Anda di halaman 1dari 23

ِ ‫ب ِْس ِم ه‬

‫اَّلل هالر ْْح َِن هالر ِح ِي‬


MUDZAKARAH SYAR’IYAH MUI KOTA PARAIAMAN 14 SHAFAR 1441 HIJIRIAH:

PERAYAAN TABUIK PARIAMAN DALAM TIMBANGAN DINUL ISLAM

‫َحـ ْفلـَـــــــ ُة تَ بُــــــــ ْو ِت بَ ْر ََي َمـــــن ِ ِْف ِم ْيـــــــــ َزا ِِن ِديْــــــــ ِن ْاْل ْســـــــــــ َال ِم‬
ِ
Oleh: Zulkifli Zakaria

‫الس َال ُم عَ ََل َم ْن َْلن ِ ََِب ب َ ْعدَ ُه‬ ‫ َو ه‬,‫الْ َح ْمدُ ِهلل َو ْحدَ ُه‬
‫الص َال ُة َو ه‬
PEMBUKA

Seiring kemajuan teknologi informasi, belakangan kembali muncul polemik tentang status hukum
merayakan Tabuik Pariaman, terutama pada jaringan sosial dunia maya yang bisa diakses oleh
siapa saja dan di mana saja. Sebagai pemegang amanah wilayah Kota Pariaman, maka Majelis
Ulama Indoensia (MUI) Kota Pariaman mendapat amanah dari Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Provinsi Sumatera Barat untuk membahas perayaan Tabuik Pariaman dalam timbangan hukum
syari’at Islam. Maka penulis adalah salah seorang yang diamanahkan untuk menulis bahasan ini.

Di dalam makalah ini, penulis berusaha mencari hukum dimaksud dengan membangun konstruksi
hukum dari dua sumber hukum utama: Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan mencantumkan wajhu
ad-dalaalah (sisi pengambilan), serta mengutip keterangan ahlul ilmi dari beberapa kitab referensi.
Kepada Allah ta’ala memohon pertolongan.

Kita mulai dengan melihat defenisi dua kata yang termasuk sering kita dapati dalam internet
perihal perayaan Muharram, yaitu: Tabuik Pariaman dan Al-Husainiyat Syi’ah.

DUA KUTIPAN DARI WIKIPEDIA

PERTAMA: TABUIK

Tabuik (Indonesia: Tabut) adalah perayaan lokal dalam rangka memperingati Asyura, gugurnya
Imam Husain, cucu Muhammad (shallallaahu ‘alaihi wasallam, Pen.), yang dilakukan oleh
masyarakat Minangkabau di daerah pantai Sumatra Barat, khususnya di Kota Pariaman. Festival
ini termasuk menampilkan kembali Pertempuran Karbala, dan memainkan drum tassa dan dhol.
Tabuik merupakan istilah untuk usungan jenazah yang dibawa selama prosesi upacara tersebut.
Walaupun awal mulanya merupakan upacara Syi'ah, akan tetapi penduduk terbanyak di Pariaman
dan daerah lain yang melakukan upacara serupa, kebanyakan penganut Sunni. Di Bengkulu
dikenal pula dengan nama Tabot.

Upacara melabuhkan tabuik ke laut dilakukan setiap tahun di Pariaman pada 10 Muharram sejak
1831. Upacara ini diperkenalkan di daerah ini oleh Pasukan Tamil Muslim Syi'ah dari India, yang
ditempatkan di sini dan kemudian bermukim pada masa kekuasaan Inggris di Sumatra bagian
barat.

Tahapan

Ritual pembuatan tabuik dimulai dengan pengambilan tanah dari sungai pada tanggal 1 Muharram.
Tanah tersebut diletakkan dalam periuk tanah dan dibungkus dengan kain putih, kemudian
disimpan dalam lalaga yang terdapat di halaman rumah tabuik. Lalaga adalah tempat berukuran
PERAYAAN TABUIK PARIAMAN DALAM TIMBANGAN DINUL ISLAM Zulkifli Zakaria

1
3x3 meter yang dipagari dengan parupuk, sejenis bambu kecil. Tanah yang dibungkus dengan kain
putih adalah perumpamaan kuburan Husain. Tempat Ini akan diatapi dengan kain putih berbentuk
kubah. Tanah tersebut akan dibiarkan disana sampai dimasukkan ke dalam tabuik pada tanggal
Muharram.

Pada tanggal 5 Muharram dilakukan proses menebang batang pisang dengan cara sekali tebas pada
malam hari. Ini melambangkan perumpamaan keberanian salah satu putra Imam Husain yang
menuntut balas kematian bapaknya. Prosesi dilanjutkan pada tanggal 7 dan 8 Muharram yang
disebut Maatam dan Maarak sorban. Maatam merupakan personifikasi membawa jari-jari Husain
yang berserakan ditebas pasukan Raja Yazid. Sedangkan Maarak Sorban melambangkan
diaraknya bekas sorban untuk menyiarkan keberanian Husain memerangi musuh.

Pada tanggal 10 Muharram pagi, diadakan prosesi Tabuik naik pangkat, yaitu pemasangan bagian
atas tabuik. Kemudian Tabuik diarak hingga akhirnya dibuang ke laut.

Festival Tabuik

Festival Tabuik merupakan bagian dari cara masyarakat merayakan tradisi Tabuik secara tahunan.
Ketika upacara adat ini sudah diakui oleh pemerintah sebagai bagian berharga dari kehidupan
berbangsa, maka festival Tabuik pun menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Festival Tabuik sudah
berlangsung sejak puluhan tahun, disebutkan bahwa festival ini sudah berlangsung sejak abad ke-
19 Masehi. Festival Tabuik ini kini tidak hanya menjadi bagian dari adat masyarakat setempat
semata melainkan juga menjadi salah satu bagian dari komoditi pariwisata daerah. Fetival Tabuik
dilaksanakan dalam satu rangkaian untuk menghormati atau sebagai hari perayaan peringatan
wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, yang bernama Hussein bin Ali. Peringatan ini selalu
dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram sesuai dengan hari wafatnya cucu nabi Muhammad SAW
Hussein Bin Ali yang meninggal dalam perang di padang Karbala.

Festival Tabuik sendiri merujuk pada penggunaan bahasa arab ‘tabut’ yang berarti peti kayu.
Nama tersebut mengacu kepada legenda paska kematian cucu nabi, muncul makhluk seekor kuda
bersayap dengan kepala manusia. Makhluk itu disebut Buraq. Dalam legenda itu dikisahkan
bahwa peti kayu yang dibawa oleh kuda berkepala manusia itu berisi potongan jenazah Hussein.
Berdasarkan legenda tersebutlah, maka dalam festival Tabuik selalu muncul makhluk tiruan buraq
untuk mengusung peti kayu ‘tabut’ di atas punggungnya. Ritual ini sendiri baru muncul sekitar
tahun 1826-1828 Masehi. Tabuik pada tahun-tahun tersebut kental dengan pengaruh Timur
Tengah yang dibawa oleh keturunan India penganut Syiah. Kemudian pada tahun 1910 terjadi
perubahan bentuk perayaan guna menyesuaikan dengan adat istiadat masyarakat Minangkabau.
Oleh karenanya, festival Tabuik menjadi seperti yang anda lihat saat ini. Festival Tabuik awalnya
hanya ada satu yakni tabuik pasa. Perubahan itu terjadi sekitar tahun 1915 ketika ada segolongan
masyarakat mengajukan supaya terwujud tabuik dalam bentuk lain. terjadilah kesepakatan tabuik
di buat di dua daerah, satu di daerah Pasa sehingga disebtu dengan tabuik Pasa dan Tabuik
Subarang yang dilaksanakan di seberang Sungai Pariaman.

Tabuik Pasa berada di sisi selatan sungai yang membelah kota sampai ke tepian Pantai Gandoriah.
Wilayah Pasa dianggap sebagai asal muasal tradisi Tabuik dibentuk. Sedangkan Tabuik Subarang
yang terletak di seberang utara Sungai Pariaman disebut sebagai kampung Jawa karena penduduk
di sana merupakan pendatang dari Jawa. Dalam sebuah riwayat yang bertarikh tahun 1916 dan
sekitar tahun 1930-an disebutkan bahwa Tabuik Subarang dalam tata cara pelaksanaannya tidak
mengikuti tata cara Tabuik yang dilaksanakan di wilayah Pasa. Meski demikian, acara tetap
berlangsung karena memiliki satu tujuan yang sama yakni memuliakan arwah cucu Nabi
Muhammad SAW, Hussein Bin Ali. Festival Tabuik mulai masuk ke dalam kalender pariwisata
tahunan Kabupaten Pariaman mulai tahun 1982. Oleh karenanya, pelaksanaan Festival Tabuik di
dua wilayah tersebut dipromosikan juga ke luar daerah untuk mendatangkan turis domestik dan
asing. Tujuannya agar pelaksanaan festival bukan hanya sekadar untuk tradisi dan upacara adat,
PERAYAAN TABUIK PARIAMAN DALAM TIMBANGAN DINUL ISLAM Zulkifli Zakaria

2
melainkan juga agar nilai adat ini menjadi dikenal secara lebih luas. Pantai Gandoriah menjadi
titik pusat acara festival Tabuik. Titik puncak acara festival ini berupa arak-arakan tabut sampai ke
pantai dan dilarung. Kemeriahan acara dan tata upacara ini menarik perhatian masyarakat luas,
dan kini menjadi salah satu dari agenda wisata budaya tahunan Kabupaten Pariaman.

Prosesi Upacara dan Makna

Dalam setiap upacara adat di Indonesia, pasti ada makna di balik setiap rangkaian upacaranya.
Rangakaian upacara Tabuik memiliki prosesi atau ritual yang disebut dengan Maarak Jari-jari.
Makna dari ritual ini pernah dijelaskan oleh tokoh tetua Tabuik Nagari Subarang Nasrun Jon
Travel.Tempo.co. Dikutip dari sumber, makna dari ritual Maarak Jari-Jari ialah pengumpamaan
jasad cucu Nabi Muhammad SAW yang wafat karena terbunuh. Dalam prosesi tersebut diadakan
replika atau bentuk tiruan jari-jari manusia yang dimasukkan ke dalam panja atau wajah. Tiruan
ini kemudian diarak ke seluruh wilayah kota. Upacara ini dilanjutkan dengan upacara pertemuan
atau prosesi yang disebut dengan ritual Basalisiah. Acara ini merupakan pertemuan kedua belah
pihak antar pelaksana Tabuik.

Jadi, dalam pelaksanaan ritual Tabuik akan ada dua belah pihak, katakanlah pihak selatan dan
utara dari satu wilayah. Keduanya akan saling bertarung dalam saat Basalisiah berlangsung.
Kedua kubu akan saling menyerang, mereka melemparkan gendang tasa sampai terjadi bentrokan.
Tradisi ini sebagai pengingat perang yang pernah terjadi dan menewaskan Hussein bin Ali cucu
Nabi Muhammad SAW. Dalam pelaksanaan Basiliah sekilas seolah-olah masyarakat saling
mendendam karena terjadi bentrokan. Sesungguhnya tidaklah demikian, karena pelaksanaannya
hanyalah bagian dari upacara untuk menggambarkan cerita kematian Hussein. Sebelum Ritual
Maarak Jari-jari dilaksanakan, sehari sebelumnya dilaksanakan Prosesi ritual maradai. Prosesi ini
berisikan kegiatan masyarakat dalam meminta sumbangan. Dalam ritual ini masyarakat Tabuik
akan melibatkan masyarakat untuk memberikan sumbangan seikhlasnya. Sumbangan yang
didapatkan kemudian digunakan untuk pelaksanaan acara sampai selesai.

Urutan Upacara Tabuik

Dalam pelaksanaan upacara Tabuik ada urutan upacara yang harus dilaksanakan. Pertama, ritual
mengambil tanah atau disebut juga dengan maambiak tanah. Ritual ini dimulai tanggal 1
muharram. Dalam prosesi ini, tetua upacara Tabuik akan mengambil segumpal tanah dari sungai.
Aktivitas ini dilaksanakan di sore hari dan harus pada tanggal 1 Muharram. Upacara ini dimulai
dengan arak-arakan yang diiringi dengan gendang tasa. Ritual mengambil tanah di sungai ini
dilaksanakan oleh kedua kelompok Tabuik, baik itu Tabuik Pasa maupun Tabuik Subarang.
Masing-masing tetua pelaksanaan upacara Tabuik mengambil tanah di wilayah yang berlawanan.
Pemimpin upacara Tabuik Pasa mengambil dari sisi selatan sungai, sedangkan pemimpin dari
Tabuik Subarang mengambil dari sisi utara sungai. Terkait dengan lokasi sungai, Tabuik Pasa
mengambil sungai kecil yang berlokasi di Galombang. Sedangkan Tabuik Subarang mengambil
tanah sungai yang Batang Piaman yang berlokasi di daerah Pauh. Pengambilan tanah dilakukan
oleh pemimpin upacara yang disebut dengan Tuo Tabuik. Di adalah seorang laki-laki yang
mengenakan jubah putih. Jubah warna putih dipilih sebagai lambang kejujuran dan kesucian
Husein. Waktu pengambilan tanah di sungai ialah sebelum shalat maghrib kemudian tanah
dimasukkan yang dalam Daraga yang merupakan simbol Kuburan Husein. Pengambilan tanah ini
memiliki makna berupa manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah.

