Anda di halaman 1dari 12

lahir besar faktornya karena methode pengambilan hukum yang

MAZHAB FIQIH DALAM LINTASAN SEJARAH digunakan. Dibawah ini akan kami paparkan secara singkat
ISLAM perkemtkita bahas mengenai beberapa hal antara lain:

A. Gambaran ragam mazhab fiqih


Biografi, methode istimbath hukum, dan contoh fatwa B. Biografi singkat tokoh mazhab Fiqih
hukum C. Memberikan gambaran methode istinbath hukum
Oleh:Ahmad Najihan Maududi, S.S.I., MA D. Analisa singkat pemikiran tokoh mazahab fiqih dalam beberapa
fatwa popular

A. Pendahuluan Semoga makalah singkat ini akan menambah wawasan kita mengenai
mazhab-mazhab fiqih dan ragamnya, mengenal mazhab mazhab fiqih
Dinamika berfikir tidak dapat dibendung sejalan dengan kompleksitas dan para imamnya serta methode istinbath hukum masing-masing.
masalah yang timbul ditengah masyarakat. Sudah menjadi Sangat bermanfaat bagi kita yang terjun dalam dunia dakwah dan
sunnatullah, semakin banyak jumlah manusia maka semakin komplek pergerakan ditengah masyarakat yang sangat plural dengan segala
pula permasalahan yang akan dihadapi. pemahaman yang beraneka ragam

Dinamika berfikir itu sejatinya merupakan risalah Allah SWT yang


diwahyukan kepada para Nabi-Nya. Perintah-perintah berfikir dengan
berbagai redaksi dalam al Qur’an menunjukkan arahan agar manusia A. Gambaran ragam mazhab fiqih
mengoptimalkan akalnya untuk berfikir. Masalah yang ada pada masa
Mazhab fiqih tentu saja bukan gerakan sempalan, sebaliknya
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bisa teratasi dikarenakan beliau
merupakan aktifitas keilmuan dan intelektual. Mazhab itu adalah
tampil menjadi pemberi solusi. Hal itu pun terjadi pada masa para
ilmu syariat yang sudah dibentuk oleh Rasulullah SAW dan para
sahabat. Namun kondisi menjadi berbeda saat sahabat-sahabat Nabi
shahabat yang prosesnya sudah ada sejak awal dakwah Rasulullah
wafat dan dilanjutkan oleh para tabi’in dan seterusnya.
SAW.

Inilah titik awal dibutuhkannya kepiawaian dan kecerdasan para


Memang terkadang antara satu mazhab dengan mazhab yang lain
penerus risalah itu untuk dapat menggali hukum dari sumber-sumber
tidak sama. Sebab mazhab itu adalah sebuah metodologi ilmiyah
yang telah disepkati yaitu Al aqur’an dan Assunnah. Dengan
tapi manusiawi, yang tugasnya menarik kesimpulan hukum dari
dilatarbelakangi faktor diatas kebutuhan terhadap Mujtahid tidak bisa
sumber Al-Quran dan As-Sunnah.
dielakkan. Penguasaan ilmu agama serta Kemampuan nalar dan
kepiwaian dalam menggali hukum mulai dilakoni sehingga lahirlah
sudut pandang hukum yang berbeda. Mazhab adalah hasil ijtihad manusia, dan hasilnya boleh tidak sama.
Yang penting kapasitas dan kualifikasi orang yang berijtihad itu
memang harus benar-benar memenuhi syarat, tidak bolah
Setiap mujtahid akhirnya menyebarkan ilmunya kepada murid-
sembarang orang sok berijtihad.
muridnya sehingga berlanjut dan akhirnya pemahaman pemahaman
itu tersebar dan menjadi Mazhab dalam bidang fiqih. Perbedaan itu
Dalam kenyataannya, tidak semua orang yang hidup sezaman dan kesimpulan hukum dari Al-Quran dan As-Sunnah. Kita menyebutnya
bertemu dengan Rasulullah SAW layak untuk melakukan proses dengan istimbath hukum.
istimbath hukum. Jumlah para shahabat memang banyak, salah
satu riwayat menyebutkan ada sekitar 124.000 orang. Tetapi tidak Dan di era masing-masing mereka adalah para ulama, fuqaha, ahli
semua berkapasitas sebagai ahli fiqih. Hanya sebagian saja, yaitu ijtihad dan sering disebut memiliki fiqih sendiri-sendiri. Kita sering
mereka yang benar-benar mendapatkan gemblengan langsung dari mendengar ada fiqih Abu Bakar, fiqih Umar, fiqih Utsman dan fiqih
Rasulullah SAW khususnya dalam hal metodologi ijtihad. Ali. Maksud fiqih disini adalah hasil ijtihad mereka, atau sering juga
disebut dengan mazhab.
Di dalam Al-Quran Al-Karim kita menemukan isyarat harus adanya
penggemblengan kepada segelintir shahabat itu ketika Allah SWT Jadi mazhab fiqih sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW masih
telah mewanti-wanti agar jangan semua shahabat pergi berperang. hidup. Justru beliau SAW sendiri yang meletakkan dasar-dasarnya,
Harus ada sebagian dari mereka kelompok yang lebih memperdalam dan mengajarkan tata caranya, serta memastikan kadernya
ilmu agama, demi nantinya bisa mengajarkan kepada shahabat memang bisa diandalkan.
yang lain.

