OLEH
KELOMPOK 1
1
selama beberapa generasi untuk mencari penghidupan di kota. Dengan
terancamnya masa depan tradisi suku Berber di daerah Gunung Boutmezguida,
sebagai seorang ahli matematika yang keluarganya berasal dari daerah itu
akhirnya mendapatkan ide cemerlang yang terinspirasi dari kehidupannya di luar
negeri, yaitu mengubah kabut menjadi air.
Sekarang desa tempat Ghouate tinggal terhubung kepada proyek
pengumpul kabut terbesar di dunia, menghapus kebutuhan untuk mengumpulkan
air yang sebagian besar menjadi tanggung jawab wanita, dan dengan peralatan
canggih menjadi contoh bagi proyek-proyek lainnya di tingkat global. “Anda
hampir selalu harus pergi ke sumur, menghabiskan waktu di sana, pagi dan
petang,” ujar Ghouate, ibu beranak tiga, sambil mempersiapkan makan siang bagi
keluarganya dan menunjukkan keran di rumahnya. “Sekarang air sudah mengalir
ke rumah kami. Saya suka sekali dengan kabut.”
Proyek yang berjalan sejak tahun 2015 setelah pelaksanaan survei dan uji
coba selama sembilan tahun, didirikan oleh LSM Maroko, Dar Si Hmad, yang
berupaya untuk mendorong dan melindungi budaya lokal, sejarah, dan pusaka.
Proyek ini adalah gagasan dari ahli matematika dan pengusaha Aissa Derhem
yang orang tuanya berasal dari Gunung Boutmezguida, di mana lereng gunungnya
selalu diselimuti embun rata-rata 130 hari dalam setahun.
Derhem pertama kali mengetahui tentang jaring pengumpul kabut saat
mengamati proyek pengumpul kabut pertama di dunia, di Gurun Pasir Atacama
Chile, ketika tinggal di Kanada di tahun 1980-an saat kuliah untuk mendapatkan
gelar PhD nya. Namun proyek ini tidak terwujud hingga saat ia mengunjungi desa
orang tuanya dan menyadari bahwa lokasi bergunung-gunung, yang terletak di
tepi gurun Sahara dan berjarak sekitar 35 km dari Samudra Atlantik, sebuah
tempat sempurna untuk kabut.
2
2. Lokasi Ideal untuk Penempatan Alat Fog Harvesting
3
tanaman itu dapat mencukupi dirinya sendiri dengan langsung menangkap tetesan
air dalam kabut.
Keuntungan Kerugian
Embun terkumpul di kawasan pesisir di mana arus laut yang dingin, sebuah
antisiklon dan penghalang di daratan, seperti deretan pegunungan, bertemu. “Saat
air laut menguap, antisiklon berhenti menjadi hujan, dan ketika arus itu
menghantam pegunungan, di saat itulah kabut dapat dikumpulkan,” ujar Derhem
kepada Thomson Reuters Foundation, seraya memandang dari puncak Gunung
Boutmezguida di samping sebuah bangunan kecil yang digunakan untuk
pengamatan kabut dan tempat penyimpan alat. Apabila kita mengamati planet ini,
kita melihat semua fenomena ini terjadi di seluruh kawasan tropis di Chile dan
Peru di Amerika Latin. Gurun pasir Kalahari di Afrika. Di Australia Barat. Di
sekitar gurun pasir Thar di India dan di California,” ujarnya sambil memberikan
beberapa contoh.
Dikembangkan di Amerika Selatan pada tahun 1980-an, sejak itu proyek
pengumpul kabut menyebar secara global ke negara-negara seperti Guatemala,
Ghana, Eritrea, Nepal, dan Amerika Serikat. Di Maroko, Dar Si Hmad telah
membangun sistem jaring yang terbentang di daerah seluas 870 meter persegi,
sekitar 4,5 kali luas lapangan tenis. Semua jaring ini digantung di antara dua tiang
4
dan saat angin mendorong kabut melalui jaringan ini butir-butir air terperangkap,
mengembun, dan jatuh ke wadah di dasar unit dengan pipa yang menghubungkan
air ke tempat-tempat penampungan.