Seperti yang sudah disebutkan, dalam prosesi ini ada sebuah wadah yang disebut dengan Daraga.
Daraga ini dibuat oleh warga sebelum dilaksanakan prosesi Maambiak Tanah. Kedua kelompok
pelaksanaan Tabiak melaksanakan ritual membuat Daraga terlebih dahulu. Daraga adalah sebuah
tempat yang dilingkari oleh pagar bambu. Pagar tersebut berbentuk segi empat dengan luas urang
lebih 5 meter. kemudian dililit dengan kain putih. Prosesi kedua, setelah mengambil tanah atau
disebut dengan ritual maambiak tanah, dilaksanakan prosesi kedua yang berupa menebang Batang
PERAYAAN TABUIK PARIAMAN DALAM TIMBANGAN DINUL ISLAM Zulkifli Zakaria

3
Pisang atau disebut juga dengan istilah Manabang Batang Pisang. Pelaksanaan ritual menebang
batang pisang dipersepsikan sebagai ketajaman pedang yang digunakan selama perang. Menebang
batang pisang juga menjadi simbol untuk menuntut kematian Husein tersebut. Ritual menebang
batang pohon pisang ini dilakukan oleh seorang pria dengan pakaian silat. Batang pisang harus
ditebang dalam sekali tebas. Tidak boleh dilakukan dengan dua sampai tiga kali tebas. Ada versi
makna lain dari aktivitas menebas pohon ini bahwa ritual ini diibaratkan sebagai simbol tentara
Yazid yang telah mengambil nyawa dan harga Husain. Batang pisang yang sudah ditebang
kemudian disimpan di dalam Daraga.

Setelah proses kedua dilaksanakan, dilanjutkan proses ketiga yang berupa bacakak, ini berupa
ritual tari perkelahian yang dilakukan oleh dua kelompok tabuik. Ritual ini sebagai representasi
dua kelompok yang saling berperang. Upacara ini akan diiringi oleh gendang tasa. Tarian
perkelahian ini merupakan simbol perang yang terjadi di Karbala, tempat di mana Husein
terbunuh. Tarian yang menjadi simbol peperangan ini kemudian diakhiri di sore hari dan
dilanjutkan dengan upacara selanjutnya yang disebut dengan Maatam yang jatuh tanggal 7
Muharram. Prosesi Maatam akan dilaksanakan setelah shalat dhuzur. Upacara Maatam
dilaksanakan oleh para perempuan. mereka akan berjalan mengelilingi daraga sambil membawa
peralatan ritual yang terdiri dari jari-jari, sorban, pedang, dan sesaji. Mereka mengiringi daraga
sambil menangis dan meratap. Ritual ini sebagai simbol kesedihan dan meratapi kematian korban
perang, tidak hanya kematian Husein yang diratapi tetapi juga seluruh keluarga yang telah ikut
berperang dan gugur.

Di samping itu, pada tanggal 7 muharram dilaksanakan upacara Maarak Jai-jari. Upacara ini
disebut juga dengan Maarak panja. Upacara ini berupa tiruan jari-jari tangan yang menjadi simbol
tubuh dan jari-jari tangan Husein serta pejuang lain yang tercincang. Hal ini juga menjadi simbol
bukti kekejaman raja zalim. Upacara ini akan diiringi dengan hoyak tabuik lenong dan iringan
bunyi gendang tasa. Hoyak tabuik lenong sendiri merupakan tabuik berukuran kecil yang
diletakkan di atas kepala para laki-laki. Setelah upacara ini selesai akan dilaksanakan upacara
Maarak saroban yang diadakan di petang hari tanggal 8 Muharram. Ritual ini merupakan momen
di mana para pelaksana upacara akan menginformasikan ke masyarakat kalau Husein sudah
terbunuh dalam perang Karbala. Upacara ini juga diiringi dengan miniature tabuik lenong dan
diiringi dengan gemuruh bunyi gendang tasa.

Selanjutnya, hampir memasuki prosesi terakhir, di mana pelaksana upacara melaksanakan ritual
tabuik naik pangkat yang dilaksanakan pada dini hari tanggal 10 Muharram. Upacara ini
dilaksanakan menjelang fajar, di mana ada dua bagian tabuik yang sudah dibangun mulai
disatukan menjadi tabuik utuh. Acara ini disebut sebagai tabuik naik pangkat karena tabuik yang
sudah disatukan kemudian diusung ke jalan untuk dibawa ke pantai. Sebelumnya akan ada pesta
hoyak tabuik yang dilaksanakan tepat ketika matahari terbit di tanggal 10 muharram. Dimulai
sekitar pukul 09.00 Wib, para pelaksana tabuik akan membawa tabuik sepanjang jalan diiringi
oleh bunyi gendang. Peristiwa ini akan mengundang masyarakat yang belum terlibat upacara dapat
terlibat secara langsung. Acara ini hoyak tabuik akan berlansung sampai sore hari karena
perjalanan menuju pantai akan berlangsung sampai turunnya matahari. Tepat saat itulah akan
terjadi prosesi upacara tabuik dibuang ke laut. Pelaksanaannya tepat pada tanggal 10 muharram
petang. Tabuik akan dilepas ke laut oleh kelompok nagari Pasa dan Subarang di antara warga yang
menyaksikan yang sekaligus menjadi peserta upacara tabuik. Upacara terakhir ini bermakna, orang
yang meninggal akan memiliki tempat kembali, masyarakat harus melepaskan mereka yang sudah
meninggal dengan rela.

Alat Musik Gendang Tabuik

Dalam setiap upacara adat selalu ada alat pengiring untuk mengiringi tiap ritual. Hal yang sama
juga ada di dalam upacara adat Tabuik. Alat yang digunakan untuk mengiringi upacara adat ini

PERAYAAN TABUIK PARIAMAN DALAM TIMBANGAN DINUL ISLAM Zulkifli Zakaria

4
adalah alat musik gendang tasa atau dikenal secara luas sebagai gendang tabuik. Alat upacara ini
digunakan untuk mengiringi acara yang berlangsung sejak tanggal 1 sampai 10 Muharam. Setiap
kali acara dimulai, gendang tabuik atau gendang tasa akan ditabuh secara terus menerus. Ada
formasi khusus selama gendang ditabuh, formasinya terdiri atas 7 orang penabuh dan formasinya
berlapis karena gendang harus dibunyikan. Jika salah satu lelah, akan digantikan secara terus
menerus oleh orang lain. formasi ini menimbulkan suara riuh. Ketukan gendang disesuaikan
dengan prosesi upacara. Misalnya, jika ritual peperangan sedang berlangsung maka gendang akan
ditabuh seolah-olah benar-benar terjadi peperangan besar di sekitar mereka. Gendang ini tidak
hanya merefleksikan semangat dan keberanian Husein tetapi juga mengantarkan mereka menuju
medan perang agar tidak pernah menyerah.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Tabuik)

KEDUA: HUSAINIYAH

Husainiyah (bahasa Arab: ‫ )الحسينية‬adalah tempat untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan


keagamaan mazhab Syiah. Husainiyah lebih sering digunakan untuk mengadakan kegiatan dalam
rangka memperingati kesyahidan Imam Husain as dan syuhada Karbala. Pada sebagian besar
kantong Muslim Syiah, baik di kota-kota maupun desa-desa, minimal ada satu husainiyah.
Dikatakan bahwa di Lucknow, India pada pertengahan tahun 1210 kira-kira terdapat 2000
husainiyah dan di Teheran pada akhir tahun 1961 kira-kira ada 630 husainiyah. Berdasarkan data
statistik pada tahun 1996 terdapat 7528 di Iran dimana lebih dari 11 % jumlah tersebut merupakan
tempat untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan.

Kegunaan khusus husainiyah adalah untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti


majelis duka khususnya majelis duka untuk mengenang pengorbanan Imam Husain as dan
penolong setianya. Sedangkan penggunaan secara umum adalah untuk mengadakan acara-acara
keagamaan dan kebudayaan. Sebagian besar Husainiyah dihiasi dengan ornamen-ornamen yang
sederhana. Husainiyah lebih banyak digunakan pada bulan Muharam dan Shafar. Biaya
operasional yang digunakan biasanya berasal dari swadaya masyarakat.

Sejarah

Kata "husainiyah" tidak ada tertulis dalam referensi klasik. Nampaknya, Husainiyah adalah
bangunan yang ada di sekitar masjid, di sudut dan bangunan yang menyatu dengan masjid.
Kemungkinan besar, Husainiyah pertama kali ada pada masa Safawi dan seterusnya dan dibangun
dengan maksud untuk digunakan sebagai tempat melakukan aktivitas-aktivitas kebudayaan Syiah
di Iran.

Masyarakat pada periode Bawaih atas perintah Muiz al-Daulah Dailami pada tahun 352 H/964
mendirikan tenda-tenda di jalan-jalan untuk mengadakan majelis duka. Mereka mendirikan tenda
menggunakan kayu atau baja dan ditutup dengan menggunakan kain kanvas. Tradisi ini masih ada
hingga sekarang. Menurut sumber referensi klasik, tidak ada laporan tentang konstruksi bangunan-
bangunan permanen sebagai husainiyah. Sebagian besar majelis duka diadakan di masjid-masjid,
haram para Imam Maksum, Haram Keturunan Imam (Imam Zadeh), pasar-pasar dan (tekiye)
tempat untuk menyelenggarakan kegiatan keagamaan. Kemungkinan besar, bangunan dengan
nama husainiyah dikenal pada zaman Qajar, sebagaimana sejarah pembangunan husainiyah
penting dan terkenal yang tidak ada pada masa sebelumnya.

Kegunaan Husainiyah

Untuk Mengadakan Majelis Duka

PERAYAAN TABUIK PARIAMAN DALAM TIMBANGAN DINUL ISLAM Zulkifli Zakaria

5
Meskipun ada masjid, namun penggunaan Husainiyah digunakan untuk mengadakan majelis-
majelis khusus guna memperingati acara-acara duka dalam mazhab Syiah seperti menepuk dada,
melantunkan kidung duka, dan ceramah-ceramah keagamaan di beberapa tempat dan mengadakan
drama kolosal pertempuran Karbala dengan menampilkan beberapa karakter utama. Fungsi yang
paling signifikan adalah untuk mengadakan majelis duka pada sepuluh hari pertama bulan
Muharram hingga 28 Shafar bagi Imam Husain as, acara-acara keagamaan atau perayaan hari
kelahiran Nabi Muhammad saw dan para Imam as pada waktu-waktu lain selama bulan hijriah,
mengadakan acara-acara pada bulan Ramadhan, khususnya acara malam Qadr, mengadakan
majelis-majelis pembacaan ayat suci Alquran, mengadakan acara berkabung bagi keluarga yang
meninggal bagi penduduk setempat dan acara-acara keagamaan dan kebudayaan lainnya.

Memperkuat Semangat Empati

Husainiyah adalah tempat yang paling ramai dan menjadi pusat perkumpulan penganut Syiah pada
bulan Muharam dan Shafar. Kehadiran dan kerja sama masyarakat untuk mempersiapkan dan
menyediakan layanan dan mengadakan acara-acara keagamaan, tanpa memperhatikan perbedaan
usia, jenis kelamin, kondisi perekonomian dan kedudukan kemasyarakatan menjadikan hal ini
sebagai sarana untuk menanamkan dan menguatkan rasa empati dan solidaritas di antara penganut
Muslim Syiah. Karena husainiyah di setiap tempat biasanya memiliki identitas khusus tersendiri,
maka pemanfaatan fungsi sosial husainiyah dalam skala lingkungan tertentu, membuat hubungan
antara sesama warga menjadi menjadi kokoh dan kuat. Rasa solidaritas di Husainiyah terpupuk
secara baik entah itu penduduk asli maupun pendatang ataupun para musafir yang berasal dari
tempat lain, misalnya yang lebih nampak adalah di Husainiyah Azerbeijan di Teheran dan
husainiyah-husainiyah yang ada di komplek pemakaman Atabat Aliyat.

