Anda di halaman 1dari 4

MA’HAD ALY IDRISIYYAH

DIALOG KEBANGSAAN

Masalah :

1. Ketidak berpihaknya pemerintah terhadap rakyat

Rakyat kecewa terhadap negara

Maraknya kerusuhan, bentrokan, dan konflik sosial disebabkan ketidakpuasan


rakyat terhadap negara. Rakyat merasakan ketidakadilan sosial. Akibatnya, ada rasa
frustrasi yang terbentuk di kalangan masyarakat kelas bawah.

Sosiolog dari Universitas Pasundan (Unpas) Bandung Didi Turmudzi


mengatakan, rasa frustrasi sosial itu berubah menjadi amarah dan nafsu untuk saling
menyakiti. "Mereka turun ke jalan dengan penuh emosi. Mereka saling membunuh satu
sama lain, ini karena ketidakhadiran negara," ujarnya kepada SINDO saat dihubungi di
Jakarta, Selasa 19 Juni 2012.

Menurutnya, negara membiarkan masyarakat terbelenggu rasa ketidakpuasan


dan ketidakadilan. Rakyat mengalami tekanan hidup luar biasa. Mereka tidak bisa lagi
mengandalkan negara. Kondisi ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang bermain dan
memiliki kepentingan. Hal itu berujung pada berbagai kerusuhan dan tindak kekerasan
yang hampir masif dilakukan. Sosiolog dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)
Purwokerto Arizal Mutakhir menilai sumber pemicu konflik horizontal adalah
ketidakadilan ekonomi dan politik.

Hal itu diperparah dengan tidak berpihaknya pemerintah terhadap rakyat. "Akibat
ketidakjelasan ini, rakyat juga tidak tahu harus ke mana mereka mempertanyakan
nasibnya. Rakyat jadi berbuat sendiri-sendiri," ucap Arizal.

Masyarakat Indonesia sangat rentan terhadap konflik horizontal. Pada Minggu 17


Juni 2012 dan Senin 18 Juni 2012, empat bentrokan yang melibatkan masyarakat,
mahasiswa, dan aparat terjadi di empat tempat berbeda di Tanah Air.

Dua orang menjadi korban dalam bentrokan tersebut. Bentrokan yang


menimbulkan korban jiwa terjadi di Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri) dan Rejang
Lebong, Bengkulu. Dua bentrokan lain terjadi di Makassar, Sulawesi Selatan, yang
melibatkan dua kelompok mahasiswa Fakultas Seni dan Teknik Universitas Negeri
Makassar (UNM) serta bentrokan antarwarga di Mimika, Papua.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Saud Usman Nasution mengatakan,
polisi sudah memeriksa 32 orang terkait kerusuhan di Batam. "Saat ini dalam
pemeriksaan di Polres Balerang. Mudah-mudahan nanti bisa ditentukan berapa yang
bisa ditahan dan berapa yang akan dipulangkan," papar Saud.

Saud menjelaskan, kerusuhan ini dipicu persoalan keperdataan antara dua


perusahaan, PT HE dan PT LE. Kedua perusahaan itu memperebutkan lahan seluas 3,7
hektare.

Lagi, Bentrok Terjadi


Sementara itu, konflik perebutan lahan antara warga lima RT, Kelurahan
Sukodadi, Sukarame, Palembang dengan aparat TNI AU, 19 Juni 2012 kemarin
berujung bentrok. Akhirnya perwakilan warga bertemu dengan TNI AU. Berdasarkan
pertemuan kedua belah pihak, lahan sengketa dinyatakan status quo sampai batas
waktu yang belum ditentukan.

Komandan Lanud Palembang Letkol Pnb Adam Suharto menjelaskan, pihaknya


hanya mencabut tanaman untuk menata kembali lahan milik TNI AU yang selama ini
dipakai warga. "Dulu tidak ada kebun di situ. Namun karena banyak yang tidak punya
lahan makanya kita izinkan warga menanam di situ, Oktober kemarin, asalkan ada izin.
Tapi sampai hari ini (19 Juni 2012) warga hanya menanam begitu saja, tidak ada izin.
Sudah kita peringatkan tidak diindahkan, malah mereka bilang cabut saja, makanya kita
cabut," jelas Adam.

