Anda di halaman 1dari 14

PEMERIKSAAN LEOPOLD

A. Leopold I
1) Tujuan
Untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang berada pada fundus
uteri.
2) Menentukan Usia Kehamilan
a. Pada usia kehamilan 12 minggu, fundus dapat teraba 1-2 jari di atas symphisis
b. Pada usia kehamilan 16 minggu, fundus dapat teraba di antara symphisis dan
pusat
c. Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah pusat
d. Pada usia kehamilan 24 minggu, fundus dapat teraba tepat di pusat /
umbilikus
e. Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di atas pusat
f. Pada usia kehamilan 32 minggu, fundus dapat teraba di antara pertengahan
prosesus xipoideus dan pusat
g. Pada usia kehamilan 36 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah prosesus
xipoideus
h. Pada usia kehamilan 40 minggu, fundus dapat teraba di antara pertengahan
prosesus xipoideus dan pusat
3) Sifat Leopold I
a. Jika kepala janin yang berada di fundus uteri ibu, maka akan teraba bulat,
keras dan dapat digerakkan (ballotement)
b. Jika bokong yang berada di fundus uteri ibu, maka akan teraba bulat tidak
beraturan, lebih besar, lunak, tidak dapat digerakkan.
c. Pada letak lintang, pada daerah fundus akan teraba kosong
B. Leopold II
1) Tujuan
Bertujuan untuk menentukan letak punggung dan jari – jari janin pada kedua sisi
perut ibu.
2) Sifat Leopold II
a. Bagian jari tangan dan kaki serta lutut akan teraba bagian-bagian kecil dan
mempunyai banyak tonjolan serta dapat bergerak dan menendang
b. Bagian punggung akan teraba keras dan lurus seperti papan
C. Leopold III
1) Tujuan
Bertujuan untuk menentukan bagian janin apa (kepala atau bokong) yang
terdapat di bagian bawah perut ibu, serta apakah bagian bawah janin tersebut
sudah masuk atau belum ke pintu atas panggul (PAP).
2) Sifat Leopold III
a. Apabila bagian janin dapat digerakkan, maka bagian terbawah janin belum
masuk ke PAP
b. Bila kepala yang berada di bagian terbawah dan sudah tidak dapat digerakkan,
maka kepala sudah mengalami penurunan
c. Bila tidak dapat diraba (kepala / bokong), maka posisi janin berada pada letak
melintang
D. Leopold IV
Bertujuan untuk menentukan presentasi penurunan bagian bawah janin dan
seberapa jauh bagian terbawah / terendah janin masuk ke dalam pintu atas
panggul (PAP).

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PEMERIKSAAN LEOPOLD I – IV

Nama mahasiswa : NIM :


NILAI
NO. ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
Pertimbangan Umum
1. Perhatikan keadaan umum pasien
2. Perhatikan riwayat kehamilan (G, A, P )
3. Perhatikan usia kehamilan
4. Tidak melakukan pemeriksaan leopold saat perut ibu sedang berkontraksi
/ mengeras
Persiapan Alat
5. Handscoen
6. Masker (k/p)
7. Selimut
Tahap Pra-interaksi
8. Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien
9. Siapkan alat
Tahap Orientasi
10. Berikan salam dan panggil nama klien
11. Perkenalkan nama perawat
12. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga klien
13. Beri kesempatan kepada klien/keluarga klien untuk bertanya
14. Kontrak waktu berapa lama tindakan dilakukan
Tahap Kerja
15. Cuci tangan
16. Kaji riwayat dan usia kehamilan
17. Gunakan masker dan handscoen
18. Anjurkan pasien untuk membuka baju seperlunya pada bagian yang ingin
diperiksa
19. Pasang selimut
20. Anjurkan ibu untuk membuka pakaian atas seperlunya

LEOPOLD I
21. Atur posisi ibu ( posisi dorsal recumbent )
22. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu, menghadap ke kepala ibu
23. Letakkan kedua telapak tangan pemeriksa di puncak uterus ibu
24. Palpasi bagian janin yang berada di fundus uteri ibu