Aktivitas-aktivitas Kesejahteraan Umum

Pada masa-masa akhir, husainiyah menjadi pusat bagi program-program kesejahteraan umum
seperti untuk membuat lembaga dana pinjaman.

Menjadi Tempat Bermukim Sementara bagi Peziarah

Di kota-kota yang menjadi tempat tujuan ziarah yang sangat penting seperti Karbala dan Najaf,
husainiyah juga digunakan untuk menerima musafir sebagai tempat penginapan dan persinggahan
peziarah seperti Husainiyah orang-orang Teheran yang ada di Karbala, di mana husainiyah ini
merupakan salah satu husainiyah terbesar yang dibangun dengan menggunakan dana swadaya dari
masyarakat. Husainiyah ini disamping memiliki serambi yang luas di lantai pertama dan memiliki
ruangan di bawah tanah yang luas dan banyak, juga memiliki lebih dari 200 kamar untuk
menampung peziarah. Sayangnya, pada tahun 1370 S dihancurkan oleh rezim Bahts dalam
peristiwa perlawanan kaum Syiah di Irak

(http://id.wikishia.net/view/Husainiyah)

MENIMBANG DENGAN DUA SUMBER AGAMA ISLAM

PERTAMA: AL-QURANUL KARIM:

1. Firman Allah subhaanhu wata’ala:

‫ون ِِب ه َِّلل َوالْ َي ْو ِم ْاْل ِخ ِر‬ َ ‫ََي َأُّيه َا ه ِاَّل َين أ َمنُوا َأ ِطي ُعوا ه‬
ْ َ ‫اَّلل َو َأ ِطي ُعوا هالر ُسو َل َو ُأ ِوِل ْ َاْل ْم ِر ِم ْن ُ ُْك فَا ْن ت َ َن َازع ُ ُْْت ِِف‬
ِ ‫ش ٍء فَ ُردهو ُه ا ََل ه‬
َ ُ‫اَّلل َو هالر ُسولِ ا ْن ُك ْن ُ ُْت ت ُْؤ ِمن‬
ِ ِ ِ
‫َذ ِ َِل خ ْ رَي َو َأ ْح َس ُن تَأْ ِو ًيال‬

PERAYAAN TABUIK PARIAMAN DALAM TIMBANGAN DINUL ISLAM Zulkifli Zakaria

6
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

(QS. An-Nisaa’:59)

Wajhu Ad-Dalaalah:

Wajib bagi setiap mukmin yang mengimani Allah ta’ala dan hari akhir, menjadikan Al-Qur’an
dan Sunnah yang shahih sebagai dasar untuk melakukan apa saja. Serta menjadikan penjelasan
ulama beserta kebijakan umara yang kedua mereka ini disebut sebagai ulul amri, sebagai arahan.
Kemudian manakala ada persoalan yang dipertentangkan, maka wajib bagi ulul amri (ulama dan
umara) mengembalikannya kepada Al-Qur’an dan Sunnah yang shahih.

2. Firman Allah subhaanahu wata’ala:


‫يت لَ ُ ُُك ْاْل ْس َال َم ِدينًا‬
ُ ‫الْ َي ْو َم َأ ْْكَلْ ُت لَ ُ ُْك ِدينَ ُ ُْك َو َأتْ َم ْم ُت عَل َ ْي ُ ُْك ِن ْع َم ِِت َو َر ِض‬
ِ
“... Pada hari ini Aku telah menyempurkan untuk kalian din kalian ini dan Aku sempurnakan atas
kalian nikmat-Ku, serta Aku telah meridhai untuk kalian ini Islam sebagai din....”

(Sebahagian QS. Al-Maaidah:3)

Wajhu Ad-Dalaalah:

Perayaan Tabuik Pariaman ada unsur kesamaan pokok Al-Husainiyat (riual peringatan
kematian), yaitu memperbaharui kenangan atau ratapan terhadap kematian Al-Husain bin ’Ali
radhiyallaahu ‘anhuma yang menjadi roh atau dasar utama paham keagamaan Syi’ah Rafidhah.
Padahal ajaran Islam telah sempurna sebelum kematian tersebut, maka semua keyakinan dan
ritual keagamaan Syi’ah yang demikian adalah tidak termasuk dalam Dinul Islam. Karenanya
tidak bisa disebut diucapkan Tabuik Pariaman yang Islami sebagaimana tidak sah dikatakan
Ritual Al-Husainiyat yang Islami, atau mengislamikan Tabuik Pariaman dan Al-Husainiyat
Syi’ah.

3. Firman Allah subhaanahu wata’ala:

‫ُون فَضْ ًال ِم ْن َر ِ ِّب ْم َو ِرضْ َواًنً َوا َذا‬ َ ‫اَّلل َو َْل الشه ه َْر الْ َح َرا َم َو َْل الْهَدْ َي َو َْل الْقَ َال ِئدَ َو َْل أ ِم َني الْ َبي َْت الْ َح َرا َم ي َ ْبتَغ‬
ِ ‫ََي َأُّيه َا ه ِاَّل َين أ َمنُوا َْل ُ ُِتلهوا شَ َعائِ َر ه‬
ِ
‫َحلَلْ ُ ُْت فَ ْاص َطا ُدوا َو َْل َ َْي ِر َمن ه ُ ُْك َش نَأ ُن قَ ْو ٍم َأ ْن َص هدو ُُكْ َع ِن الْ َم ْسجِ ِد الْ َح َرا ِم َأ ْن ت َ ْعتَدُ وا َوت َ َع َاون ُوا عَ ََل الْ ِ ِب َوالته ْق َوى َو َْل ت َ َع َاونُوا عَ ََل ْاْل ْ ِْث َوالْ ُعدْ َو ِان‬
ِ
‫اَّلل شَ ِديدُ الْ ِعقَ ِاب‬ َ ‫َوات ه ُقوا ه‬
َ ‫اَّلل ا هن ه‬
ِ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan
melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan
binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Rabb mereka! Dan apabila kamu
telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali
kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidi
lharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka)! Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.”

PERAYAAN TABUIK PARIAMAN DALAM TIMBANGAN DINUL ISLAM Zulkifli Zakaria

7
(QS. Al-Maaidah:2)

Wajhu Ad-Dalaalah:

Apabila suatu perbuatan tergolongan bid’ah atau sesat yang haram hukum melakukannya, maka
semua keterlibatan di dalam prosesi pengadaan perbuatan tersebut adalah dilarang dan dihukumi
haram.

4. Firman Allah ta’ala:


ِ ‫ّك عَ ََل ه‬
‫اَّلل فَه َُو َح ْس ُب ُه‬ َ ‫َذ ِل ُ ُْك يُو َعظُ ِب ِه َم ْن ََك َن ي ُ ْؤ ِم ُن ِِب ه َِّلل َوالْ َي ْو ِم ْاْل ِخ ِر َو َم ْن يَته ِق ه‬
ْ ‫ َويَ ْر ُز ْق ُه ِم ْن َح ْي ُث َْل َ َْيت َ ِس ُب َو َم ْن يَتَ َو ه‬-‫اَّلل َ َْي َع ْل َ ُل َمخ َْر ًجا‬
‫ش ٍء قَدْ ًرا‬َْ ‫ك‬ ِ ُ ‫اَّلل ِل‬ُ ‫اَّلل َِب ِل ُغ َأ ْم ِر ِه قَدْ َج َع َل ه‬
َ ‫ا هن ه‬
ِ
"..... Demikianlah nasehat yang disampaikan kepada siapa saja yang telah mengimani Allah dan
hari akhir. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia jadikan baginya jalan
keluar, dan Dia memberinya rezki dari arah yang tidak dia perhitungkan. Dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah, niscaya Dia-lah Penjaminnya. Sesungguhnya Allah ta’ala adalah
Maha Menuntaskan urusan-Nya, dan Dia telah menjadikan ukuran bagi segala sesuatu.”
(QS. Ath-Thalaaq:2-3)
Wajhu Ad-Dalaalah:
Ketika Perayaan Tabuik Pariaman telah diyakini sebagai perbuatan haram, maka wajib bagi
Permerintah Pariaman dan masyarakat muslim untuk tidak lagi membuatnya karena alasan takut
kepada Allah ta’ala. Lalu jika kawatir akan menyebabkan penurunan pemasukan finansial bagi
Pariaman, maka telah ada jaminan dari solusi (jalan keluar) dari sisi Allah ta’ala, sebagaimana
ada solusi sumber rezki lain yang tidak terduga.

KEDUA: SUNNAH
1. Hadits Larangan Tasyabbuh:
‘Utsman bin Abi Syaibah telah menyampaikan hadits kepada kami, (yang mengatakan bahwa)
Abu An-Nashr telah menyampaikan hadits kepada kami, (yang mengatakan bahwa)
‘Abdurrahman bin Tsabit telah menyampaikan hadits kepada kami, (yang mengatakan bahwa)
Hassan bin ‘Athiyah telah menyampaikan hadits kepada kami, dari Abu Munib Al-Jurasyi, dari
Ibnu 'Umar radhiyallaahu 'anhu yang menuturkan bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi
wasallam telah bersabda,
»‫« َم ْن ت َ َش به َه ِبقَ ْو ٍم فَه َُو ِمْنْ ُ ْم‬
"Barangsiapa yang bertasyabbuh (menyerupakan dirinya) dengan suatu kaum, maka dia adalah
termasuk di antara mereka."
(Lafaz HR. Abu Dawud dalam Sunan Abu Dawud no.4031, Al-Albaniy menilai :Shahih)
Wajhu Ad-Dalaalah:
Perayaan Tabuik Pariaman adalah bentuk tasyabbuh (penyerupaan diri) dengan ritual Al-
Husainiyat kaum Syi’ah Rafidhah, sekalipun masyarakat Pariaman yang membuatnya mengaku
tidak menganut agama Syi’ah.
2. Hadits Penetapan Hari Raya Kaum Muslimin
Musa bin Isma’il telah menyampaikan hadits kepada kami, (yang mengatakan bahwa) Hammad
telah menyampaika hadits kepada kami, dari Humaid, dari Anas radhiyallahu yang mengatakan
bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah tiba di Medinah, sementara mereka
(penduduk Medinah) memiliki dua hari yang mereka bermain-main pada dua hari itu. Beliau
bertanya,
» ‫« َما َه َذ ِان الْ َي ْو َم ِان‬
“Apakah kedua hari ini?”
Mereka menjawab, “Dahulu pada masa Jahiliyah, kami telah biasa mengisinya dengan bermain.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

PERAYAAN TABUIK PARIAMAN DALAM TIMBANGAN DINUL ISLAM Zulkifli Zakaria

8
» ‫اَّلل قَدْ َأبْدَ لَ ُ ُْك ّبِ ِ َما خ ْ ًَيا ِمْنْ ُ َما ي َ ْو َم ا َْل ْْضَى َوي َ ْو َم الْ ِف ْط ِر‬
َ ‫« ا هن ه‬
“Sesungguhnya Allah telah menukar kedua hari raya ini untuk kalian dengan sesuatu yang yang
ِ
lebih baik: hari Al-Adhha (‘Iedul Adhha) dan hari Al-Fithr (‘Iedul Fithri).”
(Lafaz HR. Abu Dawud dalam Sunan Abu Dawud no.1134, Al-Albaniy menilai: shahih))
Wajhu Ad-Dalaalah:
Sewajarnya orang mukmin meninggalkan suatu perbuatan ketika telah datang dalam ajaran
Islam bahwa perbuatan itu dilarang dan berpindah kepada perbuatan lain yang diperintah
syarak. Sekali pun telah terbiasa dan sejak lama melakukan perbuatan yang dilarang tersebut.
3. Hadits Perpecahan Ummat:
Dan ada hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallaahu ‘anhuma yang menuturkan bahwa
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,

»‫ ُُكههُ ْم ِِف النهار اْل ِم ه ًَّل َوا ِحدَ ًة‬،‫الث َو َس ْب ِع َني ِم ه ًَّل‬
ٍ َ ‫ َوت َ ْف َ َِت ُق ُأ هم ِِت عَ ََل ث‬،‫ْسائِي َل ت َ َف هرقَ ْت عَ ََل اثْنَت َ ْ ِني َو َس ْب ِع َني ِم ه ًَّل‬
َ ْ ‫«ا هن ب َ ِِن ا‬
ِ ِ ِ
“Sesungguhnya Bagi Israil telah terpecah belah atas 72 golongan, dan ummat akan terpecah
belah atas 73 golongan yang kesemua mereka adalah dalam Neraka, kecuali satu golongan,”

Maka mereka (para sahabat) bertanya, “Siapakah ia (golongan tersebut) wahai Rasulullah?”