1. Fiqih dan Mazhab di Masa Shahabat


َ ‫َو َما َكانَ ْال ُمؤْ مِ نُونَ ِل َينف ُِرواْ كَآفَّةً فَلَ ْوالَ نَف ََر مِ ن ُك ِل ف ِْرقَ ٍة ِم ْن ُه ْم‬
ِ ‫طآئِفَةٌ ِليَتَفَقَّ ُهواْ فِي الد‬
ْ‫ِين َو ِليُنذ ُِرواْ قَ ْو َم ُه ْم ِإذَا َر َجعُوا‬
َ َّ َ َ
َ‫إِل ْي ِه ْم لعَل ُه ْم يَحْ ذ ُرون‬
Sepeninggal Rasulullah SAW dan para khulafaurrasyidun,
banyak sekali para shahabat yang berlevel mujtahid dan fuqaha
Tidak sepatutnya bagi mu'minin itu pergi semuanya . Mengapa tidak
yang berpencar ke berbagai penjuru peradaban Islam. Sebab
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
banyak negeri yang ditaklukkan oleh para mujahidin yang amat
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
sangat membutuhkan pelajaran agama dari para shahabat.
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.(QS.
At-Taubah : 122) Maka para shahabat menyebar ke seluruh dunia. Saat itu
terkenal ada tujuh wilayah yang diempu secara langsung oleh
para shahabat terkemuka, yaitu Madinah, Mekkah, Kufah,
Dalam prosesnya berkembangnya ilmu syariah, Rasulullah SAW
Bashrah, Syam, Mesir dan Yaman.
sudah menyiapkan para kader inti dakwah, yang disebutkan oleh
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah di dalam kitabnya, I'lamul Muwaqqi'in, ada
sekitar 120 orang shahat. Maka lahirlah ajaran ilmu fiqih yang merupakan hasil ijtihad para
shahabat mulia itu. Dan mazhab orang-orang amat bergantung
dari dimana dia berguru.
Di antara mereka itu kita sebut saja empat orang khalifah Abu
Bakar, Umar, Utsman dan Ali ridwanullahi 'alaihim. Mereka dibentuk
untuk menjadi fuqaha dengan berbagai ciri dan kecenderungan Di masa itu, orang-orang sudah bermazhab dalam beragama.
masing-masing. Mereka diajarkan, dilatih dan digembleng langsung Tapi yang dimaksud dengan bermazhab jangan dibayangkan
oleh Rasulullah SAW bagaimana cara yang benar dalam menarik dengan berpecah belah atau berkelompok-kelompok. Bermazhab
itu tidak lain beragama dengan bimbingan para ulama setempat.
Kalau kita hidup di masa para shahabat dan kebetulan tinggal di Bila di masa itu kita tinggal di Mekkah, maka mazhab kita adalah
Madinah misalnya, otomatis mazhab kita adalah mazhab Ibnu mazhab Mujahid, Atha' dan Thawus.
Umar radhiyallahuanhu. Karena beliau adalah orang paling alim
dan paling paham agama di Madinah. Bila di masa itu kita tinggal di Kufah, maka mazhab kita adalah
mazhab Ibrahim An-Nakha'i, Asy-Sya'bi dan Alqamah.
Tapi kalau kita domisili di Mekkah, tentu mazhab kita adalah
mazhab Ibnu Abbas radhiyallahuanhu. Dalam banyak hal, kedua Bila di masa itu kita tinggal di Bashrah, maka mazhab kita
mazhab shahabat itu sangat banyak persamaannya, meski juga adalah mazhab Al-Hasan Al-Bashri dan Ibnu Sirin.
ada beberapa yang berbeda.

Bila di masa itu kita tinggal di Syam, maka mazhab kita adalah
Dan bila kita tinggal di Kufah, mazhab kita adalah mazhab Ali mazhab Umar bin Abdul Aziz, Al-Kaulani dst
bin Abi Thalib atau Abdullah bin Mas'ud. Karena keduanya
adalah shahabat nabi sumber agama Islam di Kufah.
Bila di masa itu kita tinggal di Mesir, maka mazhab kita adalah
mazhab Yazid dan Al-Laits
Dan demikian seterusnya, bila kita tinggal di Syam, kita
bermazhba Muadz atau Abu Darda', bila kita tinggal di Mesir
maka kita bermazhab Amr bin Ash dan puteranya. Bila di masa itu kita tinggal di Yaman, maka mazhab kita adalah
mazhab Mathraf dst
2. Fiqih dan Mazhab di Masa Tabiin
Maka bisa kita ambil kesimpulan, mazhab itu sebenarnya adalah
kampus, universitas dan pusat pengajaran agama, yang
Para shahabat di masing-masing wilayahnya kemudian dipimpin oleh para shahabat dan tabi'in di masa masing-masing.
melahirkan para kader baru yang juga meneruskan ilmunya. Dan sangat dibolehkan para shahabat dan tabi'in itu punya hasil
Mereka adalah generasi tabi'in, yaitu ulama ahli fiqih dan ijtihad yang berbeda antara satu dengan yang lain. Sehingga
mujtahid, namun tidak bertemu langsung dengan Rasulullah melahirkan cabang ilmu fiqih yang saling berbeda dalam
SAW, tetapi bertemu dengan para shahabat. Mereka adalah beberapa hal. Namun dibandingkan dengan perbedaannya,
murid-murid langsung para shahat. Silahkan lihat tabel di atas. sebenarnya lebih banyak persamaannya.