Derhem berharap keberhasilan skema di Gunung Boutmezguida dapat
membantu daerah-daerah lainnya di Afrika Barat dan di Afrika Utara – di mana
badan FAO PBB mengatakan sumber cadangan air bersih termasuk yang terendah
di dunia. Hasil studi menunjukkan perubahan iklim berdampak pada pola air
secara gloal dan Derhem mengatakan di Maroko tingkat ketersediaan air telah
mengalami penurunan menjadi 500 meter kubik per orang per tahun dari sekitar
1.500 meter kubik per orang per tahun di tahun 1960-an berdasarkan perhitungan
angka-angka yang diberikan pemerintah.
5
air yang terkandung dalam kabut dan mengalirkan air tersebut ke tabung
penyimpanan yang sudah disiapkan. Berikut gambaran tentang pengambilan air
dari udara menggunakan jaring:
6
Rancang bangun alat pemanen air dari udara, sumber: www.warkawater.org
7
CloudFisher di Maroko merupakan proyek dengan fungsi memanen kabut
terbesar di dunia. Dikembangkan oleh insinyur Peter Trautwein dari German
Water Foundation, CloudFisher meniru teknologi jaring laba-laba secara alami
mengumpulkan tetesan embun dari kabut. Pada gilirannya, jaring ini memasok air
minum bersih untuk wilayah Maroko yang mengalami kekeringan.
CloudFisher sendiri terstruktur dari segitiga-segitiga kecil, terjepit di antara
grid kuat yang terbuat dari plastik. Angin secara alami mengarahkan kabut ke
dalam jaring, yang ditangguhkan secara vertikal di pegunungan. Jaring tersebut
menangkap tetesan air ke dalam, yang kemudian jatuh ke palung bawah,
mengarah ke sumber air, di mana air minum dikumpulkan. Mengambil pengaruh
dari alam, CloudFisher dibangun dengan filosofi "pohon yang mengikuti arah
angin adalah salah satu yang bertahan". Berdasarkan pemikiran ini, jaring
diperkuat di tempat dengan karet, yang mengurangi dampak kekuatan angin, dan
mengurangi kemungkinan kerusakan.
8
kemudian diuji selama dua tahun di Gunung Boutmezguida, salah satu daerah
yang paling kering di Maroko. Selama periode 2 tahun, berbagai struktur jaring
yang berbeda diuji coba untuk meluluhkan air, dengan monofilamen terbukti
menjadi yang paling efektif. Tergantung pada daerah dan waktu tertentu,
CloudFisher bisa memanen antara 4 liter hingga 14 liter air per meter persegi
jaring. Sistem ini terbukti telah membantu dalam menyediakan air untuk orang-
orang dari daerah Boutmezguida di Maroko, sehingga membebaskan waktu bagi
perempuan dan anak-anak untuk bekerja dan belajar. Pada November lalu, proyek
ini juga memenangkan Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang perubahan iklim
(UNFCCC). Setelah periode pengujian, jaring ini tengah dipersiapkan untuk
peningkatan ke versi terbaru CloudFisher tahun ini.
9
Rancangan baru jaring kabut yang disebut Dropnet oleh desainer Jerman, Imke
Hoehler.
Begitu jaring polipropilen diperoleh, gunakan jaring itu dengan tepat
dalam lapisan ganda. Ini biasanya terbuat dari polipropilen atau polietilen,
terlindungi dari ultraviolet, dengan koefisien keteduhan 35%, anyaman saringan
Raschel, dan ukuran serat 1 mm. Efisiensi meningkat seiring lebih halusnya
ukuran saringan dan lebih kecilnya lebar serat.