Beliau bersabda,

»‫« َما َأًنَ عَل َ ْي ِه َو َأ ْْص َِاب‬


“Yang aku dan para sahabatku di atasnya.”

(Lafaz HR. Al-Baghawiy dalam kitab Syarhus Sunnah 1/149, bagian dari hadit no.104, kata editor
terbitan ini Abu Muzhaffar Sa’id As-Sinariy :”Shahih dengan sejumlah riwayat penunjangnya.”)

Wajhu Ad-Dalaalah:

Jika ingin menjadi muslim yang selamat dari Neraka, maka mestilah mengamalkan Dinul Islam
sesuai yang didapati dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi dan para sahabatnya radhiyallaahu
‘anhum. Sedangkan segala macam kegiatan bercorak Al-Husainiyat Syi’ah Rafidhah adalah tidak
ada dilakukan pada masa generasi pertama tersebut, sepatutnyalah dijauh dan tidak terlibat
dalam pelaksanaannya.

4. Hadits Larangan Niyahah:

Abu Bakar bin Abi Syaibah telah menyampaikan hadits kepada kami, (yang mengatakan bahwa)
‘Affan telah menyampaikan hadits kepada kami, (yang mengatakan bahwa) Aban bin Yazid telah
menyampaikan hadits kepada kami; Dan Ishaq bin Manshur telah menyampaikan hadits kepada
saya, (yang mengatakan bahwa)—dan ini adalah lafaz versinya—Habban bin Hilal telah
menyampaikan kabar kepada kami, (yang mengatakan bahwa) Habban telah menyampaikan hadits
kepada kami, (yang mengatakan bahwa) Yahya telah menyampaikan hadits kepada kami bahwa
Zaid telah menyampaikan hadits kepadanya bahwa Abu Salam telah menyampaikan hadits
kepadanya bahwa Abu Malik Al-Asy’ariy telah menyampaikan hadits kepadanya bahwa Nabi
shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,

» ‫ َوال ِنِ َيا َح ُة‬،‫ َو ْاْل ْس ِت ْسقَا ُء ِِبلنه ُجو ِم‬،‫الط ْع ُن ِِف ْ َاْلن ْ َس ِاب‬
‫ َو ه‬،‫ الْفَخْ ُر ِِف ْ َاْل ْح َس ِاب‬:‫ َْل ي َ ْ َُت ُكوَنَ ُ هن‬،‫« َأ ْرب َ رع ِِف ُأ هم ِِت ِم ْن َأ ْم ِر الْ َجا ِه ِل هي ِة‬

PERAYAAN TABUIK PARIAMAN DALAM TIMBANGAN DINUL ISLAM Zulkifli Zakaria

9
“Empat perbuatan pada ummatku adalah berasal dari perbuatan Jahiliyah yang mereka tidak
meninggalkanya: “Berbangga-bangga dengan kebangsawanan, mencela nasab keturunan,
meminta hujan dengan bintang-bintang dan meratapi orang yang telah mati.”

Dan Beliau bersabda juga,

ْ ِ ‫ تُقَا ُم ي َ ْو َم الْ ِقيَا َم ِة َوعَلَْيْ َا‬،‫ائ ُة ا َذا ل َ ْم تَتُ ْب قَ ْب َل َم ْوِتِ َا‬


»‫ َو ِد ْر رع ِم ْن َج َر ٍب‬،‫ْس َِب رل ِم ْن قَ ِط َر ٍان‬ َ ِ ‫«النه‬
ِ
“Wanita yang meratapi orang mati apabila tidak bertaubat sebelum kematiannya, maka pada
hari kiamat nanti akan diberdirikan dengan mengenakan baju ghamis dari aspal dan baju kurung
berupa gatal-gatal.”

(Lafaz HR. Muslim dalam Shahih Muslim no.934-29)

Wajhu Ad-Dalaalah:

Sekalipun disebutkan di dalam hadits ini, maka dosa ratapan mayat juga akan didapati oleh
lelaki, jika mengerjakannya. Dan semua pelaku dalam semua prosesi perayaan Tabuik Pariaman
adalah para pelaksana bagi hakekat ratapan terhadap kematian Al-Husain radhiyallaahu ‘anhu,
yang perbuatan tersebut adalah haram, tergolong dosa besar karena ada ancaman siksa akhirat
bagi pelakukannya.

5. Hadits Bahaya Mengajarkan Perbuatan Sesat:

Ali bin Hujr telah menyampaikan hadits kepada kami, (yang mengatakan bahwa) Isma’il bin
Ja’far telah menyampaikan kabar kepada kami, dari Al-‘Ala’ bin ‘Abdurrahman, dari ayahnya,
dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu menuturkan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam telah bersabda,

‫ َو َم ْن َدعَا ا ََل ضَ َال َ ٍَل ََك َن عَلَ ْي ِه ِم َن اْل ْ ِْث ِمثْ ُل‬،‫« َم ْن َدعَا ا ََل هُدً ى ََك َن َ ُل ِم َن ا َْل ْج ِر ِمثْ ُل ُأ ُج ِور َم ْن يَت ه ِب ُع ُه َْل ي َ ْن ُق ُص َذ ِ َِل ِم ْن ُأ ُج ِور ِ ِْه شَ يْئًا‬
ِ ِ ِ
»‫ َْل ي َ ْن ُق ُص َذ ِ َِل ِم ْن أ ََث ِمهِ ْم شَ يْئًا‬،ُ‫أ ََث ِم َم ْن يَت ه ِب ُعه‬
“Barangsiapa yang telah mengajak kepada suatu hudan (perbuatan yang berasal dari petunjuk
Islam), maka dia memiliki pahala seperti pahala-pahala siapa saja telah mengikutinya, tanpa
ada pengurangan pahala mereka tersebut sedikit pun. Dan barangsiapa yang telah mengajak
kepada kesesatan, maka dia memikul dosa seperti dosa-dosa siapa saja yang telah mengikutinya,
tanpa ada penguranagn dari dosa-dosa mereka tersebut sedikit pun.”

Abu Isa berkata: “Ini hadits hasan shahih.”

(Lafaz HR. At-Tirmidzi dalam Sunan At-Tirmidziy no.2674)

Wajhu ad-Dalaalah:

Apabila telah dipahami bahwa Perayaan Tabuik Pariaman adalah penerapan dari sebagian
ritual keagaaman sesat Syi’ah Rafidhah, maka berdosa orang yang melaksanakannya dan dosa
lebih bagi yang mengajak orang lain untuk melaksanakannya dan merayakannya.

6. Hadits Perintah Berpegang Dengan Sunnah:

Ali bin Hujr telah menyampaikan hadits kepada kami, (yang mengatakan bahwa) Baqiyah bin Al-
Walid telah menyampaikan hadits kepada kami, dari Bahir bin Sa’d, dari Khalid bin Ma’dan, dari
PERAYAAN TABUIK PARIAMAN DALAM TIMBANGAN DINUL ISLAM Zulkifli Zakaria

10
‘Abdurrahman bin ‘Amr As-Salmiy, dari Al-‘Irbadh bin Sariyah radhiyallaahu ‘anhu yang
menuturkan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah menyampaikan nasehat kepada
kami pada suatu hari setelah shalat shubuh, dengan suatu nasehat yang sangat berkesan
menyebabkan mata mengeluarkan airnya dan qalbu menjadi gemetar. Lalu ada seorang berkata,
“Sungguh ini adalah nasehat seorang yang bakal berangkat, maka apakah gerangan yang Engkau
pesankan kepada kami, wahai Rasulullah?”

Beliau bersabda,

َ‫ َوا هَي ُ ُْك َو ُم ْحدَ ََث ِت ا ُْل ُم ِور فَاَنه َا ضَ َال َ رَل فَ َم ْن َأد َْرك‬،‫ فَان ه ُه َم ْن ي َ ِع ْش ِمنْ ُ ُْك يَ َرى ا ْخ ِت َالفًا َك ِث ًيا‬،‫ِش‬
ٌّ ِ َ‫ َوا ْن َع ْب رد َحب‬،‫الطاعَ ِة‬ ‫الس ْمع ِ َو ه‬
‫ه‬ ِ ‫يُك ِبتَ ْق َوى ه‬
‫اَّلل َو‬ ْ ُ ‫وص‬ ِ ‫« ُأ‬
ِ ِ ِ ِ
»‫ َعضه وا عَلَْيْ َا ِِبلنه َواجِ ِذ‬،‫َذ ِ َِل ِمنْ ُ ُْك فَ َعل َ ْي ِه ب ُِسن ه ِِت َو ُس نه ِة اخلُلَ َفا ِء هالر ِاش ِد َين امل َ ْه ِدي ِ َِني‬
“Aku pesankan kalian untuk bertakwa kepada Allah ta’ala dan untuk mendengar dan mentaati,
sekali pun (yang memimpin) seorang budak Habsyi! Sesungguhnya siapa saja di antara kalian
yang akan hidup nanti, maka dia tentu menyaksikan banyak pertikaian, dan waspadalah kalian
terhadap persoalan-persoalan baru karena sungguh ia adalah sesat! Barangsiapa di antara
kalian yang mendapati itu, maka hendaklah ia berpegang dengan sunnahku dan sunnah para
khalifah yang benar nan berpegang kepada petunjuk! Kalian gigit kuatlah ke atas sunnah tersebut
dengan gigi-gigi taring!”

Abu Isa berkata, “Ini hadits hasan shahih.”

(Lafaz HR. At-Tirmidzi dalam Sunan At-Tirmidziy no.2676)

Wajhu Ad-Dalaalah:

Seorang muslim wajib berpegang kepada ajaran Islam yang diyakini berasal dari Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam dan para khalifah rasyid setelah Beliau. Tradisi Al-Husainiyat
Syi’ah adalah tidak berasal dari tuntunan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan tuntunan
khalifah rasyid yang berempat radhiyallaahu ‘anhum, maka mesti kita jauhi karena termasuk
dalam makna “persoalan baru” (perkara yang diada-adakan di dalam beragama), sekali pun
banyak manusia yang melakukanny). Dan Perayaan Tabuik Pariaman adalah semisalnya.

7. Hadits Larangan Membuat Hal Baru Dalam Masalah Agama:

Ya’qub telah menyampaikan hadits kepada kami, (yang mengatakan bahwa) Ibrahim bin Sa’d
telah menyampaikan hadits kepada kami, dari ayahnya, dari Al-Qasim bin Muhammad, dari
‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha yang mengatakan, “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah
bersabda,

»‫ فَه َُو َر ٌّد‬،‫« َم ْن َأ ْحدَ َث ِِف َأ ْم ِرًنَ ه ََذا َما لَي َْس ِفي ِه‬
“Barangsiapa yang telah membuat baru di dalam urusan (agama) kami ini sesuatu yang semula
tidak terdapat di dalamnya, maka ia ditolak.”

(Lafza HR. Al-Bukhariy di dalam Shahih Al-Bukhariy no.2697)

8. Hadits Amalan Bid’ah Tertolak.

Ishaq bin Ibrahim dan ‘Abdun bin Humaid telah menyampaikan hadits kami yang keduanya dari
Abu ‘Amir; ‘Abdun mengatakan bahwa ‘Abdul Malik bin ‘Amru telah menyampaikan hadits

PERAYAAN TABUIK PARIAMAN DALAM TIMBANGAN DINUL ISLAM Zulkifli Zakaria

11
kepada kami, (yang mengatakan bahwa) ‘Abdullah bin Ja’far Az-Zahriy telah menyampaikan
hadits kepada kami, dari Sa’d bin Ibrahim yang menuturkan, “Saya telah bertanya kepada Al-
Qasim bin Muhammad tentang seseorang yang memiliki 3 rumah, lalu mewasiatkan sepertiga dari
setiap rumah tiga tersebut, maka dia (Al-Qasim) menjawab, “Dikumpulkan kesemua wasiat
tersebut dalam satu rumah.” Setelah itu dia mengatakan bahwa ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha telah
menyampaikan kabar kepadanya bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,

»‫« َم ْن َ َِع َل َ ََع ًال لَي َْس عَلَ ْي ِه َأ ْم ُرًنَ فَه َُو َر ٌّد‬
“Barangsiapa yang melakukan suatu amal yang tidak didasari di atas perintah kami, maka ia
ditolak.”

