Anda di halaman 1dari 10

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI

VOLUME 3 NOMOR 2, MARET 2016

LAPORAN KASUS

PENANGANAN PERIOPERATIF PASIEN


DENGAN ATRIAL SEPTAL DEFECT

Juni Kurniawaty, Ronggo Baskoro*


Fellow Anestesi Kardiovaskular RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta
*Konsultan Fellow Anestesi Kardiovaskular RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta

ABSTRAK
Atrial septal defect (ASD) adalah bentuk penyakit jantung kongenital yang paling sering didapatkan pada
pasien dewasa muda setelah kelainan katup aorta bikuspid dan prolaps katup mitral. Komorbid yang paling
sering didapatkan pada defek kongenital pada usia dewasa muda adalah hipertensi pulmonal, aritmia,
infeksi respirasi dan penyakit kardiovaskular lainnya. Terapi optimal ASD masih kontroversial. Secara
sederhana, operasi direkomendasikan pada pasien usia pertengahan dan usia tua dengan shunting kiri ke
kanan yang bermakna.
Dilaporkan pasien perempuan usia 39 tahun dengan atrial septal defect dengan hipertensi pulmonal berat
yang dilakukan operasi ASD closure dan Tricuspid Valve Repair (TVr). Persiapan preoperasi mencakup
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang preoperasi mencakup
pemeriksaan kateterisasi dengan hasil reaktif terhadap test oksigen. Perubahan patologi utama adalah
peningkatan resistensi vaskuler paru dan tekanan vaskuler paru, sekunder terhadap peningkatan aliran
darah dari shunt kiri ke kanan. Masalah yang dihadapi pasien perioperasi pasien ini adalah hipertensi
pulmonal, dengan tekanan arteri pulmonal 2/3 tekanan darah arteri. Pasien dirawat di ICU selama 3 hari
dan kemudian dipindahkan ke bangsal.
Kata kunci : atrial septal defek, hipertensi pulmonal, congenital heart disease

ABSTRACT
Atrial septal defect (ASD) is a form of congenital heart disease most often found in young adults patients after
bicuspid aortic valve abnormality and mitral valve prolapse. Most often comorbid obtained at a congenital
heart disease is pulmonary hypertension, arrhytmia, respiratory infection and other cardiovascular disease.
ASD optimal therapy remains controversial. Simply put, surgery is recomended in patients with middle age
and old age with significant left to right shunt.
Is is reported that a female patient aged 39 years old, suffering atrial septal defect with severe pulmonary
hypertension who undergoing ASD closure and tricuspid valve repair (TVr) surgery. Preoperative preparation
includes anamnesa, physical examintation and supproting investigation. The supporting preoperative
investigations includes catheterization examintation resulting the reactive oxygen test. The main pathological
change is an increase in pulmonary vascular resistance and pulmonary vascular pressure, secondary to
increased blood flow from left to right shunt. The problem faced by the patient in perioperative is pulmonary
hypertension with pulmonary arterial pressure is 2/3 of arterial blood pressure. Patient was admitted to the
ICU for 3 days and then transferred to the ward.
Keywords : atrial septal defect, pulmonary hypertension, congenital heart disease

31
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 3 Nomor 2, Maret 2016

PENDAHULUAN adalah diagnosis terlambat, khususnya pada


Atrial Septal Defect (ASD) adalah penyakit kasus ASD dan coarcatio aorta, pasien dengan
jantung kongenital asianotik yang paling sering sirkulasi pulmonal dan sistemik yang seimbang,
ditemukan pada pasien dewasa dengan insidensi relatif asimptomatis sampai keseimbangan sirkulasi
10% dari defek jantung kongenital asianotik pada pulmonal dan sistemik terganggu. Beberapa
dewasa (terjadi pada 0,8% bayi lahir). Terdapat 4 pasien dipertimbangkan tidak dapat dioperasi dan
tipe yang berbeda dari ASD, yaitu ostium sekundum beberapa pasien tidak memungkinkan operasi
(85%), ostium primum (10%), sinus venosus (5%), karena fasilitas yang tidak memadai.2
dan defek sinus coronarius (jarang). Pada hampir ASD yang dihubungkan dengan peningkatan
semua pasien dengan ASD lahir < 3 mm akan PBF (pulmonary blood flow) > 50% seharusnya
menutup spontan dalam 18 bulan setelah lahir, ditutup untuk mencegah berkembangnya disfungsi
namun pada pasien dengan defek 3-8 mm, hanya RV dan aritmia atrial. Pada pasien yang menjalani
80% yang menutup spontan. Defek yang kecil (< operasi penutupan sebelum usia 25 tahun, harapan
5 mm) dihubungkan dengan shunt yang kecil dan hidup dan keluaran fungsional biasanya normal.
tanpa konsekuensi hemodinamik. Defek 20 mm Sayangnya penutupan yang terlambat masih
dihubungkan dengan shunt luas dan menyebabkan merupakan resiko kematian premature.2
efek hemodinamik yang nyata.1,2 Follow up jangka panjang setelah operasi
ASD menyebabkan pintasan kiri ke kanan penutupan ASD menunjukkan waktu hidup
intrakardiak dengan overload volume ventrikular yang sebanding dengan usia kontrol jika operasi
kanan, peningkatan aliran darah pulmonal dilakukan pada dekade awal atau sebelum onset
(pulmonary blood flow/PBF), hipertensi pulmonal, hipertensi pulmoal. Hasil dari operasi pasien pada
hipertrofi ventrikel kanan dan terkadang gagal dekade ketiga dan keempat menunjukkan hasil
jantung kongestif (congestive heart failure/CHF). yang lebih buruk daripada kontrol.1 Perbandingan
Meskipun hipertensi pulmonal banyak didapatkan operasi penutupan ASD dengan manajemen medis,
namun PVR jarang melebihi 500 dyn s cm-5. Pada khususnya ketika simptom telah berkembang,
pasien dewasa, gejala yang muncul dapat berupa menunjukkan keuntungan waktu hidup pada
sesak nafas, aritmia atrial atau gagal jantung. Namun kelompok yang diterapi dengan operasi selama
begitu beberapa individu tetap asimptomatis sampai dekade kedua dan ketiga. Penelitian terbaru yang
terjadi shunt yang berbalik.2,3 membandingkan 51 pasien usia 35-50 tahun dan
Pasien ASD umumnya asimptomatik atau dapat 38 pasien usia 51-72 pasien menunjukkan angka
pula mengalami sesak nafas ketika beraktivitas. mortalitas sebesar 3,3%, pada kelompok usia yang
Aliran darah pulmonal yang meningkat, overload lebih tua.1
jantung kanan, aritmia dan hipertensi pulmonal Manifestasi klinis dari shunt jantung kiri ke
cenderung meningkat dengan usia. Campbell kanan tergantung usia pasien, letak dan ukuran
memperkirakan 25% pasien dengan ASD yang tidak anomali. Gagal untuk berkembang adalah gambaran
diperbaiki akan meninggal pada usia 27 tahun, 50% yang paling sering didapatkan pada pasien dengan
dalam 37 tahun dan 90% pada usia 60 tahun.1 penyakit jantung kongenital dan mempengaruhi
Kesuksesan dramatik dari operasi jantung respon metabolik terhadap injury dan keluaran
pediatrik, menyebabkan peningkatan populasi setelah operasi jantung korektif. Ketidakseimbangan
pasien dewasa muda dengan grown up congenital energi adalah faktor kontribusi utama.3
heart disease (GUCHD). Pasien GUHCD dapat dibagi Dengan teknik medis terbaru, hal ini tidaklah
menjadi 3 kategori : pasien yang telah menjalani sulit untuk mendiagnosis penyakit jantung
operasi perbaikan, pasien yang menjalani operasi kongenital. Pemeriksaan fisik, auskultasi, EKG,
paliatif dan pasien yang belum menjalani operasi pemeriksaan radiologi thorax dan echocardiografi
korektif maupun paliatif. Terdapat beberapa alasan sebagai alat diagnostik ASD. Kateterisasi jantung
kenapa pasien tidak dikoreksi, salah satunya dapat merupakan teknik yang berguna, tidak