Dan prinsipnya sama dengan sebelumnya, dimana seorang itu 3. Mazhab Fiqih masa setelah Tabi’in
menetap dan belagar agama, maka ilmu yang tersedia
umumnya adalah ilmu para ulama setempat.
Secara garis besar madzhab fiqh terbagi dalam tiga kelompok,
yaitu: madzhab fiqh di kalangan Sunni, Syiah, dan Khawarij.
Bila di masa itu kita tinggal di Madinah, maka mazhab fiqih kita Perbedaan ketiga kelompok ini dilatarbelakangi oleh pertikaian
adalah mazhab Said bin Al-Musayyid dan mazhab Nafi maula politik yang terjadi pada masa akhir pemerintahan khalifah Ali
Umar. Bin Abu Thalib. Dalam setiap kelompok tersebut, baik Sunni,
Syiah, atau Khawarij, juga terbagi menjadi beberapa kelompok
madzhab. Secara lengkap madzhab-madzhab fiqh yang muncul Thabari Abu Ja’far Muhammad bin Jarir bin Punah
di dunia islam adalah sebagav berikut :
Yazid at-Thabari (w. 310/924)

Kelom Madzhab Imam Madzhab Keterangan Syi’ah Zaidi Zaid bin Ali Zainal Abidin (w. Berkembang

pok 122/270)

Sunni Hanafi Abu Hanifah an-Nu’man (w. Berkembang Ja’fari Ja’far bin Muhammad al-Baqir Berkembang

150/767) (w.148/765)

Auza’i Abdurrahman bin Amr Al-Auza’i (w. Punah Isma’ili Isma’il bin Ja’far al-Sadiq Punah

157/774) Fatimi Abdullah alMahdi Punah

Tsauri Abu Abdillah Sufyan ibn Masruq Al- Punah Khaw ‘Ibadi Muhammad ibn ‘Ibad (w. 93/712) Berkembang

Tsauri (w. 161/778) arij

Laitsi Al-Laitsi bin Sa’ad (w. 175/791) Punah


Nakha’i Syarik bin Abdillah (w. 177/794) Punah Data diatas menjelaskan betapa banyak madzhab fiqh yang
Maliki Malik bin Anas al-Asbahi (w. Berkembang pernah muncul di dunia islam, meskipun pada akhirnya tidak
semua bertahan dan eksis sampai sampai sekarang. Eksistensi
179/795) madzhab fiqh ini di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu politik,
Ibn Abu Muhammad Sufyan bin Punah pengikut setia, dan karya para imam madzhab. Keberadaan
ketiga faktor ini sangat menetukan apakah sebuah madzhab fiqh
‘Uyainah ‘Uyainah (w. 198/814) itu berkembang atau malah punah.
Syafi’i Muhammad bin Idris as-Syafi’i (w. Berkembang
Pertama, faktor politik, yaitu adanya dukungan dari penguasa.
204/820) Hal ini terlihat dalam penyebaran madzhab selalu terkait dengan
Ishaqi Ishaq bin Rahwabah (w. 238/859) Punah kebijakan atau campur tangan pemerintah yang berkuasa.
Berlakunya madzhab dalam sebuah negara disebabkan adanya
Hanbali Ahmad bin Hanbal (w. 241/855) Berkembang dukungan dari penguasa setempat. Madzhab Hanafi misalnya,
mulai terbentuk dan tersebar setelah Abu Yusuf, salah satu
Abu Ibrahim bin Khalid al-Baghdadi (w. Punah
murid Abu Hanifah, diangkat menjadi Qadhil Qudhat (Kepala
Tsaur 246/860) Hakim) oleh Khalifah Al-Mahdi (775-785M), Al-Hadi (785-786M),
Harun Ar-Rasyid (786-809M). Dalam kapasitasnya sebagai
Zhahiri Abu Sulaiman Dawud bin Ali al- Punah kepala hakim dia memiliki kewenangan mengangkat hakim
Asfahani (w. 270/883) daerah, dan semua hakim yang ditunjuknya adalah yang
bermadzhab Hanafi. Madzhab Maliki berkembang karena
dukungan Khalifah Al-Mansur (Abbasiyah) dan Yahya bin Yahya ra. Imam Ali bahkan pernah berdoa bagi Tsabit, yakni agar Allah
(Umayyah di Andalusia). Madzhab Syafi’i berkembang di Mesir memberkahi keturunannya. Tak heran, jika kemudian dari
ketika Shalahudin Al Ayyubi berhasil merebut negeri tersebut. keturunan Tsabit ini muncul seorang ulama besar seperti Abu
Sementara madzhab Hanbali berkembang di Saudi Arabia atas Hanifah.[9]
dukungan Raja Saudi Arabia waktu itu.
Dilahirkan di Kufah pada tahun 80 H/699 M, pada masa
Kedua, faktor kesetvaan pengikut atau murid para imam. Dalam pemerintahan Al-Walid bin Abdul Malik, Abu Hanifah selanjutnya
pembentukan madzhab, faktor kedua ini merupakan faktor yang menghabiskan masa kecil dan tumbuh menjadi dewasa di sana.
palvng dominan dalam penentuan berkembang atau punahnya Sejak masih kanak-kanak, beliau telah mengkaji dan menghafal Al-
madzhab fiqh. Melalui pengikut setia inilah, madzhab mulai Qur’an. Selain memperdalam Al-Qur’an, beliau juga aktif
tersebar ke seluruh penjuru dunia islam. Semakin banyak mempelajari ilmu fiqh. Dalam hal ini kalangan sahabat Rasul,
pengikut setia suatu madzhab, maka semakin berkembang diantaranya kepada Anas bin Malik, Abdullah bin Aufa dan Abu
madzhab tersebut. Ketiga, hasil karya imam madzhab yang Tufail Amir, dan lain sebagainya. Dari mereka, beliau juga
berupa kitab-kitab fiqh. Kitab-kitab fiqh inilah yang menjadi mendalami ilmu hadits.[10]
acuan bagi para pengikut dalam menyebarkan ajaran imam
mereka. Kitab-kitab sepert Al-Kharaj karya Abu Yusuf (Madzhab Beliau juga dikenal sebagai orang yang sangat tekun dalam
Hanafi), Al-Muwatha’ karya imam Malik, Al-Umm dan Ar-Risalah mempelajari ilmu. Sebagai gambaran, beliau pernah belajar fiqh
karya imam Syafi’i, Al-Musnad Ahmad karya imam Ahmad bin kepada ulama yang paling terpandang pada masa itu, yakni Human
Hanbal, merupakan kitab induk madzhab yang kemudian bin Abu Sulaiman, tidak kurang dari 18 tahun lamanya. Setelah
dijadikan sebagai rujukan dalam menyusun kitab-kitab fiqh oleh wafat gurunya, Imam Hnifah kemudian mulai mengajar di banyak
para pengikutnya.1 majlis ilmu di Kufah.[11]