(Lafaz HR. Muslim dalam Shahih Muslim no.1718-18)

Wajhu Ad-Dalaalah Dua Hadits Bahaya Bid’ah:

Perayaan Tabuik Pariaman adalah tergolong perbuatan baru (bid’ah) dalam agalam Islam, yang
tidak bisa disebut sebagai produk budaya semata. Karena roh keberadaan Parayaan ini adalah
ritual keagaam kaum Syi’ah. Maka tertolak secara dalam syari’at Islam dan wajib seorang
muslim menolaknya atau tidak melaksanakannya.

9. Hadits Tanggung jawab Setiap Pemegang Amanah

Bisyr bin Muhammad As-Sakhtiyaniy telah menyampaikan hadits kepada kami, (yang
mengatakan bahwa) ‘Abdullah telah menyampaikan kabar kepada kami, (yang mengatakan
bahwa) Yunus telah menyampaikan kabar kepada kami, dari Az-Zuhriy yang menuturkan, “Salim
telah menyampaikan kabar kepadaku, dari Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma yang mengatakan,
“Saya telah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫ َوامل َ ْر َأ ُة ِِف بَي ِْت َز ْو ِِجَا َرا ِع َي رة‬،‫ َو هالر ُج ُل َراعٍ ِِف َأه ِ ِِْل َو َم ْس ُئو رل َع ْن َر ِعيه ِت ِه‬،‫ َواْل َما ُم َراعٍ َو َم ْس ُئو رل َع ْن َر ِع هي ِت ِه‬،‫« ُُكه ُ ُْك َراعٍ َو َم ْس ُئو رل َع ْن َر ِعيه ِت ِه‬
ِ
»‫ َواخلَا ِد ُم ِِف َمالِ َس ِي ِد ِه َراعٍ َو َم ْس ُئو رل َع ْن َر ِع هي ِت ِه‬،‫وَل َع ْن َر ِع هيِتِ َا‬
‫َو َم ْس ُئ َ ر‬

“Setiap kalian adalah pengembala dan ditanyai tentang yang digembalakannya. Imam
(pemimpin) adalah seorang pengembala dan ditanyai tentang rakyatnya. Lelaki adalah
pengembala dalam keluarganya dan ditanyai tentang yang digembalakannya. Wanita (isteri)
adalah di dalam rumah suaminya adalah pengembala yang ditanyai tentang yang
digembalakannya. Dan pembantu yang berada di dalam harta kekayaan tuannya adalah
pengembala dan akan ditanyai tentang yang digembalakannya.”

Ibnu ‘Umar melanjutkan, “Saya suka Beliau bersabda,

»‫« َو هالر ُج ُل َراعٍ ِِف َمالِ َأبِي ِه‬


“Dan lelaki adalah pengembala di dalam harta ayahnya.”

(Lafaz HR. Al-Bukhariy dalam Shahih Al-Bukhariy no. 2751)

Wajhu Ad-Dalalah:

PERAYAAN TABUIK PARIAMAN DALAM TIMBANGAN DINUL ISLAM Zulkifli Zakaria

12
Ulama adalah pemegang amanah hukum Allah ta’ala yang mesti mereka sampaikan kepada
ummat dan nanti akan dipertanggungjawabkan. Mas’uul (ditanyai) bisa bermakna ditujukan
kepadanya pertanyaan di dunia, bisa juga ditujukan kepadanya pertanyaan di akhirat.

Umara (pemerintah) adalah pemegang amanah mengatur rakyat, termasuk pengaturan


peneratapan ajaran agama Allah ta’ala.

Ketika ulama telah mengetahui keharaman perayaan Tabuik Paraiaman, lalu berdiam diri dan
tidak menyampaikannya kepada umara dan rakyat, maka kepada mereka ini pertanyaan ditujukan
di dunia dan di akhirat.

Dan ketika penguasa telah mengetahui dari ulama keharaman perayaan Tabuik Pariaman, lalu
tidak mau menghentikannya, maka kepada mereka ini pertanyaan ditujukan di dunia dan akhirat.

DIANTARA KUTIPAN KETERANGAN AHLUL ILMI

1. Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Kuwait:

Arti An-Niyahah (ratapan) :

Pertama: secara bahasa, An-Niyahah ialah tangisan dengan suara tinggi seperti melolong.

Kedua: secara istilah, ada beberapa defenisAn-Niyahah :

 Menurut Madzhab Hanafiy, An-Niyahah ialah:

‫الْ ُب ََك ُء َم َع ن َدْ ِب الْ َم ِي ِِت؛ َأ ْي ت َ ْع ِدي ِد َم َح ِاس ِن ِه‬


“Tangisan disertai memuji-muji mayat, yaitu menghitung-hitung segala kebaikan si mayat.”
Menurut pendapat lain, \

‫ِ َِه الْ ُب ََك ُء َم َع َص ْو ٍت‬


“An-Niyahah ialah tangisan disertai suara.”

 Menurut Madzhab Malikiy,


‫لَك رم َم ْك ُرو ره‬ َ ُ :‫ِ َِه الْ ُب ََك ُء ا َذا ا ْجتَ َم َع َم َع ُه َأ َحدُ َأ ْم َر ْي ِن‬
َ َ ‫ُصا رخ َأ ْو‬
ِ
“An-Niyahah ialah tangisan, apabila terkumpul padanya salah satu dari dua hal: pekikan atau
perkataan yang tidak baik.”

 Mayoritas Fuqaha’ Madzhab Syafi’i dan sebahagian Fuqaha’ Madzhhab Malikiy


mengatakan bahwa An-Niyahah ialah:
‫الص ْو ِت ِِبلنهدْ ِب َول َ ْو ِم ْن غَ ْ ِي بُ ََك ٍء‬
‫َرفْ ُع ه‬
“Meninggikan suara dengan menghitung-hitung kebaikan mayat, sekali pun tanpa tangis.

‫َم َع الْ ُب ََك ِء‬


Pendapat lain mengatakan, “Disertai tangisan”.

PERAYAAN TABUIK PARIAMAN DALAM TIMBANGAN DINUL ISLAM Zulkifli Zakaria

13
 Menurut Madzhab Hanbaliy dan sebahagian Madzhab Syafi’iy, An-Niyahah ialah:
َ َ ‫الص ْو ِت ِِبلنهدْ ِب ِب َ نر ه ٍة َأ ْو ِب‬
ٍ ‫لَك ٍم ُم َس هجع‬ ‫َرفْ ُع ه‬
“Meninggikan suara dengan menghitung-hitung kebaikan mayat dengan suara sedih atau
perkataan mengajak.”

(Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Islam Kuwait, Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah 42/49)

2. Buraq menurut terminologi ulama hadits:

َ ْ ‫اَّلل عَل َ ْي ِه َو َس ه ََّل ل َ ْي َ ََّل ْاْل‬


‫ َو ِقي َل‬.‫ ُ ِسي ب َِذ ِ َِل ِل ُن ُصوع ل َ ْونه ِوشدة بَ ِريقه‬.‫ْسا ِء‬ َ ُ « ‫يث الْ ِم ْع َراجِ ِذ ْك ُر‬
ُ ‫الباق» َو ِ َِه ادله ابة ال ه ِِت َر ِكَبَ َا َص هَل ه‬ ِ ‫(س) َو ِِف َح ِد‬
ِ
.‫ِبلبق‬ َ ‫ُلُسعة َح َر َك ِت ِه َش َبه َ ُه ِف ِْي َما‬
“(S) Dan di dalam hadits Al-Mi’raj ada pembicaraan tentang Al-Buraq. Yaitu hewan yang
ditunggangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam pada malam Al-Isra’. Ia dinamakan Buraq
karena terang warnanya dan sangat berkilaunya. Menurut pendapat lain, karena kencang
gerakannya. Pada warna dan gerak ini, ia diserupakan dengan kilat.”

(Ibnu Atsir, An-Nihaayah fi Gharib Al-Hadits, 1/126)

3. Ibnu Katsir:

‫وقال ا أْلمام أأْحد حدثنا عفان ثنا حامد أأًن عامر بن أأب عامرة عن ابن عباس قال ر أأيت النِب صَل هللا عليه و سَّل فامي يرى النامئ بنصف الْنار‬
‫وهو قائل أأشعث أأغب بيده قارورة فْيا دم فقلت بأأب أأنت و أأيم َي رسول هللا ما هذا قال دم احلسني و أأْصابه مل أأزل أألتقطه منذ اليوم قال‬
‫فأأحصينا ذِل اليوم فوجدوه قتل ِف ذِل اليوم ريض هللا عنه قال قتادة قتل احلسني يوم امجلعة يوم عاشوراء س نة احدى وس تني ول أأربع‬
‫ومخسون س نة وس تة أأشهر ونصف الشهر وهكذا قال الليث و أأبو بكر بن عياش الواقدي واخلليفة بن خياط وابو معرش وغي واحد انه قتل‬
‫يوم عاشوراء عام احدى وس تني وزمع بعضهم أأنه قتل يوم السبت وا أْلول أأحص‬
Dan Imam Ahmad telah mengatakan, (bahwa) ‘Affan telah menyampaikan hadits kepada kami,
(yang mengatakan bahwa) Hammad telah menyampaikan hadits kepada kami, (yang mengatakan
bahwa) ‘Ammar bin Abi ‘Amarah telah menyampaikan hadist kepada kami, dari Ibnu ‘Abbas
radhiyallaahu ‘anhuma yang mengatakan, “Saya telah melihat Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam dalam mimpi yang dilihat orang tidur. Pada tengah hari Beliau sedang beristirahat
siang dengan rambut acak dan badan berdebu. Di tangan Beliau ada sebuah botol yang di
dalamnya darah. Maka saya berkata kepada Beliau, “Dengan tebusan ayahku dan ibuku untuk
Engkau, Wahai Rasulullah, apakah ini?’ Beliau menjawab, “Darah Al-Husain dan teman-
temannya yang senantiasa aku memungutnya sejak hari ini.”

Dia berkata lagi, “Lalu kami hitung-hitung hari itu, ternyata mereka mendapatinya (Al-Husain)
dibunuh pada hari tersebut. Semoga Allah ta’ala meridhainya.”

Qatadah mengatakan, “Al-Husain dibunuh pada hari Jum’at, yaitu pada hari ‘Asyura tahun 61
H, dalam usia 54 tahun lebih enam setengah bulan.”

Dan begitu juga dikatakan oleh Al-Laits, Abu Bakar bin ‘Ayyasy Al-Waqidiy, Al-Khalifah bin
Khayyath, Abu Ma’syar dan selainnya, bahwa dia dibunuh pada hari ‘Asyura tahun 61 H. Dan
sebagian kalangan mengatakan bahwa dia dibunuh pada hari Sabtu. Namun yang paling benar
ialah pendapat pertama.

PERAYAAN TABUIK PARIAMAN DALAM TIMBANGAN DINUL ISLAM Zulkifli Zakaria

14
(Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa An-Nihayah 6/231)

4. Cyril Glasse:

Pertama kali Safawiyyah yang berhasil menaklukkan Persia pada awal abad ke-10/ke-16 M
mengeksposisikan dan melembagakan kesalahpahaman ini. Sebagai kalangan Syi’ah lainnya
sebelum mereka, Safawiyyah menjadikan ajaran Syi’ah sebagai senjata perjuangan mereka
meraih kekuasaan, dan menjadikannya sebagai mekanisme kontrol sosial. Safawiyyah menjadikan
tragedi Karbela sebagai sarana untuk menggerakkan kesadaran kebangsaan, di mana kenangan
kasih tersebut dipertahankan, dan mereka bersiteguh terhadap pentingnya tragedi tersebut
dengan mengenangnya dengan minum seteguk air, di mana Husayn telah dipaksa meminum air
beberapa teguk air sebelum ia terbunuh oleh pasukan Yazid.

Kematian Husayn diperingati dengan lumuran darah dan dengan penganiayaan diri sebagai
pertanda duka cita mereka. Peringatan seperti ini diselenggarakan selama beberapa hari
menjelang hari peringatan Tragedi Karbela berdasarkan kalender Islam.

Bagi Kalangan Sunni peristiwa Karbela ini merupakan peristiwa pembunuhan yang
mengharuskan bahkan ia dipandang sebagai tragedi pembunuhan terhadap keturunan nabi yang
terdekat, baik ia dipandang secara individual maupun secara national. Terlepas dari peringatan
pembunuhan Husayn di Karbela, tanggal 10 Muharram merupakan hari besar keagamaan bagi
kalangan Sunni, sebab hari ini telah dimuliakan sejak masa Nabi. Ia dipertahankan sebagai hari
belas kasih bagi kalangan Sunni.