32
Penanganan Perioperatif Pasien dengan Atrial Septal Defect

hanya untuk diagnosis yang akurat tetapi juga 40 mg/hari dosis tunggal, bisoprolol 5 mg/hari dosis
untuk menilai fungsi jantung. Aritmia atrial dan tunggal, micardis 80 mg/hari dosis tunggal, sidenafil
ventrikuler paling sering ditemukan. Kira-kira 50% 50 mg/8 jam, theophyline 150 mg/24 jam, ventavist
pasien dengan GUCHD mengalami aritmia. Tipe 2,5 mg/4 jam.
gangguan ritme tergantung utamanya pada lesi. Monitor yang digunakan pada pasien ini adalah
Pasien dengan ASD umumnya mengalami interupsi EKG (elektrokardiografi), SpO2, artery line, CVP
jalur konduksi normal atau varian abnormal seperti (central venous pressure), Swan Ganz, urine output
duplikasi AV node, yang akan menyebabkan aritmia dan TEE (transesophageal ecocardiography). Pasien
re-entrant.2,3 dipasang artery line di ruang persiapan, kemudian
masuk ke kamar operasi dan diinduksi menggunakan
LAPORAN KASUS fentanyl 250 mcg, propofol 30 mg, ecron 8 mg.
Dilaporkan pasien perempuan usia 39 tahun Pemeliharaan menggunakan sevoflurane, fentanyl
dengan nomor rekam medis 2014-37-82-36, berat dan ecron intermittent. Pada pemeriksaan TEE
badan 59 kg, tinggi badan 160 cm. Dari anamnesa preoperasi didapatkan RA, LA dilatasi, LV smallish,
didapatkan pasien mengeluh mudah lelah, sesak global normokinetik, IVS paradox, ASD sekundum,
nafas bila beraktifitas, NYHA II-III. Pemeriksaan fisik diameter 3,9 cm.
didapatkan tekanan darah (TD) 110/73. frekuensi Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah
nadi 98 irreguler, frekuensi nafas 20 kali/menit. ASD closure dengan pericardial patch, PFO creation,
Rontgen Thorax : CTR 50%, segmen Aorta normal, TVr dengan deVega Procedure. Penemuan durante
pinggang jantung mendatar, apex downward, operasi : jantung ukuran besar, kontraktilitas baik,
phletora (+). Hasil Laboratorium AGD : pH 7,449, MPA > Ao, ASD sekundum multipel, diameter 10-15
pCO2 26,4, pO2 82,6, HCO3 18,4, BE -3,6, SpO2 mm, 4 muara PV di LA, TV anulus dilatasi. CPB time
97,1, Asam Laktat 1, darah rutin : Hb 15, Hmt 42,9, 61 menit, Aox time 27 menit. Hemodinamik pada
AE 4,75, AL 9,4, AT 231, Na 139, K 3,5, Cl 106. saat keluar dari kamar operasi : tekanan darah arteri
Pemeriksaan Echocardiografi (01/09/2015) 90/54, HR 86 x/menit, irama sinus, CVP 8 mmHg,
didapatkan dimensi ruang jantung RA, RV dilatasi, PAP 76/43 dengan support durante operasi dengan
PA dilatasi. LVH (-), tampak echo gap di IAS diameter dobutamin 5 mcg/kg/menit, milrinone 0,75 mcg/kg/
2,2-2,5 bidirectional shunt (low flow), kontraktilitas menit, NTG 1 mcg/kg/menit dan vascon 0,1 mcg/
LV normal EF 72%, kontraktilitas RV normal, TAPSE kg/menit.
2,6 cm. Analisa segmental : paradoxical movement, Pasien masuk ICU dengan support vascon 0,3
katup trikuspid : TR severe TVG 12,7 mmHg, katup mcg/kg/menit, milrinone 0,375 mcg/kg/menit, NTG
pulmonal : PR mild, mPAP 45 mmHg, Doppler : 0,5 mcg/kg/menit, adrenaline 0,15 mcg/kg/menit,
E/A <1, DT 283 ms, Ao V Max 1 m/s. Ukuran Aorta dengan hasil AGD arteri jam I, pH 7,189, pO2 190,4,
29 (20-37 mm), dimensi 30 (15-40 mm), EDD pCO2 73,5, HCO3 28,3, BE -0,8, SpO2 99,7, AGD
ventrikel kiri (35 (35-52 mm), ESD (21 (26-36 mm), vena jam I pH 7,182, pO2 47,3, pCO2 72,9, HCO3
IVS diastole 8 (7-11 mm), PW diastole 8 (7-11 mm), 27,6, BE -0,8, SpO2 68,3, laktat 3,5, K 3,3, Na 141, Cl
PW systole 12. Kesimpulan hasil echocardiografi 97, Ca 1,16, Mg 0,66, GDS 421, Hb 10,7. Pasien on
adalah ASD sekundum bidirectional shunt, TR ventilator dengan mode Volume Controlled (VC), VT
severe, PH severe, fungsi sistolik LV global normal, 7 cc/kgBB, RR 12, kemudian dinaikkan 16 x/menit,
EF 72%, paradoxical movement, disfungsi diastolik PEEP 5, FiO2 50%. Diberikan gelofusin 250 cc, FFP
LV (gangguan relaksasi), kontraktilitas RV normal. 559 cc.
Kateterisasi (23-12-14) : ASD sekundum, PH, low AGD arteri jam IV : pH 7,22, pO2 138,9, pCO2
flow, high resistance, reaktif dengan O2 test. PH 49,5, HCO3 20,5, BE -6,5, SpO2 98,8, AGD vena
high resistance (Pre O2 test : PR 0,985, PARI 14,8 : pH 7,18, pCO2 56,9, HCO3 21,6, BE -0,9, SpO2
Post O2 test : PARI 5,7). Spirometri : restriksi sedang, 64,3, K 2,5, GDS 317-345, laktat 7,4. Maintenance
dengan terapi preoperasi menggunakan furosemide gelofusine dinaikkan 100 cc/jam, setting ulang

