Anda di halaman 1dari 4

PENGUKURAN PANJANG KERJA PADA PERAWATAN

SALURAN AKAR

Oleh :

Ginanjar Satya Narotama

15/382683/KG/10357

DEPARTEMEN KONSERVASI GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2019
PENGUKURAN PANJANG KERJA
Preparasi kanal pulpa merupakan salah satu tahapan yang paling penting dalam perawatan
endodontik, dan tahapan paling penting dari preparasi kanal pulpa sendiri adalah pengukuran
panjang kerja. Tingkat signifikasi dari prosedur ini adalah sebagai berikut:

1. Pengukuran panjang kerja menentukan seberapa jauh ke dalam kanal alat ditempatkan
dan dipekerjakan, serta seberapa dalam jaringan gigi, kotoran, sisa metabolit, dan
produk lain yang tidak diinginkan akan dibersihkan dari kanal.
2. Pengukuran panjang kerja akan membatasi kedalaman pengisian bahan isi akan
ditempatkan.
3. Pengukuran panang kerja juga dapat membantu dalam menentukan derajat rasa sakit
yang akan dirasakan oleh pasien setelah kunjungan.
4. Jika dilakukan dengan benar, pengukuran panjang kerja dapat menentukan
keberhasilan dari perawatan, sebaliknya apabila dilakukan dengan salah maka dapat
memastikan bahwa perawatan akan gagal.

Terdapat empat metode spesifik pengukuran panjang kerja yang sejauh ini diketahui dan
banyak menghasilkan keberhasilan dalam perawatan endodontik, yaitu Radiographic Apex,
menghitung jarak spesifik dari Iradiographic Apex, mengikuti penelitian Kuttler, dan
menggunakan Apex Locator. Beberapa metode perawatan memerlukan pasangan cara
pengukuran panjang kerja yang tepat, seperti penggunaan bahan isi solid-core akan
mengalami lebih banyak kegagalan dibandingkan dengan bahan pengisi gutta-percha apabila
menggunakan cara Radiographic Apex.

Cara Radiographic Apex sendiri merupakan suatu cara penetuan cementodentinal junction
atau CDJ pada akar secara radiografis. CDJ secara klinis tidak mungkin dapat ditemukan
lokasinya, an hanya dengan gambaran radiografis dari apex inilah CDJ dapat ditentukan.
Panjang gigi sampai dengan akar radiografis diukur dan kemudian ditetapkan dengan
menggunakan file yang lebih besar dan sedikit lebih pendek dalam badan gigi. Panjang file
itulah yang akan menjadi panjang kerja yang menentukan preparasi yang ideal. Namun, cara
ini memiliki kekurangan yaitu panjang kerja yang teukur menjadi terlalu panjang, sehingga
banyak menyebabkan pasien mengalami rasa sakit pasca perawatan. Selain itu, letak jalan
keluar dari kanal saluran akar sering mengalami deviasi ke arah mesial atau distal gigi.