Bagi kalangan Syi’ah hari 10 Muharram merupakan hari duka cita tas kematian Husayn dan ia
dipandang sebagai hari yang paling menyedihkan dan sebagai hari duka cita dalam satu tahun.
Pada hari ini beberpa sekte Syi’ah berprilaku seperti orang gila, mereka turun ke jalan sambil
memukul-mukul diri sendiri dan melumuri diri dengan darah mereka sendiri. Semenjak zaman
Safawiyyah , Karbela daerah pemukiman Husayn di Karbela menjadi tempat suci yang terpenting
bagi Syi’ah dua belas imam.

(Ghufron Mas’adi Terjemahan The Concise Encyclopedia of Islam Cyril Glasse, hal,139)

... Di India, Buraq digambarkan sebagai kuda berwajah seorang wanita dan berekor merak,
namun gambaran demikian tidak memiliki sandaran riwayat hadits, di mana digambarkan Buraq
sebagai jenis makhluq kendaraan angkasa yang lebih besar keledai dan lebih kecil dari kuda.

Pada sisi lainnya, secara iconography sebagaimana tampak dalam penggambaraan masyarakat
India, buraq merupakan makhluq fantastik yang merupakan perpaduan antara unsur manusia dan
unsur binatang sehingga ia merupakan simbol sebuah wujud perpaduan seluruh macam makhluq
yang menganatarkan Nabi menuju Surga.

(Ghufron Mas’adi Terjemahan The Concise Encyclopedia of Islam Cyril Glasse, hal,64)

5. Nashir Al-Qafariy:

.‫ وطعْنم ِف كتاب هللا وغيها من عقائد الكفر عندِه‬،‫وقد تبني أأَنم كفرة ليسوا من اْلسالم ِف شء بسبب رشكهم وتكفيِه للصحابة‬

PERAYAAN TABUIK PARIAMAN DALAM TIMBANGAN DINUL ISLAM Zulkifli Zakaria

15
‫ وْل يفُس ذِل اْل أأن ش يوخ الش يعة َيجبون احلقيقة عن أأتباعهم‬،‫وْل أأغرب و أأجعب من بقاء طائفة تعد ِبملاليني أأسية لهذه اخلرافات‬
‫ و أأن ديْنم يقوم عَل أأساس حمبة أل‬،‫ لعل من أأبرزها دعواِه أأن ما عندِه مؤيد مبا جاء عن طريق أأهل الس نة‬،‫بوسائل كثية من اخلداع‬
.‫البيت و أأتباعهم‬
‫ بزَعهم ويربون‬- ‫ وتصوير الظَّل اَّلين حلقهم من الصحابة‬،‫وِف ظل هذه ادلعوى يؤججون مشاعر العامة وعواطفهم بذكر اضطهاد أل البيت‬
.‫صغارِه عَل ذِل‬
‫ وما يصاحَبا‬،‫ بك ما فْيا من مظاهر احلزن والبَكء‬،‫ومن ذِل متثيلهم ملأأساة كربالء وهو املعروف اْلن ِبمس "الشبيه" واقامِتم جملالس التعزية‬
‫ وهذا يؤدي اَل شلل العقل والتقبل ا أْلَعى للمعتقد وْل س امي‬،‫من كرثة ا أْلعالم ودق الطبول وْسد احلَكَيت وا أْلقاصيص عن الظَّل املزعوم‬
.‫عند ا أْلعامج والعوام‬
‫ وبيان حقيقة الش يعة وخمالفِتا أْلصول‬،‫وان أأعظم وس يَّل ملعاجلة وضع الش يعة هو بيان الس نة للمسلمني ِف ّك مَكن ومبختلف الوسائل‬
.‫اْلساليم بدون تقليل أأو ِتويل‬
.‫ وامحلد هلل رب العاملني‬،‫وصَل هللا عَل نبينا محمد وأل وْصبه أأمجعني‬
Dan sungguh telah jelas bahwa mereka (Syi’ah) adalah orang-orang kafir yang tidak ada bagian
mereka dari Islam sama sekali, dikarenakan kesyirikan mereka dan tuduhan mereka bahwa para
sahabat adalah kafir. Dan juga karena mereka mencela Kitabullah (Al-Qur’an) dan karena
keyakinan-keyakinan kufur lainnya yang ada pada diri mereka.

Tidak ganjil dan tidak aneh terhadap fenomena keberadaan sekelompok yang terbilang jutaan
banyaknya, yang menjadi tawanan bagi keyakinan dongeng-keyakinan dongeng ini. Dan hal itu
hanya bisa kita tafsirkan bahwasanya para syaikh Syi’ah adalah selalu menutupi hakekat
sebenarnya dari para pegikut mereka dengan mempergunakan begitu banyaknya media tipuan.
Pengakuan mereka yang paling mencuat ialah bahwa keyakinan yang mereka miliki adalah
dikuatkan oleh sumber yang datang dari kaum Ahlus sunnah, dan keyakinan agama mereka
adalah ditegakkan di atas prinsip-prinsip cinta kepada Ahlul Bait dan para pengikut mereka.

Di bawah naungan pengakuan-pengakuan inilah mereka membakar semangat dan emosional


masyarakat umum, dengan mengingatkan terhadap kondisi tertekan yang dialami Ahlu bait. Juga
dengan mengilustrasikan kezaliman yang mereka dapatkan dari generasi sahabat—menurut
pengakuan mereka—dan mereka didik generasi kanak-kanak mereka di atas landasan ini.

Begitu juga, mereka mendramatisasikan krisis Karbala’ yang saat ini dikenal dengan nama “Asy-
Syabih” (penyerupaan). Dan mereka adakan majelis-majelis takziah yang dipenuhi aneka
penampakan kesedihan, tangisan dan disertai sekian banyak bendera, pemukulan genderang,
pembacaan hikayat-hikayat dan aneka kisah kezaliman menurut versi mereka. Kesemua ini
mengakibatkan kelumpuhan logika dan sebaliknya sikap menerima buta saja bagi keyakinan
mereka, teristimewa pada level masyarakat non Arab dan awam.

Dan sesungguhnya sarana paling besar untuk mengantispasi peran Syi’ah ialah melakukan
penyebaran penjelasan ajaran Sunnah kepada kaum muslimin di semua tempat dan di aneka
ragam media. Di samping memberikan penjelasan akan hakekat Syi’ah dan segala bentuk
penyimpangan mereka terhadap prinsip-prinsip Islam, tanpa menganggap remeh atau menakut-
nakuti.

PERAYAAN TABUIK PARIAMAN DALAM TIMBANGAN DINUL ISLAM Zulkifli Zakaria

16
(Dr. Nashir bin ‘Abdillah bin Ali Al-Qafariy, Ushuul Madzhab Asy-Syi’ah Al-Imamiyah Al-Itsnai
‘Asyriyah ‘Aradh wa Naqd, Hal.1115)

6. Asy-Syuqairi:

‫ واعتقاد ُألُوف‬،‫ونعى اخلطباء ْلال َمام الْ ُح َس ْني " َوذكر َما حل ِب ِه ي َ ْوم قَتِل عَل املنابر س نو ًَي ّك ُ ُمج َعة من عَ ُاش َوراء ِجل ِمْنْ ُم وتغفل قَبِيح‬
ِ
‫ ا ْذ قتل الْ ُح َس ْني بكربالء َودفن َّبا َوالنهاس ان ه َما يزورون خشب‬،‫ِمْص ِب ِه ِجل ِبلتارخي‬ ْ ‫ا أْللوف َأن َر أأس الْ ُح َس ْني مدفونة ِِبلْ َم ْسجِ ِد الْ َم ْشهُور ب‬
ِ ِ
‫ َو َْل تتعبد ا هْل‬،‫الص ِحيح‬
‫ُون أأمة َْل تعرف ا هْل ه‬
َ ‫ َو َمَت تَ ُكون‬،‫ فَ َم ََت تفيقون من ِجاْلتُك‬،‫التابوت والنحاس ولفافة القامش اخلرضاء الغليظة فَاًنه هلل‬
ِ ِ
ِ ‫ فيا أأهل الْعَّل َك َيف تسكتون عَل َه َذا ه‬،‫ َو َمَت خترج من رءوسُك َه ِذه ا أْلِبطيل والَتهات؟ اللهه هُم أأدْرك َه ِذه ْ أاْلمة ِب َر ْ َْحتك‬،‫ِبلثابت‬
‫ َو ََي‬،‫الرش‬
.‫الرش َأو اخ َْس ُئوا‬ِ ‫حَكم الْ ُمسلمني ا ْق ُتلُوا ه ََذا ه‬
Dan ratapan para khatib terhadap kematian Imam Al-Husain dan penyampaian kisah peristiwa
yang telah menimpanya pada hari gugurnya dari atas mimbar-minbar setiap tahun pada semua
Jum’at bulan sejak hari ‘Asyura’ adalah kedunguan dan sikap berbuat lalai mereka yang amat
keji. Begitu juga keyakinan jutaan orang bahwa kepada Al-Husain dikuburkan di Mesjid terkenal
di Mesir adalah kebodohan terhadap sejarah. Karena gugur Al-Husain adalah di Karbala’ dan di
sana pula dikuburkan. Sedangkan yang dikunjungi orang-orang hanyalah kayu tabut (peti mati),
tembaga dan lipatan-lipatan kain hijau tebal. Maka “Innaa lillaah” kapankah kalian akan
terbangun dari segala kedunguan kalian? Kapakankah kalian akan menjadi suatu ummat yang
tiada mengenal kecuali kebenaran dan tidaklah beribadah kecuali dengan sesuatu yang absah?
Dan kapankah segala ketidakbenaran dan kebohongan ini akan keluar dari kepala-kepala kalian?

Ya Allah, gapailah ummat ini dengan rahmat-MU!

Wahai kalangan yang punya ilmu, bagaimana bisa kalian berdiam diri saja terhadap kejahatan
ini? Wahai para pemegang perintahan kaum muslimin, bunuhlah dan halaulah kejahatan ini!

(Muhammad ‘Abdussalam Khadhir Asy-Syuqairiy, As-Sunan wa Al-Mubtada’aat Al-Muta’alliqah


bi Al-Adzkaar wa Ash-Shalawaat, Hal.96)

7. Al-Juhaniy:

‫يقميون حفالت العزاء والنياحة واجلزع وتصوير الصور ورضب الصدور وكثي من ا أْلفعال احملرمة الِت تصدر عْنم ِف العرش ا أْلول من شهر‬
َ ‫ ف‬..‫ ومن يزورِه ِف املشاهد املقدسة ِف كربالء والنجف ومق‬،‫حمرم معتقدين بأأن ذِل قربة اَل هللا تعاَل و أأن ذِل يكفر سيئاِتم وذنوّبم‬
‫سيى‬
.‫من ذِل العجب العجاب‬
Mereka mengadakan sejumlah perayaan ekspresi simpati (al-‘azaa’), ratapan duka (an-niyahah),
kepedihan (al-jaza’) dan pembuatan potret-potret (patung), menepuk-nepuk dada dan banyak lagi
jenis perbuatan haram yang muncul dari mereka pada sepuluh hari pertama Bulan Muharram,
dengan keyakinan bahwa hal itu adalah suatu bentuk pendekatan diri kepada Allah ta’ala dan
akan mengahpus kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa mereka. Dan siap saja yang mengunjungi
tempat-tenpat suci di Karbala, Najef dan Qum, maka akan melihat di antara perbuatan-perbuatan
amat aneh tersebut.