33
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 3 Nomor 2, Maret 2016

ventilator dengan VT 7 cc/kg, RR 20 x/menit, PEEP diatas seharusnya menstimulasi pemeriksaan


5, FiO2 50%. ekokardiografi sebelum operasi.9
AGD arteri pagi hari pertama : pH 7,383, pO2 Target keseluruhan dari pemeriksaan
144,4, pCO2 28,7, HCO3 17,3, BE -6,2, SpO2 99,6, laboratorium dan penunjang yang lain adalah untuk
AGD vena pH 7,336, pO2 41, pCO2 31,7, HCO3 17,1, membantu dokter di dalam memahami derajat
BE -8,9, SpO2 72,2, K 2,5, Na 144, CL 104, Ca 0,99, keterlibatan beberapa komorbid. Pasien dengan
Mg 0,47, GDS 334, Hb 8,5, Hmt 25,4, AL 27,81, AT status fungsional yang normal dapat diterapi
138, ureum 37,09, BUN 17,33, Creatinin 1,62, laktat seperti pasien dewasa yang menjalani operasi,
4,8. Terapi yang diberikan di ICU adalah ventavist sedangkan pasien dengan gangguan fungsional
12 x 2,5 mg, Meropenem 3x 1 gram, Amikasin 1 x berat perlu pemeriksaan evaluasi tambahan.
750 mg, ventolin 3 x/hari, paracetamol 3 x 1 gram. Evaluasi laboratorium meliputi pemeriksaan darah
Hari kedua pasien diektubasi, ventavist diturunkan lengkap, koagulasi dan pemeriksaan metabolik
menjadi 4 x 2,5 mg, sidenafil 3 x 25 mg, fluimucyl 3 dasar. Kateterisasi dan/atau echocardiografi akan
x 1 tab, dengan evaluasi echocardiografi didapatkan membantu khususnya pada pasien simptomatis
kontraktilitas LV menurun, EF 30-40%, RV menurun, dengan memberikan informasi status struktural
TAPSE 1,2, LV D shape, IVC (19/14), VTI 16, CO 2,6, jantung, status fungsional ventrikel dan derajat
SVR 1938 PAH. EKG harus didapatkan sebagai baseline,
lihat kemungkinan penggunaan pacemaker atau
DISKUSI gangguan ritme. Pemeriksaan rontgen dada dapat
Pada tahun 1938, Robert Gross melakukan ligasi membantu menentukan derajat kelainan jantung
PDA pertama kali. Hal ini menginisiasi penanganan dan paru sebagai baseline.1,9
lanjutan utama pada operasi jantung kongenital dan Shunt kiri ke kanan yang kronis dapat
berkembangnya teknik operasi modern. Perbaikan menyebabkan aliran darah pulmonal berlebihan,
mayor diikuti dengan perbaikan yang bermakna selanjutnya terjadi edema pulmo atau hipertensi
di dalam mortalitas dan meningkatnya harapan pulmonal. Peningkatan aliran darah pulmonal
hidup. Di tahun 2000, konferensi Bethesda ke 32 menyebabkan peningkatan PVR dalam waktu
melaporkan kurang lebih 85% dari pasien yang yang lama akan menurunkan shunting kiri ke
dioperasi dengan CHD dapat hidup sampai usia kanan dan akhirnya terjadi keseimbangan tekanan
dewasa.1 ventrikel kanan dan kiri. Proses ini menyebabkan
Evaluasi pasien adult congenital heart disease konversi shunt kiri ke kanan menjadi shunt kanan
(ACHD) sebelum operasi meliputi riwayat medis ke kiri yang dinamakan sindrom Eisenmenger.
dan status fungsional pasien. Untuk mendapatkan Sekali Eisenmenger Syndrome berkembang, akan
riwayat medis dan operasi yang akurat merupakan terjadi sianosis dengan derajat gagal jantung yang
suatu tantangan, karena hanya setengah dari pasien bervariasi dimana menempatkan pasien di dalam
dengan ACHD dapat mendiskripsikan diagnosisnya kategori resiko tinggi untuk prosedur operasi.
dengan benar. Pasien dengan ACHD memiliki Perhatian juga perlu dilakukan untuk menghindari
kapasitas fungsional yang bervariasi. Pada pasien emboli udara.9
ini berdasarkan anamnesa didapakan pasien mudah Aritmia atrial dan ventrikel sangat sering
lelah dan sesak nafas bila beraktifitas dengan NYHA didapatkan pada pasien ACHD. Kira-kira terjadi
klas II-III disertai aritmia.1,9 pada 50% pasien. Tipe gangguan ritme tergantung
Beberapa tanda dan gejala pasien dengan utamanya pada lesi dan metode repair operasi.
ACHD adalah murmur jantung continuous, right Pasien dengan ASD mengalami interupsi jalur
bundle branch block (RBBB), sianosis. RBBB dapat konduksi normal atau varian abnormal seperti
terjadi pada populasi umum, namun begitu, jika duplikasi nodus AV yang menyebabkan aritmia
ditemukan bersama dengan bising continuous, hal re-entrant. Terapi medis antiaritmia masih menjadi
ini mengindikasikan defek kongenital. Penemuan pilihan meskipun pada beberapa kasus seperti