Cara menghitung jarak spesifik dari apex radiografis ditemukan karena banyaknya kasus
pengisian saluran akar yang berlebihan, sehingga ditentukan jarak spesifik dari apex untuk
dipreparasi menggunakan file. Metode pengukuran letak pengehntian ini adalah dengan
menentukan lokasi apex radiografis, kemudian dikurangi dengan 0,5-1,0 mm dari apex. Di
situlah CDJ banyak ditemukan pada gigi manusia normal. Masalah yang mungkin dapat
terjadi pada teknik ini terjadi apabila letak CDJ yang berada lebih dari 1,0 mm dari apex
radiografis, masalah berbentuk teardrop, dan overfilling tanpa adanya sealing. Untuk
mengatasi masalah ini, klinisi dapat memeriksa radiograf preoperatif untuk menemukan ada
tidaknya kemungkinan jalur keluar kanal pulpa yang lebih pendek, dan kemudian membuat
akomodasi yang tepat untuk merawat kasus tersebut.
Menurut Kuttler, diameter paling sempit dari kanal pulpa bukanlah terletak di tempat
keluarnya kanal pulpa, melainkan pada dentin dekat dengan sementum. Kuttler menamai
daerah ini sebagai minor diameter dari kanal pulpa, walaupun daerah ini lebih banyak dikenal
dengan sebutan apical constriction. Pada daerah inilah preparasi biasanya dihentikan atau
ditentukan sebagai panjang kerja dari perawatan. Cara melakukan metode ini tahap demi
tahapnya adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan informasi dari radiograf lurus dan miring, buat preparasi yang tepat
sesuai dengan konfigurasi kanal pulpa yang terdapat pada gigi. Gunakan rubber dam
setelah orifice dari kanal ditemukan, dan bersihkan jaringan pulpa serta debris yang
ada.
2. Tentukan letak diameter mayor dan minor pada preoperatif radiograf dengan melihat
garis radiolusen dari kanal pulpa yang berhenti di dekat ujung akar.
3. Perkirakan panjang akar dengan mengukur menggunakan penggaris milimeter pada
radiograf preoperatif.
4. Perkirakan lebar kanal pada radiograf preoperatif. Jika kanal sempit, gunakan file
nomor 10 atau 15; jika lebarnya sedang, gunakan file nomor 20 atau 25; jika kanalnya
lebar, gunakan file nomor 30 atau 35; dan jika kanalnya sangat lebar, gunakan file
nomor 50 atau lebih besar lagi.
5. Menggunakan file yang telah ditentukan pada tahapan nomor 4, tetapkan titik henti
dari panjang kerja dengan menggunakan perkiraan dari tahapan nomor 3. Tempatkan
file pada akses kavitas, apabila file dirasa telah mencapai panjang yang akurat, bukan
dengan dipaksakan, ambil gambaran initial radiograph.
6. Bila file telah mencapai diameter mayor dari kanal, kurangi 0,5 mm dari jarak itu
untuk pasien berusia 35 tahun dan yang lebih muda. Apabila pasien lebih tua daripada
35 tahun, maka jarak itu dikurangi 0,67 mm.

Ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode ini.
Pertimbangan pertama yang perlu diperhatikan adalah adanya gigi dengan jalur keluar kanal
pulpa yang sangat pendek, baik pada gambaran rongsen preoperatif, maupun gambaran
rongsen dengan file. Pemendekan jalan keluar kanal ini dapat terjadi hingga 4 mm dari apex
radiografis. Pertimbangan kedua adalah efek radiolusensi periapikal dengan resorpsi. Area
radiolusen sering dijumpai pada gigi dengan pulpa yang nonvital karena penghancuran dari
tulang periapikal oleh sel-sel fagosit. Kesamaan komposisi dari tulang, sementum, dan dentin
menyebabkan sel-sel fagosit ini akan menghancurkan struktur gigi sehingga menghasilkan
resorpsi akar. Oleh karena itu, apabila perawatan dilakukan pada gigi dengan resorpsi
periapikal yang luas, maka pengurangan perlu ditambah 0,5 mm lagi dari panjang kerja yang
telah dihitung. Apabila resorpsi apex akar nampak cukup luas secara radiografis, maka
panjang kerja yang telah dihitung perlu dikurangi sebanyak 2 mm atau lebih agar lebih
memungkinkan bagi matriks dentin.

Kesimpulannya, metode Kuttler merupakan metodee terbaik dalam penentuan panjang


kerja. Walaupun memakan waktu yang lama dan tidak selalu sempurna, metode ini dapat
mengasilkan hasil yang superior dan merupakan suatu teknik yang sangat dapat diandalkan
dalam penentuan panjang kerja.
Tiga metode yang telah dibicarakan sebelumnya membutuhkan gambaran radiografis dari
pasien untuk menentukan letak titik tertentu dan kemudian diukur dengan kalkulasi numeris
tertentu untuk menentukan dimana pengisian harus berhenti. Era elektronik yang ternspirasi
dari kalkulator dan komputer ini telah mengembangkan suatu alat untuk menentukan
informasi ini, yaitu apex locator. Alat ini telah diterima secara universal walaupun
mengeluarkan suara atau terdapat gerakan dari jarum penunjuk saat posisi yang tepat dicapai.

Diambil dari:

Weine, F.S., (2004) Endodontics Therapy. Missouri: Mosby Elsevier. pp 240-252.

Anda mungkin juga menyukai