Luas permukaan harus cukup besar untuk dapat mengumpulkan jumlah air
yang diperlukan. Ukuran biasa per jaring mungkin panjangnya 12 meter x tinggi 4
meter (48 m persegi). Laju pengumpulan air biasa bervariasi tergantung situs
namun tampaknya rata-rata antara 2 sampai 5 liter per meter persegi per hari,
dengan pengumpulan maksimum mencapai 10 liter per meter persegi per hari.
Beri jarak antar jaring dalam interval 5 meter sepanjang kontur
(horizontal) dan dalam jarak yang setara atau lebih besar dari 60 kali tinggi
pengumpulan kabut di arah angin menaiki/menuruni lereng. Ini memungkinkan
pengumpulan kabut yang paling efisien. Ini juga berarti bahwa kerusakan oleh
angin lebih sedikit dibanding pengumpul yang disambung menjadi satu. Pada
umumnya, unit datar ini cocok untuk kecepatan angin sampai dengan 20 m/detik.
Kabel juga semestinya terlindung dalam selang taman untuk mencegah kabel
menyebabkan erosi pada konstruksi.
Laju produksi air biasanya dari sebuah pengumpul kabut berkisar antara
150 sampai 750 liter per hari namun beberapa rancangan mampu menghasilkan
2.000 sampai 5.000 liter air per hari. Efisiensi pengumpulan meningkat seiring
10
tetesan kabut yang lebih besar, kecepatan angin lebih tinggi, dan serat
pengumpulan/diameter lubang saringan yang lebih sempit. Tambah lagi, lubang
saringan mesti memiliki sifat drainase yang baik. Pada saat angin kencang bertiup,
jaring biasanya diturunkan sebagai bagian dari pengoperasian dan pemeliharaan
yang biasa.
B. Pemeliharaan
Saringan polipropilen memiliki umur pakai sekitar sepuluh tahun. Di Nepal,
pengoperasian dan perawatan sulit karena tak tersedianya suku cadang (terutama
saringan polipropilen). Karena itu, menyimpan stok saringan dan suku cadang
lainnya sangat dianjurkan. Pada saat angin kencang bertiup, jaring biasanya
diturunkan sebagai bagian dari pengoperasian dan pemeliharaan yang biasa. Jika
pengumpul kabut terletak di tempat yang terpencil, rancangan lain sedang diteliti
agar dapat meningkatkan ketahanan.
C. Biaya
Biaya bervariasi tergantung ukuran penangkap kabut, kualitas dan tersedianya
bahan, tenaga kerja, dan lokasi situs. Sebuah pengumpul kabut kecil
membutuhkan biaya pembangunan antara 75 sampai 200 Dolar Amerika.
Pengumpul kabut besar berukuran 40 meter persegi membutuhkan biaya antara
1.000 sampai 1.500 Dolar Amerika dan bisa bertahan sampai sepuluh tahun.
Proyek desa yang menghasilkan 2.000 liter air per hari akan membutuhkan biaya
sekitar 15.000 Dolar Amerika (FpgQuest, 2011).
Sistem multi-unit memiliki keuntungan yaitu biaya lebih rendah per unit air
yang dihasilkan, dan jumlah panel yang digunakan dapat diubah seiring variasi
kondisi iklim dan kebutuhan akan air (UNEP, 1997). Partisipasi masyarakat akan
membantu mengurangi biaya tenaga kerja untuk membangun sistem pemanenan
kabut.