B. Biografi Mazhab Fiqih di Masa Imam Empat dan methode Semasa hidupnya, Imam Abu Hanifah dikenal sebagai seorang yang
Istimbath sangat dalam ilmunya, ahli zuhud, sangat tawadhu’, dan sangat
Di masa berikutnya peta mazhab berubah lagi. Para tabi'in yang teguh memegang ajaran agama. Beliau tidak tertarik kepada
disebutkan di atas sudah punya murid-murid baru, dan murid- jabatan-jabatan resmi kenegaraan, sehingga beliau pernah
murid itu juga sudah punya murid lagi. Dan ilmu tentang metodoligi menolak tawaran sebagai hakim (Qadhi) yang ditawarkan oleh Al-
ijtihad dan istimbath hukum semakin lengkap, bahkan sudah mulai Mansur. Konon, karena penolakannya itu beliau kemudian
disusun menjadi kitab secara khusus. dipenjarakan hingga akhir hayatnya.

1. IMAM ABU HANIFAH (80-150 H/699-767 M) Imam Abu Hanifah wafat pada tahun 150 H/767 M, pada usia 70
tahun. Beliau dimakamkan di pekuburan Khizra. Pada tahun 450
Imam Abu Hanifah, pendiri mazhab Hanafi, adalah abu Hanifah An- h/1066 M, didirikanlah sebuah sekolah yang diberi nama Jami’ Abu
Nukman bin Tsabit bin Zufi At-Tamimi. Beliau masih memiliki Hanifah.
pertalian hubungan kekeluargaan dengan Imam Ali bin Abi Thalib

