KEMENTERIAN
KEHUTANAN
KEHUTANAN
DIREKTORAT
DIREKTORAT
JENDERAL
JENDERAL
PLANOLOGI
PLANOLOGI
KEHUTANAN
KEHUTANAN
DIREKTORAT
DIREKTORAT
WILAYAH
WILAYAH
PENGELOLAAN
PENGELOLAAN
DANDAN
PENYIAPAN
PENYIAPAN
AREAL
AREAL
PEMANFAATAN
PEMANFAATAN
KAWASAN
KAWASAN
HUTAN
HUTAN
Petunjuk
PetunjukTeknis
Teknis
TATA
TATA
HUTAN
HUTANDAN
DANPENYUSUNAN
PENYUSUNAN
RENCANA
RENCANAPENGELOLAAN
PENGELOLAAN
HUTAN
HUTAN
pada
pada
Kesatuan
Kesatuan
Pengelolaan
Pengelolaan
Hutan
Hutan
Lindung
Lindung
(KPHL)
(KPHL)
dandan
Kesatuan
Kesatuan
Pengelolaan
Pengelolaan
Hutan
Hutan
Produksi
Produksi
(KPHP)
(KPHP)
Jakarta,
Jakarta,
Agustus
Agustus
2012
2012
Penanggung jawab:
Direktur Jenderal Planologi Kehutanan
Diterbitkan oleh:
Direktorat Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan
Bekerjasama dengan:
Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH
FORCLIME Forests and Climate Change Programme
Disusun oleh:
Direktorat Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan
Editor:
Ali Djajono dan Armunanto
CETAKAN PERTAMA
Dicetak oleh:
Didistribusi oleh:
Petunjuk Teknis
Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) iii
dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)
DAFTAR ISI
Petunjuk Teknis
Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) v
dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)
BAB 3 PERSIAPAN ..................................................................................................................................................43
A. SEBELUM KE LAPANGAN ................................................................................................................43
B. PERENCANAAN ...................................................................................................................................44
C. MENUJU LOKASI PLOT AWAL RENDOM ..................................................................................44
BAB 4 PELAPORAN .................................................................................................................................................47
A. FORMAT LAPORAN ...........................................................................................................................47
B. URAIAN FORMAT LAPORAN..........................................................................................................47
4. Petunjuk Teknis Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam/Sekitar
Kawasan Hutan/Kesatuan Pengelolaan Hutan (Penyempurnaan)................................... 51
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................................................53
vi DAFTAR ISI
Peraturan
Direktur Jenderal Planologi Kehutanan
Nomor: P.5/VII-WP3H/2012, tanggal 14 Mei 2012,
tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan
Hutan Produksi (KPHP)
1
KEMENTERIAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN
JAKARTA
Menimbang: a. bahwa sesuai dengan pasal 3 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut-
II/2012 tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria Pengelolaan Hutan
pada KPHL dan KPHP, Organisasi KPHL dan KPHP mempunyai tugas antara
lain menyelenggarakan tata hutan penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan;
Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor : P.5/VII-WP3H/2012, tanggal 14 Mei 2012
tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) 3
dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4814);
MEMUTUSKAN
4
Pasal 1
Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP adalah
sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan ini.
Pasal 2
Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP menjadi
acuan unit kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
(KPHP) dalam menyelenggarakan kegiatan Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
di wilayah kerjanya.
Pasal 3
Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 14 Mei 2012
DIREKTUR JENDERAL
PLANOLOGI KEHUTANAN
ttd.
BAMBANG SOEPIJANTO
Salinan Keputusan ini disampaikan kepada yth:
1. Pejabat Eselon I Lingkup Kementerian Kehutanan.
2. Gubernur/Kepala Daerah Provinsi di seluruh Indonesia.
3. Bupati/Walikota/Kepala Daerah Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.
4. Kepala Dinas yang membidangi urusan Kehutanan Provinsi di seluruh Indonesia.
5. Kepala Dinas yang membidangi urusan Kehutanan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.
6. Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah I – XVII.
7. Kepala KPHL/KPHP di seluruh Indonesia.
8. Arsip.
Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor : P.5/VII-WP3H/2012, tanggal 14 Mei 2012
tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) 5
dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)
Lampiran Peraturan
Direktur Jenderal Planologi Kehutanan
Nomor: P.5/VII-WP3H/2012, tanggal 14 Mei 2012
Petunjuk Teknis
Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)
dan Kesatuan Penngelolaan Hutan Produksi (KPHP)
7
BAB 1
PENDAHULUAN
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor: P.5/VII-WP3H/2012, tanggal 14 Mei 2012
tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) 9
dan Kesatuan Penngelolaan Hutan Produksi (KPHP)
6. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang 15. Blok Pengelolaan pada wilayah KPHL dan
adalah Rencana pengelolaan hutan pada KPHP adalah bagian dari wilayah KPHL dan
tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh) KPHP yang dibuat relatif permanen untuk
tahun atau selama jangka benah pembangunan meningkatkan efektivitas dan efisiensi
KPHL dan KPHP. pengelolaan.
7. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek
16. Petak adalah bagian dari Blok dengan luasan
adalah Rencana Pengelolaan Hutan berjangka
tertentu dan menjadi unit usaha pemanfaatan
waktu satu tahun pada tingkat kegiatan
terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan
operasional berbasis petak dan/atau blok.
dan silvikultur yang sama.
8. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk
memanfaatkan kawasan hutan, memanfaatkan 17. Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas
jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan dan bertanggung jawab di bidang kehutanan.
kayu dan bukan kayu serta memungut hasil
hutan kayu dan bukan kayu secara optimal D. MAKSUD DAN TUJUAN
dan adil untuk kesejahteraan masyarakat
1. Maksud Petunjuk Teknis Tata Hutan dan
dengan tetap menjaga kelestariannya.
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
9. Penggunaan kawasan hutan merupakan ini untuk menjadi acuan dalam proses
penggunaan untuk kepentingan pembangunan
pelaksanaan tata hutan dan penyusunan
diluar kehutanan tanpa mengubah status dan
Rencana Pengelolaan Hutan pada KPHL dan
fungsi pokok kawasan hutan.
KPHP.
10. Kesatuan Pengelolaan Hutan selanjutnya
2. Tujuannya adalah:
disebut KPH adalah wilayah pengelolaan
hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya a. Mewujudkan hasil tata hutan dalam
yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. bentuk rancang bangun wilayah KPHL dan
11. Kesatuan pengelolaan Hutan Konservasi KPHP untuk mendukung efektivitas dan
selanjutnya disebut KPHK adalah KPH yang efisiensi pengelolaan hutan.
luas wilayahnya seluruhnya atau sebagian b. Mewujudkan rencana pengelolaan hutan
besar terdiri dari kawasan hutan konservasi yang menjadi acuan KPHL dan KPHP dalam
12. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung pencapaian fungsi ekonomi, lingkungan,
selanjutnya disebut KPHL adalah KPH yang dan sosial secara optimal
luas wilayahnya seluruhnya atau sebagian
besar terdiri dari kawasan hutan lindung E. RUANG LINGKUP
13. Kesatuan pengelolaan Hutan produksi
Ruang lingkup dari Petunjuk Teknis tata hutan
selanjutnya disebut KPHP adalah KPH yang
dan penyusunan rencana pengelolaan hutan ini,
luas wilayahnya seluruhnya atau sebagian
besar terdiri dari kawasan hutan produksi. adalah sebagai berikut:
1. Petunjuk Teknis ini mengatur penyelenggaraan
14. Resort Pengelolaan Hutan adalah kawasan
hutan dalam wilayah KPHL dan KPHP yang tata hutan dan penyusunan rencana
merupakan bagian dari wilayah KPHL dan pengelolaan hutan pada KPHL dan KPHP,
KPHP yang dipimpin oleh Kepala Resort KPHL sedangkan pengaturan pada KPHK diatur
dan KPHP dan bertanggung jawab Kepada dalam peraturan perundang-undangan
Kepala KPHL dan KPHP. tersendiri.
10 PENDAHULUAN
2. Untuk kegiatan tata hutan, yang diatur dalam
Petunjuk Teknis ini antara lain: pengantar
umum tata hutan, pembagian kegiatan
inventarisasi, pengorganisasian kegiatan
inventarisasi, pelaksanaan inventariasi, data
dan informasi yang harus diperoleh, cara
pembagian blok dan petak.
3. Untuk kegiatan penyusunan rencana
pengelolaan hutan yang diatur dalam
Petunjuk Teknis ini antara lain: Jenis dan
substansi Rencana Pengelolaan Hutan,
pengorganisasian, pengaturan Sunlaisah
(penyusun, penilai dan pengesah), serta
tahapan proses penyusunan.
4. Outline Petunjuk Teknis ini adalah sebagai
beikut:
a. Bab I Pendahuluan
b. Bab II Tata Hutan
c. Bab III Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan
d. Lampiran-lampiran matrik pelengkap/
pendukung pelaksanaan kegiatan.
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor: P.5/VII-WP3H/2012, tanggal 14 Mei 2012
tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) 11
dan Kesatuan Penngelolaan Hutan Produksi (KPHP)
BAB 2
TATA HUTAN
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor: P.5/VII-WP3H/2012, tanggal 14 Mei 2012
tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) 13
dan Kesatuan Penngelolaan Hutan Produksi (KPHP)
7. Jenis, populasi dan habitat fauna; dan - Peta citra satelit dan hasil penafsirannya,
8. Kondisi sosial, ekonomi, budaya masyarakat. baik yang berskala besar maupun kecil
yang dilengkapi dengan data detail
Kegiatan inventarisasi hutan terdiri atas:
penutupan lahannya hasil penafsiran
1. Inventarisasi biogeofisifisik.
citra (al: kelas penutupan, luas
2. Inventarisasi sosial, ekonomi, dan budaya. penutupan, aksesibilitas jalan, letak
desa-desa sekitar hutan).
B.1 Inventarisasi Biogeofisik - Data mengenai perizinan yang ada
Dalam inventarisasi biogeofisik, data dan dalam wilayah kerja KPHL dan KPHP
informasi yang akan diperoleh berupa data dan yaitu ijin usaha pemanfaatan hutan
informasi mengenai batas areal, penutupan lahan, dan penggunaan kawasan hutan,
kelerengan, geomorfologi lahan, jenis tanah, batas antara lain: IUPHHK-HA, IUPHHK-HT,
IUPHHK RE, Ijin pinjam pakai kawasan
DAS/sub DAS, batas-batas alam, batas administrasi,
hutan (antara lain: untuk tambang,
aksesibilitas, hasil hutan kayu, hasil hutan bukan
minyak bumi, jalan, waduk, dll).
kayu, jasa lingkungan dan jenis-jenis satwa yang
- Data tentang hasil rehabilitasi dan
hidup di dalam areal.
reboisasi lahan.
1. Tahapan kegiatan inventarisasi biogeofisik
- Data tentang lokasi hasil pemberdayaan
meliputi:
masyarakat yang pernah dilakukan.
a. Pengumpulan data awal
b. Desk Analisis
Data dan informasi yang dikumpulkan
Dalam tahapan ini, kegiatan yang
berupa data/peta kawasan hutan, citra
dilakukan berupa analisis terhadap data/
satelit, kontur, tanah, iklim, kelerengan, peta tersebut di atas dan melakukan
jaringan jalan/sungai, DAS/sub DAS, penafsiran citra satelit. Penafsiran citra
hasil tata batas, izin pemanfaatan hutan satelit dimaksudkan untuk memperoleh
dan penggunaan kawasan hutan, dan data penutupan lahan, jaringan jalan/
penyebaran pemukiman. sungai, penyebaran pemukiman, dan
Detail data informasi tersebut antara lain: informasi lainnya yang relevan.
- Peta lampiran Surat Keputusan Menteri c. Pengumpulan data lapangan
Kehutanan tentang penetapan wilayah Data yang dikumpulkan dari lapangan
KPHP atau KPHL. meliputi potensi sumberdaya hutan berupa
hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu,
- Pe t a tematik mengenai: tata
jasa lingkungan, dan satwa, serta data
batas kawasan, penutupan lahan,
geofisik. Pengumpulan data dilakukan
geomorfologi, jenis tanah, peta
dengan inventarisasi terrestris dengan
jaringan jalan, peta batas administrasi
pengamatan sampel
pemerintahan, peta penyebaran satwa
d. Pengolahan Data
dan keanekaragaman hayati dan lain-
Data hasil inventarisasi biogeofisik diolah
lain. dan dianalisis yang selanjutnya disajikan
- Peta kawasan konservasi dan kawasan dalam bentuk data spasial dan data
lindung. numerik.
14 TATA HUTAN
2. Metode dan pelaksanaan inventarisasi Tingkat Kabupaten/Kota (RKTK), dan fungsi
biogeofisik akan diatur lebih lanjut dalam kawasan hutan di wilayah KPHL dan KPHP
petunjuk teknis tersendiri. yang bersangkutan.