Leopold I
25. Tentukan tinggi fundus uteri untuk mengetahui usia kehamilan
LEOPOLD II
26. Atur posisi ibu ( posisi dorsal recumbent )
27. Pemeriksa berdiri di sisi kanan ibu, menghadap kepala ibu
28. Letakkan kedua telapak tangan di kedua sisi perut ibu
29. Palpasi kedua sisi perut ibu dengan melakukan penekanan yang lembut
dan cukup dalam untuk meraba dari kedua sisi

Leopold II
30. Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai ke
samping kiri dan kanan umbilicus
31. Secara perlahan geser jari-jari tangan dari satu sisi ke sisi yang lain untuk
menentukan punggung, lengan dan kaki janin
32. Tentukan letak punggung janin untuk menentukan lokasi DJJ nantinya
LEOPOLD III
33. Atur posisi ibu ( posisi dorsal recumbent )
34. Pemeriksa berdiri di sisi kanan ibu, menghadap kepala ibu
35. Tangan kiri pemeriksa berada di atas puncak fundus uteri sambil
menahan
36. Sementara bagian terendah janin dicekap di antara ibu jari dan jari
telunjuk
Leopold III
37. Tentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan apakah sudah
mengalami engagement atau belum
LEOPOLD IV
38. Atur posisi ibu (posisi terlentang)
39. Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu
40. Kedua tangan berada di sisi kanan dan sisi kiri abdomen ibu
41. Lakukan penjalaran di kedua sisi perut ibu dari atas sampai bawah
abdomen
42. Perhatikan saat melakukan penjalaran, lihat apakah kedua ujung jari
tangan / jari-jari kedua tangan saling bertemu atau tidak, untuk
mengetahui seberapa jauh bagian terendah/terbawah janin masuk ke
PAP

Leopold IV
43. Rapikan pasien / ibu
Tahap Terminasi
44. Beri kesan yang positif
45. Laporkan hasil pemeriksaan kepada ibu
46. Berikan HE pada ibu seputar kehamilannya
47. Akhiri pertemuan
48. Rapikan alat, lepas handscoen dan masker
49. Cuci tangan
Dokumentasi
50. Riwayat kehamilan
51. Hasil pemeriksaan dan keluhan dan kelainan yang didapat selama
pemeriksaan
52. Waktu pelaksanaan
53. Nama perawat dan tanda tangan
Sikap
1. Ramah dan sopan
2. Menjaga privacy pasien
3. Tetap menjaga komunikasi dengan pasien selama tindakan
4. Menjaga kenyamanan dan keamanan pasien
5. Peka / tanggap terhadap respon pasien
6. Sistematis

TOTAL NILAI

Keterangan:
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tapi tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna

Evaluasi:

Saran: :
Sentani

Evaluator

……………………..
PEMERIKSAAN DENYUT JANTUNG JANIN
(DJJ)
A. Dasar Teori
Pemeriksaan DJJ dilakukan sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan
perkembangan janin khususnya denyut jantung janin dalam rahim.
Detak jantung janin normal permenit yaitu : 120-60x / menit Pemeriksaan denyut
jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil. Denyut jantung janin baru dapat
didengar pada usia kehamilan 16 minggu / 4 bulan. Gambaran DJJ :
 Takikardi berat; detak jantung diatas 180x/mnt
 Takikardi ringan: antara 160-180x/mnt
 Normal: antara 120-160x/mnt
 Bradikardia ringan: antara 100-119x/mnt
 Bradikardia sedang: antara 80-100x/mnt
 Bradikardia berat: kurang dari 80x/mnt

B. Macam-Macam Alat Pemeriksaan DJJ

Doppler

Lynex kayu / fetoskop


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN DENYUT JANTUNG JANIN (DJJ)

Nama mahasiswa : NIM :


