh tersebut bias berjalan timbale balik, seperti lingkaran
setan. Hal tersebut diakibatkan karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi tubuh untuk perbaikan
organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih terganggu lagi dengan adanya penyakit dan
kekurangan gizi.
Terapi gizi yang menjadi salah satu factor penunjang utama penyembuhan tentuya harus diperhatikan
agar pemberian tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme.
Terapi gizi harus selalu disesuaikan seiring dengan perubahan fungsi organ selama penyembuhan.
Dengan kata lain, pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan
keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Upaya
peningkatan satatus gizi dan kesehatan masyarakat baik dalam maupun diluar rumah sakit, merupakan
tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga yang bergerak di bidang gizi.
------------------------------------------
c. Tujuan
Tujuan umum :
Tujuan umum pelayanan gizi rumah sakit adalah terciptanya sistim pelayanan gizi rumah
sakit dengan memperhatikan berbagai aspek gizi dan penyakit, serta merupakan bagian dari pelayanan
kesehatan secara menyeluruh untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan gizi rumah
sakit.
Tujuan Khusus :
Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah adanya peningkatan pelayanan gizi yang
mencangkup :
• Penegakkan diagnosa gangguan gizi dan metabolisme zat gizi berdasarkan anamnesis, antropometri,
gejala klinis, dan biokima tubuh (laboratorium).
• Penyelenggaraan pengkajian dietetic dan pola makan berdasarkan anamnesis diet dan pola makan.
• Penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien.
• Penentuan bentuk pembelian makanan, pemilihan bahan makanan, jumlah pemberian serta cara
pengolahan bahan makanan
• Penyelenggaraan evaluasi terhadap preskripsi diet yang diberikan sesuai perubahan keadaan klinis,
status gizi dan status laboratorium.
• Penterjemahan preskripsi diet, penyediaan dan pengolahan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan
pasien.
• Penyelenggaraan penelitian aplikasi di bidang gizi dan dietetic.
• Penciptaan standar diet khusus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat
membantu penyembuhan penyakit.
• Penyelenggaraan penyuluhan dan konseling tentang pentingnya diet pada klien/pasien dan
keluarganya.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tenaga pelayanan zat gizi yang mempunyai
kompetensi dan kemampuan sebagai berikut :
• Menegakkan diagnosa gangguan gizi dan metabolisme zat gizi berdasarkan hasil pemeriksaan yang
dilakukan.
• Menentukan kebutuhan zat gizi, bentuk makanan, jumlah serta pemberian makanan yang sesuai
dengan keadaan klinis dan metabolisme.
• Melakukan pengkajian diet dan pola makan dengan cara anamnesa diet (system recall dan record).
• Mengubah dan menterjemahkan perskripsi diet, dari mulai perencanaan menu sampai menyajikan
makanan sesuai dengan keadaan pasien.
• Menyelenggarakan administrasi pelayanan gizi.
• Melakukan penelitian dan pengembangan gizi sesuai perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi
(IPTEK).
• Memberikan pelayanan dan penyuluhan gizi dan konseling gizi pada pasien dan keluarganya.
------------------------------------------
C. Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit
Kegiatan PGRS dapat dilaksanakan berdasarkan mekanisme berikut ini :
GAMBAR
MEKANISME PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT
Penjelasan :
GAMBAR 1 tentang Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit
Klien/pasien rumah sakit dibedakan dalam 2 kategori, yaitu :
1. Pasien Rawat Inap
Pada tahap penapisan dan pengkajian berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, antropometri,
laboratorium dan pemeriksaan lainnya, dokter akan menetapkan apakah pasien memerlukan terapi
diet atau tidak.
Pada tahap intervensi/Implementasi :
a. Bila tidak memerlukan terapi diet :
• Pasien dipesankan makanan biasa ke tempat pengiolahan makanan.
• Dari tempat pengolahan makanan didistribusikan ke ruang perawatan. Diruang perawatan makanan
disajikan ke pasien.
• Selam dirawat, pasien yang berminat mendapatkan penyuluhan mengenai gizi umum tentang
makanan seimbang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan lingkunganya.
• Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium, dan lain-lain. Pengamatan
juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan asupan makananya. Hasil penilaian tersebut membuka
kemungkinan bahwa ia memerlukan penyesuaian diet atau tidak.
• Bila tidak, tetap memperoleh makanan biasa sampai diperbolehkan pulang.
• Bila memerlukan terapi diet, prosesnya sama dengan bila ia dari semula memerlukan terapi diet.
b. Bila memerlukan terapi diet :
• Bagi pasien yang direncanakan dengan makanan khusus/diet yang sesuai dengan fisik, psikis,
penyakit, kebiasaan makana dan nafsu makan.
• Selama dirawat pasien memperoleh penyuluhan atau konseling gizi agar diperoleh persesuaian
paham tentang dietnya, dan pasien dapat menerima serta menjalankan diet.
• Makanan khusus dipesan ke tempat pengolahan makanan (dapur). Dari tempat pengolahan makanan
diet didistribusikan ke ruang perawatan. Di ruang perawatan makanan khusus disajikan ke pasien.
• Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium dan lain-lain. Pengamatan
juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan asupan makanannya. Hasil penilaian tersebut
membuka kemungkinan apakah ia memerlukan penyesuaian diet atau tidak.
• bila pasien ternyata tidak memerlukan penyesuaian diet, maka saat akan pulang pasien memperoleh
penyuluhan / konseling gizi tentang penerapan diet pasien.
• Bila memerlukan tindak lanjut, pasien diminta mengikuti proses pelayanan gizi rawat jalan.
• Bila tidak, kegiatan pelayanan gizi berakhir, dan pasien dapat dirujuk ke puskesmas atau institusi
kesehatan lain untuk pembinaan selanjutnya.