ID Pembelajaran Matematika Yang Bermakna PDF
ID Pembelajaran Matematika Yang Bermakna PDF
Abstrak: Definisi pembelajaran matematika yang bermakna mempunyai cakupan yang luas
karena kecenderungannya masih umum dan belum terukur. Dalam kajian ini, parameter
pembelajaran matematika bermakna terdiri atas belajar matematika bermakna tidak sekadar
hafalan (menghafal) berdasarkan teori Ausubel dan belajar matematika bermakna melalui
kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan. Jika seorang siswa berkeinginan untuk mengingat
sesuatu tanpa mengaitkan dengan hal yang lain maka baik proses maupun hasil
pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hafalan dan tidak akan bermakna baginya.
181
Pembelajaran Matematika yang Bermakna 182
kering, abstrak, teoritis, penuh dengan tidak bisa di pandang sebagai penerima
lambang-lambang dan rumus yang sulit pasif matematika yang sudah jadi (passive
dan membinggungkan. Anggapan ini ikut receivers of ready-made mathematics).
membentuk persepsi negatif siswa Siswa harus diberi kesempatan untuk
terhadap matematika. menemukan kembali matematika di bawah
Akibatnya pelajaran matematika bimbingan orang dewasa (Gravemeijer,
tidak dipandang secara objektif lagi. 1994) dan tentunya melalui berbagai
Matematika sebagai salah satu ilmu kegiatan yang diharapkan mampu
pengetahun kehilangan sifat netralnya. menjadikan matematika sebagai
Tentu saja anggapan yang berkembang di pembelajaran yang bermakna.
masyarakat tidak dapat disalahkan begitu Pada kegiatan pembelajaran,
saja. Anggapan itu muncul karena termasuk pembelajaran matematika, jika
pengalaman yang kurang menyenangkan guru dapat mengatikan antara materi yang
terhadap pembelajaran matematika. dibahas dengan kondisi siswa, baik hobi
Untuk menghilangkan persepsi atau kebutuhan siswa, perkembangan
pada siswa bahwa matematika sulit, harus kognitif, lingkungan keseharian, dan bekal
dimulai dari diri guru. Pertama, guru yang telah dimiliki siswa, maka akan
seyogyanya mengubah paradigma berdampak positif bagi siswa yaitu
pembelajaran tradisional ke paradigma pembelajaran yang dilakukan dalam
pembelajaran progresif. Pada paradigma mempelajari suatu konsep matematika
tradisional pembelajaran matematika di menjadi menyenangkan (joyful learning).
sekolah cenderung didominasi oleh Pembelajaran ini bisa diterapkan
transfer pengetahuan. Materi yang banyak melalui penggunaan masalah kontekstual
dan sulit, serta tuntutan untuk sebagai jembatan pemahaman siswa
menyelesaikan materi pembelajaran telah terhadap matematika, karena penggunaan
membuat guru membelajarkan matematika masalah kontekstual merupakan konsep
dengan cepat tapi tidak mendalam. belajar yang beranggapan bahwa anak akan
Pembelajaran matematika dilakukan belajar lebih baik jika lingkungan
dengan pola instruksi, bukan konstruksi diciptakan secara alamiah, artinya belajar
dan rekonstruksi pengetahuan. Bahkan akan lebih bermakna jika anak “bekerja”
tanpa memberi kesempatan pada siswa dan “mengalami” sendiri apa yang
untuk menentukan sendiri arah mana siswa dipelajarinya, bukan sekedar
ingin berekplorasi dalam menemukan “mengetahuinya”.
pengetahuan yang bermakna bagi dirinya. Misalnya, ketika siswa SMP
Akibatnya pembelajaran matematika di dihadapkan pada materi pelajaran seperti
sekolah hanya bersifat hafalan dan bukan aritmetika sosial, diharapkan siswa mampu
melatih pola pikir. Kedua, guru seharusnya memahami konsep-konsep terkait materi
mengubah paradigma tentang matematika. tersebut. Berdasarkan teori belajar
Matematika bukan sekedar alat bagi ilmu bermakna Ausubel, ketika siswa belajar
yang lain, tapi matematika juga merupakan aritmetika sosial, guru dapat membantu
aktivitas manusia. Hans Freudental siswa dengan memancing pengetahuan
berpendapat bahwa matematika siswa terkait masalah jual beli yang pernah
merupakan aktivitas insani (mathematics mereka temui dalam kehidupan sehari-hari.