NILAI
NO. ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
Pertimbangan Umum
1. Perhatikan keadaan umum pasien
2. Perhatikan riwayat kehamilan (G, A, P )
3. Perhatikan usia kehamilan
4. Tidak melakukan pemeriksaan DJJ saat perut ibu sedang berkontraksi /
mengeras
Persiapan Alat
5. Handscoen (k/p)
6. Masker (k/p)
7. Selimut
8. Lynex / fetoskop / doppler
9. Jelly (jika menggunakan doppler)
10. Arloji yang berdetik
Tahap Pra-interaksi
11. Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien
12. Siapkan alat
Tahap Orientasi
13. Berikan salam dan panggil nama klien
14. Perkenalkan nama perawat
15. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga klien
16. Beri kesempatan kepada klien/keluarga klien untuk bertanya
17. Kontrak waktu berapa lama tindakan dilakukan
Tahap Kerja
18. Cuci tangan
19. Kaji riwayat dan usia kehamilan
20. Gunakan masker dan handscoen
21. Bawa alat
22. Atur posisi pasien (posisi terlentang)
23. Pasang selimut
24. Anjurkan ibu untuk membuka pakaian atas seperlunya
25. Lakukan leopold II untuk menentukan letak punggung janin
26. Letakkan lynex di atas abdomen ibu, di mana punggung janin berada
27. Lakukan pemeriksaan DJJ selama 60 detik, (jika menggunakan doppler,
olesi perut ibu dengan jelly terlebih dahulu), nilai frekuensi, kekuatan dan
teratur tidaknya denyutan jantung janin

Teknik memeriksa DJJ menggunakan Lynex


28. Rapikan pasien
Tahap Terminasi
29. Beri kesan yang positif
30. Laporkan hasil pemeriksaan kepada ibu
31. Berikan HE pada ibu seputar kehamilannya
32. Akhiri pertemuan
33. Rapikan alat, lepas handscoen dan masker
34. Cuci tangan
Dokumentasi
35. Riwayat kehamilan
36. Hasil pemeriksaan dan keluhan dan kelainan yang didapat selama
pemeriksaan
37. Waktu pelaksanaan
38. Nama perawat dan tanda tangan
Sikap
1. Ramah dan sopan
2. Menjaga privacy pasien
3. Tetap menjaga komunikasi dengan pasien selama tindakan
4. Menjaga kenyamanan dan keamanan pasien
5. Peka / tanggap terhadap respon pasien
6. Sistematis

TOTAL NILAI

Keterangan:
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tapi tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna

Evaluasi:

Saran: :
Sentani

Evaluator

…………………………….

VAGINA TOUCH ( VT )
A. Pengertian
Vagina Touch (VT) atau yang biasa disebut pemeriksaan dalam adalah
pemeriksaan genitalia bagian dalam mulai dari vagina sampai serviks menggunakan
dua jari, yang salah satu tekniknya adalah menggunakan skala ukuran jari (lebar satu
jari berarti 1 cm) untuk menentukan diameter dilatasi serviks (pembukaan serviks
atau portio).
B. Tujuan
1) Untuk mendeteksi dini adanya komplikasi
2) Memantau jalannya persalinan
3) Memantau pembukaan serviks
4) Menilai penurunan bagian terendah dari janin
5) Memantau keadaan ketuban sudah pecah atau masih utuh
C. Indikasi
1) Selama kehamilan ( trimester awal dan akhir )
2) Saat bersalin
D. Kontraindikasi
1) Perdarahan
2) Placenta previa
3) Ketuban pecah dini
4) Persalinan preterm
E. Hal – Hal Yang Perlu Dinilai Saat Pemeriksaan Dalam
1) Keadaan serviks, penilaian keadaan serviks pada pemeriksaan dalam yaitu dapat
dirasakan serviks teraba lunak (seperti pipi) atau serviks teraba lunak (seperti
hidung).
2) Menilai penipisan serviks (effacement) & dilatasi serviks, sehingga terjadi
penurunan kepala janin. Dilatasi serviks terjadi karena adanya kontraksi uterus
dan tekanan dari air ketuban. Tingkat effacement dinyatakan dalam persentase,
dari 0 – 100 %. Dan dilatasi serviks dinilai dari 1 cm – 10 cm, jika pembukaan
lengkap maka serviks tidak lagi dapat diraba.
Contoh : jika serviks mengalami pembukaan 5 cm maka perkiraan pendataran
serviks 50 %
3) Penilaian penting memajukan persalinan, yakni menilai pembukaan serviks.
pembukaan serviks dikategorikan dalm dua tahap yaitu :
a. faselaten dimana pembukaaan serviks dimulai dari pembukaan 1-3 cm
b. faseaktif dimulai dari pembukaan 4-10 cm. jika pembukaaan serviks telah
mencapai 10 cm dan terdapat tanda2 inpartu kala dua lain seperti adanya
dorongan untuk meneran, tekanan pada anus, perenium menonjol dan vulva anus
membuka maka tenaga kesehatan siap memimpin jalannya persalinan
4) Air ketuban
a. Ketuban dikatakan masih utuh, apabila dalam pemeriksaan dalam terba
adanya selaput yang didalamnya terdapat cairan dan saat kedua jari tanagan
masuk (jari telunjuk dan jari tengah) dan di lakukan penekanan pada selaput
tersebut tersa semacam ada lentingan atau pantulan. Seperti balon yang berisi air
b. Ketuban dinyatakan sudah pecah apabila pada saat pemeriksaan dalam
tidak terasa ada pantulan,melainkan terasa adanya gesekan-gesekan
kemungkinan rambut bayi,jika presentasinya letak belakang kepala.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
VAGINA TOUCH (VT)