34
Penanganan Perioperatif Pasien dengan Atrial Septal Defect

takikardi intra atrial re-entrant didapatkan hasil Peningkatan aliran darah pulmonal yang
yang suptoptimal dengan pemberian amiodarone. berhubungan dengan latihan dihubungkan dengan
Kemajuan elektrofisiologi menyebabkan perbaikan peningkatan minimal tekanan arteri pulmonal.
yang bermakna di dalam manajemen gangguan Ketika aliran meningkat, resistensi pembuluh
ritme ini. Elektrofisiologi dapat menggambarkan darah pulmonal menurun. Respon ini utamanya
jalur konduksi di dalam jantung dan melakukan disebabkan oleh recruitment pembuluh darah
ablasi jalur maligna. Hal ini sangat berguna pada pulmonal yang tidak mendapat perfusi sebelumnya
pasien aritmia atrial, dengan keberhasilan jangka dan pada keadaan yang lebih sedikit adanya distensi
pendek mencapai 90%. Keluaran jangka panjang dari dari pembuluh yang baru saja terperfusi.3
ablasi kurang menjanjikan dan seperti dilaporkan Evolusi hemodinamik dari gangguan hipertensi
oleh Groot dkk, 59% mengalani kekambuhan setelah pulmonal telah dideskripsikan dengan jelas. Awalnya,
ablasi dengan lokasi jalur kambuhnya berbeda dari kemampuan vascular bed pulmonal untuk berdilatasi
jalur awalnya.5 dan recruit pembuluh darah hilang, menyebabkan
Manajemen anestesi harus mempertimbangkan peningkatan tekanan arteri pulmonal pada saat
komplikasi mayor seperti hipertensi arteri isirahat dan selanjutnya peningkatan dengan latihan.
pulmonalis, aritmia jantung, disfungsi jantung Di dalam respon terhadap peningkatan afterload ini,
kanan dan keparahan shunt, disfungsi ventrikel, ventrikel kanan mengalami hipertrophi. Awal dari
sianosis, abnormalitas katup serta aneurisma. penyakit, ventrikel kanan mampu mempertahankan
Evaluasi anestesi termasuk memprediksi faktor cardiac output pada saat istirahat. Namuun ketika
resiko operasi pada populasi pasien. Beberapa penyakit berkembang progresif, ventrikel menjadi
indikator prognostik untuk keluaran pasien dengan tidak mampu mempertahankan cardiac output
ACHD adalah : hipertensi arteri pulmonal, sianosis normal ketika istirahat. Ketika disfungsi jantung
atau residual VSD, aritmia, disfungsi ventrikel.9 kanan berkembang, tekanan diastolik jantung
Hipertensi arteri pulmonal didefinisikan sebagai kanan dan tekanan atrium kanan meningkat dan
tekanan pulmonal rata-rata > 25 mmHg pada saat gagal jantung kanan akan muncul di dalam tanda
istirahat atau 30 selama aktifitas. Pasien ACHD klinis. Meskipun ventrikel kiri tidak dipengaruhi
memiliki insidensi PAH sampai 10% pasien. Etiologi secara langsung, dilatasi ventrikel kanan progresif
dari PAH dibagi menjadi 2 yaitu kelompok I dan II. dapat mengganggu compliance ventrikel kiri,
Kelompok I adalah PAH yang disebabkan primer PAH menyebabkan peningkatan left ventricular end-
tetapi termasuk shunt kongenital dan kelompok diastolic dan pulmonary capillary wedge pressure.3
II disebabkan oleh hipertensi vena pulmonal Perubahan pembuluh darah pada hipertensi
(contohnya gangguan katup, kelebihan volume arteri pulmonal adalah vasokonstriksi, trombosis,
dan disfungsi ventrikel kiri).6,7 proliferasi sel otot polos dan endothelial. Sel
Sirkulasi pulmonal pada orang dewasa adalah endothelial memegang peranan utama di dalam
sistem sirkulasi dengan resistensi yang rendah mempertahankan hemodinamik pulmonal
yang mengakomodasi keseluruhan cardiac normal melalui pelepasan beberapa substansi
output. Di dalam kondisi normal, tekanan sistolik vasoaktif termasuk nitric oxide (NO), prostanoid
arteri pulmonal pada keadaan istirahat adalah dan endothelin (ET) yang berkontribusi terhadup
25 mmHg, dengan nilai diastolik 10 mmHg dan tonus vaskular. NO, sebelumnya dikenal sebagai
nilai mean pulmonary arterial pressure berkisar endothelium-derived relaxing factor (EDRF),
12-16 mmHg. Berdasarkan konsensus hipertensi memegang peranan utama di dalam modulasi
pulmonal didapatkan ketika MPAP > 25 mmHg tonus vaskular pulmonal. Selain menjadi vasodilator,
pada saat istirahat atau 30 mmHg pada saat latihan. NO berperan sebagai bronkodilator, substansi
Berdasarkan definisi, hipertensi pulmonal dianggap neurotransmitter, antikoagulan, anti proliferasi dan
ringan ketika MPAP 26-35 mmHg, sedang 36-45 antimikrobial dan menghambat agregrasi trombosit.
mmHg dan berat ketika > 45 mmHg.3 Pelepasan NO secara terus menerus dari endothel

