Anda di halaman 1dari 4

Abstrak

Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang


secara tradisional berkembang dalam masyarakat Sunda di Pulau
Jawa bagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan
dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan
pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam
susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar
maupun kecil. Dictionary of the Sunda Language karya Jonathan
Rigg, yang diterbitkan pada tahun 1862 di Batavia, menuliskan
bahwa angklung adalah alat musik yang terbuat dari pipa-pipa
bambu yang dipotong ujung-ujungnya menyerupai pipa-pipa dalam
suatu organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai, digetarkan
untuk menghasilkan bunyi
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena
atas bantuannya penulis dapat mengerjakan makalah dengan tepat
waktu.
Dalam hal ini penulis mempersembahkan makalah yang
berjudul “ MELESTARIKAN ALAT MUSIK ANGKLUNG” yang
menurut penulis dapat berguna untuk kita ketahui, dalam penyusunan
makalah ini penulis mendapat bahan dari berbagai sumber.
Melalui ini penulis meminta maaf bila ada kesalahan kata
atau kalimat yang terdapat dalam makalah ini dan juga penulis
memohon kritik dan saran dari pembaca yang dapat membangun
makalah ini agar menjadi lebih baik lagi
Daftar Isi
Abstrak
Daftar pustaka
Kata pengantar
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Pembahasan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat
dari bambu khusus, yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar
tahun 1938. Ketika awal penggunaannya angklung masih sebatas
kepentingan kesenian lokal atau tradisional. Namun karena bunyi-
bunyian yang ditimbulkannya sangat merdu dan juga memiliki
kandungan lokal dan internasional seperti bunyi yang bertangga nada
duremi fa so la si du dan daminatilada, maka angklung pun cepat
berkembang, tidak saja dipertunjukan lokal tapi juga dipertunjukan
regional, nasional dan internasional. Bahkan konon khabarnya
pertunjukan angklung pernah digelar dihadapan Para pemimpin Negara
pada Konferensi Asia Afika di Gedung Merdeka Bandung tahun 1955.
Jumlah pemain angklung bisa dimainkan oleh sampai 50 orang, bahkan
sampai 100 orang dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya
seperti; piano, organ, gitar, drum, dan lain-lain. Selain sebagai alat
kesenian, angklung juga bisa digunakan sebagai suvenir atau buah
tangan setelah dihiasi berbagai asesoris lainnya.
Sepeninggal Daeng Sutigna kreasi kesenian angklung diteruskan oleh
Mang Ujo dan Erwin Anwar. Bahkan Mang Ujo telah membuat pusat
pembuatan dan pengembangan kreasi kesenian angklung yang disebut
‘Saung angklung Mang Ujo” yang berlokasi di Padasuka Cicaheum
Bandung. Salah satu program yang ia lakukan khususnya untuk
mempertahankan kesenian angklung adalah memperkenalkan
angklung kepada para siswa sekolah, mulai TK, sampai dengan tingkat
SLTA dan bahkan telah menjadi salah satu kurikulum pada pada mata
pelajaran lokal

Anda mungkin juga menyukai