4. Pembagian Blok dilakukan pada wilayah
B.2 Inventarisasi sosial, ekonomi, dan KPHL dan KPHP yang kawasan hutannya
budaya. berfungsi Hutan Lindung (HL) dan wilayah
Inventarisasi sosial, ekonomi, dan budaya KPHL dan KPHP yang kawasan hutannya
dimaksudkan untuk memperoleh data dan berfungsi Hutan Produksi (HP).
informasi: 5. Pembagian Blok pada wilayah KPHL dan KPHP
1. Demografi di dalam dan sekitar areal KPHL yang kawasan hutannya berfungsi HL terdiri
dan KPHP; atas satu Blok atau lebih, sebagai berikut:
2. Pola-pola hubungan masyarakat dengan a. Blok Inti;
hutan; b. Blok Pemanfaatan;
3. Keberadaan kelembagaan masyarakat; c. Blok Khusus.
4. Pola penguasaan lahan oleh masyarakat di 6. Pembagian Blok pada wilayah KPHL dan KPHP
dalam dan sekitar kawasan yang kawasan hutannya berfungsi HP terdiri
5. Aksesibilitas pada wilayah KPHL dan KPHP; atas satu Blok atau lebih, sebagai berikut:
6. Kegiatan ekonomi sekitar wilayah KPHL dan a. Blok Perlindungan;
KPHP (pertanian, industri, perdagangan, dsb.) b. Blok Pemanfaat an kawasan, Jasa
7. Batas administrasi pemerintahan. Lingkungan, HHBK;
Metode dan pelaksanaan inventarisasi sosial, c. Blok Pemanfaatan HHK-HA;
ekonomi, dan budaya mengikuti petunjuk teknis
d. Blok Pemanfaatan HHK-HT;
yang akan diatur tersendiri.
e. Blok Pemberdayaan Masyarakat;
C. PEMBAGIAN BLOK DAN PETAK f. Blok Khusus.
7. Arahan pemanfaatan pada RKTN/RKTP/
C.1 PEMBAGIAN BLOK RKTK harus menjadi acuan awal dalam
proses merancang Blok. Oleh karena itu
1. Berdasarkan hasil inventarisasi hutan yang
perlu dilakukan penyelarasan antara arahan
menghasilkan peta, data dan informasi
pemanfaatan (yang terdapat dalam RKTN/
potensi wilayah KPHL dan KPHP, dilakukan
RKTP/RKTK) dengan rancangan pembagian
pembagian Blok.
Blok, sebagaimana tabel 1 berikut.
2. Pembagian Blok memperhatikan: karakteristik
biofisik lapangan; kondisi sosial ekonomi
masyarakat sekitar; potensi sumberdaya
alam; dan keberadaan hak-hak atau izin usaha
pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan
hutan.
3. Pembagian blok juga harus mempertimbangkan
peta arahan pemanfaatan sebagaimana
diarahkan oleh Rencana Kehutanan Tingkat
Nasional (RKTN)/Rencana Kehutanan
Tingkat Provinsi (RKTP)/Rencana Kehutanan
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor: P.5/VII-WP3H/2012, tanggal 14 Mei 2012
tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) 15
dan Kesatuan Penngelolaan Hutan Produksi (KPHP)
Tabel 1. Penyelarasan antara rancangan Blok pada wilayah KPHL dan KPHP dengan
arahan pemanfaatan pada RKTN/RKTP/RKTK
16 TATA HUTAN
Arahan Pemanfaatan pada Pembagian Blok pada Keterangan
kawasan hutan menurut RKTN/ Wilayah KPHL dan KPHP
RKTP/RKTK
Kawasan hutan untuk pengusahaan · Blok Perlindungan Kawasan hutan untuk pengusahaan
hutan skala kecil · Blok Pemanfaatan Kawasan, hutan skala kecil (dalam RKTN/RKTP/
Jasa Lingkungan dan HHBK RKTK) menjadi acuan awal dalam
· Blok Pemanfatan HHK-HT merancang Blok yang dapat berupa Blok
· Blok Pemberdayaan Perlindungan atau Blok Pemanfaatan
Masyarakat. Kawasan, Jasa Lingkungan, dan HHBK
· Blok Khusus atau Blok Pemanfaatan HHK-HT atau
Blok Pemberdayaan Masyarakat atau
Blok Khusus pada HP sesuai potensi
yang ada.
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor: P.5/VII-WP3H/2012, tanggal 14 Mei 2012
tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) 17
dan Kesatuan Penngelolaan Hutan Produksi (KPHP)
1). Blok Perlindungan merupakan Blok 3). Blok Pemanfaatan HHK-HA merupakan
yang difungsikan sebagai perlindungan blok yang telah ada ijin pemanfaatan
tata air dan perlindungan lainnya HHK-HA dan yang akan difungsikan
serta direncanakan untuk tidak sebagai areal yang direncanakan untuk
dimanfaatkan. pemanfaatan HHK-HA sesuai dengan
Kriteria Blok ini antara lain: potensi kawasan yang telah dihasilkan
- Termasuk dalam kriteria kawasan dari proses tata hutan.
lindung; Kriteria Blok ini antara lain:
- Dalam RKTN/RKTP/RKTK - Dalam RKTN/RKTP/RKTK
dimungkinkan masuk dalam diarahkan sebagai Kawasan hutan
Kawasan untuk perlindungan untuk pengusahaan hutan Skala
Hutan Alam dan Lahan Gambut Besar;
atau untuk kawasan rehabilitasi atau - Mempunyai potensi hasil hutan
kawasan hutan untuk pengusahaan kayu cukup tinggi;
hutan skala besar atau kecil. - Terdapat ijin pemanfaatan HHK-
2). Blok Pemanfaatan kawasan, jasa HA.
lingkungan dan HHBK adalah - Dalam RKTN/RKTP/RKTK
merupakan blok yang telah ada ijin dimungkinkan masuk dalam
pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan Kawasan hutan untuk pengusahaan
dan HHBK dan yang akan difungsikan hutan skala besar.
sebagai areal yang direncanakan untuk
4). Blok Pemanfaatan HHK-HT merupakan
pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan
blok yang telah ada ijin pemanfaatan
dan HHBK sesuai dengan potensi
HHK-HT dan yang akan difungsikan
kawasan yang telah dihasilkan dari
sebagai areal yang direncanakan untuk
proses inventarisasi.
pemanfaatan HHK-HT sesuai dengan
Dalam Blok ini diupayakan berintegrasi potensi kawasan yang telah dihasilkan
dengan upaya solusi konflik atau upaya dari proses tata hutan.
pemberdayaan masyarakat melalui
Kriteria Blok ini antara lain:
Pemanfaatan kawasan atau jasa
- Dalam RKTN/RKTP/RKTK
lingkungan atau HHBK.
diarahkan sebagai Kawasan hutan
Kriteria Blok ini antara lain:
untuk pengushaan hutan Skala
- Mempunyai potensi jasa lingkungan,
Besar;
wisata alam, potensi hasil hutan non
kayu; - Mempunyai potensi hasil hutan
kayu rendah;
- Terdapat ijin pemanfaatan kawasan,
jasa lingkungan, hasil hutan non - Merupakan areal yang tidak
kayu; berhutan;
18 TATA HUTAN
5). Blok Pemberdayaan Masyarakat atau untuk kawasan rehabilitasi atau
merupakan blok yang telah ada upaya kawasan hutan untuk pengusahaan
pemberdayaan masyarakat (al: Hutan hutan skala besar atau kecil
Kemasyarakatan/HKM, Hutan Desa, c. Pada setiap Blok sebagaimana telah
Hutan Tanaman Rakyat/HTR) dan diuraikan di atas tidak tertutup
yang akan difungsikan sebagai areal kemungkinan terdapat beberapa kondisi
yang direncanakan untuk upaya
sebagai berikut:
pemberdayaan masyarakat sesuai
1). Kawasan atau areal yang memerlukan
dengan potensi kawasan yang telah
reboisasi dan rehabilitasi kawasan;
dihasilkan dari proses tata hutan.
Kriteria Blok ini antara lain: 2). Areal yang telah ada penggunaan
- Dalam RKTN/RKTP/RKTK kawasan hutan untuk keperluan non
diarahkan sebagai Kawasan hutan kehutanan dalam bentuk ijin pinjam
untuk pengusahaan hutan skala pakai kawasan hutan.
kecil; d. Pada setiap Blok pemanfaatan baik di
- Mempunyai potensi hasil hutan wilayah KPHL dan KPHP yang berfungsi
kayu rendah; HL atau berfungsi HP agar dirancang areal-
areal yang direncanakan akan dikelola
- Merupakan areal yang tidak
berhutan; sendiri oleh KPH dalam bentuk ”Wilayah
Tertentu”.
- Terdapat ijin pemanfaatan hutan
Pemanfaatan pada “Wilayah Tertentu”
untuk HKm, Hutan Desa, HTR;
mengacu pada peraturan perundang-
- Arealnya dekat masyarakat di dalam
undangan yang berlaku.
dan sekitar hutan;
e. Blok-blok tersebut selanjutnya dijabarkan
- Dalam RKTN/RKTP/RKTK menjadi “kelas-kelas hutan” sesuai dengan
dimungkinkan masuk dalam
arahan pengelolaan ke depan.
kawasan rehabilitasi atau kawasan
f. Jabaran “kelas hutan” tersebut akan
hutan untuk pengusahaan hutan
skala besar atau kecil. dipergunakan sebagai acuan dalam
menentukan “kelas perusahaan” dari suatu
6). Blok Khusus merupakan Blok yang
KPHL dan KPHP pada saat menyusun
difungsikan sebagai areal untuk
Rencana Pengelolaan Hutan.
menampung kepentingan-kepentingan
khusus yang ada di wilayah KPHL dan
C.2 PEMBAGIAN PETAK
KPHP yang bersangkutan
Kriteria Blok ini antara lain: Pembagian petak memperhatikan:
- Terdapat pemakaian wilayah 1. Produktivitas dan potensi areal/lahan;
kawasan hutan untuk kepentingan 2. Keberadaan kawasan lindung, yang meliputi
antara lain: religi, kebun raya, Kawasan bergambut, kawasan resapan air,
kawasan dengan tujuan khusus Sempadan pantai, Sempadan sungai, Kawasan
(KHDTK), wilayah adat/ulayat; sekitar danau/waduk, Kawasan sekitar mata
- Dalam RKTN/RKTP/RKTK air, Kawasan Cagar Budaya, Kawasan Rawan
dimungkinkan masuk dalam Bencana Alam, Kawasan Perlindungan Plasma
Kawasan untuk perlindungan Nutfah, Kawasan Pengungsian Satwa, dan
Hutan Alam dan Lahan Gambut Kawasan Pantai Berhutan Bakau; dan
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor: P.5/VII-WP3H/2012, tanggal 14 Mei 2012
tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) 19
dan Kesatuan Penngelolaan Hutan Produksi (KPHP)
3. Rancangan areal yang akan direncanakan E. PEMETAAN
antara lain untuk pemanfaatan hutan,
Berdasarkan kegiatan inventarisasi hutan,
penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan
pembagian blok dan petak serta penataan batas
reklamasi hutan, pemberdayaan masyarakat.
wilayah KPH dilakukan pemetaan. Cara penyajian
Pelaksanaan Pembagian petak dilakukan setelah peta mengacu pada peraturan perundangan yang
Blok ditentukan dan dengan mempertimbangkan berlaku
kondisi pemanfaatan hutan dan penggunaan Pemetaan harus memuat minimal unsur-unsur:
kawasan hutan yang ada dalam wilayah KPH.
1. Batas wilayah KPHL dan KPHP;
Pada Blok di wilayah KPH yang telah ada ijin
pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan 2. Pembagian Blok dan petak;
hutan, pembagian petak dilakukan oleh pemegang 3. Peta disajikan dengan skala minimal 1 : 50.000.
ijin. Selain itu perlu disiapkan juga peta-peta
Pada blok di wilayah KPH yang tidak ada ijin tematik lainnya sesuai dengan kebutuhan
untuk Penyusunan Rencana Pengelolaan
pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan
Hutan.
hutan, terlebih dahulu dilakukan identifikasi
sebagai berikut:
1. Areal dalam Blok yang telah ada pemukiman
masyarakat. Pada areal ini tidak perlu
dilakukan pembagian ke dalam petak, namun
perlu mendapatkan identifikasi khusus untuk
memperoleh arahan penanganan sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan.
2. Areal dalam Blok selain butir 1 di atas. Pada
areal ini yang akan dilakukan pembagian
Petak sesuai dengan potensi dan kondisi yang
ada, serta dengan memperhatikan arahan
pengelolaan hutan jangka panjang yang telah
disusun.
20 TATA HUTAN
BAB 3
PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor: P.5/VII-WP3H/2012, tanggal 14 Mei 2012
tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) 21
dan Kesatuan Penngelolaan Hutan Produksi (KPHP)
b. Susunan Tim Kerja terdiri dari unsur- Untuk melaksanakan tugas, Tim Kerja
unsur: menyiapkan rencana kerja penyusunan
- Personil KPHL dan KPHP; rencana pengelolaan hutan jangka panjang
yang disetujui oleh Kepala KPHL dan KPHP
- Dinas yang menangani bidang
atau Kepala BPKH dengan memuat:
kehutanan Provinsi/Kab/Kota;
a. Kerangka pemikiran;
- Unit Pelaksana Teknis Kementerian
b. Jenis dan tahapan kegiatan;
Kehutanan terkait, antara lain: BPKH,
BP2HP, BKSDA, BPDAS; c. Metoda pengumpulan dan analisis data,
serta tata waktu pelaksanaan;
- Te n a g a a h l i sesuai dengan
kepentingannya. 2. Pengumpulan Data dan informasi.
c. Tim kerja bertanggung jawab kepada a. Penyiapan data hasil tata hutan yang akan
Kepala KPHL dan KPHP. dijadikan acuan untuk menyusun Rencana
Pengelolaan Hutan.