a. Bahan: Saringan polipropilen per 1 m2 (Peru dan Cile): 0,25 Dolar Amerika
b. Tenaga kerja: pembangunan dan pemasangan pengumpul kabut besar, tangki
penampungan, dan keran:
- Pekerja terampil: 140 hari kerja (Nepal): 4 Dolar Amerika per hari
- Pekerja tak terampil: 400 hari kerja (Nepal): 2,75 Dolar Amerika per hari
11
c. Sudah termasuk semuanya (bahan, tenaga kerja):
- Pengumpul kabut meliputi bahan bangunan: 100-200 Dolar Amerika
- Pengumpul kabut 48 m2 menghasilkan 3 L/m2/hari: 378 Dolar Amerika
- Biaya per m2 (Nepal, termasuk tangki penampungan dan keran): 60 Dolar
Amerika
Menurut International Development Research Centre (1995), selain Cile, Peru,
dan Ekuador, wilayah yang memiliki potensi terbesar untuk memetik manfaat
meliputi pesisir Atlantik Afrika Selatan (Angola, Namibia), Afrika Selatan,
Tanjung Verde, Tiongkok, Yaman bagian Timur, Oman, Meksiko, Kenya, dan Sri
Lanka.
Pengumpulan air kabut digunakan di Nepal, Peru, Cile, dan sebagainya. Situs
terbesar di Guatemala menghasilkan 7.000 liter air per hari selama musim
kemarau. Di Nepal, biaya per meter persegi adalah 60 Dolar, yang meliputi semua
biaya jaring dan penampungan air, ditambah tenaga kerja.
12
Sayangnya, hal tersebut tidak membuahkan hasil sehingga masyarakat masih
harus bersusah payah mendapatkan mendapatkan air untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga maupun pertanian.
Sementara disisi lain, Dusun Ngoho yang berada di dataran tinggi Ungaran
ini memiliki potensi kabut yang cukup tinggi yang sebenarnya bisa digunakan
untuk mengurangi krisis air di wilayah tersebut. Kabut hampir setiap harinya
muncul meskipun di saat kemarau. Hanya saja potensi yang ada belum
dimanfaatkan karena kendala teknologi.
Sebuah teknologi pemanen kabut atau fog harvesting akan diterapkan secara
masif di wilayah ini mengingat potensi kabutnya yang sangat tinggi. Tim dari
Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) Universitas Gadjah Mada (UGM)
Yogyakarta, Minggu (20/4/2014) memasang alat pemanen kabut ini menggantikan
alat yang sama yang telah dipasang tahun lalu.
Instalasi pemanen kabut yang baru tersebut memiliki bentang paranet (jala
plastik) delapan meter, mengantikan alat lama yang hanya mempunyai bentang
1x1 meter. "Luas penangkap kabut yang digunakan sebagai uji sebelumnya hanya
1x1 meter mampu menangkap kabut dan menghasilkan air hingga 3 liter per hari.
Namun dengan pemasangan paranet yang lebih panjang dan lebih besar
diharapkan tangkapan uap air akan bertambah. Dari hitung-hitungan kami bisa
lebih dari 14 liter untuk keperluan pertanian," kata Ketua Tim PKM Adopsi
Teknologi Pemanen Kabut UGM, Vianita Meiranti Yogamitria. Pemanen kabut,
kata Vanita, merupakan teknologi inovatif yang mampu menangkap dan
mengumpulkan air dalam kabut, sehingga bisa digunakan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat, utamanya di bidang pertanian.
Sementara dalam pemasangan alat pemanen kabut yang baru ini pihaknya
akan mengombinasikannya dengan alat fertigasi tetes. "Teknik fertigasi tetes
adalah salah satu teknik irigasi tetes yang lebih efisien dan lebih mudah dijangkau
masyarakat, murah dan mudah dibuat karena modelnya yang sederhana, namun
cukup ampuh dalam mengonversi kabut menjadi siap pakai," ungkap Vianita
Meiranti. Vianita Meiranti bersama empat mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu
lainnya di antaranya Sarjono (Jurusan Ilmu Tanah), Musofa dan Puji Utomo
13
(Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan), serta Nur Sayyidah Azzahra (Jurusan
Penyuluh Komunikasi Pertanian) UGM, merasa tertarik mengembangkan
teknologi tepat guna ini menyusul ada informasi bila petani di Desa Kemitir,
Sumowono yang selalu kesulitan air pada Juli hingga Oktober.