1 Ibid., hlm,132-136.
Sepeninggal beliau, ajaran dan ilmunya tetap tersebar melalui Keadaan ini berbeda dengan hijaz. Masyarakat daerah ini masih
murid-muridnya yang cukup banyak. Diantara murid-murid Abu dalam suasana kehidupan sederhana seperti keadaan pada masa
Hanifah yang terkenal adalah Abu Yusuf, Abdullah bin Mubarrak, Nabi. Untuk mengatasinya, para fuqahah hijaz cukup
Waki’ bin Jarah Ibn Hasan Al-Syiabani, dan lain-lain. Sedang di mengandalkan al-Quran, Sunnah, dan Ijma’ para sahabat. Oleh
antara kitab-kitab Imam Abu Hainifah adalah: Al-Musuan (kitab karena itu mereka tidak merasa perlu untuk berijtihad seperti
hadits, dikumpulkan oleh muridnya), Al-Makharij (buku ini fuqaha Iraq.
dinisbahkan kepada Imam Abu Hanifah, diriwayatkan oleh Abu
Yusuf), dan fiqh Akbar (kitab fiqh yang lengkap).[12] Sebaliknya Imam Abu Hanifah menghadapi persoalan
kemasyarakatan di Iraq, yaitu daerah yang sarat dengan budaya
1) Sistematika Sumber Hukum Mazhab Hanafi dan peradaban, tetapi jauh dari pusat informasi hadist Nabi. Jadi
“terpaksa” atau “selalu” menggunakan akal atau rasionya.[15]
Abu Bakar Muhammad Ali Thaib Al-Baghdadi dalam kitabnya, Al-
Baghdadi menjelaskan bahwa dasar-dasar pemikiran fiqih Abu
Hanifah sebagai berikut: “aku (Abu Hanifah) mengambil kitab Dapat penulis simpulkan bahwasannya imam hanafi dalam
Allah. Bila tidak ditemukan didalamnya, aku ambil dari sunnah memutuskan hukum lebih dominan menggunakan ijtihad dan
Rasul, jika aku tidak menemukan pada kitab dan sunnahnya, akal yang berbeda dengan Imam-Imam Ahlul Hadis, yang
aku ambil pendapat-pendapat sahabat. Aku ambil perkataan adakalanya tidak menerima ijtihad. Ini dikarnakan masyarakat
yang aku kehendaki dan aku tinggalkan pendapat-pendapat di iraq telah mengenal kemajuan peradaban dan jauh dari jauh
yang tidak aku kehendaki. Dan aku tidak keluar dari pendapat kota sumber hadis.
mereka kepada pendapat orang lain selain mereka. Adapun
apabila telah sampai urusan itu atau telah datang kepada 2. IMAM MALIK BIN ANAS (93-179 H/712-795 M)
Ibrahim, As-Syaibani, Ibnu Sirin, Al-Hasan, Atha, Sa’id, dan abu
Hanifah menyebut beberapa orang lagi mereka orang-orang Imam Malik bin Anas, pendiri mazahab Maliki, dilahirkan di
yang telah berijtihad”.[13] Madinah, pada tahun 93 H. baliau berasal dari Kablah Yamniah.
Sejak kecil beliau telah rajin menghadiri majlis-majlis ilmu
pengetahuan, sehingga sejak kecil itu pula beliau telah hafal Al-
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dasar-dasar Qur’an. Tak kurang dari itu , ibundanya sendir yang mendorong
Mazhab Hanafi adalah: Kitab Allah (al-Quran), Sunnah Imam Malik untuk senantiasa giat menuntut ilmu.[16]
Rasulullah yang sahih serta telah mahsyur diantara para ulama
yang ahlu, Fatwa-fatwa dari sahabat, Al-Qiyas, Al-Istihsan, dan
Al-‘Urf[14] Pada mulanya beliau belajar dari Ribiah, seorang ulama yang
sangat terkenal pada waktu itu. Selain itu, beliau juga
memperdalam hadits kepada Ibn Syihab, disamping juga
2)Pola Pikir dan Faktor Yang Mempengaruhi Imam Hanafi mempelajari ilmu fiqh dari para sahabat. Setelah mencapai
Secara geografis Imam Hanafi lahir di Kuffah (Iraq) yang tingkatan yang tinggi dalam bidang ilmu itulah, Imam Malik
penduduknya merupakan masyarakat yang sudah banyak mulai mengajar, karena merasa memiliki kewajiban untuk
mengenal kebudayaan dan peradaban. Fuqaha daerah ini sering membagi pengetahuannya kepada orang lain yang
dihadapkan pada persoalan hidup yang beragam. Untuk membutuhkan.
mengatasinya, mereka terpaksa memakai ijtihad dan akal.
Meski begitu, beliau dikenal sangat berhati-hati dalam member 1) Sistematika Sumber Hukum Mazhab
fatwa. Beliau tak lupa untuk terlebih dahulu menenliti hadis-
hadis Rasulullah saw, dan bermusyawarah dengan ulam lain, Sistematika sumber hukum atau istinbath Imam Malik, pada
sebelum kemudian memberikan fatwa atas suatu masalah. dasarnya ia tidak menulis secara sistematis. Akan tetapi para
Diriwayatkan bahwa beliau memiliki tujuh puluh orang yang bisa muridnya atau mazhabnya meyusun sistematika imam Malik.