Dalam hal Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan Jangka Panjang difasilitasi oleh BPKH, b. Pengumpulan data dan informasi dalam
dilakukan sebagai berikut: penyusunan rencana pengelolaan hutan
a. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka jangka panjang meliputi aspek ekologi,
ekonomi dan sosial budaya, yang antara
Panjang disusun oleh Kepala KPHL dan
lain diperoleh dari data informasi
KPHP serta dibantu oleh Tim Kerja yang
hasil inventarisasi hutan dan penataan
dibentuk oleh Kepala BPKH.
hutannya, serta sumber lainnya.
b. Susunan Tim Kerja terdiri dari unsur-
c. Data dan informasi aspek ekologi, antara
unsur:
lain:
- Unit Pelaksana Teknis Ditjen Planologi
- Kondisi fisik wilayah yang meliputi jenis
Kehutanan yaitu Balai Pamantapan
tanah, iklim, ketinggian, geomorfologi,
Kawasan Hutan (BPKH);
kelerengan, penutupan vegetasi dan
- Unit Pelaksana Teknis Kementerian lain-lain;
Kehutanan yang terkait, antara lain:
- Kondisi hutan yang meliputi jenis
BP2HP, BKSDA, BPDAS;
dan volume tegakan hutan, sebaran
- Personil KPHL dan KPHP; vegetasi, flora dan fauna, potensi non
- Dinas yang menangani urusan kayu dan lain-lain;
Kehutanan Provinsi/Kabupaten/ Kota; - Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS)
- Te n a g a a h l i sesuai dengan d. Data dan informasi aspek ekonomi, antara
kepentingannya. lain:
c. Tim kerja bertanggung jawab kepada - Aksesibilitas wilayah KPHL dan KPHP;
Kepala BPKH, dan hasilnya disampaikan - Potensi pendukung ekonomi
kepada Kepala KPHL dan KPHP. Tim Kerja sekitar wilayah KPHL dan KPHP
bertugas: meliputi industri kehutanan sekitar
- Melakukan pengumpulan, pengelolaan wilayah, peluang ekonomi yang bisa
dan analisa data yang diperoleh dari dikembangkan, keberadaan lembaga-
kegiatan tata hutan; lembaga ekonomi pendukung kawasan
- Menyusun rencana pengelolaan, dan lain-lain;
melakukan pembahasan dan perbaikan. - Batas administrasi pemerintahan;
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor: P.5/VII-WP3H/2012, tanggal 14 Mei 2012
tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) 23
dan Kesatuan Penngelolaan Hutan Produksi (KPHP)
Pengorganisasian penyusunan Rencana pengelolaan hutan jangka panjang serta telah
Pengelolaan Hutan Jangka Pendek (Tahunan) diperbaharui dengan data dan informasi
dilaksanakan sebagaimana uraian di bawah ini. terakhir yang tersedia.
1. Pembentukan Tim Kerja dan Penyusunan 3. Pengolahan, Analisis Data dan Pembahasan
Rencana Kerja.
a. Pengolahan dan analisis data dalam
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan penyusunan rencana pengelolaan hutan
Jangka Pendek yang dilaksanakan sendiri oleh
jangka pendek menggunakan metode
KPH, dilakukan sebagai berikut:
yang dapat dipertanggungjawabkan secara
a. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek ilmiah.
disusun oleh Tim Kerja yang dibentuk oleh
b. Berdasarkan hasil pengolahan data
Kepala KPHL dan KPHP
disusun Rencana Pengelolaan Hutan
b. Susunan Tim Kerja terdiri dari unsur
Jangka Pendek denga memuat substansi
personil KPHL dan KPHP serta dapat
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek
didukung oleh UPT Kementerian
sebagaiman butir A.2.d.
Kehutanan yang terkait.
c. Konsep rencana pengelolaan hutan jangka
c. Tim kerja bertanggung jawab kepada
Kepala KPHL dan KPHP. pendek yang telah disiapkan oleh Tim Kerja
selanjutnya dibahas dengan melibatkan
Dalam hal Penyusunan Rencana Pengelolaan
institusi terkait untuk memperoleh
Hutan Jangka Panjang difasilitasi oleh BPKH,
dilakukan sebagai berikut: perbaikan dan penyempurnaan.
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor: P.5/VII-WP3H/2012, tanggal 14 Mei 2012
tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) 25
dan Kesatuan Penngelolaan Hutan Produksi (KPHP)
Lampiran 1. Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor: P.5/VII-WP3H/2012, tanggal 14 Mei 2012
tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) 27
dan Kesatuan Penngelolaan Hutan Produksi (KPHP)
j. Penyediaan dan peningkat an Daftar Lampiran Peta
kapasitas SDM I. PENDAHULUAN
k. Penyedian pendanaan.
Berisi latar belakang, maksud dan tujuan,
l. Pengembangan database ruang lingkup, batasan pengertian.
m. Rasionalisasi wilayah kelola. II. ANALISIS DAN PROYEKSI
n. Review Rencana Pengelolaan
Memuat analisis dan proyeksi rencana
(minimal 5 tahun sekali).
kegiatan yang bersifat operasional dalam
o. Pengembangan investasi. jangka waktu 1 tahun.
VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN
PENGENDALIAN
III. RENCANA KEGIATAN
Memuat rencana kegiatan tahunan,
VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN
PELAPORAN kebutuhan dana, tata waktu pelaksanaan.
29
BAB 1
PENDAHULUAN
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Hutan pada Wilayah KPHL dan KPHP 31
D. DASAR PENYELENGGARAAN (IHMB) pada usaha pemanfaatan hasil hutan
kayu pada hutan produksi;
1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan, sebagaimana telah diubah 11. Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor
dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan
2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Wiiayah KPH;
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 12. Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor R6/
2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Menhut-H/2010 tentang Norma, Standar,
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Prosedur dan Kriteria Pengelolaan Hutan pada
menjadi Undang-Undang. KPHL dan KPHP.
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana E. PENGERTIAN DAN BATASAN
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
1. Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008.
hamparan lahan berisi sumberdaya alam
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 hayati yang didominasi pepohonan dalam
tentang Penataan Ruang. persekutuan alam dan lingkungannya, yang
4. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan;
tentang Perencanaan Kehutanan; 2. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang
5. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah
tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana untuk dipertahankan keberadaannya sebagai
Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan, hutan tetap;
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan 3. Hasil hutan adalah benda-benda hayati, non
Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008; hayati dan turunannya, serta jasa yang berasal
6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun dari hutan;
2007 tentang Pembagian urusan pemerintahan 4. Inventarisasi hutan adalah rangkaian kegiatan
antara pemerintah, pemerintah daerah
pengumpulan data untuk mengetahui dan
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/
memperoleh data dan informasi tentang
kota;
sumber daya, potensi kekayaan alam
7. Peraturan Presiden Nomor: P. 13/Menhut- hutan, serta lingkungannya secara iengkap.
II/2005, tentang Organisasi dan Tata Kerja Dilakukan c'engan survei mengenai status dan
Departemen Kehutanan, sebagaimana keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumber
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan daya manusia, serta kondisi sosial masyarakat
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 64/ di dalam dan di sekitar hutan;
Menhut-II/2008;
5. Kesatuan Pengelolaan Hutan yang selanjutnya
8. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 10/ disebut KPH adalah wilayah pengelolaan hutan
Menhut-II/2006 tentang Inventarisasi Hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya,
Produksi Tingkat Unit Pengelolaan Hutan; yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.
9. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 67/ Adapun fungsi dan kegiatan KPH adalah
Menhut-II/2006 tentang Kriteria dan Standar meliputi tata hutan, penyusunan rencana
Inventarisasi hutan; pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan,
10. Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan
P. 34/Menhut-II/2007 tentang Pedoman reklamasi hutan, perlindungan dan konservasi
Inventarisasi Hutan Menyeluruh Bersama alam;
32 PENDAHULUAN
6. Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP), adalah atau penyerapan dan/atau penyimpanan
kesatuan pengelolaan hutan yang luas karbon);
wilayahnya seluruhnya atau didominasi oleh 13. Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada
kawasan hutan produksi; hutan lindung antara lain untuk rotan, madu,
7. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), getah, buah, jamur atau sarang burung wallet;
adalah kesatuan pengelolaan hutan yang luas 14. Pemanfaatan Hutan pada Hutan Konservasi
wilayahnya seluruhnya atau didominasi oleh
d a n Pe l e s t a r i a n A l a m ( H K ) d a p a t
kawasan hutan lindung;
dilakukan kegiatan antara lain pengawetan
8. Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi keanekaragaman jenis tumbuhan, serta
(KPHK), adalah kesatuan pengelolaan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan
hutan yang luas wilayahnya seluruhnya atau ekosistem;
didominasi oleh kawasan hutan konservasi;
15. Intensitas sampling adalah besarnya unit
9. Hutan produksi (HP) adalah areal hutan yang contoh sampel yang diambil didalam populasi
mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil
tertentu dan dinyatakan dengan presentase;
hutan kayu;
16. Stratifikasi adalah suatu cara atau kegiatan
10. Hutan lindung (HL) adalah areal hutan
pembagian hutan sebagai populasi kedalam
yang mempunyai fungsi pokok sebagai
pembagian-bagian yang lebih homogen atau
perlindungan sistem penyangga kehidupan
seragam;
untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air 17. tratum adalah bagian-bagian hutan hasil
laut, dan memelihara kesuburan tanah; stratifikasi yang kondisinya seragam;
11. Hutan konservasi dan pelestarian alam 18. Areal berhutan adalah areal hutan yang
(HK) adalah areal hutan dengan ciri khas ditumbuhi oleh pohon-pohon denaan tajuk
tertentu, baik di darat maupun di perairan yang sang menutup atau sekurang-kurangnya
yang mempunyai fungsi perlindungan menutup 30% seluruh areal yang bersangkutan
sistem penyangga kehidupan, pengawetan serta dinyatakan sebagai areal penghasil kayu;
keanekaraman jenis tumbuhan dan satwa, 19. Areal tidak berhutan adalah areal hutan yang
serta pemanfaatan secara lestari sumber tidak produktif terhadap sumber daya hutan,
daya alam hayati dan ekosistemnya. Hutan dapat berupa tanah kosong, semak belukar,
Konservasi dan Pelestarian Alam terdiri dari ladang clang-clang dan lain-lain;
Kawasan hutan Suaka Alam (Cagar Alam dan
20. Bentang alam spesifik adalah kondisi khas/
Suaka Margasatwa), Taman Nasional, Taman
spesifik setempat atau daerah tertentu yang
Hutan Raya (TAHURA) dan Taman Wisata
memberikan nilai khas setempat;
Alam serta Taman Buru;
21. Indek nilai penting adalah nilai yang
12. Pemanfaatan pada hutan lindung dapat
mencerminkan kedudukan ekologis statu
dilakukan kegiatan (a.l budidaya tanaman
jenis dalam komunitasnya yang berguna
obat, tanaman hias, iamur, lebah dan
budidaya hijauan makanan ternak, serta untuk menetapkan status jenis terhadap
penangkaran satwa liar dan rehabilitasi jenis lainnya dalam masing-masing habitat,
satwa) serta pemanfaatan jasa lingkungan dihitung berdasarkan kerapatan relatif (Kr),
(pemanfaatan jasa air dan aliran air, wisata frekwensi relatif (Fr) dan dominasi relatif (Dr);
alam, perlindungan keanekaragaman hayati, 22. BAF (Basal Area Factor) adalah besaran faktor
penyelamatan dan perlindungan lingkungan luas bidang dasar tegakan hutan;
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Hutan pada Wilayah KPHL dan KPHP 33
23. Dbh (Diameter breast height) adalah diameter
yang diukur pada ketinggian setinagi dada
rata-rata orang Asia yaitu 1,3 meter;
24. Dab (Diameter above buttress) adalah diameter
yang diukur pada ketinggian 20 cm di atas
banir;
25. Plot (Tract)" adalah satuan unit contoh di
dalam kiaster yang terdiri dari sekumpulan
sub plot;
26. Sub Plot/titik sampling adalah satuan
unit contoh terkecil di lapangan dalam
pengumpulan data lapangan;
27. Satuan catatan/pengukuran (record unit)
adalah satuan pencatatan parameter-
parameter biofisik;
28. Klaster adalah sekumpulan unit contoh di
lapangan yang mewakili suatu strata.
34 PENDAHULUAN
BAB 2
METODOLOGI
A. PELAKSANAAN survei kependudukan Badan Pusat statistik
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Hutan pada Wilayah KPHL dan KPHP 35
2. Metode Sampling 2. Intensitas sampling 0,1% (bila tersedia citra
satelit resolusi sedang)
a. Desain Sampling 3. Intensitas sampling 0,3% untuk areal yang
Plot sampling lapangan diletakkan pada sem , . tidak tersedia potret udara atau citra satelit
a kelas penutupan lahan, hal ini dimaksudkan resolusi sangat tinggi dengan kualitas balk
sekaligus untuk memvalidasi data hasil interpretasi misalnya penutupan awan 10%
citra satelit (ground check). Namun pembuatan Sistem sampling menggunakan teknik
permanen sampel plot tidak dilakukan pada
sistematik sampling dengan awal random
tutupan lahan: perkebunan, pemukiman, tanah
(Systematic Sampling with Random Start) dengan jarak
terbuka, tubuh air, transrnigrasi, pertanian lahan
antara plot sejauh 625 m. Apabila sudah terdapat
kering, pertanian lahan kering campuran, sawah,
permanen sample plot inventarisasi hutan nasional
tambak, rawa dan lapngan udara,.
Penentuan intensitas sampling, jumlah diwilayah KPH maka peletakkan plot sampling
d a n s e b a r a n p l ot d i t e n t u k a n d e n g a n lapangan inventarisasi KPH harus berjarak minimal
mempertimbangkan luas kelas penutupan lahan, 625 m dari PSP inventarisasi hutan nasional yang
dengan ketentuan sebagai berikut: telah ada. Desain penempatan plot inventarisasi
1. Intensitas sampling 0,05% (Ma tersedia potret KPH tingkat pohon dan permudaan disajikan pada
udara, citra satelit resolusi sangat tinggi) Gambar 1 di bawah ini:
5 km
625 m
100 m
100 m
625 m
36 METODOLOGI
b. Desain Plot akan diukur uiang setiap 5 tahun sekali, untuk
memonitor pertumbuhan dan dinamika tegakan.
Plot sampling pada inventarisasi SDH pada
Setiap plot terdiri dari 16 sub plot, dengan luas
wilayah KPH berbentuk persegi empat, dengan masing-masing sub plot 25 m x 25 m. Pada masing-
ukuran 100 in x 100 m atau dengan luas 1 Ha. Plot masing sub plot diukur parameter-parameter
tersebut merupakan plot sampei permanen yang tegakan dan tempat tumbuh.