35
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 3 Nomor 2, Maret 2016

pulmonal menentukan resistensi pembuluh darah dapat menekan secara mekanik pembuluh darah
pulmonal yang rendah. Prostacyclin (PGI2), sebuah ekstraalveolar dan menurunkan CO), penggunaan
produk dari metabolisme siklooksigenasi dari asam nitric oxide untuk menurunkan PVR akut,
arakhidonat, adalah vasodilator kuat dan inhibitor pertimbangkan pemberian prostanoid (iloprost)
agregasi trombosit. 3 inhalasi, pemberian magnesium sulfate intravena
Pada pasien ini didapatkan hipertensi arteri (dapat menurunkan PVR secara temporer). Target
pulmonalis berat dengan reaktif oksigen test. hemodinamik umum pada pasien dengan PAH
Pasien PAH adalah kandidat operasi resiko tinggi. adalah menghindari peningkatan PVR dengan
Penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan cara mencegah hipoksemia, hiperkarbia dan nyeri.
angka mortalitas operasi yang cukup tinggi, yaitu Berikan suplementasi oksigen terus menerus,
berkisar 4% sampai 24% tergantung pada keparahan pertahankan SVR (penurunan SVR tiba-tiba akan
penyakit dan prosedur operasi. Resiko operasi dan menurunkan CO karena fixed PVR), hindari depresi
anestesi harus jelas sebelum operasi, terutama pada miokard, pertahankan kontraktilitas miokard.10
kasus elektif.8 Manajemen post operasi meliputi manajemen
Perburukan akut sangat mungkin terjadi karena nyeri, aritmia dan pertimbangan volume. Pasien
adanya gagal jantung kanan, menyebabkan turunnya dengan lesi paliatif sering memiliki beberapa derajat
aliran darah pulmonal sehingga menyebabkan shunt residual. Kemampuan jantung secara umum
hipoksia yang selanjutnya meningkatkan resistensi tergantung pada derajat tingginya PVR. Pada pasien
vaskular paru (PVR). Peningkatan PVR menyebabkan ini manajemen ventilasi adalah krusial, karena post
peningkatan ketegangan ventrikel kanan. Hal operasi terjadi hiperkarbia dengan pCO2 76. Dengan
ini menginisiasi kejadian rantai hemodinamik adanya hiperkarbia ini management ventilasi
katastropik dimana penurunan stroke volume meliputi peningkatan frekuensi nafas dan volume
ventrikel kanan menurunkan output ventrikel tidal, dan diharapkan pasien menjadi normokarbia.
kiri dan aliran darah koroner ke kedua ventrikel. Terapi harus dilakukan untuk meminimalkan
Kegagalan ventrikel kanan yang sudah ada tidak gangguan ventilasi, karena hiperkarbia akan
mampu mengatasi hal ini, selanjutnya terjadi cardiac meningkatkan PVR dan berpotensi memperparah
arrest. Spiral kematian ini selalu potensial untuk sianosis dan meningkatkan kemungkinan gagal
terjadi pada pasien PAH, sehingga dokter anestesi ventrikel. Pada pasien dengan resiko tinggi aritmia,
harus memperhatikan dan mencegah hal ini.6,7,8 monitoring EKG perioperatif sangat penting untuk
Terapi gagal jantung kanan seharusnya fokus dilakukan. Pada pasien ini perlu dipertimbangkan
pada penurunan PVR, dimana penggunaan agen pemasangan pacemaker.10
inotropik stimulasi beta seperti dobutamine dan Pasien ACHD memiliki margin yang sempit
atau/phospodiesterase-inhibitor seperti milrinone di dalam manajemen cairan. Pada pemberian
memberikan support inotropik dengan penurunan cairan yang berlebihan akan dapat dengan mudah
PVR sedang (dan SVR). Pertimbangkan penggunaan menyebabkan gagal jantung sedangkan pada
vasopressor seperti norepinephrine pada keadaan keadaan kurangnya cairan maka dapat terjadi
hipotensi sistemik untuk meningkatkan tekanan penurunan cardiac output yang bermakna. Belum
perfusi koroner. Pada beberapa keadaan, intra- ada strategi volume yang ideal tetapi manajemen
aortic balloon pump (IABP) dapat digunakan untuk harus dimonitor secara ketat untuk tiap status
meningkatkan tekanan perfusi koroner, yang akan fisiologi pasien. Monitoring kecukupan cairan dapat
mensupport ventrikel kanan.8 dilakukan degan TEE dan monitoring urine output.10
Modalitas terapi untuk menurunkan PVR secara Terdapat 4 kelompok obat yang tersedia untuk
akut adalah pertimbangkan hiperventilasi moderate terapi hipertensi : prostanoids (epoprostenol,
(PaCO2 25-30 mmHg) dengan pemberian oksigen treprostinil, iloprost), endothelin blocker (bosentan,
100%, penggunaan ventilasi tekanan rendah jika ambrisentan), phosphosdiesterase inhibitor
memungkinkan (tekanan intrathorakal yang tinggi (sildenafil) dan calcium channel blocker.3

