Anda di halaman 1dari 22

*

Karakter Bangsa

(Krisis Kebangsaan; Intoleransi; Hoax Ujaran Kebencian)

JUDUL:

Disusun Oleh :

PendidikanKewarganegaraan/Pancasila
Kelas: Soedirman; Hari: Senin Pukul: 11.00-12.40 WIB
Kelompok 13

No. Nama NIM TTD


1 Anton Rifai 131911133067
2 Ananda Amalia Ramadhani 131911133060
3 Ayu Shania 131911133064
4 Nurul April Liyani 131911133057
5 Finikmatur Roudho 131911133074

Universitas Airlangga
Mata Kuliah Umum Universitas (MKWU) Terintegrasi
Tahun 2019
*

PernyataanPenyusun:
Kami selaku penyusun karya (Poster/Video,dll) dengan Judul:…..Ini menyatakan
bahwa:
1. Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap seluruh konten dalam karya
(Poster/Video,dll).
2. Seluruh konten dalam karya (Poster/Vedio<dll) ini, hanya ditujukan dalam upaya
untuk mengembangkan pengetahuan, keilmuan dan keterampilan.
3. Seluruh konten dalam karya (Poster/Video/Dll) ini, tidak bermaksud mengolah isu-
isu yang tendensius, memihak, atau Segala hal yang berjutuan untuk menyinggung
pihak lain, melainkan hanya ditujukan sebagai media open access untuk pendidikan
dan keilmuan bagi kemajuan peradaban manusia, khususnya pada apa saja yang
terkait dengan studi tentang Pendidikan Kewarganegaraan/Pancasila.

Surabaya,…..Desember 2019

PendidikanKewarganegaraan/Pancasila
Kelas: Soedirman; Hari: Senin Pukul: 11.00-12.40 WIB
Kelompok 13

No. Nama NIM TTD


1 Anton Rifai 131911133067
2 Ananda Amalia Ramadhani 131911133060
3 Ayu Shania 131911133064
4 Nurul April Liyani 131911133057
5 Finikmatur Roudho 131911133074
*

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................


DAFTAR ISI .....................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................
1.2 Manfaat Kegiatan ...............................................................................................................
1.3 Bentuk Kegiatan .................................................................................................................
1.4 Landasan Teoritik...............................................................................................................
BAB II GAMBARAN UMUM KEGIATAN DAN HASIL
2.1 Pelaksanaan Kegiatan.........................................................................................................
2.2 Dampak atau Target Positif................................................................................................
2.3 Biaya Kegiatan ...................................................................................................................
2.4 Respons Masyarakat atau Foto Pendukung........................................................................
2.5 Bukti Upload Youtube .......................................................................................................
2.6 Poster .................................................................................................................................
2.7 Hasil atau Pelajaran yang Diperoleh ..................................................................................
2.8 Kendala atau Hambatan Pelaksanaan.................................................................................
2.9 Strategi Teknis Penyelesaian .............................................................................................
2.10 Hal yang belum Terselesaikan ...........................................................................................
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................
3.2 Saran ...................................................................................................................................
LAMPIRAN
*
*

BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Baru-baru ini di Papua, ujung timur Indonesia, terjadi protes besar di sana.
Konflik ini dipicu oleh perlakuan rasis aparat keamanan dan anggota masyarakat
terhadap mahasiswa Papua di Jawa. Perlakuan rasis juga dialami banyak orang Papua
lainnya, hal ini sudah mengakar dalam budaya dan sejarah Indonesia. Bentuk
perlakuannya berbeda-beda, ada yang berbentuk kekerasan, ada yang tidak kentara.

Maka karena itu, tercoreng lah muka Indonesia dikancah dunia, dari Forum
Kepulauan Pasifik hingga Majelis Umum PBB. Pada 17 Agustus 2019, kepolisian
menahan 43 mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur, dengan tuduhan melecehkan
bendera Indonesia saat perayaan Hari Kemerdekaan. Polisi meneriaki mereka dengan
makian rasis, menyerbu asrama, dan menggunakan gas air mata untuk memaksa
mereka keluar.

Rasisme justru meningkat karena orang Indonesia tidak membicarakan apa itu
rasisme, seperti apa bentuknya, dan apa akibatnya. Mereka beranggapan masyarakat
Papua biang masalah dan aktivis politik yang diam-diam mendukung separatisme,
khususnya Organisasi Papua Merdeka (OPM). Oleh karena itu, mereka harus
memantau, mengawasi, dan menggerebek asrama-asrama ini.