25 m 12,5 m
12,5 m
RU 13 RU 14 RU 15 RU 16
25 m
RU 9 RU 10 RU 11 RU 12
RU 5 RU 6 RU 7 RU 8
RU 1 RU 2 RU 3 RU 4
SURVEY POINT
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Hutan pada Wilayah KPHL dan KPHP 37
c. Pelaksanaan pengukuran data tegakan batang, tinggi pohon, kelas pohon, kelas tajuk,
Susunan Tim posisi tajuk, kerusakan, infestasi, azimut dan
Susunan tim untuk setiap regu kerja minimal jarak ke pohon.
terdiri dari 2 (dua) orang tenaga teknis dibantu 3. Tiang diberi nomor 1 sampai tiang terakhir
oleh 7 (tujuh) orang tenaga buruh (2 orang untuk (di dalam subplot berjari-jari 5 m). Dengan
tenaga rintis, 3 membantu pengukuran, 1 orang demikian, pohon pertama mengambil nomor
pengenal pohon, 1 orang tenaga logistik). sesudah tiang terakhir dan pohon berikutnya
Umumnya satu regu lapangan terdiri dari ketua diberi nomor urut searah pergerakan jarum
regu, wakil ketua regu, dan 7 sampai 8 pekerja (1 jam sampai memenuhi record unit.
atau 2 di tenda dan 6 bersama tim pencacah). 4. Pada pengukuran plot PSP di hutan rawa/
Sebagai satu tim kerja, regu ini hendaknya lahan basah, titik /tinggi pengukuran dbh/
menetapkan/mengenumerasi PSP mulai dari sudut dab ditandai dengan paku (panjang 8-10 cm)
Barat Daya terns ke timur dari record unit (RU) 1 ke dan dipakukan sedalam 2 cm. Hal ini penting
RU 2, 3, dan 4 menurut langkah- langkah berikut. karena orang tidak yakin di mana titik 1.3 m
Dari RU 4, regu yang bersangkutan dapat menuju di atas tanah (atau dari leher akar) atau berapa
balk ke Barat dari RU 8 ke RU 5 atau menuju timur tinggi banir pada saat areal tersebut tergenang.
dari RU 5 sampai RU 8; dan ulangi urutan yang 5. Untuk pohon berbanir, dilakukan pengukuran.
serupa dari RU 9 sampai dari RU 9 sampai RU 12 Ada data tambahan mengenai diameter, yakni
dan dari RU 13 sampai RU 16. 2.2 m di atas banir (atau 3.3 m di atas tanah
Setelah selesai membuat kerangka suatu record pada pohon yang banirnya 1.1m atau Iebih
unit (pusat dan keempat sisinya telah ditetapkan) rendah), kelas pohon, kelas tajuk, dan posisi
yang harus dilakukan: tajuk, yang juga harus dikumpulkan.
1. Melengkapi deskripsi RU. Deskripsi subplot/ 6. Diameter kedua di atas banir. Untuk pohon
RU serupa dengan blanko data lain kecuali br-banir, diameter kedua diukur pada 2.0 m
untuk kolom berikut: kolom 3 selalu tract di atas dab pertama sebagal dasar penaksiran
No.5, kolom 4 adalah nonior RU, kolom 5 pertumbuhan diameter pada pengukuran
dan 6 kosong (partisi ditunjukkan/dipetakan berikutnya (kurang lebih 5 tahun kemudian)
di gambar yang disediakan (paling kanan)), jika pada saat itu dab pertama telah tertutup
dan kolom 9 adalah nomor kotak 5x5 m (25 banir. Titik/tinggi pembacaan relaskop
per RU) untuk bagian besar atau bagian kecil (penuh/seperempat bar/batang) untuk
partisi. Sesudah deskripsi RU diselesaikan diameter 2.2 m di atas banir ditentukan
(kecuali kolom 22 yang hanya dapat diisi dengan membagi 220 dengan jarak datar dan
tambahkan hasilnya dengan persen bacaan
setelah mengenumerasi RU), kerjakan
di akhir banir. Ini akan memberikan persen
enumerasi subplot berjari-jari 1 m (semai), 2
bacaan pada 2.2 m di atas banir. Sebagal
m (pancang), 5 m (rotan oeildek dan tiang),
contoh apabila pembacaan di akhir banir 80%
dan 10 m (rotan panjang dan bambu) (Blanko
dan jarak datar 4.5m, maka 220/4.5 = 48.9%,
B) secara urut
sehingga bacaan bar penuh dan seperempat
2. Pengukuran pohon (dengan dbh/dab paling untuk diameter (2.2 m di atas banir) dibuat
kecil 20.0 cm), mural dari arah utara searah setinggi ekivalen dengan 80 plus 49% = 129%
jarum jam sampai semua pohon telah diukur/ dari tempat berdiri yang sama. Dalam hal
diamati dan semua data yang diperlukan telah tinggi banir masih sama atau kurang dari 1.1
dicatat. Gunakan blanko yang disediakan m dab pertama diukur setinggi dada (1.3 m
untuk memetakan tiang dan pohon. Kerjakan di atas tanah) dan dab kedua diukur 3.3 m
data pohon sebagai berikut: tinggi banir, tinggi di atas tanah.
38 METODOLOGI
7. Jika dab kedua diukur dengan menggunakan c. Menerima sinar atas (sebagian dibayangi
relaskop, titik pembacaan ditentukan dengan oleh tajuk lain yang lebih tinggi)
membagi 330 dengan jarak datar plus persen d. Menerima sebagian sinar samping
bacaan dari basis pohon. Sebagal contoh jika (sepenuhnya dibayangi dari atas tetapi
jarak datar 3.0 m dan persen basis pohon -30%, menerinna sebagian sinar langsung
maka persen 3.3 m dari atas tanah adalah karena adanya celah-celah tajuk)
330/3.0 = 110% plus (-30%) atau 80%. DAB e. Tidak ada sinar langsung (sepenuhnya
kedua pada kasus tersebut dimasukkan kolom dibayangi dari atas dan dari samping)
17 (Permanent Plot, A).
11. Data tanah. - Kolom 17 sampai 29 pada
8. Kelas pohon dicatat untuk setiap pohon di deskripsi plot di lembar data 5, Permanent
kolom 22. Kelas pohon diberi kode sebagai Plot, B, dimaksudkan untuk data tanah yang
berikut: diambil dari record unit.
a. Dominan
b. Kodominan d. Jenis, populasi dan habitat fauna
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Hutan pada Wilayah KPHL dan KPHP 39
Inventarisasi SDH kebanyakan berhadapan dengan mengatasi keadaan seperti ini, dapat dilakukan
populasi yang berukuran besar dan biasanya secara sampling yang di sebut stratifikasi atau
bervariasi. Semakin besar populasinya, sampai batas sampling berlapis (stratified sampling) dalam cara
tertentu semakin besar pupa variasi atau ragam sampling, populasi yang heterogen tadi dipisah
populasi tersebut. Dalam menghadapi populasi
pisah menjadi beberapa kelompok yang masing-
yang besar dan beragam itu, kadang-kadang
masing mempunyai ragam yang lebih kecil
unrestricted random sampling tak dapat menghasilkan
kercematan sampling yang memuaskan, kecuali dibanding dengan ragam populasinya. Kelompok-
kalau harus dilakukan dengan biaya yang lebih kelompok tersebut selanjutnya disebut stratum
besar dan waktu yang lebih lama karena harus di atau sub populasi jumlah serta kercermatan
buat sampel yang lebih banyak jumlahnya. Untuk sampling yang diinginkan.
Tabel 1. Tabel penarikan sampel pada setiap stratum untuk penempatan secara proporsionaI
40 METODOLOGI
2. Penyusunan Daftar Nama Pohon dan b. Varian harga rata-rata untuk seluruh
Pengelompokan Jenis Pohon populasi
Jenis pohon yang dicatat dalam nama
rokal selanjutnya dikonversikan ice dalam
nama perdagangan dan nama botani, dengan
menggunakan daftar nama jenis pohon (list of trees)
yang dikeivarkan oieh Direktorat Bina Program,
Direktorat Jenderal Kehutanan tahun 1983.
Pengelompokan jenis kayu didasarkan pada
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor. 163/
c. Nilai total (volume kayu) seluruh populasi
Kpts-II/2003 tanggal 26 Mei 2003, sebagai
Dasar Pengenaan Iuran Kehutanan. Berdasarkan
pertimbangan di atas, maka jenis-jenis kayu
dikelompokan menjadi Kelompok Jenis Meranti/
Kelompok Komersial Satu, Kelompok Jenis Kayu d. Varians total
Rimba Campuran/Kelompok Komersial Dua,
Kelompok Jenis Kayu Ebony/Kelompok Indah
Satu dan Kelompok Jenis Kayu Indah/Kelompok
Indah Dua.
Sedangkan jenis pohon dilindungi didasarkan
pada Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 54/ Keterangan:
Kpts/Um/2/1972 tanggal 5 Pebruari 1972. x1: harga rata-rata untuk tiap stratum
N1: jumlah unit sampel dalam tiap stratum
3. Perhitungan Massa Tegakan
N: EN': jumlah unit sampel untuk seluruh
Massa tegakan dinyatakan dalam jumlah batang populasi
dan volume kayu rata-rata per hektar. Menghitung Sx2: varian harga rata-rata
jumlah batang dan volume kayu pada masing-
P: persentase
masing unit contoh dengan menggunakan rumus
T: nilai total
Harga rata-rata dan varians
ST2: varian total
Baik untuk penempatan sampel secara
proporsional maupun secara optimal, harga rata-
rata dan varians seluruh populasi harus dihitung
sesuai bobot masing-masing stratumnya. Rumus
untuk menghitung harga rata-rata untuk seluruh
populasi adalah:
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Hutan pada Wilayah KPHL dan KPHP 41
BAB 3
PERSIAPAN
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Hutan pada Wilayah KPHL dan KPHP 43
b. Alat-alat tulis terdiri dari buku tally sheet, Melakukan proses serta langkah-langkah yang
pensil, ball point, penghapus, penggaris, diperlukan untuk mengenumerasi plot secara
busur derajat, buku tulis dan lain-lain. efisien, termasuk dimana memperoleh tenaga
c. Bahan makanan, obat-obatan, kerja, kendaraan, kapal,..., bagaimana dan di mana
dokumentasi, perlengkapan survey sebaiknya logistik untuk regu lapangan disiapkan.
(camping unit dan personal-use), bahan Bilamana regu kerja sampai di lokasi terdekat
untuk pembuatan tanda-tanda (yang (Desa/Kecamatan), regu kerja hendaknya lapor
tidak mudah rusak) di lapangan, dan dan minta bantuan pejabat setempat terutama
perlengkapan/bahan-bahan untuk koleksi mengenai pengerjaan/pendataan tenaga lapangan
material herbarium. yang baik, bagaimana mencapai plot (dengan
mencari titik markan terdekat dengan posisi plot),
B. PERENCANAAN dimana tenda harus dipasang, cara terbaik untuk
Ketua regu merancang plot, meliputi: mencukupi kebutuhan regu kerja, pengamanan
Plot sampling lapangan diletakkan pada semua regu kelp, serta keterangan lain yang diperlukan.
kelas penutupan lahan, hai ini dimaksudkan Jangan sampai ada yang ketinggalan.
sekaligus untuk memvalidasi data hasil interpretasi
citra satelit (ground check), namun pembuatan C. MENUJU LOKASI PLOT AWAL
permanen sampel plot tidak dilakukan pada RENDOM
tutupan lahan: perkebunan, pemukiman, tanah
1. Petakan dan uraikan pada selembar kertas,
terbuka, tubuh air, transmigrasi, pertanian lahan
titik T1 (starting point) yang telah ditentukan
kering, pertanian lahan kering campuran, sawah,
dalam peta dasar (Peta JOG, REPPROT, RBI,
tambak, rawa dan lapangan udara, menentukan
satu atau dua cara terbaik untuk menuju lokasi plot PDTK, Kawasan dan Perairan dsb) untuk
termasuk mengecek titik awal, azimut, dan jarak ke memastikan posisi T1 di lapangan sebalknya
plot, langkah terbaik untuk menuju suatu klaster dicek kebenarannya dan tentukan posisi 12
plot perlu ditunjukkan di atas peta topografi dengan dari T1 (azimuth dan jarak datarnya). T1
skala peta terbesar yang ada dan dibantu oleh peta diberi tanda dengan sebuah plat (seng) warna
wilayah KPH atau lainnya sepanjang tersedia. Hal dasar kuning dan tulisan hitam dan dipasang
ini menyangkut titik awal terbaik (atau sepasang pada pohon hidup atau pancang yang kuat,
titik, jika tidak dapat ditentukan yang terbaik) yang secara jelas menunjukkan dentitas plot
yang dapat dikenali di lapangan (percabangan (nomor plot, zone, easting, northing, arah dan
sungai/jalan atau tanda-tanda lapangan yang jarak ke plot).
ada/diketahui dan tergambar di dalam peta),
arah/azimut dan jarak dari titik ikat (Ti) tersebut
ZONE : 50
ke plot awal random. Menjelaskan deskripsi plot EAST : 300
nomor grid UTM (zone, easting dan northing), NORTH : 9840
lokasi (Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi), fungsi
hutan berdasarkan Peta Penunjukan Kawasan dan
ARAH : 48°
Perairan, penutupan vegetasi, IUPHHK (jika ada),
JARAK : 1.5 KM
perkiraan tinggi tempat, jalur aksesibilitas yang
ada, penentuan “kelas kesulitan”,..., dll.)
Mengecek peralatan (lengkap dan berfungsi Gambar 3. Contoh Pemberian Tanda dan
balk) Mengecek lembar tallysheet. Tulisan pada T1
44 PERSIAPAN
2. Kemudian T2 diikatkan/diukur posisi arah titik/objek yang jelas jika ada seperti puncak
dan jarak pada sedikitnya 3 buah itik saksi gunung, batu besar, dll.
