Laporan
oleh
Indah Duma Sari (2106102010024)
Fizhella Rentia (2106102010046)
Siska Dwi Meidar (2106102010094)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pada mata
kuliah “PROFESI PENDIDIKAN”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada
Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan
sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Laporan ini merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Profesi Pendidikan di Program
Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Syiah Kuala. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Wiwit Artika, S.Si., M.Ed.
selaku dosen pengampu mata kuliah Profesi Pendidikan, Ibu NR guru SD Negeri Limpok,
selaku narasumber dalam pembuatan laporan, dan kepada segenap pihak yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan laporan ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Cuplikan Kasus
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kekerasan?
2. Apa saja yang termasuk ke dalam tindak kekerasan?
3. Kompetensi guru apa saja yang terkait dengan tindak kekerasan yang sering
terjadi dalam dunia pendidikan?
4. Bagaimana cara mengatasi kekerasan yang terjadi dalam dunia pendidikan?
BAB II
METODELOGI
Metodologi adalah ilmu yang berkaitan dengan studi dan pengembangan metode atau
prosedur yang digunakan dalam penelitian, analisis, atau pemecahan masalah. Dalam
konteks yang lebih umum, metodologi merujuk pada kerangka konseptual atau rencana
sistematis yang digunakan dalam suatu penelitian atau pendekatan tertentu untuk mencapai
tujuan tertentu. Metodologi dapat digunakan dalam berbagai bidang, termasuk ilmu
pengetahuan, ilmu sosial, teknik, dan banyak disiplin lainnya. Ini membantu peneliti atau
praktisi untuk merancang eksperimen, survei, analisis data, atau tindakan tertentu dengan
cara yang terstruktur dan logis. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa data yang
diperoleh adalah valid, dapat diandalkan, dan dapat diterapkan dengan benar.
Adapun Cara atau Teknik pemecahan kasus Kekerasan yang dialami oleh
seorang siswa pesantren Modern Darussalam Gontor 1 Pusat Ponorogo yang
bernama Albar Mahdi (15) oleh Kakak Kelasnya.
Dalam Pemecahan kasus ini, Kami menggunakan studi literatur dari bahan
bacaan jurnal dan artikel serta buku. Tujuannya yaitu agar mendapatkan informasi
yang dibutuhkan dalam memecahkan kasus tersebut sebagai penguat dalam mencari
sumber permasalahan.
2.3 Media/Alat
Media yang digunakan pada saat wawancara yaitu handphone yang bertujuan
untuk merekam pembicaraan dari salah seorang guru Ketika menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh pewanwancara.
Kekerasan dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai perihal (yang bersifat,
berciri) keras, perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau
matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Kekerasan
adalah pemakaian kekuatan yang tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan
emosi yang hebat atau kemarahan yang tidak terkendali, tiba-tiba, bertenaga, kasar dan
menghina.
Dapat kita simpulkan bahwa kekerasan merupakan suatu tindakan yang sengaja
dilakukan oleh individu atau suatu kelompok dengan tujuan melakukan kekerasan kepada
orang lain agar orang lain merasa jera atau tidak berani melawan. Kekerasan terjadi
dikarenakan adanya sumber permasalahan yang tidak selesai atau berujung kepada tindakan
penyimpangan. Kekerasan di lingkungan pendidikan terjadi bukan karena konflik semata,
tetapi dapat juga terjadi disebabkan penguasaan dan kekuasaan yang dipergunakan untuk
melemahkan dan mengalahkan pihak lain.
2) Kekerasan Struktural
Kekerasan structural bisa dibilang sebagai kekerasan yang sangat kompleks
karena bukan hanya berkaitan dengan individu saja, tetapi juga sering terjadi
dengan suatu kelompok. Kekerasan struktural adalah jenis kekerasan yang dapat
terjadi dan pelakunya bisa kelompok atau seseorang dengan cara memakai sistem
hukum, sistem ekonomi, atau norma-norma yang terjadi pada lingkungan
masyarakat. Maka dari itu, kekerasan struktural ini seringkali menyebabkan
terjadinya ketimpangan sosial, baik itu pada pendidikan, pendapatan, keahlian,
pengambil keputusan, dan sumber daya. Dari hal-hal itu bisa memberikan
pengaruh terhadap jiwa dan fisik seseorang. Kekerasan struktural ada yang bisa
diselesaikan dengan cara bermusyawarah atau melalui jalur hukum.