Coba kita lihat dalam ideologi keseharian di Indonesia. Apakah ada suku tertentu
yang diakui karena kecantikannya? Kemampuan bisnis? Kemampuan artistik?
Kecakapan fisik? Apakah perempuan dari suku tertentu dianggap sebagai calon istri
yang lebih baik dibandingkan perempuan dari suku lain? Apakah ada suku tertentu
yang dianggap lebih keras kepala, lebih patuh, lebih disiplin, lebih emosional, lebih
bisa kerja keras, atau lebih menarik? Indonesia memiliki banyak gagasan semacam
itu, beberapa di antaranya sudah ada sejak era kolonial Belanda.
*

Langkah yang sudah ditempuh pemerintah untuk mengurangi adanya rasa


intoleransi di kalangan rakyat papua adalah dengan program afirmasi. Langkah ini
dianggap sebagai awal untuk mewujudkan Papua menjadi daerah yang sama majunya
dengan daerah lain di Indonesia. Apabila keadaan penduduk Papua yang sudah lebih
maju, maka tidak aka nada rasa kecemburuan dengan daerah lain di Indonesia.
Dengan begitu, konflik-konflik yang sering terjadi akan mulai hilang. Maka dari itu
apabila tiap daerah di Indonesia sudah memahami dan saling mengerti keadaan
daerah lainnya, maka nilai toleransi akan terbangun di kalangan masyarakatnya.

b. Alasan Mengangkat Tema Itu


Alasan kami mengangkat tema ini adalah :
A. Maraknya masalah intoleransi di Indonesia. Dengan begitu kami ingin
mencoba memberikan solusi terhadap masalah tersebut agar bangsa Indonesia
terbebas dari masalah intoleransi.
B. Masalah ini memberikan stigma buruk masyarakat terhadap Papua. Disini
kami ingin mematahkan dan mengurangi stigma buruk masyarakat umum
terhadap Papua yang selama ini berkembang. Juga mengajarkan kepada
masyarakat umum agar terhindar dari sikap intoleransi.
C. Indonesia merupakan negara yang penuh dengan keragaman agama, suku, dan
budaya. Dengan kita memberikan informasi tentang buruknya sikap
intoleransi maka kita dapat mempersatukan perbedaan diantara kita dan perlu
adanya usaha yang maksimal yakni dengan bertoleransi terhadap sesama
manusia agar kita hidup dalam keharmonisan.

c. Manfaat Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan untuk mematahkan dan mengurangi stigma buruk
masyarakat umum terhadap Papua yang selama ini berkembang.
*

d. Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan yang kami ambil adalah demonstrasi dengan poster. Karena
menurut kami poster sangat mudah diterima oleh masyarakat. Penyebarannya mudah
dapat melalui media social, ditempel di dinding, madding atau permukaan datar
lainnya yang dapat dilihat oleh masyarakat. Selain itu poster sangat mudah dibuat,
lebih efisien, efektif, dan terjangkau.

e. Landasan Teoritik (Ilmiah) Projek


Konflik Papua merupakan jenis konflik yang telah berkembang dengan dinamika
yang sangat kompleks. Dalam sejumlah penelitian dan tulisan yang membahas
tentang konflik Papua, seperti penelitian Tim LIPI (2009) menyebut empat penyebab
konflik di Papua. “Pertama”, konflik di Papua berkaitan dengan sejarah integrasi
Papua ke wilayah NKRI dan identitas politik orang Papua. Ada perbedaan tajam
tentang konstruksi identitas Papua yang sepesifik dan diklaim telah hadir sebagai
bangsa yang bebas sejak era kolonial Belanda. Sebagaimana pendapat Chauvel
(2005) bahwa ke-Papuaan merupakan identitas politik yang dibentuk oleh
pengalaman pada masa kolonial dan dikonstruksi sebagai anti-thesis dari ke-
Indonesiaan. Hal ini melahirkan “nasionalisme Papua” yang dibentuk oleh akumulasi
kekecewaan sejarah, diksriminasi politik selama masa intrgerasi dengan Indonesia,
pembangunan ekonomi yang tidak adil hingga proses migrasi yang melahirkan
perasaan marginalisasi di kalangan orang Papua. “Kedua”, konflik Papua
direproduksi oleh kekerasan politik dan pelanggaran HAM yang terjadi secara
sitematis selama kurun waktu kekuasaan Orde Baru. Rezim Orde Baru menggunakan
kekuatan represif untuk membungkam para pengkritik negara, dan menangkap para
aktor-aktor utama. Sedangkan kekuatan separatis bersenjata seperti Organisasi Papua
Merdeka (OPM) dihadapi dengan kekuatan militer yang menimbulkan korban jiwa
dan kekerasan sosial yang luas. Publikasi penelitian LIPI yang dipimpin Muridan S.
Widjoyo (2005), mengidentifikasi kekerasan dan pelanggaran HAM di Papua secara
lebih detail dalam beberapa bentuk: (1) kekerasan terhadap individu, (2) kekerasan
terhadap masyarakat pada suatu daerah, (3) kekerasan psikologis, (4) kegiatan bisnis
*