36
Penanganan Perioperatif Pasien dengan Atrial Septal Defect

Epoprostenol, obat pertama yang diterima oleh


FDA untuk manajemen hipertensi arteri pulmonal,
adalah vasodilator short acting dan antiproliferatif
yang poten. Diberikan dengan infus intravena yang
konstan. Epoprostenol disimpan sebagai bubuk
kering, dilarutkan dengan pelarut steril dan diberikan
secara continuous melalui infus pump. Efek samping
yang paling sering ditemukan adalah flushing, diare,
sakit kepala, arthargia, takikardi dan nyeri pada
rahang. Dosis tinggi dapat menyebabkan hipotensi
dan gagal jantung dan karena epoprostenol adalah
vasodilator yang poten, penggunaan pada pasien
dengan penyakit jantung koroner dapat terjadi
Keseimbangan cairan sangat penting,
steal phenomenon dan iskemia miokard. Penurunan
karena hipovolemia dapat mempresipitasi
dosis atau penghentian secara tiba-tiba dapat
hipotensi sistemik. Cardiac output yang rendah
menyebabkan rebound pulmonary hypertension
dihubungkan dengan pengisian ventrikel inadekuat
atau bahkan kematian mendadak.3
selama diastolik. Sedangkan hipervolemia
Treprostinil adalah analog prostacyclin yang
dapat memperburuk performance jantung
stabil yang diterima oleh FDA untuk pemberian
yang dihubungkan dengan prinsip ventricular
subkutan secara terus menerus, meskipun dapat
interdependence. Dengan alasan ini, pemberian
diberikan sebagai infus intravena terus menerus
bolus cairan kristaloid 250-500 cc diikuti dengan
atau dengan inhalasi. Keuntungan treprostinil
penilaian kembali lebih direkomendasihan daripada
adalah waktu paruh yang panjang dibandingkan
pemberian jumlah besar sekaligus. Jika bolus cairan
epoprostenol (55-117 menit vs < 5 menit), stabil
memperbaiki cardiac output dan tekanan darah
di dalam suhu ruangan dan kemampuan untuk
diberikan sebagai infus subkutan. Komplikasi yang sistemik, bolus selanjutnya diberikan sampai titik
membatasi penggunan trepostinil adalah nyeri pada akhir tercapai, seperti target perfusi atau adanya
tempat pemberian (eritem dan indurasi).3 efek samping.5,6
Iloprost, analog prostacyclin memiliki waktu
paruh kira-kira 30 menit dan diterima untuk terapi Tabel 1. Prinsip dasar penatalaksanaan
hipertensi pulmonal
inhalasi. Rute inhalasi secara teori memberikan
keuntungan berupa efek samping sistemik yang Optimalkan keseimbangan cairan
minimal dan pemberian obat ke regio paru yang Hindari cairan berlebihan pada pasien dengan
terventilasi dengan baik, meminimalkan ventilasi- vena cava inferior dan ventrikel kanan yang
distended
perfusi mismatch pada pasien dengan penyakit
Optimalkan status metabolik
paru parenkim. Pemberian iloprost membutuhkan Koreksi asidosis, hipoksemia, anemia
5-10 menit melalui alat nebulizer khusus dan harus Terapi gagal nafas
diberikan 6-9 kali perhari.3 Intubasi
Manajemen hipertensi pulmonal postoperasi Lung protective ventilation strategy (volume
tidal 6 cc/kg, plateau pressure < 30 cmH2O)
tergantung pada keparahan dan hasil dari evaluasi
Optimalkan oksigenasi
yang cermat. Jika pasien mengalami hipertensi
Pertahankan tekanan perfusi sistemik
pulmonal ringan-sedang, hal yang harus dijaga Tekanan darah sistemik rata-rata > tekanan
meliputi fungsi ventrikel kanan, stabilitas klinis, arteri pulmonal rata-rata
status cairan, tekanan pengisian ventrikel kiri dan Pressor jika diperlukan
tekanan darah. Sementara sindrom jantung kanan Optimalkan cardiac output
Gunakan inotropik untuk mempertahankan
adalah keadaan darurat yang membutuhkan terapi
cardiac index > 2 L/min/m2
agresif.6