(Dr. Mani’ bin Hammad Al—Juhaniy, Al-Mausu’ah Al-Muyassarah fi Al-Adyan wa Al-Madzahib


wa Al-Ahzab Al-Mu’ashirah 1/55)

8. Abdus Sittir:

PERAYAAN TABUIK PARIAMAN DALAM TIMBANGAN DINUL ISLAM Zulkifli Zakaria

17
ِ ‫ واَياد القطيعة بيْنم وبني سلفهم من أأْصاب‬,‫ وُصف املسلمني عن ديْنم‬,‫فان الرافضة – خذهلم هللا – ما فتئوا يسعون لنرش مذهَبم‬
‫النِب‬
,‫ والِت ِه أأصل ديننا حنن املسلمني‬,‫وسَّل حب ِجة موالاة أأل البيت ممِا يسقط الثقة ِبلكتاب والس نِة الِت نقلت عن طريقهم‬ ِ ‫صَل هللا عليه‬ ِ
‫ فيصبح هؤْلء املتش ِيعون طابورا خامسا وْسطاًن يُسي ِف‬,‫فيصي املفتونون بعدها اِل أأصول الرافضة الِت أأكرثها ُّيوديِة أأو فارس يِة جموس يِة‬
,‫ وْل يتواين عن الفتك ّبم عند أأدين فرصة وهذا ديددَنم منذ القدمي‬,‫ وخطرا حمدقا ّبم يَتبِص ّبم ادلوائر‬,‫جسد ا أْل ِمة عبئا عَل املسلمني‬
ِ
‫ وجرامئ الفاطم ِيني والقرامطة معروفة ْل ختفي عَل‬,‫ ْث تأمرِه مع التتار لتدمي ادلوَل العباس ِية اْلسالميِة شاهد عَل ذِل‬,‫الصليبني‬ ‫فتحالفهم مع‬
‫ وقد نشطوا‬,‫ ومن هنا وجب عَل ملوك اْلسالم وعلامهئم احلذر مْنم والتحذير من خطرِه‬,‫عدو‬ ِ ‫ّك‬ ِ ‫ فهم أأش ِد خطرا و أأفدح رضرا من‬,‫أأحد‬
‫ ْل س ِيام أأن دولِتم ِف ايران متاُكبة عَل ذِل وتغدِق ا أْلموال‬,‫هذه ا أْل َِيم لنرش ضالهلم وادلعوة اِل أأفَكرِه ِف مناطق عديدة مل يكن فْيا أأثر‬
‫ وهلم‬,‫ وتشخيع واشارات خفيِة من بعضها‬,‫خمططاِتم‬ ِ ‫ ويسهِل هم ِمِتم سكوت كثي من احلكومات اْلسالميِة وغفلِتم عن‬,‫الكثية ِف هذا السبيل‬
.‫أأساليب عديدة للوصول اِل ميتغاِه‬
Sesungguhnya kaum Rafidhah—semoga Allah ta’ala menimpakan kehinaan kepada mereka—
adalah tiada pernah berhenti mengupayakan penyebaran madzhab mereka dan mengalihkan
kaum muslimin dari agama mereka (Islam). Juga membuat keterputusan antara kaum muslimin
dengan pendahulu mereka, yaitu kalangan sahabat Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi
wasallam, dengan berdalih loyalitas kepada Alul Bait, yang mengakibatkan rontok kepercayaan
kepada Kitabullah dan sunnah yang ditransfer dari jalur mereka ini (generasi sahabat). Pada
kepercayaan kepada generasi pendahulu itulah menjadi pondasi agama kita kaum muslimin.

Lalu setelahnya, mereka menjadi orang-orang yang terpengaruh kepada prinsip-prinsip Rafidhah
yang kebanyakannya adalah memiliki roh ajaran Yahudi atau ajaran Persia yang Majusi. Maka
para penganut baru Syi’ah ini pun menjadi kolom kelima dan menjadi penyakit kanker yang
menjalar di dalam jasad ummat Islam yang membebani kaum muslimin. Sekaligus sebagai bahaya
yang mencekik dan menunggu-nunggu kehancuran kaum muslimin, serta tidak pedul dalam
melampiaskan dorongan nafsu mereka, begitu mereka dapatkan peluang walau sekecil apa pun.
Inilah praktek mereka semenjak masa dahulu. Di antara saksi ini ialah persekutuan mereka
dengan kaum Salib, lalu persengkolan mereka bersama bangsa Tatar untuk memperok-
porandakan Daulah Islam Abbasiyah. Begitu juga dosa-dosa Dinasti Fathimiyah dan Qaramithah
adalah telah tidak asing lagi dan tak tersembunyi bagi siapa pun. Merekalah ancaman dan
perusak paling berbahaya, dibandingkan semua musuh.

Berangkat dari sini, maka wajiblah bagi para raja dan ulama Islam untuk waspada dari mereka
dan memberikan peringatan kewaspadaan akan ancaman mereka.

Sementara mereka telah melakukan aktifitas pada hari-hari belakangan ini dalam
menyebarluaskan kesesatan mereka dan mengajak kepada pemikiran-pemikiran mereka di
seantero kawasan yang semula mereka tidaklah memiliki pengaruh di sana. Apalagi negera
mereka di Iran adalah telah bergerak super aktif atas tujuan itu dan telah mengucurkan harta
kekayaan yang tak sedikit guna memuluskan jalan ini. Ditambah lagi oleh sikap diam dan
kelengahan mayoritas pemmerintahan Islam terhadap rencana-rencana mereka ini, menjadi
momen mempermudah bagi misi mereka. Di samping adanya dorongan dan sinyal-sinyal peluang
dari sebagian para pemeganhg kekuasan negeri Islam tersebut. Dan kaum Rafidhah ini memiliki
beragam strategi dalam rangka mencapai tujuan mereka.

(‘Abdus Sittir Alu Husain, Tahdzir Al-Bariyah min Nasyath Asy-Syi’ah fi Suriyah, hal.3-4)

‫ بناء احلس ينيات ِف القري واملدن وِه الِت يقميون فْيا حفالت النياحة ِف مناس باِتم كعاشوراء وغيها‬:‫ومن ا أْلساليب احلديثة القدمية‬
PERAYAAN TABUIK PARIAMAN DALAM TIMBANGAN DINUL ISLAM Zulkifli Zakaria

18
Dan di antara strategi moderen yang bernuansa kuno ialah membuat Al-Husainiyat (tempat-
tempat peringatan kematian Al-Husain) di berbagai desa dan kota. Yaitu di sana mereka
mengadakan perayaan-perayaan ratapan pada hari-hari tertentu mereka seperti ‘Asyura’ dan
selainnya.

(‘Abdus Sittir Alu Husain, Tahdzir Al-Bariyah min Nasyath Asy-Syi’ah fi Suriyah, hal.10)

9. ‘Ali Mahfuzh:

:‫لقد أأحدث الش يطان الرجي بسبب قتل احلسني ريض هللا عنه بدعتني‬
‫سب السلف ولعْنم وادخال البيء مع املذنب وقراءة‬ ِ ‫ احلزن والنوح واللطم والْصاخ والبَكء والعطش وانشاء املرايث وما اِل ذِل من‬:‫ا أْلوِل‬
, ‫سن هذه الس نِة السيِئة ِف ذِل اليوم فتح ِبب الفتنة والتفريق بني ا أْل ِمة‬
ِ ‫ وَكن قصد من‬.‫أأخبار مثية للعواطف خميِجة للفنت وكثي مْنا كذب‬
ِ ‫وهذا غي جائز ِبجامع املسلني بل احداث اجلزع والنياحة وجتديد ذِل للمصائب القدمية من أأحفش اَّلنوب و أأكب‬
.‫احملرمات‬
.‫ فكِ هذا من البدع املكروهة‬,‫يوسع فيه عَل العيال‬
ِ ‫ بدعة الُسور والفرح واختاد هذا اليوم عيدا تلبس فيه ثياب الزينة و‬:‫الثانية‬
Benar-benar syethan terkutuk telah mengada-adakan dua bid’ah, dengan sebab kematian Al-
Husain radhiyallaahu ‘anhu:

Pertama: Kesedihan, ratapan, tamparan, jeritan, tangisan, menghauskan diri dan meluap-
luapkan ratapan. Serta perbuatan semisal lainnya berupa celaan dan kutukan terhadap generasi
salaf, memasukkan orang tak bersalah bersama orang yang melakukan doa, pembacaan kisah-
kisah membangkitkan emosi, menyalakan fitnah yang kebanyakan darinya adalah bohong.

Adalah tujuan orang yang memulai kebiasan-kebiasan tersebut pada hari itu ialah membuka pintu
fitnah dan memecah-belah antara ummat. Dan ini tidak dibolehkan berdasarkan ijmak
(kesepatan) kaum muslimin. Bahkan membuat-buat ratapan dan kesedihan dan
memperbaharuinya demi musibah-musibah masa lalu, adalah tergolong dosa paling keji dan
perbuatan haram paling besar.

Kedua: Bid’ah membuat kegembiraan, bersenang-senang menjadikan hari ini (‘Asyura) sebagai
hari raya, yang padanya dipakai pakaian perhiasan dan belapang-lapang kepada keluarga.
Semua ini adalah bid’ah yang tidak sukai.

(Syaikh, Al-Ibdaa’ fi Madharr Al-Ibtida’, Dar Al-Bayan Al-‘Arabiy Kairo, th.2002 M-1421 H,
hal.270)

10. Tim Penulis MUI Pusat:

15) Majelis Ulama Indonesia (MUI) memandang memandang akar masalah menjamurnya Syi’ah
di Indonesia adalah karena adanya perhatian yang besar dari Pemerintah Iran melalui jalur
pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Dalam kontek ini, MUI meminta Pemerintah RI untuk
membatasi kerjasama bilateral itu hanya dalam bidang politil dan ekonomi perdagangan, tidak
merambah bidang pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Seperti dimaklumi bahwa
perkembangan inflitasi ajaran Syi’ah di Indonesia masuk melalui ketiga jalur tersebut. Kebijakan
politik itu perlu diambil segera oleh Pemerintah RI Cq. Kementrian Luar Negeri RI, Kementrian
Agama RI dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menghentikan laju
perkembangan Syi’ah di Indonesia yang dirasakan sangat meresahkan umat Islam di Indonesia,
berpotensi mengancam stabilitas Negara, dan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
PERAYAAN TABUIK PARIAMAN DALAM TIMBANGAN DINUL ISLAM Zulkifli Zakaria

19
(Tim Penulis MUI Pusat, Buku Panduan Majelis Ulama Indonesia Mengenal & Mewaspadai
Syi’ah di Indonesia, hal,131)

DI ANTARA KAEDAH FIQHIYAH:

1. Ad-Dharuuriyaat Al-Khams ‫ور هَيت الْ َخ ْمس‬


ِ ‫الرض‬
ُ‫ه‬
Yaitu: Lima prinsip (hal) dharurat.

Asy-Syathibiy menulis:

،‫ َوالْ َم ُال‬،‫ َوالن ه ْس ُل‬,‫ َوالنه ْف ُس‬،‫ ِادل ُين‬:‫ َو ِ َِه‬- ‫الرض ِور هَي ِت الْ َخ ْم ِس‬ ِ ‫ عَ ََل َأ هن ه‬- ِ‫ب َ ْل َسائِ ُر الْ ِملَل‬- ‫فَ َقدَ ات ه َف َق ِت ْ ُاْل هم ُة‬
ُ ‫الرشي َع َة ُو ِض َع ْت ِللْ ُم َحافَ َظ ِة عَ ََل ه‬
‫ ب َ ْل عُلمت ُم َال َء َمِتُ َا‬،‫ َو َْل شَ هِدَ لَنَا َأ ْص رل ُم َع ه رني ي َ ْم َت ُاز ِب ُر ُجو ِعهَا ال َ ْي ِه‬,‫يل ُم َع ه ٍني‬ ُ ‫ َو ِعلْ ُمهَا ِع ْندَ ْ ُاْل هم ِة ََك ه‬-‫َوالْ َع ْق ُل‬
ٍ ‫ َول َ ْم يَثْبُ ْت لَنَا َذ ِ َِل بِدَ ِل‬،‫لرض ِور ِي‬
ِ
‫ْص ِِف َِب ٍب َوا ِح ٍد‬ُ ِ ‫لرشي َع ِة ِب َم ْج ُموعِ َأ ِد ه ٍَل َْل ت َ ْن َح‬
ِ ‫ِل ه‬
Ummat ini, bahkan seluruh ideologi, telah sepakat bahwa syari’ah (aturan hukum) adalah dibuat
guna memelihara ad-dharuriyat al-khams (lima hal dharuri), yaitu: ad-din (agama), nyawa,
keturunan, harta kekayaan dan akal. Pengetahuan tentang ini menurut ummat ini adalah seperti
hal semua persoalan dharuriy (penting). Pemahaman ini tidaklah kita dapatkan berdasarkan dalil
tertentu, dan tidak pula ada suatu prinsip tertentu yang menjadi sumber pegangan bagi kita yang
secara khusus menjadi referensi untuk menjadikan sebagai pengembalian. Akan tetapi telah
diketahui keserasiannya terhadap syari’ah berdasarkan gabungan segala dalil yang tidak dibatasi
di dalam satu bab bahasan tertentu.

