Unknown
Unknown
ANALISIS KIMIA
B. Evaluasi Kimia
1. Penetapan Kadar
Penetapan kadar Ranitidin HCl pada tablet dilakukan dengan teknik Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT). Fase gerak yang digunakan dalam KCKT ini adalah campuran methanol
P-amonium asetat 0,1 M (70:30) yang disaring dan diawaudarakan. Larutan baku yang
digunakan adalah Ranitidin HCl BPFI yang dilarutkan dalam fase gerak, kemudian diencerkan
secara bertahap dengan pelarut yang sama sampai kadar 0,112 mg per ml. Sedangkan larutan uji
dibuat dengan menimbang seksama 10 tablet Ranitidin HCl, dilarutkan dengan 250 ml fase
gerak, dikocok dan dicampur hingga tablet hancur sempurna dan disaring. Larutan kemudian
diencerkan secara bertahap dan kuantitatif dengan fase gerak hingga diperoleh larutan dengan
kadar yang sama dengan larutan baku (Anonim, 1995).
Sistem kromatografi menggunakan kolom berisi bahan pengisi L1 (oktadesil silana yang
terikat secara kimiawi pada partikel mikro silica berpori atau partikel mikro keramik, dengan
diameter 5 µm sampai 10 µm) dengan ukuran kolom 4,6 mm x 20 cm – 30 cm. Larutan uji dan
larutan baku masing-masing disuntikkan ke dalam kromatograf sebanyak kurang lebih 10 µl, laju
aliran dalam kolom kurang lebih 2 ml per menit. Respon puncak utama pada kromatogram
diukur dengan detektor 322 nm, dan kadar (dalam mg) Ranitidin HCl dalam tablet dihitung
menggunakan rumus:
( )( ) ( )
Keterangan:
314,40 = bobot molekul Ranitidin;
350,86 = bobot molekul Ranitidin HCl;
L = jumlah Ranitidin dalam mg yang tertera pada etiket
D = kadar Ranitidin dalam mg/ml larutan uji (berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket
per tablet dan faktor pengenceran);
C = kadar Ranitidin Hidroklorida BPFI dalam mg/ml larutan baku;
ru = respon puncak larutan uji;
rs = respon puncak larutan baku (Anonim, 1995).
DAPUS:
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia:
Jakarta.
Skoog DA, West DM, Holler FJ. 1996. Fundamentals of Analytical Chemistry. 7th edition.
Saunders College Publishing. Hal. 17-25 : New York.