(berupa pohon yang memiliki ciri khas)
yang terdekat, juga diikatkan pada 2 atau 3
Simpang Jalan
T1 Arah : 63°
Jarak : 1,5 Km
Klaster
T2
Gambar 4. Arah dan jarak titik ikat dan plot awal rendorn
CENTRAL POINT
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Hutan pada Wilayah KPHL dan KPHP 45
3. Rintisan dari Ti ke T2, untuk setiap 50 meter Catatan: Umumnya, regu kerja (9 sampai 10
jarak datar tandai dengan sebuah pancang/ orang; ketua regu, ass. ketua regu, dan 7 sampai
patok yang menunjukan nomor klaster, arah 8 pekerja) harus dibagi dua kelompok selama
dan sisa jarak ke pusat klaster (T2). Beberapa perintisan. Ketua regu dan asistennya bersama
penyimpangan yang terjadi di lapangan karena dengan 3 atau 4 pekerja harus mengerjakan rintisan
kondisi alam yang sangat susah, digambarkan survai sedangkan yang rainnya mengatur tenda.
di atas kertas dan diberi tanda yang jelas di Rintisan yang dikerjakan oleh seluruh anggota regu
lapangan. menyebabkan kerja yang tidak efisien.
4. Untuk lebih memastikan posisi Ti dan T2
harus digunakan GPS dalam menentukan
posisi kedua titik tersebut, dan dicek kembali
apakah sesuai dengan koordinatnya di peta
referensi yang digunakan.
46 PERSIAPAN
BAB 4
PELAPORAN
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Hutan pada Wilayah KPHL dan KPHP 47
5. DAFTAR TABEL 13. KEADAAN HUTAN
Memuat daftar indeks yang terdaftar dalam Memuat tentang tipe hutan, vegetasi, massa
laporan hasil inventarisasi. tegakan, permudaan dan flora dari hash
6. DAFTAR GAMBAR kegiatan inventarisasi.
Memuat daftar indeks tentang gambar gambar 14. PENGELOLAAN HUTAN
yang terdapat laporan hasil iventarisasi. Memuat tentang aspek kondisi areal,
7. DAFTAR LAMPIRAN aspek potensi, aspek mekanis dan aspek
Memuat daftar index lampiran-lampiran baik sosial ekonomi sebagai dasar masukan dan
peta maupun daiam pelaksaan inventarisasi. pertimbangan bagi pimpinan dalam rangka
8. SUSUNAN TIM pengelolaan areal
Memuat susunan tim terdiri atas pembina dan 15. KESIMPULAN DAN SARAN
pelaksana terdiri dari ketua tim dan anggota. Memuat pokok- pokok hasil inventarisasi
9. PENDAHULUAN meliputi penutupan lahan areal yang
diinventarisasi, fungsi areal, potensi tegakan
Memuat laporan secara singkat tentang
rata-rata, sebaran jenis dan pemudaannya
latar belakang, serta maksud dan tujuan
serta saran masukan dalam upaya peran serta
diadakaannya kegiatan inventarisasi, landasan
masyarakat dalam membangun hutan melalui
hukumnya, lingkup kegiatan dan lokasinya
pendidikan dan pelatihan masyarakat dalam
serta sumber dana pembiayaaan kegiatan.
bidang kehutanan.
10. METODOLOGI
16. DAFTAR PUSTAKA
Memuat tentang metode survei, pelaksanaan
Memuat pustaka / litelatur yang digunakan
serta pengolahan dan analisa tegakan.
sebagai bahan pelengkap / pendukung dalam
11. KEADAAN UMUM WILAYAH
membahas hasil diinventarisasi
Memuat tentang letal dan luas areal KPH,
17. LAMPIRAN -LAMPIRAN
keadaan hutan, topografi, geologi, tanah, iklim
Berisi data penunjano antara lain peta peta,
dan bentang alam spesifik berkaitan dengan
daftar potensi hasil pengolahan daftar nama
areal yang diinventarisasi.
pohon/jenis, serta data/informasi lainnya yang
12. SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA
berkaitan dengan hasil inventarisasi.
Memuat tentang sosial ekonomi budaya
masyarakat didalam dan disekitar area yang
diinventarisasi.
48 PELAPORAN
49 Inventarisasi Hutan pada Wilayah KPHL dan KPHP
Petunjuk Teknis
1
W-E
CRUE
ZONE:
2
CLUSTER
5m
N-5
NUMBER OF
25 X 25 m
3
HECTAR A PLOT
4
NAME OF SPECIES
RECORD UNIT
5 - 19.9 cm
20+ cm
PERMANENT PLOT A
SEKTOR DEGREES
6
11
9
8
7
6
5
4
3
2
1
7
25
24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
12
D
of
14
0.2
9
AD
DBR
6 X 6 M SQUARES
0.1 Cm
15
DAMAGE
10
CONTROL
16
BUTTRES HEIGHT
11
RECORD TYPE
D
17
2.2
AB
12
PROVINCE
18
BOLE HEIGHT
13
LAND SYSTEM
19
TREE HEIGHT
0.01 Cm 0.1 Cm 0.1 Cm 0.1 Cm
14
ALTITUT
20
GRADE
15
LAND CATEGORY
21
DIVESTATION
16
FOREST TYPE
22
TREE CLASS
17
STAND CONDITION
23
CROWN CLASS
18
YEAR OF LOGING
24
CROWN POSITION
19
TERRAIN
FOR
DISTANCE
0.1 Cm
CROWN
20
SLOPE
HEIGH OF
0.1 Cm BASE
21
ASPEC
PERCENT
BASE
22
23
CREW NUMBER
TOP OF TREE
24
MONTH
FOR
DISTANCE
0.1 Cm
READING FOR
25
YEAR
PERCENT 2009
BASE
1
4
7
BUTTREES
D0 & AB
2
5
8
Checket
FULL BARS
Enumerator
3
6
9
1/4 BARS
0.1 Cm
2
6
1/2 BARS
3
7
4
8
10 11 12
13 14 15 16
FULL BARS
D2 & AB
BUTTRESS
4 BARS
0.1 Cm
SHEET
1
25
AZIMUT TO TREE
OF
HORIZONT DISTANCE
26
1
TO TREE
0.5 Cm
PELAPORAN 50
1
W-E
CRUE
ZONE:
2
CLUSTER
N-5
NUMBER OF
HECTAR A PLOT
4
RECORD UNIT
NAME OF SPECIES
PERMANENT PLOT B
r 10 m RATTAN 3+Cm
r 5 m RATTAN 2.0 Cm
r 1 m TREE SEEDLING
SEKTOR DEGREES
r 2 m TREE SAMPLING
DISTANCE TO SEC-
6
0.1 m
MENT
7
COUNT
LARGE PART
9
8
7
6
5
4
3
2
1
25
24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
11
RECORD TYPE
8
SMALL PART
PARTITION
12
9
13
RECORD TYPE
14
SEEDLING
12
SEEDLING
15
SAMPLING
13
SAPLING
16
RATTAN 2.9 M
14
RATTAN 2.9 M
17
STEMS
15
RATTAN 3 + M
NUMBER OF RECORD
18
D MAX
16
BAMBOO
19
D MIN
17
DEPTH OF PEATH
Cm
20
D AVERAGE
RATTAN 3+M
18
DEPTH OFRUMUS
Cm
a SINGGLE c CLUSTER
21
C AVERAGE
19
TEXTURE
20
COLOUR
10 M
21
STONES
22
TEXTURE
r 10 m BAMBOO
NAME OF SPECIES
23
NATIONAL FOREST INVENTORY OF INDONESIA
COLOUR
30 M
24
STONES
11
DEPTH OF SOIL (CM)
RECORD TYPE
SOIL PARAMETER
25
TEXTURE
50 M
12
CNSEC NUMBER
26
COLOUR
13
SPECIES CODE
27
STONES
14
HEIGH OF BASE
28
SLOPE POSITION
15
PERCENT BASE
29
CRW NUMBER
16
CROWN POINT
NO. OF CLUMBS
30
MONTH
17
31
TOP OF TREE
18
AZIMUT TO BAMBOO
YEAR
2009
19
HOR. DISTANCE BAMBOO
0.1 Mm
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat
di Dalam/Sekitar Kawasan Hutan/Kesatuan
Pengelolaan Hutan (Penyempurnaan)
51
KATA PENGANTAR
Selain dalam pelaksanaan kegiatan dilapangan, perubahan-perubahan yang dilakukan anara lain
uraian dalam daftar pertanyaan (kuisioner) untuk responden dan analisa hasil dimana pada petunjuk
teknis terdahulu menggunakan metode SWOT yang menurut pelaksana sulit difahami, sedangkan saat
ini menggunakan metode kualititatif dan kualitatif yang lebih praktis dan dapat mengenani sasaran.
Kepada semua pihak yang telah memberikan sumbagan tenaga dan fikiran guna menyempurnakan
petunjuk teknis ini diucapkan terimakasih.
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam/Sekitar Kawasan Hutan/Kesatuan Pengelolaan Hutan (Penyempurnaan) 53
BAB 1
PENDAHULUAN
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam/Sekitar Kawasan Hutan/Kesatuan Pengelolaan Hutan (Penyempurnaan) 55
3. Menyamakan persepsi tentang pelaksanaan sangat berpengaruh atau dipengaruhi oleh
inventarisasi sosial budaya masyarakat di persoalannya.
dalam/sekitar kawasan hutan/KPH. 5. Kekuatan (power) adalah kemampuan
4. Menyempurnakan petunjuk teknis yang sudah untuk memenangkan kepentingannya
ada sebelumnya (tahun 2006). dengan menggunakan kekuatan ekonomi
dan keuangan, politik, fisik dan daya paksa,
Adapun tujuan dari Inventarisasi Sosial Budaya informsi dan komunikasi yang dimiliki.
ini adalah untuk menyamakan persepsi para
6. Kepentingan (interest) adalah mengindikasikan
pelaksana di lapangan dan memenuhi kebutuhan
tinggi rendahnya dampak yang mungkin
data dan informasi yang dibutuhkan.
timbul dari situasi atau proyek terhadap
kepentingan para pemangku kepentingan.
C. PENGERTIAN
7. Legitimasi/keabsahan adalah pengakuan dari
Istilah-istilah yang perlu diketahui dalam pihak lain atas status, respect/penghargaan,
Petunjuk Teknis ini adalah sebagai berikut. dan klaim (yang bisa diaplikasikan pada situasi
1. Sejarah desa adalah sejarah masyarakat tertentu) yang ada pada suatu pemangku
yang bermukim bdi suatu lokasi tertentu kepentingan.
berdasarkan penelusuran masyarakat sendiri.
2. Hutan masyarakat adalah hutan yang secara
D. RUANG LINGKUP KEGIATAN
administratif dimiliki oleh sekelompok Tahapan kegiatan inventarisasi sosial budaya
masyarakat ataupun inividual dan pada masyarakat di dalam/sekitar kawasan hutan/
umumnya terletak di luar kawasan hutan dan KPH adalah tahap persiapan, inventarisasi/survei
termasuk ke dalam suatu wilayah desa. lapangan, analisis dan penyusunan laporan.
3. Institusi/lembaga/pranata adalah organisasi-
organisasi yang berisi manusia-manusia yang 1. Persiapan
para anggotanya sama-sama punya komitmen
Tahap persiapan meliputi penetapan lokasi
tertentu.
kegiatan, yaitu desa yang berada di sekitar (di dalam
Institusi adalah entitas-entitas luas atau
atau di luar) KPH yan telah ditetapkan secara resmi
berskala besar yang dimaksudkan untuk oleh kementerian kehutanan dan ditentukan secara
melayani kepentingan tertentu atau mengatasi sengaja (purposive sampling). Penentuan lokasi
masalah-masalah sosial tertentu. Bentuknya tersebut mempetimbangkan bahwa keberadaan
bisa berupa organisasi, kelompok sosial desa di sekitar KPH tersebut berpengaruh secara
kemasyarakatan atau praktek tertentu yang langsung atau tidak langsung terhadap adanya
berulangulang yang menuntut komitmen KPH atau sebaliknya, KPH yang telah ditunjuk
anggota. Di dalamnya ada aturanaturan tersebut mempengaruhi secara langsung atau
baku yang menyangkut prosedur dan bentuk- tidak langsung terhadap eksistensi desa tersebut.
bentuk artikulasi hubungan dan kepentingan, Dengan mempertimbangkan interaksi tersebut
baik secara formal (berdasarkan peraturan maka bisa bersifat saling menguntungkan, atau
hukum yang diundangkan) atau informasl, salah satu yang dirugikan atau diuntungkan.
yaitu berdasarkan pada norma-norma sosial Informasi adanya keberadaan desa tersebut dapat
yang ada atau melalui tradisi tertentu. dilakukan dua tahap yaitu berdasarkan informasi
4. Pemangku kepentingan (stakeholder) BPKH setempat yang di overlaykan dan di analisa
adalah kelompok dalam masyarakat yang dengan analisa hasil penafsiran citra landsat.