as human activity). Menurutnya siswa Hal tersebut mampu memperkuat struktur
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 3, September - Desember 2016
183 Rahmita Yuliana Gazali
kognitif siswa sehingga ketika siswa Fakta merupakan suatu konvensi atau
menemui masalah terkait aritmetika sosial, kesepakatan dalam matematika, misalnya
mereka mampu memberikan pemecahan simbol-simbol dalam matematika. Simbol
masalah yang sesuai dengan konsep- “4” merupakan simbol yang dihubungkan
konsep yang telah mereka pelajari dan dengan perkataan “empat”, “x” adalah
mereka alami. simbol yang dihubungkan dengan operasi
Pembelajaran dengan perkalian , “+” adalah simbol yang
menggunakan masalah-masalah dihubungkan dengan operasi penjumlahan,
kontekstual dan pembelajaran yang “│“ adalah simbol yang dihubungkan
menyenangkan sejalan dengan prinsip dengan perkataan “habis dibagi”, dan
bahwa pembelajaran harus bermakna sebagainya. Jadi, fakta merupakan cara
(meaningful learning), yang antara lain yang khas dari penyajian ide-ide
diajukan oleh Ausubel. Menurut Ausubel matematika dalam kata-kata atau lambang
(1963: 42-43), ada dua macam proses (simbol).
belajar, yakni proses belajar bermakna dan Sedangkan keterampilan (skill)
proses belajar menghafal. Belajar matematika merupakan gabungan antara
bermakna merupakan suatu proses operasi dan prosedur di mana
dikaitkannya informasi baru pada konsep- matematikawan diharapkan dapat
konsep relevan yang terdapat dalam menyelesaikan persoalan dengan cepat dan
struktur kognitif seseorang. Jadi, proses tepat. Berbagai keterampilan berwujud
belajar tidak sekedar menghafal konsep- urutan prosedur tertentu yang disebut
konsep atau fakta-fakta belaka (root dengan algoritma. Selanjutnya, operasi
learning), namun berusaha merupakan suatu aturan untuk
menghubungkan konsep-konsep atau mendapatkan elemen tunggal dari satu atau
fakta-fakta tersebut untuk menghasilkan lebih elemen yang diketahui, misalnya
pemahaman yang utuh (meaningfull penjumlahan pecahan, perkalian pecahan
learning), sehingga konsep yang dipelajari desimal, membagi sudut, dan menentukan
dipahami secara baik dan tidak mudah gabungan atau irisan dari beberapa
dilupakan. himpunan obyek merupakan contoh
keterampilan.
Konsep merupakan suatu ide atau
Pembahasan
gagasan abstrak yang memungkinkan
A. Obyek Matematika seseorang dapat mengklasifikasikan
Selanjutnya, sebagai pendidik, guru obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa
seyogyanya juga memahami dari awal tertentu dan memungkinkan pula untuk
bagaimana karakteristik dan hakikat menentukan apakah obyek-obyek atau
matematika. Dalam mempelajari peristiwa-peristiwa tertentu itu merupakan
matematika perlu mengklasifikasikan contoh atau bukan contoh dari gagasan
obyek matematika, karena salah satu tersebut.
karakteristik matematika adalah obyek Misalnya tentang konsep
matematika. Menurut Bell (1978), obyek keterbagian bilangan bulat, bilangan b
dalam matematika diklasifikasikan atas habis dibagi a bila ada y sehingga b = ay,
fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip. untuk a, b, dan y bilangan-bilangan bulat.