(Asy-Syathibiy, Al-Muwafaqat fi Ushul Asy-Syari’ah 1/31)

Penerapan kaedah ini terhadap masalah Perayaan Tabuik Pariaman:

Perayaan Tabuik Pariaman adalah aplikasi sebahagian tradisi agama kaum Syi’ah dan
merupakan perbuatan sesat dalam timbangan ajaran Islam. Dan ini pada lambat laun akan
membuka peluang bagi kaum Syi’ah untuk menyebarkan ajarannya di wilayah Pariaman dan
sekitarnya, apalagi pada era global sekarang yang penuh keterbukaan. Maka menghentikan
Perayaan Tabuik Pariaman adalah perlu diprioritaskan, ketimbang mempertahankannya demi
alasan banyak kunjungan wisata dan banyak pemasukan uang ke daerah Pariaman. Keutusan
ajaran agama Islam adalah lebih prioritas dari pada peningkatan pemasukan uang.

2. Al-‘Ibratu fi Al-Ahkaam Asy-Syar’iyyati bi Al-Ma’ani wal Al-Maqashid Laa bi Al-Alfazh:

‫رش ِع هي ِة ِِبمل ْ َع ِاين َوالْ َمقَ ِاص ِد َْل ِِب ْ َْللْ َف ِاظ‬
ْ ‫الْ ِع ْ َب ُة ِِف ْ َاْل ْح ََك ِم ال ه‬
Ibrah (pertimbangan) dalam hukum-hukum syarak adalah dengan mempedomani kepada makna-
makna dan tujuan-tujuan yang terkandung di dalam perbuatan yang dimaksud, bukan
mempedomani kata-kata yang diperuntukkan baginya.

(Zakaria bin Gulam Qadir Al-Bakistaniy, Min Ushuul Al-Fiqh ‘ala Manhaj Ahl Al-Hadits,
hal.185).

Penerapan kaedah ini terhadap masalah Perayaan Tabuik Pariaman:

Perayaan Tabuik Pariaman tak bisa dipisahkan dari hakekat perayaan Al-Husainiyah kaum
Syi’ah, sekalipun dijuluki sekiranya dengan nama budaya anak nagari atau Tabuik yang Islamiy.
PERAYAAN TABUIK PARIAMAN DALAM TIMBANGAN DINUL ISLAM Zulkifli Zakaria

20
Dan sekali pun hari ini tak ada di Pariaman komunitas Syi’ah yang terlibat di dalam perayaan
Tabui Pariaman. Hukumnya mengadakannya adalah haram sebagaimana keharamanan perayaan
Al-Husainiyat yang eksis sebagai bid’ah dan dipenuhi khurafat dan dongeng.

3. Saddu Adz-Dzara-i’: ‫َس هد ا هَّل َرا ِئع‬

‫ ّك وس يَّل‬:‫ وِه ِف الاصطالح‬.‫ وحسم مادِتا‬،‫ منعها‬:‫ وسدها‬،‫ ّك ما يتخذ وس يَّل وطريق ًا اَل شء غيه‬:‫ وِه لغة‬،‫ مجع ذريعة‬:‫اَّلرائع‬
:‫فسد اَّلرائع هو‬.‫ ومفسدِتا أأرحج من مصلحِتا‬،‫ لكْنا مفضية الْيا غالب ًا‬،‫مباحة قصد التوصل ّبا اَل املفسدة أأو مل يقصد التوصل اَل املفسدة‬
.‫حسم مادة وسائل الفساد مبنع هذه الوسائل ودفعها‬
Adz-Dzaraa-i’ ialah jamak dzari-‘ah, dan artinya menurut bahasa ialah segala sesuatu yang
diambil sebagai sarana dan jalan kepada sesuatu dan lainnya. Dan arti Sadd-nya ialah
mencegahnya dan memberantas materinya.

Menurut istilah, arti adz-dzari’ah ialah setiap sarana mubah (boleh dikerjakan) yang
dipergunakan untuk tujuan kepada kerusakan, atau tidak dimaksudkan mempergunakan untuk
mencapai kerusakan, namun biasanya ia mengantarkan kepada kerusakan, sedangkan
kerusakannya adalah lebih dominan dibandingkan maslahatnya.

Maka sadd adz-dzaraa-i’ iala memberantas materi sarana-sarana menuju kerusakan dengan
mencegah dan menolak sarana-sarana ini.

(‘Abdul Karim An-Namlah, Al-Muhadzdzab fi ‘Ilmi Usuul Al-Fiqh Al-Muqaran, 3/1016)

Aplikasi kaedah ini terhadap masalah Perayaan Tabuik Pariaman:

Perayaan Tabuik Pariaman adalah sarana mengundang wisatawan untuk datang ke kota
Pariaman sehingga dipertahankan terus dan ditingkatkan pembiayaan untuk itu, sementara ritual
tersebut telah melanggar ajaran agama Islam, di samping menjadi celah untuk masuk paham atau
penganut Syi’ah ke Pariaman dan sekitarnya, baik yang berasal dari dalam Indonesia, mau pun
dari luar negeri semisal Iran yang merupakan negara kuat sebagai penerap dan pendukung
ajaran Syi’ah Rafidhah di dunia.

Atas pertimbangan itu, sepatutnya Perayaan Tabui Pariaman dihentikan.

KESIMPULAN:

1. Perayaan Tabuik Pariaman bukanlah sekedar budaya seni anak nagari, tetapi sejatinya
adalah salah satu bentuk ritual tahunan agama Syi’ah Rafidhah yang berawal dari Irak
lalu Iran, sekalipun yang di Pariaman tidak dilakukan oleh orang Syi’ah.
2. Sekiranya pun telah dilakukan berbagai modifikasi dalam Perayaan Tabuik Pariaman
demi tujuan parawisata, namun ia tetap saja berstatus sebagai salah satu penampilan
ritual Al-Husainiyat Syi’ah, selagi masih dalam bentuk penggambaran peristiwa kematian
Al-Husain radhiyyallah ‘anhu dan pada hari-hari awal Muharram yang dibesarkan kaum
Syi’ah, yang penuh bid’ah, khurafat dan maksiat lainnya.
3. Disamakan dengan hukum ritual Al-Husainiyah Syi’ah, maka hukum Perayaan Tabuik
Pariaman adalah haram dalam syari’ah Islam.

PERAYAAN TABUIK PARIAMAN DALAM TIMBANGAN DINUL ISLAM Zulkifli Zakaria

21
4. Semua keterlibatan di dalam Perayaan Tabuik Pariaman adalah perbuatan yang dihukumi
haram.
5. Wajib bagi ulul amri, dalam hal ini adalah ulama dan umara, untuk menghentikan
Perayaan Tabuik Pariaman, meski pun telah dirayakan sejak hampir 2 abad lalu.
6. Didorong Pemerintah Pariaman bersama segala pihak untuk mencari alternatif kegiatan
wisata lain yang tidak melanggar syari’at Islam, sebagai pengganti Perayaan Tabuik
Pariaman.
7. Penghentian Perayaan Tabuik Pariaman adalah juga sebagai salah satu upaya
pencegahan masuk dan berkembang ajaran Syi’ah Rafidhah ke wilayah Pariaman dan
sekitarnya, yang, telah mulai bergerak di Indonesia dengan negara Iran di belakang
mereka.

Wallaahu a’lam wa huwa hasbuna wa ni’mal wakiil.

‫الس َال ُم عَ ََل َس ِي ِد الْ ُم ْر َس ِل ْ َني َوالْ َح ْمدُ ِ ه َِّلل َر هب الْ َعال َ ِم ْ َني‬
‫الص َال ُة َو ه‬
‫َو ه‬

Pariaman, Sabtu, 13 Shafar 1441 H/12 Oktober 2019 M

Al-Faqiir ilaa Rabbih

Zulkifli Zakaria

(HP/WA: +6281363457570)

REFERENSI TULISAN INI:

1. Al-Qur’aan Al-Kariim cetakan Majma’ Al-Malik Fahd Al-Madinah Al-Munawwarah.


2. ‘Abdul Karim bin ‘Ali bin Muhammad An-Namlah, Al-Muhadzdzab fi ‘Ilmi Ushul Al-Fiqh
Al-Muqaran, cetakan Maktabah Ar-Rusyd Riyadh, cetakan pertama, th.1999 M-1420 H.
3. ‘Abdus Sittir Alu Husain, Tahdziir Al-Bariyah min Nasyaath Asy-Syi’ah fi Suriyah, tanpa
nama penerbit, cetakan pertama th. 2007 M-1424 H.
4. Abu ‘Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim Al-Bukhariy, Shahih Al-Bukhariy,
cetakan Dar Ibn Al-Jauziy Kairo, th. 2010 M.
5. Abu Al-Fida’ Al-Hafizh Ibnu Katsir, Al-Bidaayah wa An-Nihaayah, cetakan Maktabah Al-
Ma’arif Beirut, th.1988 M-1409 H.
6. Abu Al-Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusairiy An-Naisaburiy, Shahih Muslim, cetakan
Dar Ibn Al-Jauziy Kairo, th. 2010 M.
7. Abu Isa Muhammad bin Isa bin Surah At-Tirmidziy, Sunan At-Tirmidziy, cetakan Dar Ibn
Al-Jauziy Kairo, th. 2011 M.
8. Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ats As-Sijistaniy, Sunan Abi Dawud, cetakan Bait Al-
Afkar Ad-Duliyah ‘Amman, th. 2004 H.
9. Abu Ishaq Asy-Syathibiy, editor ‘Abdul Mun’im, Al-Muwafaqat fi Ushul Asy-Syari’ah,
cetakan Maktabah Nizar Mushthafa Al-Baz Makkah, th.1998 M-1418 H.
10. Abu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud bin Muhammad bin Al-Farra’ Al-Baghawiy Asy-
Syafi’iy, editor Abu Al-Muzhaffar Sa’id As-Sinnariy, Syarh As-Sunnah, cetakan Dar Al-
Hadits Kairo, th.2013 M-1434 H.

PERAYAAN TABUIK PARIAMAN DALAM TIMBANGAN DINUL ISLAM Zulkifli Zakaria

22
11. ‘Ali Mahfuzh, Al-Ibdaa’ fi Madharr Al-Ibtida’, cetakan Dar Al-Bayan Al-‘Arabiy Kairo,
th.2002 M-1421 H.
12. Ghufron Mas’adi Terjemahan The Concise Encyclopedia of Islam Cyril Glasse (Ensiklpedi
Islam Ringkas) , PT. Raja Grafindo Jakarta, Cetakan Pertama Desember 1996.
13. Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Islam Kuwait, Al-Mausuu’ah Al-Fiqhiyah,
cetakan ketiga th.2009 M-1430 H.
14. Majduddin Abu As-Sa’adat Al-Mubarak bin Muhammad Al-Jazriy atau Ibnu Atsir, editor
Syaikh Khalil Ma’mun Syiha, An-Nihaayah fi Gharib Al-Hadits, cetakan Dar Al-Ma’rifah
Beirut, cetakan keempat th.2011 M-1432 H.
15. Mani’ bin Hammad Al—Juhaniy, Al-Mausuu’ah Al-Muyassarah fi Al-Adyaan wa Al-
Madzaahib wa Al-Ahzaab Al-Mu’aashirah, terbitan WAMY Riyadh, th.2014 M-1435 H.
16. Muhammad ‘Abdussalam Khadhir Asy-Syuqairiy, As-Sunan wa Al-Mubta’aat Al-
Muta’alliqah bi Al-Adzkaar wa Ash-Shalawaat, cetakan Dar Al-Fikr Beirut, th. 1995 M-
1415 H.
17. Nashir bin ‘Abdillah bin Ali Al-Qafariy, Ushuul Madzhab Asy-Syi’ah Al-Imamiyah Al-
Itsnai ‘Asyriyah ‘Aradh wa Naqd, cetakan Dar Al-Khulafa’ Ar-Rasyidin Iskandariah
Mesir, th.2012 M-1433 H.
18. Tim Penulis MUI Pusat, Buku Panduan Majelis Ulama Indoensia Mengenal &
Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia, Terbitan Formas (Forum Masjid Ahlus
Sunnah).
19. Zakaria bin Gulam Qadir Al-Bakistaniy, Min Ushuul Al-Fiqh ‘ala Manhaj Ahl Al-Hadits,
cetakan Dar Al-Kharaz Jeddah,cetakan pertama th. 2002 M-1423 H.
20. https://id.wikipedia.org/wiki/Tabuik
21. http://id.wikishia.net/view/Husainiyah

PERAYAAN TABUIK PARIAMAN DALAM TIMBANGAN DINUL ISLAM Zulkifli Zakaria

23

Anda mungkin juga menyukai