diajak bermusyawarah untuk mengeluarkan suatu fatwa. Sebagaimana qadhi’iyyad dalam kitabnya Al-
Mudharrak, sebagai berikut: “sesungguhnya manhaj imam
Dar-Alhijrah, pertama ia mengambil kitabullah, jika tidak
Imam Malik dikenal mempunyai daya ingat yang sangat kuat. ditemukan dalam kitabullah nash-nya ia mengambil As-
Pernah, beliau mendengar 31 hadits dari Ibn Syihab tanpa sunnah (katagori As-Sunnah menurutnya hadits-hadits nabi
menulisnya. Dan ketika diminta kepadanya untuk mengulangi dan fatwa-fatwa sahabat, amal Ahli-Almadinah, al-qiyas, al-
seluruh hadis tersebut, tak satupun dilupakannya. Imam Malik mashlahah al-mursalah, sadd adz-dzara’i, al-‘urf, dan al-
benar-benar mengasah ketajaman daya ingatannya, terlabih lagi ‘adat”.[18]
karena pada masa itu masih belum terdapat suatu kumpulan
hadits secara tertulis. Karenanya karunia tersebut sangat
menunjang beliau dalam menuntut ilmu. Dari uraian diatas Dapat disimpulkan bahwa dasar-dasar
pemikiran Imam Malik antara lain: Kitab Allah (al-Quran),
Sunnah Rasulullah yang sahih, Fatwa-fatwa dari sahabat,
Selain itu, beliau dikenal sangat ikhlas di dalam melakukan Amal Ahli Madinah, Al-Qiyas, Al Mashlahah al mursalah, Sadd
sesuatu. Sifat inilah kiranya yang member kemudahan kepada adz-dzari’ah, Al-‘Urf[14], Adat.
beliau di dalam mengkaji ilmu pengetahuan. Beliau sendiri
pernah berkata: “Ilmu itu adalah cahaya; ia akan mudah dicapai
dengan hati yang taqwa dan khusyu”. Beliau juga menasehatkan 2) Pola Pikir Dan faktor Yang Mempengaruhi Imam Malik
untuk menghindari keraguan, ketika beliau berkata: “sebaik-baik Berbeda dengan Imam Abu Hanifah, Imam Malik lahir di
pekerjaan adalah yang jelas. Jika engkau menghadapi dua hal, Madinah yang di kenal sebagai daerah Hadits dan tempat
dan salah satunya meragukan, maka kerjakanlah yang lebih tinggal sahabat Nabi. Fuqaha di sini lebih mengerti hadits
meyakinkan menurutmu”. daripada fuqaha lainnya. Madinah pun merupakan suatu
tempat yang masih bernuansa kampung dan sederhana,
Tak pelak Imam Malik adalah seorang ulama yang sangat suatu kehidupan yang menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah
terkemuka, terutama dalam ilmu hadits dan fiqh. Beliau serta Ijma’ sahabat sudah cukup untuk dijadikan sebagai
mencapai tingkat yang sangat tinggi dalam kedua cabang ilmu dasar acuan keputusan hukum. Di sini jelas, para fuqaha
tersebut. Imam Malik bahkan telah menulis kitab Al-Muwaththa’, tidak perlu lagi ijtihad dan rasio karena Madinah sebagai
yang merupakan kitab hadis dan fiqh. tempat asal dan dekat dengan Mekkah. Atas hal ini wajarlah
kalau Imam Malik lebih cenderung lebih menguasai hadits
dan kurang menggunakan rasio di banding Imam Abu
Imam Malik meninggal dunia pada usia 86 tahun. Namun
Hanifah, karena faktor sosial dan budaya masyarakat.[19]
demikian, mazhab Maliki tersebar luas dan dianut di banyak
bagian diseluruh penjuru dunia.[17]
3. IMAM SYAFI’I (150-204 H/769-820 M) dalam penyusunan kitab Ushul Fiqh, Imam Syafi’i dikenal
sebagai orang pertama yang mempelopori penulisan dalam
Imam Syafi’i, yang dikenal sebagai pendiri mazhab Syafi’i bidang tersebut.[23]
adalah: Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i Al-Quraisyi. Beliau
dilahirkan di Ghazzah, pada tahun 150 H, bertepatan dengan
wafatnya Imam Abu Hanifah.[20] Di Mesir inilah akhirnya Imam Syafi’i wafat setelah
menyebarkan ilmu dan manfaat kepada banyak orang. Kitab-
kitab beliau hingga kini masih di baca orang, dan makam beliau
Meski dibesarkan dalam keadaan yatim dan dalam satu keluarga di Mesir sampai detik ini masih ramai di ziarahi orang. Sedang
yang miskin, tidak menjadikan beliau rendah diri, apalagi malas. murid-murid beliau yang terkenal diantaranya adalah:
Sebaliknya, beliau bahkan giat mempelajari hadits dari ulama- Muhammad bin Abdullah bin Al-Hakam, Abu Ibrahim bin Ismail
ulam hadits yang banyak terdapat di Mekkah. Pada usianya yang bin Yahya Al-Muzani, Abu Ya’kub Yusuf bin yahya Al-Buwaiti dan
masih kecil, beliau juga telah hafal Al-Qur’an.[21] lain sebagainya.[24]