Dari hasil kajian yang dilakukan, diketahui bila wilayah Kemitir termasuk
daerah dominan kabut meski siang hari. "Alat dan bahan yang digunakan sangat
sederhana, antara lain jaring paranet, drum, bambu, pipa paralon, selagng dan
infus untuk alat fertigasi tetes. Pengaliran air menggunakan sistem grafitasi,"
papar Vianita Meiranti. Melihat hasil capaian yang dilakukan oleh mahasiswa
UGM tersebut, Kepala Desa Kemitir, Puji Utomo mengaku menyambut baik dan
berencana akan menyampaikan kepada warga yang mayoritas bermata
pencaharian sebagai petani sayur. "Komoditas yang dibudidayakan petani di
Ngoho ini adalah tanaman padi dan sayuran. akan terapi kami tidak bisa menanam
ketika kemarau datang. Kami sangat membutuhkan bantuan pemerintah untuk
pemasangan alat dengan jumlah yang lebih banyak dan luas penangkap kabut
yang lebih besar agar masalah gagal panen akibat kekurangan air dapat diatasi,"
ungkap Puji Utomo sambil menyebutkan jumlah petani didesanya mencapai 400
orang. Sementara itu, salah satu petugas fungsional penyuluh pertanian dari Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah, Agus Sutanto mengaku
berjanji akan mengadopsikan pengembangan teknologi mahasiswa UGM tersebut
ke wilayah yang kekeringan, namun mempunyai potensi tangkapan kabut yang
tinggi.
14
untuk menyempurnakan teknologinya. Desainer industri Peter Trautwein misalnya
telah menguji beberapa jenis tenunan jaring yang berbeda. Jaring harus tahan
angin, menghasilkan jumlah air yang dibutuhkan dan mudah untuk dipasang.
Peter Trautwein dari yayasan air Jerman menjelaskan teknologinya:"Kami
menggunakan semacam tali karet elastis dan menggantungkannya di perancah ini
agar semua menjadi lebih kokoh. Sekarang semua konstruksi sudah kencang. Bisa
dilihat pergerakannya yang dinamis dalam tiupan angin." Instalasi penangkap
kabut baru telah melewati fase uji coba. Tahun depan akan dipasang instalasi
besar di sekitar gunung Boutmezdcidentifiera dengan jaringan 31 jaring
penangkap kabut. Proyek Jamila Bargach dan NGO-nya Dar Si Hmad mendapat
penghargaan dalam konferensi iklim di Marrakech.
"Saya menyukai pendekatan terhadap lingkungan dan menganggapnya
sebagai benda hidup dan bukan sekedar tempat sampah atau tempat mengeruk hal
yang dibutuhkan untuk kepentingan manusia. Ini adalah sebuah krisis. Kami
menyadarinya dan melihatnya pada dampak dari perubahan iklim dan upaya
menyesuaikan diri dengan perubahan iklim", tambah Jamila Bargach.
Pada proyek ini, NGO tersebut juga memasang sambungan pipa dari gunung
hingga rumah penduduk. Keluarga Soussane turut diuntungkan. Sejak setahun, air
datang dari tembok. Anggota keluarga tidak perlu lagi berjalan jauh mencari air
minum.
15
oleh proyek air. Yakni, membawa perubahan besar dalam masyarakat", papar
Leslie Dodson. Keesokan harinya, kabut tebal datang. Embun tidak hanya
menempel pada tanaman, tetapi juga pada jaring di pegunungan. Hingga 22 liter
air per meter persegi bisa dipanen dari jaring. Kelak jaringan instalasi baru bisa
menyuplai 37.000 liter air di hari berkabut ke desa-desa sekitar.