Dewan Pimpinan Nasional Relawan Perjuangan Demokrasi (DPN Repdem)


mencatat, konflik agraria setiap tahun terus meningkat tajam. "Sejak Januari 2012
hingga Juni 2012, kami mencatat sedikitnya ada 101 konflik agraria dengan luas areal
yang diperebutkan 377.159 hektare," kata Ketua DPN Repdem Bidang Penggalangan
Tani Sidik Suhada. ​(lil)

2. Menurunnya kesopanan murid terhadap guru

Pembudayaan merupakan suatu proses pembiasaan. Pembudayaan sopan


santun dapat dimaksudkan sebagai upaya pembiasaan sikap sopan santun agar
menjadi bagian dari pola hidup seseorang yang dapat dicerminkan melalui sikap dan
perilaku keseharian. Menurut Ujiningsih dan Antoro (2010:4-6), pembudayaan sopan
santun dapat dilakukan di rumah dan di sekolah.

Pembudayaan sopan santun di rumah dapat dilakukan melalui peran orang tua
dalam mendidik anaknya. Orang tua dapat melakukan hala-hal sebagai berikut:

1. Orang tua memberikan contoh-contoh penerapan perilaku sopan santun


di depan anak. Contoh merupakan alat pendidikan yang sekaligus dapat
memberikan pengetahuan pada anak tentang makna dan implementasi
dari sikap sopan santun itu sendiri.
2. Menanamkan sikap sopan santun melalui pembiasaan. Anak dibiasakan
bersikap sopan dalam kehidupan sehari hari baik dalam bergaul dalam
satu keluarga maupun dengan lingkungan.
3. Menanamkan sikap sopan santun sejak anak masih kecil, anak yang
sejak kecil dibiasakan bersikap sopan akan berkembang menjadi anak
yang berperilaku sopan santun dalam bergaul dengan siapa saja dan
selalu dpat menempatkan dirinya dalam suasana apapun. Sehingga sikap
ini dapat diajadikan bekal awal dalam membina karakter anak.

Pembudayaan sikap sopan santun di sekolah dapat dilakukan melalui program


yang dibuat oleh sekolah untuk mendesain skenario pembiasaan sikap sopan santun.
Sekolah dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Peran sekolah dalam membiasakan sikap sopan santun dapat dilakukan


dengan memberikan contoh sikap sopan dan santun yang ditunjukkan
oleh guru. Siswa sebagai pembelajar dapat menggunakan guru sebagai
model. Dengan contoh atau model dari guru ini siswa dengan mudah
dapat meniru sehingga guru dapat dengan mudah menananmkan sikap
sopan santun.
2. Guru dapat selalu mengitegrasikan perilaku sopan santun ini dalam
setiap mata pelajaran, sehingga tanggungjawab perkembangan anak
didik tidak hanya menjadi beban guru agama dan guru BP saja.
3. Guru agama dan guru BP dapat melakukan pembiasaan yang dikaitkan
dalam penilain secara afektif. Penilaian pencapain kompetensi dalam 2
matapelajaran ini hendaknya difokuskan pada pencapain kompetensi
afektif. Kompetensi kognitif hanya sebagai pendukung mengusaan secara
afektif.

3. Pendidikan masa kini

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2019 lewat sistem zonasi sekolah
menuai protes dan penolakan oleh masyarakat di sejumlah daerah. Penolakan dan protes
paling nyaring merebak di beberapa daerah di Jawa Timur dan Jawa Barat.

Sistem zonasi dalam PPDB sudah diterapkan sejak 2017. Tahun ini sistem zonasi
dipayungi oleh Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 51
Tahun 2019.

Dalam Permendikbud 51/2019 diatur bahwa penerimaan murid baru dilakukan lewat
tiga jalur, yakni zonasi (jarak rumah dengan sekolah) dengan kuota minimal 90 persen,
prestasi dengan kuota maksimal 5 persen dan jalur perpindahan orang tua dengan kuota
maksimal 5 persen.
persoalan lain dalam sistem zonasi, yaitu upaya menghapus stigma sekolah favorit.
khawatir tujuan menghapus stigma sekolah favorit lewat zonasi menurunkan kualitas
pendidikan karena kompetisi antar sekolah negeri akan berkurang dengan signifikan.

Upaya menghapus stigma sekolah favorit juga masih terkendala oleh masih cukup
kuatnya stigma itu pada level perguruan tinggi. Masih ada sejumlah PTN yang
mempertimbangkan prestasi sekolah asal sebelum menjaring siswa calon peserta SNMPTN. Itu
membuat para orang tua masih berkukuh agar anak-anaknya dapat bersekolah di sekolah
favorit.

Sosialisasi yang minim dan penerapan sistem yang tidak jelas membuat
masyarakat kesulitan mendaftarkan anak dalam sistem zonasi. Ada orang tua yang
anaknya ditolak meski jarak rumah sudah berdekatan dengan sekolah. Ada juga orang tua
yang masih keliru, mendaftarkan anak tanpa pertimbangan jarak.

Anda mungkin juga menyukai