3) Kekerasan Psikologis
Kekerasan psikologis adalah kekerasan yang mana dilakukan untuk melukai
mental atau jiwa seseorang, sehingga bisa menyebabkan seseorang menderita
gangguan jiwa. Kekerasan psikologis ini lebih dikenal oleh masyarakat banyak
dengan nama kekerasan psikis. Bentuk dari kekerasan psikologis biasanya, seperti
ucapan yang menyakitkan hati, melakukan penghinaan terhadap seseorang atau
kelompok, melakukan ancaman, dan sebagainya.
Kekerasan psikologis ini bukan hanya bisa menimbulkan ketakutan saja, tetapi
bisa juga menyebabkan seseorang mendapatkan trauma secara psikis. Jika korban
kekerasan psikis sudah cukup parah, maka ia perlu dibawa ke psikiater atau
psikolog. Selain itu, orang-orang disekitarnya harus tetap mendukungnya agar
mendapatkan keadilan.
2. Berdasarkan pelakunya
Kekerasan bukan hanya dapat dilihat dari bentuk kekerasan saja, tetapi dapat dilihat
juga berdasarkan pelakunya. Adapun kekerasan berdasarkan pelakunya dibagi
menjadi dua, yaitu kekerasan individual dan kekerasan kolektif.
1) Kekerasan Individual
2) Kekerasan Kolektif
Kekerasan kolektif adalah kekerasan yang di mana dilakukan oleh sebuah
kelompok atau massa. Biasanya kekerasan ini terjadi karena adanya perselisihan
antar kelompok, sehingga memicu terjadinya tawuran, bentrokan, dan lain-lain.
Kekerasan kolektif ini bisa merugikan infrastruktur yang ada disekitarnya. Lebih
parahnya, kekerasan ini bisa menimbulkan korban jiwa.
3.3 Kompetensi Guru yang Terkait dengan Permasalahan dalam Dunia Pendidikan
Sebelum mengajar di ruang kelas, seorang pendidik dibekali empat kompetensi yang
dipelajari selama masa pendidikan. Kompetensi itu adalah kompetensi pedagogi, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dengan menguasai seluruh
kompetensi itu, seorang guru diharapkan mampu menjalankan profesinya sebagai pendidik.
1) Kompentensi Pedagogik
Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan
kompetensi pedagogik adalah "kemampuan mengelola pembelajaran peserta didikl
Kompetensi ini sebagai kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat
dilihat dari kemampuan seorang guru dalam merencanakan program belajar mengajar,
kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan
kemampuan melakukan penilaian.
2) Kompetensi Profesional
3) Kompetensi Sosial
4) Kompetensi Kepribadian
Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik
kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber
daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang pendidik akan
memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya. Dengan
demikian, pendidik akan tampil sebagai sosok yang patut 'digugu" (ditaati
nasihat/ucapan/perintahnya) dan ditiru (dicontoh sikap dan perilakunya). Kepribadian
pendidik merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik. Dalam
kaitan ini, Zakiah Darajat dalam Syah (2000) menegaskan bahwa kepribadian itulah
yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak
didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak
didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang
sedang mengalami kegoncangan iiwa (tingkat menengah).
BAB IV
3. Pengawasan
Meningkatkan pengawasan di lingkungan sekolah, terutama di area yang
rawan terhadap kekerasan. Menerapkan strategi pengawasan yang efektif
untuk mengidentifikasi dan mengatasi perilaku kekerasan.
4. Pengikutsertaan Orangtua
Melibatkan orang tua dalam upaya pencegahan, termasuk melalui
pertemuan, seminar, dan komunikasi rutin. Memberikan sumber daya dan
dukungan kepada orang tua yang mungkin mengalami masalah dalam
keluarga mereka yang mempengaruhi perilaku anak-anak.
5. Kampanye Anti-Bullying
Mengadakan kampanye anti-bullying di sekolah yang menggerakkan seluruh
komunitas sekolah untuk berpartisipasi dalam pencegahan kekerasan.
6. Pelibatan Siswa
Mendorong partisipasi aktif siswa dalam program-program pencegahan dan
memberi mereka perasaan memiliki dan tanggung jawab terhadap lingkungan
sekolah.
Pencegahan kekerasan antar siswa adalah usaha yang terus-menerus
dan memerlukan komitmen dari seluruh komunitas sekolah dan keluarga.
Dengan upaya bersama, kita dapat menciptakan lingkungan sekolah yang lebih
aman dan mendukung bagi semua siswa.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Script wawancara