Bagi Mohamed Hamouali ini berarti ia harus kembali bekerja. Ia baru selesai
memasang jaring uji coba yang pertama. Awalnya sangat sulit untuk meyakinkan
warga, bahwa kabut ada manfaatnya. "Idenya sangat aneh. Apakah mungkin
mengubah kabut menjadi air. Saya belum pernah mendengar hal semacam itu dan
tidak bisa membayangkannya", ujar Mohamed Hamouali
Mohamed dibesarkan dalam situasi krisis air di desanya. Sementara bagi
adik-adiknya, minum air dari keran adalah hal yang biasa. Kalau kabut
berikutnya datang, penduduk di gunung Boutmezdcidentifiera mungkin tidak
hanya merasa khawatir terjatuh dan celaka, tetapi juga senang karena bisa panen
air.
16
pengumpul kabut bebas perawatan pertama yang dapat menahan angin dengan
kecepatan hingga 120 km/jam dengan bak fleksibel yang mengikuti pergerakan
jaring sesuai dengan hembusan angin. Sekarang air yang terkumpul disaring dan
digabung dengan air tanah sebelum didistribusikan ke desa-desa yang terhubung
dalam jaringan distribusi di mana para pengguna membayar penggunaan air lewat
sistem prabayar.
Proyek perintis awalnya melayani lima desa. Saat ini, dengan jaring seluas
870 meter persegi yang telah terpasang, proyek ini dapat menjangkau 140 KK –
14 desa – sementara jaring kedua saat ini tengah dibangun. “Kabut seperti asal
mula pesawat terbang. Awalnya hanya mainan kecil namun, dengan berbagai
upaya, banyak hal yang telah berubah … namun butuh investasi,” ujar Derhem.
“Di sepanjang pantai, ada tiga kali lebih banyak kabut dibandingkan dengan yang
ada di Gunung Boutmezguida. Pemerintah menghabiskan dana jutaan untuk
proses desalinasi air. Teknologi pengumpul kabut ini sesuatu yang layak dijajaki.”
Karena dengan sumur-sumur yang kering bukan hanya timbul kecemasan dan
risiko tapi juga mengikis mata pencaharian dan komunitas tradisional.
Mohamed Zabour, ketua dewan kota setempat, mengatakan lebih dari 60
persen warga kawasan itu hidup tanpa aliran air bersih di rumah-rumah mereka.
Antara tahun 2004 dan 2014, 2.000 dari 5.000 warga lokal pindah ke perkotaan.
“Daerah kami sebenarnya kaya namun butuh infrastruktur. Dan air adalah satu
dari prioritas tersebut,” ujar Zabour. “Apabila kita tidak menemukan jalan
keluarnya dalam 10 tahun ke depan, maka ini akan menjadi bencana … akan
menjadi seperti gurun pasir. Kosong.”
Bagi Ghouate, skema pengumpulan kabut telah meningkatkan kehidupan di
desa. “Saat kita masih kanak-kanak, kita bahkan tidak tahu apa artinya kebutuhan
akan air. Sekarang ada lebih sedikit curah hujan dan apabila saya tetap harus pergi
ke sumur-sumur, saya tidak akan menemukan cukup air sekarang,” ujarnya.
“Segalanya terkait dengan air, segalanya. Saya tidak perlu khawatir lagi.”
17
DAFTAR PUSTAKA
https://www.voaindonesia.com/a/penangkap-kabut-ubah-embun-jadi-
air/4432305.html
Ramadhiani A. Kompas.com. Jaring Ini Mampu Ubah Kabut Jadi Air Minum.
https://properti.kompas.com/read/2017/02/10/085453521/jaring.ini.mampu.
ubah.kabut.jadi.air.minum.
https://news.detik.com/dw/d-4033946/maroko-menyulap-kabut-jadi-air
https://akvopedia.org/wiki/Panen_Air_Hujan_/_Pengumpulan_Embun_dan_Kabu
t_/_Pengumpulan_dan_penyimpanan_kabut
https://www.ugm.ac.id/id/berita/7670-mahasiswa-ugm-kembangkan-teknologi-
pemanen-kabuthttps://www.suaramerdeka.com/news/baca/156157/teknik-
penangkap-kabut-disempurnakan
18