56 PENDAHULUAN
Mengenai kultur dan adat istiadat bisa di dll). Disamping itu perlu dilakukan peninjauan
hasilkan melalu wawancara pada saat pelaksanaan lapangan (kawasan hutan/KPH) guna melihat
dan dari pustaka yang tersedia. bagaimana kondisi hutan di sekitar pemukiman
Persiapan lainnya adalah melengkapi berbagai dan sejauhmana/bagaimana interakasi antara
alat bantu yang diperlukan di lapangan seperti masyarakat dengan kawasan hutan, serta
daftar pertanyaan, buku catatan, kertas flipchart, kemungkinan adanya ancaman/tekanan terhadap
spidol, penggaris, dan lain-lain. kawasan hutan mapun peluang-peluang berupa
dukungan masyarakat terhadap keberadaan
2. Inventarisasi/survei lapangan kawasan hutan.
Data dan informasi tersebut di atas selanjutnya
Sebelum melakukan kegiatan inventarisasi/
ditabulasi dan di analisis dengan menggunakan
survei tingkat lapangan/desa, perlu dilakukan
metode kualitatif dan kuantitatif.
konsultasi dan koordinasi dengan BPKH setempat
dan instansi terkait pada tingkat Kabupaten/Kota
4. Penyusunan laporan
dan Kecamatan. Pada tingkat Kabupaten/Kota
konsultasi diarahkan pada instansi Daerah (Dinas Secara umum laporan hasil inventarisasi sosial
Kehutanan, Dinas Transmigrasi, Dinas PU, dll), budaya masyarakat menguraikan tentang hasil-
dan UPT yaitu Balai Taman Nasional, Tahura, dan hasil kegiatan yang telah diperoleh pada tingkat
lain-lain. Sedangkan pada tingkat Kecamatan akan Kabupaten/Kota dan Kecamatan serta tingkat
diperoleh data dan informasi awal tentang kondisi Desa dan lapangan. Penyusunan laporan di bagi
desa yang menjadi sasaran kegiatan. dalam Bab atau Sub Bab guna mempermudah
Pada tingkat Desa, Tim terlebih dahulu pengungkapan data/informasi dan kasus secara
melakukan koordinasi dengan aparat Desa logis, sebagai berikut:
dan tokoh masyarakat/tokoh adat setempat
1. Kronologis: urutan Bab atau Sub Bab disusun
menjelaskan tentang maksud dan tujuan kegiatan
berdasarkan batasan urutan waktu misalnya:
inventarisasi. Selanjutnya melakukan penentuan
sebelum penetapan status kawasan hutan,
narasumber (tokoh masyarakat/adat), responden
sesudah penetapan status kawasan hutan, dan
(anggota masyarakat), pemilihan tempat dan waktu
seterusnya, atau berdasarkan tingkatan posisi
pelaksanaan pengumpulan data dan informasi.
misalnya: desa, kecamatan, dan seterusnya.
3. Analisis data 2. Topikal: urutan Bab atau Sub Bab disusun
berdasarkan subyek inventarisasi. Setiap
Data yang dikumpulkan dalam kegiatan subyek/topik menjadi unit sasaran deskripsi
inventarisasi sosial budaya masyarakat di sekitar dan analisis, misalnya: sosial ekonomi,
kawasan hutan antara lain sebagai berikut: kelembagaan, dan seterusnya.
1. Sejarah desa, pemukiman dan tata guna 3. Spasial: urutan Bab atau Sub Bab disusun
lahan di wilayah desa (sebelum dan sesudah berdasarkan kaitan fisik, baik secara geografis
penetapan status kawasan hutan) maupun spasi/ruang.
2. Sistem dan struktur masyarakat
4. Institusional: urutan Bab atau Sub Bab disusun
Data-data yang diukumpulkan terkait dengan berdasarkan type-type organisasi seperti
gambaran umum lokasi kegiatan inventarisasi organisasi sosial, bisnis, ekologis, dan lain-lain.
antara lain kondisi tanah, topografi, iklim, Pendekatan ini juga memerlukan investigasi
kependudukan, sarana prasarana (transportasi, tentang metoda kerja, permasalahan,
perhubungan, perekonomian/ perdagangan, pembiayaan, dan karakteristik lainnya dari
pendidikan, kesehatan, penerangan, air bersih, berbagai komponen organisasi atau institusi.
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam/Sekitar Kawasan Hutan/Kesatuan Pengelolaan Hutan (Penyempurnaan) 57
5. Logika: urutan Bab atau Sub Bab disusun
berdasarkan urutan logis atau dalam tahapan,
misalnya dari yang sederhana ke yang lebih
kompleks, dari yang sifatnya umum ke yang
sifatnya khusus, atau sebaliknya.
6. Sebab dan Akibat: pendekatan digunakan
untuk jenis kegiatan eksperimen, seperti:
uraian tentang hipotesis, pengujian variabel,
deskripsi tentang efeknya.
7. Kombinasi sistem: urutan Bab atau Sub Bab
disusun berdasarkan kombinasi dua atau lebih
pendekatan.
58 PENDAHULUAN
BAB 2
METODA INVENTARISASI
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam/Sekitar Kawasan Hutan/Kesatuan Pengelolaan Hutan (Penyempurnaan) 59
a. Jati diri responden C. PENGUMPULAN DATA
b. Masyarakat (asal usul masyarakat dan
Pengumpulan data kegiatan inventarisasi
aksesibilitas masyarakat menuju kawasan
sosial budaya masyarakat menggunakan metode
hutan).
kualitatif dan kuantitatif.
c. Ketergantungan masyarakat dan
distribusi manfaat sumber daya hutan 1. Metode Kualitatif
(penguasaan lahan, penggunaan lahan,
perladangan berpindah, manfaat hutan, Penelitian kualitatif digunakan untuk
akses pemasaran hasil hutan, kegiatan memperoleh data tentang persepsi, untuk
perekonomian yang dikembangkan oleh menggali sejarah kepemilikan lahan, kebijakan
masyarakat, dan tingkat kesejahteraan pemberdayaan masyarakat, interaksi masyarakat
dengan sumberdaya hutan, konflik kawasan, serta
masyarakat).
pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh maupun pemerintah. Untuk memperoleh data
dari literatur yang tersedia pada instansi tersebut diperlukan 4 teknik pengumpulan
pemerintah pada tingkat kabupaten/kota, data, yaitu (1) studi literatur, (2) observasi, (3)
kecamatan dan desa maupun pihak swasta, wawancara, dan (4) diskusi terbatas.
sebagai berikut: 1. Studi/data literatur, dilakukan pada persiapan
a. Data kependudukan sebelum ke lapangan, pada saat di lapangan,
b. Data perekonomian (mata pencaharian, dan kembali dari lapangan. Pengumpulan data
pola pertanian, hasil hutan, peternakan, pada tahap persiapan sebelum ke lapangan
kerajinan tangan/industri kecil, sarana bertujuan agar tim memahami kondisi umum
masyarakat dan rencana pembangunan oleh
prasarana perekonomian dan aksesibiltas
pemerintah daerah.
ke pusat perekonomian.
Data literatur pada saat di lapangan, untuk
c. Data penggunaan lahan dan hak ulayat.
melengkapi data primer.
d. Pemanfaatan SDH (pemanfaatan lahan Data literatur setelah dari lapangan, untuk
hutan dan pemanfaatan /pemungutan memperluas wawasan dalam membuat analisa
hasil hutan kayu dan non kayu termasuk data lapangan.
satwa). Data literatur dikumpulkan pada tingkat
e. Harga hasil pertanian dan kebutuhan provinsi/kabupaten/kota/ kecamatan
pokok dalam setahun. berupa buku dalam angka, rencana strategis
pemerintah provinsi/kabupaten/kota/
f. Adat istiadat dan proses sosial di
kecamatan, monografi desa, dan kebijakan
masyarakat. Pe m e r i n t a h t e r h a d a p p e m a n f a a t a n
g. Kelembagaan sosial ekonomi dan budaya sumberdaya hutan (perundangan, peraturan
yang ada. pemerintah, peraturan daerah).
h. Pendidikan (tingkat pendidikan dan 2. Observasi, dilakukan untuk memperoleh
sarana pendidikan) gambaran nyata mengenai mata pencaharian
masyarakat, permukiman, pemanfaatan
i. Kesehatan (jumlah tenaga medis dan
sumber daya hutan, kondisi sosial ekonomi
sarana prasarana termasuk penyakit yang
masyarakat, kondisi kesehatan masyarakat,
sering diderita masyarakat).
kondisi pendidikan masyarakat, serta kondisi
j. Sarana air bersih, MCK dan penerangan. geografis masyarakat, kondisi kesejahteraan
k. Sarana transportasi dan perhubungan. masyarakat dan kondisi infra struktur desa.
60 METODA INVENTARISASI
Untuk mendukung metode observasi perlu 2. Metode Kuantitatif
dilakukan kegiatan pemotretan sebagai media
dokumentasi, dan pengambilan letak geografis Metode kuantitatif digunakan untuk
yaitu titik koordinat desa dan kawasan hutan. mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat
berdasarkan sumber mata pencaharian serta potensi
3. Wawancara, dilakukan untuk memperoleh
perekonomian masyarakat. Metode kuantitatif
keterangan tentang peristiwa yang tidak dapat
juga digunakan untuk mengetahui tingkat
disaksikan langsung pada saat pelaksanaan
ketergantungan masyarakat terhadap kawasan
kegiatan. Metode ini digunakan untuk
hutan. Metode pengumpulan data menggunakan
memahami sejarah kepemilikan lahan,
kuisoner (daftar isian) dengan sumber informasi
kebijakan pemberdayaan masyarakat, interaksi
adalah responden. Jumlah responden pada masing-
masyarakat dengan sumberdaya hutan, konflik
masing desa sampel sebanyak 15 (lima belas) orang.
kawasan, serta pemanfaatan sumberdaya
Pemilihan responden didasarkan pada
hutan oleh masyarakat maupun pemerintah.
pertimbangan jenis mata pencaharian masyarakat
Metode pengumpulan data dilakukan dengan
yaitu petani kebun, petani ladang, petani sawah,
menggunakan 2 teknik wawancara, yaitu (1)
peternak, pedagang, nelayan, karyawan, dan PNS/
wawancara cara bebas (open interview), dan
TNI/Polri.
(2) wawancara mendalam (depth interview).
a. Teknik wawancara bebas (open interview) D. ANALISIS DATA
dilakukan di kantor desa, warung makan,
tempat ibadah, kantor desa, terminal Analisa data dalam kegiatan inventarisasi
angkutan, ataupun di pasar dengan topik sosial budaya masyarakat menggunakan metode
tidak terfokus. Teknik wawancara bebas deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hal-hal yg
ini digunakan sebagai komparasi atau perlu di analisis antara lain adalah:
cross check data dari informan kunci. 1. Pertambahan penduduk
b. Teknik wawancara mendalam (depth 2. Kebutuhan lahan
interview) dilakukan terhadap informan
3. Tingkat Kesejahteraan
kunci (key informant) seperti kepala desa,
4. Tingkat Pendidikan
kepala adat, dan tokoh masyarakat yang
diwakili oleh guru, tokoh agama atau 5. Kondisi infrastruktur desa (kesehatan,
tokoh pemuda dengan menggunakan pendidikan, penerangan, air bersih,
pedoman wawancara, dengan jumlah transportasi, perhubungan, dll)
informan di setiap desa sampel sebanyak 6. Konflik atau perbedaan pendapat antara
5 (lima) orang. masyarakat dengan pemerintah daerah
4. Diskusi Terbatas, dilakukan di tingkat desa, 7. Kondisi politik lokal yang berpengaruh
untuk memahami interaksi antara masyarakat terhadap masyarakat dan hutan
dengan kawasan hutan, yang mencakup aspek 8. Peluang/dukungan terhadap kawasan hutan.
sejarah pemanfaatan dan prospek pengelolaan
berdasarkan aspirasi masyarakat. Diskusi
dilakukan dengan melibatkan kepala desa,
perangkat adat dan tokoh masyarakat/adat.
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam/Sekitar Kawasan Hutan/Kesatuan Pengelolaan Hutan (Penyempurnaan) 61
BAB 3
PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan inventarisasi sosial budaya masyarakat 2. Tim Pelaksana kegiatan inventarisasi sosial
di dalam atau sekitar kawasan hutan/KPH budaya masyarakat sebanyak 4 (empat) orang
dilaksanakan pada masing-masing fungsi hutan yaitu 2 (dua) orang dari UPT, 1 (satu) orang
atau unit pengelolaan, dengan tahapan sebagai Dinas Kehutanan Provinsi dan 1 (satu) orang
berikut: Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota.
A. PERSIAPAN
B. PELAKSANAAN
INVENTARISASI LAPANGAN
C. TIM PELAKSANA
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam/Sekitar Kawasan Hutan/Kesatuan Pengelolaan Hutan (Penyempurnaan) 63
BAB 4
PELAPORAN
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam/Sekitar Kawasan Hutan/Kesatuan Pengelolaan Hutan (Penyempurnaan) 65
5. PENDAHULUAN b. Demografi Uraian tentang jumlah dan
Berisi uraian singkat tentang latar belakang, mutasi penduduk, pendidikan, agama,
maksud dan tujuan, tahapan kegiatan, bahasa dan lain-lain.
serta keluaran yang dicapai dalam kegiatan c. Sarana dan Prasarana Uraian tentang
inventarisasi sosial budaya masyarakat di sarana dan prasarana umum yang tersedia
dalam/sekitar kawasan hutan/KPH. di desa antara lain sarana prasarana
a. Latar Belakang Uraian singkat tentang ekonomi, pendidikan, transportasi,
pentingnya inventarisasi sosial budaya perhubungan, perdagangan, komunikasi,
dan mengapa kegiatan inventarisasi kesehatan, peribadatan, olah raga,
tersebut dilakukan. kesenian, air bersih, penerangan dan
b. Maksud dan Tujuan Menguraikan lain-lain.
tentang maksud dan tujuan kegiatan 8. HASIL
inventarisasi sosial budaya masyarakat. Uraian tentang hasil aspek-aspek utama yang
6. METODA INVENTARISASI diinventarisasi, yang disusun secara kronologis
Uraian singkat tentang metoda pemilihan sehingga mempermudah pengungkapan secara
lokasi, jenis data, pengumpulan data dan logis tentang kondisi sosial budaya masyarakat
analisis data. di dalam/sekitar kawasan hutan/KPH. Data
dan informasi hasil kegiatan disajikan dalam
a. Metoda Pemilihan Lokasi Uraian tentang
bentuk deskripsi, tabel, grafik atau gambar.
alasan dan metoda memilih lokasi/desa.
Dalam bab ini juga disajikan saran-saran yang
b. Jenis Data Uraian tentang jenis data yang perlu ditindaklanjuti dalam bentuk kebijakan
diperlukan dalam kegiatan inventarisasi atau operasional pengelolaan sumberdaya
c. Pengumpulan Data Uraian tentang hutan.
metoda pengumpulan data yang 9. ANALISA
digunakan di lapangan baik untuk Uraian tentang analisa terhadap hasil
mengumpulkan data primer maupun inventarisasi sosial budaya, disusun sesuai
data sekunder, pada tingkat Provinsi/ urutan pada bab hasil.