Pada usianya yang ke-20, beliau meninggalkan Mekkah 1) Sistematika Sumber Hukum Mazhab
mempelajari Ilmu Fiqh dari Imam Malik. Merasa masih harus
memperdalam pengetahuannya, beliau kemudian pergi ke Iraq, Pola pikir imam Asy-Syafi’i secara garis besar dapat di lihat
sekali lagi mempelajari fiqh, dari murid Imam Abu Hanifah yang dari kitab Al-Um yang menguraikan sebagai berikut: “ ilmu
masih ada. Dalam perantauannya tersebut, beliau juga sempat itu bertingkat secara berurutan pertama-tama adalah Al-
mengunjungi Persia, dan beberapa tempat lain. Quran dan As-Sunnah apabila telah tetap, kemudian kedua
Ijma’ ketika tidak ada dalam Al-Quran dan As-Sunnah dan
Setelah wafat Imam Malik (179 H), beliau kemudian pergi ketiga sahabat Nabi ( fatwa sahabi ) dan kami tahu dalam
ke Yaman, menetap dan mengajarkan ilmu disana, bersama fatwa tersebut tidak adanya ikhtilaf di antara mereka,
Harun Al-Rasyid, yang telah mendengar tentang kehebatan keempat ikhtilaf sahabat Nabi, kelima qiyas yang tidak
beliau, kemudian meminta beliau untuk datang ke Baghdad. diqiyaskan selain kepada Al-Quran dan As-Sunnah karena
Imam Syafi’i memenuhi undangan tersebut. Sejak saat itu beliau hal itu telah berada di dalam kedua sumber, sesungguhnya
dikenal secara lebih luas, dan banyak orang belajar kepadanya. mengambil ilmu dari yang teratas. [25]
Pada waktu itulah mazhab beliau mulai dikenal.[22]
Dari uraian diatas Dapat disimpulkan bahwa dasar-dasar
Tak lama setelah itu Imam Syafi’i kembali ke Mekkah dan pemikiran Imam Malik antara lain: Kitab Allah (al-Quran),
mengajar rombongan jamah haji yang datang dari berbagai Sunnah Rasulullah yang sahih, Ijma sahabat, Fatwa-fatwa
penjuru. Melalui mereka inilah mazhab Syafi’i menjadi tersebar dari sahabat. Dan Al-Qiyas
luas ke seluruh dunia.
2) Pola Pikir Dan Faktor Yang Mempengaruhi Imam Syafi’i
Pada tahun 198 H, beliau pergi ke Negara Mesir. Beliau Faktor Pluralisme Pikiran : Imam As-Syafi’i lahir dan hidup
mengajar di Mesjid Amru bin As. Beliau juga menulis kitab Al- sangat jauh berbeda dengan imam sebelumnya. Pada masa
Um, Amaliqubra, Kitab Risalah, Ushul Al-fiqh, dan Imam Syafi’i hidup, sudah banyak ahli fiqih, baik sebagai
memperkenalkan Waul Jadid sebagai mazhab baru. Adapun
murid Imam abu Hanifah atau Imam Malik sendiri masih mulia sehingga menarik simpati banyak orang. Dan sejak kecil
hidup. Akumulasi berbagai pemikiran fiqh fuqaha, baik dari itu pula beliau telah menunjukkan minaat yang besar kepada
Mekkah, Madinah, Irak, syam, dan Mesir menjadikan asy- ilmju pengetahuan, kebetulan pada saat itu Baghdad merupakan
syafi’i memiliki wawasan yang luas tentang berbagai aliran kota pusat ilmu pengetahuan. Beliau memulai dengan belajar
pemikiran fiqih.[26] menghagfal Al-Quran, kemudian belajar Bahasa Arab, Hadits,
sejarah para Nabi dan sahabat serta thabi’in.[30]
Faktor Geografis: faktor ini merupakan faktor secara alamiah
negara Mesir tempat Asy-Syafi’i lahir. Mesir adalah daerah Untuk memperdalam ilmu, beliau pergi ke Basrah untuk
kaya dengan warisan budaya Yunani, Persia, Rumawi dan beberapa kalinya, disanalah beliau bertemu dengan Imam
Arab. Kondisi budaya yang kosmopolit ini tentu saja Syafi’i. beliau juga pergi menuntut ilmu ke Yaman dan Mesir.
memberikan pengaruh besar terhadap pola pikir Imam Asy-
syafi’i. Hal ini terlihat dari kitabnya Ilmu Mantiq yang di Pada masa pemerintahan Al-Muktasim sampai khalifah
pengaruhi aliran Aristoteles.[27] Abbasiyah beliau sempat dipenjara, karena sependapat dengan
opini yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk. Beliau
Faktor Sosial Dan Budaya: faktor ini ikut mempengaruhi pola dibebaskan pada masa khalifah Al-Mutawakkil.
pikir Imam Syafi’i dengan Qaul Qadhim dan Qaum Jadid.
Qaul qadhim di bangun di Irak tahun 195 H. Di mana masa Imam Aahmad Hambali wafat di Baghdad pada usia 77 tahun,
itu Imam Syafi’i tinggal di Irak pada zaman pemerintahan Al- atau tepatnya pada tahun 241 H (855 M) pada masa
Amin. Setelah tinggal di Irak Asy-Syafi’i melakukan pemerintahan khalifah Al-Wathiq. Sepeninggal beliau, mazhab
perjalanan ke beberapa daerah dan kemudian tinggal di Hambali berkembang luas dan menjadi salah satu mazhab yang
Mesir. Di Mesir ia bertemu dan berguru kepada ulama Mesir memiliki banyak penganut.[31]
yang pada umumnya adalah rekan Imam Malik. Karena
perjalanan intelektualnya tersebut, Imam Syafi’i mengubah
beberapa pendapatnya yang di sebut dengan Qaul Jadid. 1) Sistematika Sumber Hukum Mazhab
Dengan demikian Qaul qadhim adalah pendapat Imam Syafi’i
Cara Imam Hambali dalam memberikan fatwa tentang
yang bercorak ra’yi sedangkan Qaul Jadid adalah
urusan agama dan hukum-hukum yang berkenaan dengan
pendapatnya yang bercorak hadits.[28]
agama sangat berhati-hati, baik dalam menjawab atau
menjelaskan hukumnya. Bahkan seringkali beliau
4. IMAM AHMAD HAMBALI(164 -241 H/780-855 M) memberikan jawaban : “Saya tidak tau atau belum tau atau
belum saya periksa”, kalau memang belum jelas benar
Imam Ahmad Hambali adalah Abu Abdullah Ahmad bin tentang perkara yang ditanyakan kepada beliau. Adapun
Muhammad bin Hambal bin Hilal Al-Syaibani. Beliau dilahirkan di dasar-dasar hukum Imam Hambali adalah : Kitab Allah (al-
Baghdad pada bulan Rabiul Awal tahun 164 H (780M).[29] Quran), Sunnah Rasulullah yang sahih, Fatwa-fatwa dari
sahabat, Hadis Mursal dan Dhaif jika tidak ada atsar, Qoul
Ahmad bin Hambal dibesarkan dalam keadaan yatim oleh shahaby dan ijma’ yang menyalahinya, Al-Qiyas [32]
ibunya, karena ayahnya meninggal ketika beliau masih bayi.
Sejak kecil beliau telah menunjukkan sifat dan pribadi yang
2) Pola pikir dan faktor yang mempengaruhi Imam Mengenai kata “Laamastum (menyentuh)” dalam al-Qur’an
Hambali surat an-Nisa:43.