Nama mahasiswa : NIM :


NILAI
NO. ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
Pertimbangan Umum
1. Perhatikan keadaan umum pasien
2. Perhatikan riwayat kehamilan (G, A, P )
3. Perhatikan usia kehamilan
4. Perhatikan tanda – tanda inpartu
Persiapan Alat
5. Handscoen steril
6. Masker (k/p)
7. Air DTT
8. Kom
9. Bengkok
10. Kapas / Kassa DTT
11. Selimut
12. Perlak atau underpad
13. Larutan klorin 0,5 %
Tahap Pra-interaksi
14. Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien
15. Siapkan alat
Tahap Orientasi
16. Berikan salam dan panggil nama klien
17. Perkenalkan nama perawat
18. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga klien
19. Beri kesempatan kepada klien/keluarga klien untuk bertanya
20. Kontrak waktu berapa lama tindakan dilakukan
Tahap Kerja
21. Cuci tangan
22. Pasang selimut
23. Anjurkan pasien untuk melepas pakaian bagian bawah
24. Pasang perlak di bawah glutea
25. Atur posisi pasien (dorsal recumbent)
26. Pasang masker dan handscoen
27. Lakukan vulva hygiene
28. Periksa genetelia eksterna, perhatikan apakah ada luka atau massa
(benjolan)
29. Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah, perdarahan
pervaginam atau mekonium
30. Secara perlahan masukkan jari telunjuk & jari tengah ke dalam vagina

31. Lakukan penilaian terhadap serviks, penurunan kepala, air ketuban


32. Setelah itu keluarkan tangan pemeriksa
33. Cuci tangan dalam larutan klorin, lepas dan rendam sarung tangan dalam
larutan klorin selama 10 menit
34. Rapikan pasien
Tahap Terminasi
35. Beri kesan yang positif
36. Laporkan hasil pemeriksaan kepada ibu
37. Akhiri pertemuan
38. Rapikan alat
39. Cuci tangan
Dokumentasi
40. Riwayat kehamilan
41. Hasil pemeriksaan dan keluhan dan kelainan yang didapat selama
pemeriksaan
42. Waktu pelaksanaan
43. Nama perawat dan tanda tangan
Sikap
1. Ramah dan sopan
2. Menjaga privacy pasien
3. Tetap menjaga komunikasi dengan pasien selama tindakan
4. Menjaga kenyamanan dan keamanan pasien
5. Peka / tanggap terhadap respon pasien
6. Sistematis

TOTAL NILAI

Keterangan:
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tapi tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna

Evaluasi:

Saran: :
Sentani

Evaluator

…………………………….

Anda mungkin juga menyukai