Kabupaten/Kota/kantor Desa dan tingkat
10. KESIMPULAN DAN SARAN
masyarakat.
a. Kesimpulan Uraian tentang pokok-pokok
d. Analisis Data Uraian tentang metoda
hasil inventarisasi, diambil dari Bab Hasil
analisis data yang digunakan, yaitu
dan Pembahasan.
analisis data kuantitatif dan kualitatif.
b. Saran Uraian tentang saran dan tindak
7. GAMBARAN UMUM LOKASI lanjut yang perlu dilakukan untuk
Uraian tentang keadaan umum lokasi menyelesaikan permasalahan.
inventarisasi, yaitu kondisi biofisiklapangan,
11. LAMPIRAN-LAMPIRAN
perkembangan kependudukan, kondisi
infrastruktur/sarana dan prasarana.
C. PENUTUP
a. Biofisik Uraian tentang keadaan desa
dan kondisi hutan, yaitu luas, letak dan Penyempurnaan Petunjuk Teknis Inventarisasi
batas desa, ketinggian dari permukaan Sosial Budaya Masyarakat ini diharapkan dapat
air laut, topografi, jenis tanah, curah digunakan sebagai petunjuk pelaksanaan kegiatan
hujan, bentang alam, type hutan, tingkat dalam pelaksanaan di lapangan, penyusunan
kerusakan hutan dan lain-lain. laporan sampai pada tahap analisa hasil.
66 PELAPORAN
Hasil kegiatan inventarisasi sosial budaya
masyarakat di dalam/sekitar kawasan hutan/
KPH diharapkan dapat memberikan masukan
aspek sosial budaya masyarakat dalam pengelolaan
kawasan hutan/KPH dimasa yang akan datang.
Saran dan masukan dari berbagai pihak
masih sangat diperlukan guna perbaikan dan
penyempurnaan petunjuk teknis baik dalam
pelaksanaan di lapangan maupun penyusunan
laporannya.
Semoga petunjuk teknis ini bermanfaat.
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam/Sekitar Kawasan Hutan/Kesatuan Pengelolaan Hutan (Penyempurnaan) 67
DAFTAR ISIAN
KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA
MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN
data sekunder
DUSUN/KAMPUNG :
DESA :
KECAMATAN :
KABUPATEN :
PROPINSI :
Daftar Isian ini diisi berdasar hasil wawancara dan orientasi lapangan. Wawancara dilakukan secara
perorangan maupun kelompok dengan responden di desa dengan pertimbangan keterwakilan jenis
mata pencaharian yang ada di masyarakat. Responden yang dapat dijadikan sumber informasi
adalah tokoh formal maupun informal seperti kepala desa/dusun, pimpinan adat, ketua kelompok,
pemuka agama, tokoh pemuda dan wanita, guru, dokter/bidan, pedagang pengumpul hasil hutan,
pengrajin, dsb. Orientasi lapangan dilakukan melalui penjelajahan wilayah, identifikasi jenis
dan sebaran lokasi sumber daya alam serta penguasaan dan pemanfaatannya oleh masyarakat.
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam/Sekitar Kawasan Hutan/Kesatuan Pengelolaan Hutan (Penyempurnaan) 69
I. KEPENDUDUKAN
Kelompok
Nama Kampung/Dusun/ Jumlah Jiwa Jumlah KK
Pemukiman
Jumlah
*) Meliputi pekarangan, lading, sawah, kolam, kebun, belukar bekas lading, hutan rakyat dll.
0-4
5-9
10 - 14
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
60 - 64
> 65
Jumlah
Rasio Beban
Rasio Jenis Kelamin
Tanggungan
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam/Sekitar Kawasan Hutan/Kesatuan Pengelolaan Hutan (Penyempurnaan) 71
2.3. Perkembangan Jumlah Penduduk 5 Tahun Terakhir:
Kriteria
2.5. Jumlah penduduk menurut agama yang dianut dan sarana peribadatan
Jumlah Pemeluk
No Agama Jumlah Sarana Ibadah
(0rg)
- Masjid
1 Islam
- Mushola/surau
2 Kristen - Gereja
3 Katholik - Gereja
5 Budha - Kuil
Jumlah
72 PELAPORAN
II. PEREKONOMIAN
3.2. Jumlah petani serta Luas dan produksi tanaman pertanian setahun terakhir
Jumlah Produksi
Luas Areal
No Jenis Komoditi Petani Per hekater
(ha) Total (kg)
(KK) (kg/ha)
A. Tanaman Pangan
1. Padi sawah
2. Padi ladang
3. Jagung
4. Ubi-ubian
5. Kacang-kacangan
6. Sayuran
7.
Sub Total A
B Tanaman Tahunan
1. Kelapa
2. Kopi
3. Karet
4. Rotan
5. Pisang
6.
7.
Sub Total B
Total A + B
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam/Sekitar Kawasan Hutan/Kesatuan Pengelolaan Hutan (Penyempurnaan) 73
3.3. Jumlah Pemungut dan Produksi Hasil Hutan (Kayu dan Nir Kayu) dan Sungai/Danau
Rata-rata
Pemungut Satuan Totak Hasil
No Jenis Hasil Hutan Hasil Per
(Orang) Produksi Per Tahun
Orang/Tahun
1. Kayu Gelondongan m3
2. Kayu Balokan Ulin m3
3. Kayu Balokan Campuran m3
4. Sirap Ulin Ikat
5. Rotan Ton
6. Sarang Burung Walet Kg
7. Gaharu Kg
8 Tengkawang Ton
9 Damar Ton
10 Rusa/Payau/dsb Ekor
11 Babi hutan Ekor
12 Burung Ekor
13 Ikan Sungai/danau/laut Ekor
Jumlah Jumlah
No Jenis No Jenis
(ekor) (ekor)
1. Kerbau 5 Kambing/domba
2. Sapi 6 Ayam
3. Kuda 7 Itik
4. Babi 8 Unggas lainnya
74 PELAPORAN
3.6. Sarana-prasarana perekonomian
Jumlah
No Jenis Sarana Ekonomi Keterangan
(Unit)
1. Pasar
2. Toko pakaian
3. Toko pertanian
5. Warung/kios sembako
6. Warung makan
7. Lumbung padi
8 Penggilingan padi
9. Pedagang pengumpul
14 Speed boat
15 Long boat
17. Bank/BPR
18. Koperasi
19. Penginapan
21. Wartel
25. Bengkel
26. Salon
27. Penjahit
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam/Sekitar Kawasan Hutan/Kesatuan Pengelolaan Hutan (Penyempurnaan) 75
3.7. Aksesibilitas ke pusat-pusat perekonomian dan ke jalan/base camp HPH
1 Pemukiman
2 Sawah
3 Ladang
4 Kebun (tanaman keras/tanaman tahunan)
5 Semak belukar (bekas ladang)
6 Padang rumput/alang-alang
7 Hutan rakyat/hutan tanaman rakyat
8 Hutan
9 Rawa
10 Lain-lain
Jumlah
Catatan: coret jawaban (ya/tidak) yang tidak sesuai. Jika ada peta/sketsanya salinlah.
76 PELAPORAN
IV. PEMANFAATAN SUMBER DAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT
No Aspek Deskripsi
5.2. Pemanfaatan/pemungutan hasil hutan non kayu untuk konsumsi masyarakat sendiri/tidak di-
jual (obat-obatan, perlengkapan upacara adat, bahan makanan, dsb)
1.
2.
3.
4.
5
6.
7.
8.
9
10
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam/Sekitar Kawasan Hutan/Kesatuan Pengelolaan Hutan (Penyempurnaan) 77
V. KALENDER MUSIM DAN KEGIATAN PENDUDUK DESA
BULAN KE KETERANGAN
No PERSITIWA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 (LK/Pr,dsb)
A. MUSIM
1. Hujan
2. Kemarau
3. Banjir
4. Kekeringan
5. Paceklik
6. Musim Buah
7.
8.
B. PERLADANGAN
1. Mencari lokasi
2. Tebas
3. Tebang
4. Bakar
5. Pembersihan
6. Tugal-tanam
7. Penyiangan
8. Panen
C. KEGIATAN LAIN
1. Bersawah
2. Menyadap Karet
3. Mencari Rotan
4. Mencari Madu
5. Mencari Gaharu
6. Mencari Damar
7. Mencari Tengkawang
8. Mencari Emas
9. Berburu
10. Mencari Ikan
11. Membuat Sirap
12. Menebang Kayu
13.
14.
78 PELAPORAN
BULAN KE KETERANGAN
No PERSITIWA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 (LK/Pr,dsb)
D. UPACARA/PESTA
ADAT
1. Pesta Kawin
2. Membuka Lahan
3. Tanam Padi
4. Panen Padi
5.
6.
VI. DAFTAR HARGA HASIL PERTANIAN DAN KEBUTUHAN POKOK SETAHUN TERAKHIR
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam/Sekitar Kawasan Hutan/Kesatuan Pengelolaan Hutan (Penyempurnaan) 79
HARGA PER SATUAN
NO JENIS SATUAN TERENDAH TERTINGGI RATA-2 KET.
(Rp) (Rp) (Rp)
C HASIL PERTA-
NIAN
1. Padi
2. Jagung
3. Ubi Kayu
4. Pisang
5. Kelapa
6. Karet
D HASIL HUTAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
80 PELAPORAN
8.3. Ketentuan adat dalam pemanfaatan sumber daya hutan
8.4. Jenis-jenis upacara adat, tujuan, waktu, dan frekuensi pelaksanaannya 3 tahun terakhir
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam/Sekitar Kawasan Hutan/Kesatuan Pengelolaan Hutan (Penyempurnaan) 81
8.7. Jenis kegiatan & frekuensi gotong royong setahun terakhir
No. Jenis kegiatan gotong royong Fruekuensi Rata-rata jumlah warga yang terlibat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.1. Jenis lembaga, jumlah anggota, volume usaha/omset, dan tokoh/pemimpin Lembaga Sosial Eko-
nomi Masyarakat (koperasi, KUB, arisan, kelompok tani, kelompok simpan pinjam, dsb)
9.1. Nama lembaga, jumlah anggota/peserta, aktifitas, dan pimpinan lembaga sosial budaya (Gereja,
pesantren, kelompok pengajian, kelompok kesenian, klub olah raga, dsb)
82 PELAPORAN
9.2. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat oleh Perusahaan dan Pemerintah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
IX. PENDIDIKAN
1 Tidak sekolah
2 SD tidak tamat
3 SD tamat
4 SLTP
5 SLTA
6 D1/D2/D3
7 S1
Jumlah
Jumlah
Jumlah Ruang Jumlah Murid Jumlah Guru
No Jenis Sarana Sekolah
Kelas (buah) (org) (org)
(buah)
1 TK/TPA
2 SD & sederajat
3 SMP & sederajat
4 SMA & sederajat
5 Kejar paket A/B
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam/Sekitar Kawasan Hutan/Kesatuan Pengelolaan Hutan (Penyempurnaan) 83
10.3. Jumlah lulusan SD yang melanjutkan/tidak ke SMP pada 3 (tiga) tahun terakhir.
Jumlah Lulusan SD Melanjutkan Tidak Melanjutkan
No Tahun Ajaran
(org) (org) (org)
1
2
3
10.4. Jumlah anak usia SD, SLTP, dan SLTA yang bersekolah dan tidak sekolah
Tidak Tingkat Pasrtisi-
Jumlah Bersekolah
Kelompok Umur Sekolah pasi Sekolah (dalam
(jiwa) (jiwa)
(jiwa) Persen)
Umur 7-12 tahun (SD)
Umur 13-15 tahun (SMP)
Umur 16-18 tahun (SLTA)
X. KESEHATAN
11.1. Jenis dan jumlah sarana prasarana dan tenaga kesehatan yang ada di desa
Jumlah
No Jenis Sarana/Tenaga Keterangan
(org/buah)
1. Puskesmas
2. Puskesmas pembantu
3. Poliklinik
4. Posyandu
5. Dokter
6. Bidan/Mantri
7. Perawat
8. Dukun bayi terlatih
9. Tukang sunat
10. Dukun tradisional
84 PELAPORAN
11.3. Jumlah kasus setiap jenis penyakit yang diderita penduduk setahun terakhir
(Jika data kuantitatif tidak ada, catat jenis penyakit yang sering diderita penduduk)
11.4. Jumlah Kelahiran dan kematian bayi (umur<1 tahun) dalam 3 (tiga) tahun
terakhir
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam/Sekitar Kawasan Hutan/Kesatuan Pengelolaan Hutan (Penyempurnaan) 85
XI. KETERTIBAN DAN KEAMANAN
No Jenis kasus Jumlah Peny Peny Jumlah Peny Peny Jumlah Peny Peny
Kasus Adat Formal Kasus Adat Formal Kasus Adat Formal
1. Pencurian
Pencurian dg
2.
kekerasan
3. Penganiayaan
4. Pembunuhan
5. Perselisihan
Perusakan sarana
6.
umum
7. Perceraian
8. Tindak asusila
Demontrasi/
9.
pengerahan massa
10.
11.
12.
86 PELAPORAN
Kuesioner Data Primer
Responden
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Agama :
4. Umur :
5. Status kependudukan :
6. Pendidikan :
7. Status Perkawinan :
8. Jumlah anggota keluarga :
9. Kegiatan utama dalam 3 bulan terakhir :
a. Bekerja di subsektor kehutanan
b. Bekerja di sektor pertanian selain kehutanan
c. Mengurus Rumah tangga
d. Bekerja di sektor lain, sebutkan ……………
10. Bila no. 9 jawabannya (a), kegiatan kehutanan utama dalam 3 bulan terakhir:
a. Pemungutan hasil hutan/penangkapan satwa liar
b. Penangkaran satwa liar
c. Jasa penebangan kayu
d. Usaha pembibitan
e. Budidaya tanaman kehutanan
f. Lainnya, sebutkan ………….