Misalkan ambil bilangan b = 8 dan a = 2,
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 3, September - Desember 2016
Pembelajaran Matematika yang Bermakna 184
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 3, September - Desember 2016
185 Rahmita Yuliana Gazali
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 3, September - Desember 2016
Pembelajaran Matematika yang Bermakna 186
materi yang telah diperoleh itu informasi yang harus dipelajari (Novak &
dikembangkan dengan keadaan lain Gowin, 2006: 7).
sehingga belajarnya lebih dimengerti. Berdasarkan tabel tersebut,
Berdasarkan perbedaan antara belajar sepanjang kontinum (mendatar) dari kiri ke
menghafal dan belajar bermakna tersebut, kanan berkurangnya belajar penerimaan
jelas terlihat belajar bermakna memiliki dan bertambahnya belajar penemuan.
lebih banyak keunggulan daripada belajar Sedangkan sepanjang kontinum (vertikal)
menghafal. Maka dari itu, penting bagi dari bawah ke atas berkurangnya belajar
siswa melakukan belajar bermakna pada hafalan dan bertambahnya belajar
setiap proses pembelajaran. bermakna (Dahar, 2011: 95).
Ausubel (1978: 41) menyatakan: Ausubel menyatakan bahwa
“…,if the learner’s intention is to memorise banyak ahli pendidikan menyamakan
it verbatim, i.e., as a series of arbitrarily belajar penerimaan dengan belajar hafalan,
related word, both the learning process karena mereka berpendapat bahwa belajar
and the learning outcome must necessarily bermakna hanya terjadi jika siswa
be rote and meaningless”. Jika seorang menemukan sendiri pengetahuannya.
siswa berkeinginan untuk mengingat Berdasarkan tabel di atas, belajar
sesuatu tanpa mengaitkan dengan hal yang penerimaan yang bermakna dapat
lain maka baik proses maupun hasil dilakukan dengan cara menjelaskan
pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hubungan antara konsep-konsep,
hafalan dan tidak akan bermakna sama sedangkan belajar penemuan yang
sekali baginya. bermakna hanya terjadi pada penelitian
Tabel 1.Belajar bermakna dan belajar hafalan ilmiah.
Menjelaskan Pengajaran Penelitian
Belajar
hubungan Audio- ilmiah
Mayer (Haylock & Thangata, 2007:
Bermakna
antara Tutorial 121) menjelaskan ciri pembelajaran
konsep-
konsep
bermakna adalah siswa dapat
Penyajian Kegiatan di Sebagian menggunakan pengetahuan yang mereka
melalui laboratorium besar
ceramah sekolah penelitian
pelajari untuk memecahkan masalah dan
atau buku rutin atau untuk memahami konsep-konsep baru
pelajaran produksi
intelektual
dengan mentransfer pengetahuan mereka
Daftar Menerapkan Pemecahan untuk situasi dan masalah baru. Pada
perkalian rumus-rumus dengan
untuk coba-coba
pembelajaran matematika, konsep
Belajar
Hafalan memecahkan pembelajaran bermakna konsisten dengan
masalah
pandangan konstruktivis dimana siswa
Belajar Belajar Belajar
penerimaan penemuan penemuan dikatakan memahami jika mereka
terbimbing mandiri
membangun makna dari pengalaman
mereka dengan membuat koneksi kognitif
Berdasarkan pendapat tersebut, antara pengalaman baru dan pemahaman
pembelajaran dapat bervariasi dari yang matematika mereka sebelumnya.
hafalan menjadi sangat bermakna dari Belajar bermakna memiliki
belajar penerimaan, di mana informasi beberapa karakteristik yang
yang diberikan secara langsung kepada membedakannya dengan belajar hafalan.
siswa, untuk belajar penemuan, di mana Menurut Meral (2009:28), karakteristik
siswa mengidentifikasi dan memilih belajar bermakna yaitu: 1) penggabungan
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 3, September - Desember 2016
187 Rahmita Yuliana Gazali
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 3, September - Desember 2016
Pembelajaran Matematika yang Bermakna 188
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 3, September - Desember 2016
189 Rahmita Yuliana Gazali
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 3, September - Desember 2016
Pembelajaran Matematika yang Bermakna 190
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 3, September - Desember 2016