Pesat nya perkembangan zaman tidak membuat Imam


Hambali berpikir rasional, bahkan hasil rumusannya lebih Imam syafi’i mengatakan menyentuh perempuan ajnabiyah
ketat dan kaku dibandingkan Imam Maliki yang tradisional. membatalkan wudlu, sedangkan sama mahram tidak
Paling tidak ada dua faktor yang menjadikan Imam Hambali membatalkan wudlu. Imam Malik dan Imam
berpikir seperti itu. Hambali mengatakan menyentu perempuan ajnabiyah dan
mahrom dapat membatalkan wudlu dengan syarat adanya
syahwat, jika tidak adanya syahwat maka tidak membatalkan
Faktor munculnya berbagai aliran. Pada masa ini, aliran wudlu. Sedangkan Imam Abu Hanifah mengatakan
syiah, khawarij, qadariah dan murjiah, semua aliran ini telah menyentuh perempuan baik mahrom atau ajnabiyah tidak
banyak keluar atau menyimpang dari ajaran islam yang membatalkan wudlu.
sebenarnya.[33]

 Memperlihatkan Muka Dan Tangan Menurut Pendapat Jumhur


Faktor politik dan budaya. Ahmad Ibnul Hanbal, hidup pada Ulama
periode pertengahan kekhalifahan Abbasyiah, ketika unsur Ingin segera saya tegaskan disini tentang suatu hakikat yang
Persia mendominasi unsur Arab. Pada periode ini sering kali sebenarnya sudah tidak perlu penegasan, karena di
timbul pergolakan, konflik, dan pertentangan yang berkisar kalangan ahli ilmu hal itu sudah terkenal dan tidak samar lagi,
pada soal kedudukan putra mahkota dan khilafat antara sudah masyhur dan tidak asing lagi, yaitu bahwa pendapat
anak-anak khalifah dan saudara-saudara nya. Saat itu aliran tentang tidak wajibnya memakai cadar serta bolehnya
Mu’tazilah berkembang, bahkan menjadi mazhab resmi membuka wajah dan kedua telapak tangan bagi wanita
Negara pada masa pemerintahan Almakmun, Almu’tasim, muslimah di depan laki-laki lain yang bukan muhrimnya
dan Alwatsiq.[34] adalah pendapat jumhur fuqaha umat semenjak zaman
sahabat r.a..
Inilah faktor yang menyebabkan Imam Hanbali mengajak
kepada masyarakat untuk berpegang teguh kepada Hadist Karena itu tidak perlu dipertengkarkan, sebagaimana yang
dan Sunnah. Sikap ini berbeda dengan Imam Asyafi’I yang ditimbulkan oleh sebagian yang ikhlas tetapi tidak berilmu
melawan ijtihat rasional pada saat itu dengan memadukan dan oleh sebagian pelajar dan ilmuwan yang bersikap ketat
hadist dan rasio. Sebaliknya, Imam Hanbali justru terhadap pendapat yang dikemukakan seorang da'i
berpendapat bahwa ijtihat itu sendiri harus dilawan dengan kondang Syekh Muhammad al-Ghazali dalam beberapa
kembali berpegang teguh kepada hadist dan Sunnah. buku dan makalahnya. Mereka beranggapan seakan-akan
beliau membawa bid'ah atau pendapat baru, padahal
sebenarnya apa yang beliau kemukakan itu merupakan
C. Fatwa-fatwa mazhab dalam perbedaan pandangan
pendapat imam-imam yang mu'tabar dan fuqaha yang
 Diantara contoh sudut pandang imam empat mazhab dalam andal, sebagaimana yang akan saya jelaskan kemudian.
beberapakasus hukum antara lain: Selain itu, apa yang beliau kemukakan merupakan
pendapat yang didukung oleh dalil-dalil dan atsar,
disandarkan pada penalaran dan i'tibar, dan didukung pula  MAZHAB MALIKI
oleh realitas dalam beberapa zaman.
Dalam syarah shaghir (penjelasan ringkas) karya ad-
 MAZHAB HANAFI Dardir yang berjudul Aqrabul Masalik ilaa Malik, disebutkan:
Dalam kitab al-Ikhtiyar, salah satu kitab Mazhab
"Aurat wanita merdeka terhadap laki-laki asing, yakni yang
Hanafi, disebutkan: Tidak diperbolehkan melihat wanita lain
bukan mahramnya, ialah seluruh tubuhnya selain wajah
kecuali wajah dan telapak tangannya, jika tidak dikhawatirkan
dan telapak tangan. Adapun selain itu bukanlah aurat."
timbul syahwat. Dan diriwayatkan dari Abu Hanifah bahwa
beliau menambahkan dengan kaki, karena pada yang
Ash-Shawi mengomentari pendapat tersebut dalam Hasyiyah-
demikian itu ada kedaruratan untuk mengambil dan memberi
nya, katanya, "Maksudnya, boleh melihatnya, baik bagian
serta untuk mengenal wajahnya ketika bermuamalah
luar maupun bagian dalam (tangan itu), tanpa
dengan orang lain, untuk menegakkan kehidupan dan
maksud berlezat-lezat dan merasakannya, dan jika tidak
kebutuhannya, karena tidak adanya orang yang
demikian maka hukumnya haram."
melaksanakan sebab-sebab penghidupannya.
Beliau berkata, "Apakah pada waktu itu wajib menutup
Beliau berkata: Sebagai dasarnya ialah firman Allah, "Dan
wajah dan kedua tangannya?" Itulah pendapat Ibnu
janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali apa
Marzuq yang mengatakan bahwa ini merupakan mazhab
yang biasa tampak daripadanya." (an-Nur: 31 )
(Maliki) yang masyhur.
Para sahabat pada umumnya berpendapat bahwa yang
Atau, apakah wanita tidak wajib menutup wajah dan
dimaksud ayat tersebut ialah celak dan cincin, yaitu
tangannya hanya si laki-laki yang harus menundukkan
tempatnya (bagian tubuh yang ditempati celak dan cincin).
pandangannya? Ini adalah pendapat yang dinukil oleh al-
Hal ini sebagaimana telah saya jelaskan bahwa celak,
Mawaq dari 'Iyadh.
cincin, dan macam-macam perhiasan itu halal dilihat oleh
kerabat maupun orang lain. Maka yang dimaksud disini
Sedangkan Zurruq merinci dalam Syarah al-Waghlisiyah
ialah 'tempat perhiasan itu,' dengan jalan membuang
antara wanita yang cantik dan yang tidak, yang cantik
mudhaf dan menempatkan mudhaf ilaih pada tempatnya.
wajib menutupnya, sedangkan yang tidak cantik hanya
mustahab.2
Beliau berkata, adapun kaki, maka diriwayatkan bahwa ia
bukanlah aurat secara mutlak, karena bagian ini diperlukan
untuk berjalan sehingga akan tampak. Selain itu,
kemungkinan timbulnya syahwat karena melihat muka dan
tangan itu lebih besar, maka halalnya melihat kaki adalah
lebih utama.

Dalam satu riwayat disebutkan, kaki itu adalah aurat untuk


dipandang, bukan untuk shalat.1
 MAZHAB SYAFI'I
Asy-Syirazi, salah seorang ulama Syafi'iyah, pengarang
kitab al-Muhadzdzab mengatakan:

"Adapun wanita merdeka, maka seluruh tubuhnya adalah


aurat,
kecuali wajah dan telapak tangan - Imam Nawawi berkata:
hingga pergelangan tangan - berdasarkan firman Allah 'Dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali apa
yang biasa tampak daripadanya.' Ibnu Abbas berkata,
'Wajahnya dan kedua telapak tangannya.'3

Anda mungkin juga menyukai