II. Masyarakat
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam/Sekitar Kawasan Hutan/Kesatuan Pengelolaan Hutan (Penyempurnaan) 87
b. Tugas, sebagai ……………………………
c. Mencari nafkah
d. Lainnya …………………………………..
4. Kegiatan ekonomi yang dikembangkan:
a. Mengelola dan memanfaatkan kawasan hutan
b. Berdagang
c. Lainnya ……………………………………..
5. Bila no.4 jawabannya (a), bagaimana cara mendapatkan lahan kawasan hutan:
a. jual-beli
b. mendapatkan bagian dari masyarakat setempat (dipersilahkan untuk bercerita dan kemu-
dian direkam)
c. Lainnya ………………………………………
6. Bagaimana pula dengan pengelolaannya:
a. sama dengan yang dilakukan oleh penduduk asli
b. dengan cara sendiri (dipersilahkan untuk bercerita dan kemudian direkam)
B. Akses Hutan Terhadap Masyarakat
1. Pengetahuan tentang batas desa:
a. Tahu, berdasarkan data geografis / cerita asal-usul desa
b. Tidak tahu
2. Letak rumah/tempat tinggal berada dimana ?
a. Tepi Hutan
b. Dalam Hutan
3. Jika no. 2 jawabannya (a), berapa jarak terdekat dari rumah ke kawasan hutan (km):
………………………
4. Akses jalan utama menuju/keluar kawasan hutan:
a. Jalan beraspal
b. Jalan diperkeras
c. Jalan tanah
d. Sungai
e. Jalan setapak
f. Lainnya; …………………….
5. Pengetahuan tentang kawasan hutan di sekitar tempat tinggal:
a. Tahu
b. Tidak tahu ® Langsung ke no. 8
6. Darimana pengetahuan mengenai kawasan hutan ?
a. Lurah/Camat
b. Petugas Kehutanan/aparat
c. Orang sekitar
88 PELAPORAN
d. Mengikuti penyuluhan
e. Plang
f. Lainnya …………………….
7. Apakah ada batas desa dengan kawasan hutan ?
a. ada
b. tidak ada
c. tidak tahu
8. Jika no. 7 jawabannya (a), jenis batas yang diketahui:
a. Pal/tanda batas
b. Jalan
c. Sungai
d. lainnya …………………….
9. Bagaimana kondisi hutan di sekitar tempat tinggal:
a. baik
b. rusak
10. Jika no. 9 jawabannya (b), apa yang menyebabkan kerusakan hutan tersebut ?
a. Kebakaran
b. Dirambah perusahaan
c. Dirambah masyarakat
d. lainnya ……………………..
11. Jika no. 10 jawabannya (a), apa yang menjadi penyebabnya ?
a. Bencana alam
b. Pembukaan lahan dengan pembakaran
c. Lainnya ……………………………….
Lahan Pertanian
Lahan Bukan
Rincian Lahan bukan
Lahan sawah Pertanian Jumlah
sawah
A. Penguasaan Lahan
1. Lahan milik sendiri
2. Hibah / Warisan / ulayat
3. Sewa
4. Jumlah Lahan yang dikuasai
B. Penggunaan Lahan Yang Dikuasai
1. Lahan untuk pertanian
a. Tanaman Kehutanan
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam/Sekitar Kawasan Hutan/Kesatuan Pengelolaan Hutan (Penyempurnaan) 89
b. Tanaman Padi & palawija
c. Pertanian lainnya
2. Lahan Bukan Untuk Pertanian
a. Rumah & Pekarangan
b. Lahan Tidur
c. Lainnya
C. Perladangan Berpindah
1. Apakah bertani tanaman semusim/pangan secara menetap ?
a. Ya
b. Tidak
2. Keterangan lahan yang diusahakan sekarang:
- Luas (m²): …………………..
- Jenis Tanaman Semusim:
a. Padi/Palawija
b. Hortikultura semusim
c. Perkebunan semusim
- Rencananya berapa lama diusahakan (tahun): ……………….
3. Keterangan lahan yang diusahakan sebelumnya:
- Luas (m²): …………………..
- Jenis Tanaman Semusim:
a. Padi/Palawija
b. Hortikultura semusim
c. Perkebunan semusim
- Berapa lama diusahakan (tahun): ……………….
D. Manfaat Fungsi Hutan
1. Pemanfaatan Hasil Hutan
Pakai sendiri /
Ya / Jual /
Jenis hasil Hutan Frekwensi Volume
Tidak Keperluan
lainnya
1. Kayu (sebutkan)
- ………………..
- ………………..
- ………………..
2. Getah (sebutkan)
- ………………..
- ………………..
- ………………..
90 PELAPORAN
3. Kulit Kayu (sebutkan)
- ………………..
- ………………..
- ………………..
4. Buah-buahan (sebutkan)
- ………………..
- ………………..
- ………………..
5. Rotan (sebutkan)
- ………………..
- ………………..
- ………………..
6. Tumbuhan Obat (sebutkan)
- ………………..
- ………………..
- ………………..
7. Gaharu (sebutkan)
- ………………..
- ………………..
- ………………..
8. Satwa (sebutkan)
- ………………..
- ………………..
- ………………..
9. Madu
10. Jamur
11. Sarang Burung
12. Bamboo
13. Lainnya:
- ………………..
- ………………..
- ………………..
- ………………..
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam/Sekitar Kawasan Hutan/Kesatuan Pengelolaan Hutan (Penyempurnaan) 91
E. Akses Pemasaran Hasil Hutan
1. Jarak terjauh untuk mendapatkan hasil hutan (km): ………………….
2. Apabila mengambil hasil hutan untuk dijual, dijual kemana:
a. Pasar Kecamatan (km): ………………
b. Pasar Kabupaten (km): ………………
c. Cukong, lokasinya: …………………..
d. Lainnya: ……………………………...
3. Bagaimana membawa hasil hutan itu untuk dijual ?
a. diangkut dengan kapal/perahu motor
b. diangkut dengan kendaraan besar (truk)
c. diangkut dengan kendaraan kecil (Pick up)
d. Lainnya ……………………………….
F. Kegiatan Ekonomi Lainnya yang Berkembang & Dikembangkan Masyarakat
Pengaruh terhadap
Keterlibatan Sejak
Jenis Kegiatan Ekonomi ekonomi RT & Kampung
(Ya / Tidak) (tahun)
(Positif / Negatif / Biasa)
1. (misal; Wisata alam)……………
2. ………………………..
3. ………………………..
4. .……………………….
5. …………………………
G. Keterangan Kesejahteraan Rumah
Tangga Masyarakat
Penilaian tentang perkembangan tingkat ke-sejahteraan Lebih Sama Sama Lebih Kete-
rumah tangga dalam 3 tahun terakhir: baik baik buruk buruk rangan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pendapatan rumah tangga
2. Kualitas makanan pokok
3. Kualitas (variasi) lauk pauk
4. Kemampuan membeli pakaian
5. Keadaan perumahan
6. Keadaan kesehatan anggota rumah tangga
7. Kemudahan dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan dan KB
8. Kemampuan membeli obat-obatan generic
9. Kemudahan menyekolahkan anak ke SD
92 PELAPORAN
10. Kemudahan menyekolahkan anak ke SMP
11. Kemudahan menyekolahkan anak ke SMU
12. Kemudahan menyekolahkan anak ke Perguruan
Tinggi
13. Rasa aman dari tindak kejahatan
Catatan: cawang yang dipilih pada kolom 2 s/d 5
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam/Sekitar Kawasan Hutan/Kesatuan Pengelolaan Hutan (Penyempurnaan) 93
Pedoman Wawancara
Masyarakat
PEDOMAN WAWANCARA/FGD
INVENTARISASI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT
DI DALAM/ SEKITAR KAWASAN HUTAN
(nara sumber: Perangkat Desa dan tokoh masyarakat)
Profil Surveyor
Tanda tangan
Profil Informan
Nama
Umur
Jenis Kelamin L/P
Pekerjaan
Latar Belakang Pendi-
dikan
1. Berdasarkan sejarah kepemilikan yang Anda ketahui masyarakat apa saja yang pernah menguasai/
tinggal di areal hutan tersebut? Jelaskan,
2. Sejak kapan masyarakat Anda tinggal di sini? Sudah berapa generasi dan bagaimana ceritanya
Jelaskan,
3. Berdasarkan cerita nenek moyang, hasil hutan apa saja yang dimanfaatkan oleh masyarakat di
areal hutan tersebut? Jelaskan,
4. Bagaimana mekanisme anggota masyarakat untuk dapat memanfaatkan hasil hutan tersebut?
Jelaskan,
5. Berdasarkan hukum adat siapa saja yang diberi wewenang untuk memanfaatkan kawasan hutan
tersebut? Jelaskan,
6. Norma adat apa yang digunakan oleh masyarakat untuk menentukan status kepemilikan
lahan? Berapa rata-rata luas kepemilikan lahan dari masing-masing kepala keluarga Jelaskan,
7. Apa saja yang dijadikan oleh masyarakat sebagai tanda batas dari kepemilikan lahan? Sebutkan
dan jelaskan,
Petunjuk Teknis
Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam/Sekitar Kawasan Hutan/Kesatuan Pengelolaan Hutan (Penyempurnaan) 95
8. Apakah lahan adat masyarakat ada yang masuk di areal hutan tersebut? Berapa luasnya, siapa
penggarapnya, dan dimanfaatkan untuk apa lahan tersebut, Jelaskan,
9. Apakah ada situs-situs sosial (makam, tempat keramat, dsb) milik masyarakat yang masuk di
areal hutan tersebut? Berapa jumlahnya, siapa ahli warisnya, dan dimana persebarannya Jelaskan,
10. Perusahaan apa yang pernah mengelola areal hutan tersebut? Sejauhmana masyarakat dilibatkan
dan memperoleh manfaat dalam pengelolaan areal hutan tersebut Jelaskan,
II. INTERAKSI MASYARAKAT DENGAN SDH
1. Apa saja mata pencaharian masyarakat terkait dengan pemanfaatan areal hutan? Sebutkan
dan jelaskan,
2. Apakah masyarakat masih menerapkan sistem pertanian berladang berpindah? Tata nilai dan
norma adat apa saja yang diperhatikan dalam sistem berladang berpindah tersebut, khususnya
dalam penentuan lahan? Jelaskan,
3. Berapa rata-rata luas ladang yang digarap dan masa siklus balik dari masyarakat Anda? Jelaskan,
4. Berdasarkan pengalaman selama ini, apakah hasil ladang tersebut sudah mampu memenuhi
kebutuhan makan masyarakat? Apakah hasil ladang tersebut ada yang dijual (komersial) ke
kota? Jelaskan,
5. Selain berladang, apakah masyarakat juga berkebun untuk memenuhi kebutuhan hidup? Jenis
perkebunan apa yang dikembangkan Sebutkan & jelaskan,
6. Apakah masyarakat melakukan perluasan areal kerja (perambahan) untuk perkebunan/
perladangan di areal kawasan hutan tidak dibebani hak? Aturan apa yang mendukung aktivitas
tersebut Jelaskan,
7. Jenis tanaman pokok apa yang dikembangkan masyarakat di areal perluasan tersebut dan apa
yang menjadi pertimbangannya? Jelaskan,
8. Hasil hutan non kayu dan hasil hutan kayu apa saja yang dimanfaatkan oleh masyarakat di
areal hutan tidak dibebani hak tersebut? Untuk kepentingan apa HHBK dan HHK tersebut
dimanfaatkan (komersial/subsisten) Jelaskan,
III. KONFLIK KAWASAN
1. Jenis dan sumber konflik apa yang pernah terjadi antara masyarakat dengan pihak lain yang
pernah beroperasi di kawasan hutan tersebut? Jelaskan,
2. Siapa saja yang terlibat dalam konflik di areal kawasan hutan tersebut? Jelaskan,
3. Mekanisme apa yang dilakukan oleh pihak lain dalam rangka menyelesaikan konflik tersebut?
Jelaskan,
4. Kesepakatan apa saja yang pernah diterbitkan oleh masyarakat dan pihak lain dalam rangka
mencegah timbulnya konflik pemanfaatan kawasan hutan ? Sebutkan dan jelaskan,
5. Menurut saran Anda, upaya apa yang harus dilakukan oleh pihak lain dalam rangka mencegah
terjadinya konflik di kawasan hutan tersebut? Jelaskan,
IV. PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN
1. Berdasarkan aspirasi Anda, sistem pengelolaan hutan apa yang paling sesuai untuk diterapkan
di kawasan hutan tersebut? Jelaskan,
2. Menurut saran Anda, bagaimana mekanisme pelibatan masyarakat yang paling efektif dalam
sistem pengelolaan hutan? Jelaskan,
3. Menurut Anda, jenis tanaman apa yang paling sesuai untuk dikembangkan di areal hutan
tersebut? Jelaskan,
4. Apa yang menjadi harapan dari masyarakat dalam sistem pengelolaan hutan tersebut ke depan?
Jelaskan,
96 PELAPORAN
Petunjuk
Petunjuk
Teknis
Teknis
TATA
TATA
HUTAN
HUTAN
DANDAN
PENYUSUNAN
PENYUSUNAN
RENCANA
RENCANA
PENGELOLAAN
PENGELOLAAN
HUTAN
HUTAN
pada Kesatuan
pada Kesatuan
Pengelolaan
Pengelolaan
HutanHutan
Lindung
Lindung
(KPHL)
(KPHL)
dan Kesatuan
dan Kesatuan
Pengelolaan
Pengelolaan
HutanHutan
Produksi
Produksi
(KPHP)
(KPHP)
KEMENTERIAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN
DIREKTORAT WILAYAH PENGELOLAAN DAN PENYIAPAN AREAL
KERJASAMA
PEMANFAATAN KAWASAN HUTAN REPUBLIK INDONESIA