37
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 3 Nomor 2, Maret 2016

Turunkan afterload ventrikel kanan Patofisiologi dari hipertensi pulmonal akut pada
Hindari vasodilator sistemik periode postoperasi termasuk konsekuensi fisiologis
Gunakan vasodilator pulmonal : vasodilator dari overload tekanan ventrikel kanan dan disfungsi
inhalasi mempunyai efek samping yang lebih
ventrikel. Dengan disfungsi ventrikel kanan yang
rendah pada tekanan darah sistemik ataupun
progresif, terjadi penurunan aliran darah pulmonal
oksigenasi
Pertimbangkan kombinasi dan peningkatan tekanan dan volume ventrikel
kanan. Sebagai hasil dari peningkatan tekanan
Terjadinya hipertensi pulmonal postoperasi ventrikel kanan, septum interventrikular bergeser ke
dapat diprediksi pada beberapa tipe operasi misalnya arah ventrikel kiri. Hal ini mempengaruhi compliance
koreksi shunt jantung kiri-kanan kongenital atau ventrikel kiri, menyebabkan peningkatan tekanan
penyakit katup mitral. Pasien dengan hipertensi akhir diastolik ventrikel kiri, tekanan atrium kiri
pulmonal preoperasi membutuhkan evaluasi dan penurunan venous return pulmonal yang
preoperasi dengan hati-hati untuk meyakinkan akan berkontribusi terhadap penurunan preload
bahwa operasi tidak membuat tekanan arteri dan cardiac output ventrikel kiri. Hal ini akan
pulmonal semakin naik.6 menyebabkan krisis hipertensi pulmonal, yang
Pasien dengan resiko hipertensi pulmonal mana bila tidak diterapi dengan cepat dapat terjadi
post operasi dapat diidentifikasi preoperasi, keadaan yang mengancam nyawa.4
didasarkan pada penyakit jantungnya dan dapat Monitoring kardiopulmonal adalah perawatan
dikelompokkan ke dalam 4 kategori berdasarkan utama, yang memampukan klinisi untuk melakukan
pada mekanisme yang bertanggung jawab terhadap intervensi berdasarkan waktu dan memonitor efek
hipertensi pulmonal yaitu peningkatan resistensi dari intervensi. Hipotensi dan takikardi adalah tanda
vaskular paru, peningkatan aliran darah pulmonal awal peningkatan PAP dan intervensi segera untuk
dengan resistensi vaskular paru normal, kombinasi mencegah iskemia dari ventrikel kanan sekunder
peningkatan resistensi vaskular pulmonal dan terhadap terganggunya aliran darah arteri koroner.
peningkatan aliran darah dan peningkatan tekanan
Bradikardi yang menyebabkan penurunan cardiac
vena pulmonal4
output segera adalah tanda dari krisis hipertensi
Strategi terapi seharusnya berfokus pada
pulmonal dan impending cardiac arrest. Saturasi
penyebab yang mendasari dan seharusnya dievaluasi
oksigen arteri masih didalam kisaran normal selama
ulang secara terus menerus, tidak hanya dari titik
krisis hipertensi pulmonal kecuali jika didapatkan
awal dari PAP absolut tetapi juga efek pada sirkulasi
shunting intrakardiak dimana penurunan saturasi
secara keseluruhan dan perfusi sitemik. Selain terapi
oksigen arteri merupakan tanda awal peningkatan
khusus pada PAP atau target PAP, hubungan PAP
PAP secara akut.4
dengan tekanan arteri sistemik dan fungsi ventrikel
End-tidal CO2 monitoring adalah standard
kanan harus dipertimbangkan.4
perawatan pada pasien yang terventilasi mekanik dan
Beberapa faktor tambahan terhadap CPB
peningkatan di dalam gradien arterial end tidal CO2
berkontribusi terhadap peningkatan PVR dan harus
dipertimbangkan ketika melakukan manajemen adalah indikasi penurunan aliran darah pulmonal.
hipertensi pulmonal post operasi. CPB menyebabkan Monitoring tekanan atrium kanan menyebabkan
trauma endothelial termasuk pembuluh darah penilaian tekanan pengisian dan fungsi RV secara
pulmonal dan menyebabkan peningkatan sementara continuous dan juga penilaian delivery oxygen yang
dari PVR. Faktor yang berkontribusi termasuk adekuat dengan mengukur saturasi oksigen vena
terganggunya produksi nitric oxide, peningkatan sentral. Kateter atrium kiri berguna untuk menilai
pelepasan endothelin, respon inflamasi terhadap interaksi interventrikular dan perubahan compliance
CPB, dan lepasnya substansi vasoaktif seperti ventrikel kiri. Kateter arteri pulmonal memberikan
tromboxane, mikroemboli, leukosequestration penilaian hipertensi pulmonal yang lebih nyata dan
dan hypoxic pulmonary vasoconstriction yang respon terhadap beberapa terapi pada periode
menyebabkan edema alveolar dan atelektasis.4 perioperatif. Ekokardiografi berguna di dalam terapi

38
Penanganan Perioperatif Pasien dengan Atrial Septal Defect

hipertensi pulmonal. Penemuan ekokardiografi Sehingga penting untuk menggunakan tekanan


mengindikasikan keparahan hipertensi pulmonal end-expiratory adekuat untuk mengoptimalkan
dan respon terapi termasuk estimasi tekanan kapasitas residu fungsional, memperbaiki oksigenasi
sistolik ventrikel kanan berdasar pada kecepatan dan menurunkan PVR. Pada volume paru yang besar,
jet regurgitasi trikuspid, jumlah regurgitasi trikuspid, karena tekanan end-expiratory yang berlebihan
posisi septum interventrikular dan volume ventrikel atau volume tidal yang besar meningkatkan PVR
kiri, aliran melewati patent ductus arteriosus atau dengan menekan pembuluh darah interalveolar.
defek septum dan volume serta fungsi ventrikel Hal ini penting untuk diingat bahwa penggunaan
kanan.4 volume tidak yang besar berkontribusi terhadap
Beberapa faktor mempengaruhi tonus otot trauma paru. Volume tidal yang besar menyebabkan
polos vaskular dan akhirnya PVR. Penting untuk stres pada septa alveolar, menyebabkan disrupsi
mengenali beberapa perawatan post operasi yang kapiler alveolar dan peningkatan cairan paru
dapat meningkatkan PVR. Memberikan sedasi dan ekstravaskular. Hal ini menyebabkan resistensi
analgesi adekuat untuk prosedur yang stressful jalan nafas meningkat, pada saat yang bersamaan
atau prosedur yang menyebabkan nyeri seperti terjadi compliance paru yang menurun, keduanya
suction ET, hal ini penting untuk meminimalkan berkontribusi terhadap peningkatan PVR. Tujuan
peningkatan PVR akut dan dihubungkan dengan ventilasi mekanik adalah mengoptimalkan
penurunan PVR pada periode post operasi. Jika PAP pertukaran gas tetapi harus mempertimbangkan
labil dan dihubungkan dengan penurunan cardiac potensi interaksi kardiopulmonal.4
output, khususnya jika kontrol ventilasi mekanik Penggunaan iNO untuk terapi hipertensi
diperlukan untuk mempertahankan kontrol PAP, pulmonal setelah operasi jantung didokumentasikan
diperlukan pula muscle relaxant.4 pada beberapa populasi. iNO menurunkan hipertensi
Karena arteri pulmonal akan mengalami pulmonal setelah operasi jantung. Respon terhadap
konstriksi arteri dengan adanya hipoksia alveolar, iNO dapat bervariasi dan tidak dapat diprediksi
menghindari PO2 alveolar rendah dengan pemberian dan obat ini harus digunakan indiscriminately.
suplementasi oksigen akan berguna. Asidosis juga Pasien dengan peningkatan PVR yang tetap,
menyebabkan vasokonstriksi pulmonal, dimana dengan penyebab baik abnormalitas anatomikal
alkalosis menyebabkan vasodilatasi pulmonal. pH maupun struktural dari pembuluh darah pulmonal
serum sendiri (kebalikan dengan PaCO2) adalah menunjukkan respon minimal terhadap iNO.4
faktor predominan yang mempengaruhi tonus Perhatian seharusnya juga dihubungkan
vaskular karena membuat alkalosis dengan infus dengan mendukung fungsi dan output ventrikel
larutan basa (seperti NaHCO3) efektif menurunkan kanan. Milrinone, dipamine (<10 μg/kg/menit), atau
PaCO2 untuk memproduksi alkalosis respiratori.4 dosis rendah epinephrine (0,02–0,2 μg/kg/menit)
Perubahan ventilasi mekanik dan tekanan digunakan untuk meningkatkan cardiac output.
positif mempengaruhi hemodinamik secara Jika pasien mengalami hipotensi menskipun sudah
bermakna setelah operasi jantung. Ventilasi tekanan diberikan infus inotropik, vasopressor dapat berguna
positif mempengaruhi fungsi kardiovaskular untuk mempertahankan tekanan diastolik sistemik
dengan mempengaruhi tekanan intrathorakal dan dan perfusi koroner, sehingga fungsi sistolik tetap
volume paru. Peningkatan tekanan intrathorakal terjaga. Seperti disebutkan, iskemia ventrikel kanan
mempengaruhi tekanan atrium kanan dan adalah resiko yang perlu dipertimbangkan karena
menurunkan gradien tekanan yang mempengaruhi peningkatan stress pada dinding ventrikel dan
venous return. Hal ini penting untuk mengoptimalkan afterload akan menyebabkan hipertensi pulmonal.4
volume paru karena PVR meningkatkan volume Optimalisasi preload ventrikel kanan
paru. Pada volume paru yang rendah, alveolar memperbaiki cardiac output. Peningkatan tekanan
akan kolaps dan menyebabkan hypoxic pulmonary atrium kanan dibutuhkan untuk mempertahankan
vasoconstriction dari pembuluh darah extra-alveolar. pengisian ventrikel kanan yang adekuat pada

39
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 3 Nomor 2, Maret 2016

adanya peningkatan afterload; namun begitu 88:485–487


loading volume yang berlebihan akan meningkatkan 2. Lovell, A.T, 2004, Anesthetic implication
volume dan tekanan ventrikel kanan lebih lanjut dan of grown-up congenital heart disease, Br J.
mendesak septum interventrikel ke ventrikel kiri. Anaesth, 93; 129-39
Jika hal ini terjadi, pengisian ventrikel kiri terhambat 3. Jeremies, A., Brown, D.L., 2010, Pulmonary
dan selanjutnya terjadi penurunan cardiac output.4 Hypertension, Cardiac Intensive Care, Saunders,
Weaning dari ventilasi mekanik merupakan 2nd edition,
proses yang perlahan-lahan, membutuhkan 4. Mary B. Taylor, MD; Peter C. Laussen, MBBS,
penilaian fungsi ventrikel kanan dan cardiac 2010, Fundamentals of Management of Acute
output yang terus menerus. Hal ini penting untuk Postoperative Pulmonary Hypertension, Pediatr
mensupport hemodinamik secara terus menerus Crit Care Med ;11(2):S27-S29.
termasuk terapi vasodilator pulmonal, pada saat 5. Gatzoulis MA, Freeman MA, Siu SC, Webb GD,
yang bersamaan dengan weaning dari ventilator. Harris L, 1999, Atrial arrhytmia after surgical
Ekstubasi seharusnya dilakukan oleh dokter yang closure of atrial septal defects in adults, The
berpengalaman untuk kemungkinan terjadinya New England Journal of Medicine, 340 : 839-46
dekompensasi mendadak.4 6. Hill, NS, Roberts KR, Preston IR, 2009,
Postoperative Pulmonary Hypertension
KESIMPULAN DAN SARAN : Etiology and Treatment of a Dangerous
Manajemen anestesi pada pasien dewasa Complication, Respiratory Care, 54 (7) : 958-968
dengan ASD, meliputi pemeriksaan preoperasi yang 7. Kalarickal, PL., Bent ST,Yarborough MJ, Mathew
teliti dengan kelainan lain yang mendasari (seperti KA, Fox C, 2011, Perioperative Management
hipertensi pulmonal, gagal ventrikel kiri maupun of Pulmonary Hypertension, Pulmonary
kanan), manajemen anestesi yang baik dengan tidak Hypertension-From Bench Research to Clinical
meningkatkan hipertensi pulmonal yang ada, dan Challenges, Vol 12, 247 (63); 1-16
manajemen post operasi. 8. Dezube R, Housten T, Mathal SC, 2013,
Pengetahuan mengenai patofisiologi hipertensi Postoperative care of the patient with
pulmonal akan menentukan terapi hipertensi Pulmonary Hypertension, Advances in
pulmonal. Monitoring yang tepat juga akan Pulmonary Hypertension, Vol 12, Number 1 (1-7)
menentukan keberhasilan terapi. 9. Webb, G, Gatzoulis MA, Atrial Septal Defect
in the Adults, Recent Progress & Overview,
DAFTAR PUSTAKA Circulation, 114; 1645-1653
1. S Ghosh, S Chatterjee, E Black, R K Firmin, 2002, 10. Sommer RJ, Hijazi, ZM, Rhodes JF, 2008,
Surgical closure of atrial septal defects in adults: Pathophysiology of congenital heart disease
effect of age at operation on outcome, Heart ; in the Adult, Circulation, 117; 1090-1099

40

Anda mungkin juga menyukai