yang berpeluang melanggar HAM, (5) kekerasan struktural yakni kebijakan Negara
yang berpeluang melanggar HAM. Hingga saat ini aspirasi rakyat Papua agar
kekerasan politik dan pelanggaran HAM selama masa kekausaan Orde Baru dibuka
kembali untuk diadili, tampaknya belum membuahkan hasil karena negara masih
sangan dominan. “Ketiga”, konflik Papua juga merupakan cermin yang terang dari
kegagalan pembangunan di Papua, dimana terjadi disparitas pembangunan Papua
dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Pemberian Otonomi Khusus untuk Papua
pada tahun 2001, yang diikuti dengan pemberian sejumlah kewenangan politik dan
budaya serta alokasi dana Otsus yang bernilai Triliunan Rupiah, sejauh ini belum
menyelesaikan masalah. Bahkan secara kuantitatif justru meningkatkan angka
kemiskinan dan kesenjangan sosial di sebagaian besar wilayah Papua. Mayoritas
orang Papua masih hidup dalam jerat kemiskinan yang ekstrim. Data BPS tahun 2011
menunjukkan fakta bahwa angka kemiskinan di Papua dan Papua Barat adalah yang
tertinggi di Indonesia atau mencapai 38,8 % untuk Papua dan 34,68% untuk Papua
Barat. Sementara itu mayoritas penduduk Papua yang mendiami desa dan pedalaman
adalah penduduk miskin, mereka terpinggirkan dari proses pembangunan3 . Suatu
kondisi yang sangat ironis karena mereka hidup di sebuah wilayah yang memiliki
kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Sementara itu mereka menyaksikan
masyarakat pendatang memiliki status sosial-ekonomi yang lebih baik dan menguasai
sumber daya ekonomi sehingga menimbulkan kecemburuan orang Papua (Heru
Nugroho, dkk., 2006:16-17).
Konflik-konflik berskala lokal yang berkaitan pengusiran kelompok
pendatang, perebutan tanah ulayat, pembakaran pasar dan lainnya, memperlihatkan
upaya orang Papua untuk menunjukkan kekuasaan dan kepemilikan mereka terhadap
sumber daya ekonomi di Papua. “Keempat”, konflik di Papua juga disebabkan oleh
diksriminasi dan marjinalisasi yang dialami orang-orang Papua dalam kurun waktu
yang cukup lama. 3 Laporan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(P2K), tahun 2011. Kebanyakan orang Papua sering memperoleh stigma-stigma yang
negatif; merendahkan dan diskriminatif. Mereka di-sterotipe sebagai masyarakat yang
bodoh, terbelakang, barbar dan sulit diajak berdialog. Kondisi ini menjadikan
*

kebanyakan orang Papua dilihat sebagai others, yakni sebagai entitas yang berbeda
dari kebanyakan suku bangsa di Indonesia (Nugroho, 2006). Sebagai bangsa
Melanesia, orang Papua memiliki identitas kultural yang spesifik, yakni berambut
kriting dan berkulit hitam legam. Hal ini mengakibatkan orang Papua melihat etnis
lainnya yang mendatangi Papua sebagai kelompok luar (out group) yang mencoba
menguasai Papua. Perasaan seperti ini sering melahirkan konflik dan ketegangan etnis
antara orang Papua dan masyarakat pendatang.
Berbagai upaya penegakan hukum untuk menjamin keamanan dan ketertiban
juga dilakukan secara tegas. Sejumlah tokoh masyarakat yang menuntut keadilan dan
menyuarakan aspirasi Papua Merdeka, ditangkap dan dipenjarakan dengan tuduhan
makar. Pemerintah juga mendorong pelaksanaan Otonomi Khusus (UU Otsus, 2001)
yang disertai sejumlah kewenangan politik budaya, serta ekonomi. Kebijakan ini
mendorong aliran dana yang cukup besar ke Papua sebagai konsekwensi dari
pembagian hasil-hasil eksplorasi sumber daya alam yang cukup besar di wilayah
Papua. Namun tampaknya, kebijakan pemerintah masih belum mampu
mengendalikan konflik secara komprehensif, sebab dinamika social dan politik
masyarakat Papua masih sering diliputi konflik dan kekerasan. Dalam satu dasawarsa
terakhir masih terjadi kekerasan politik, sosial dan ekonomi di hampir sebagian besar
wilayah Papua seperti di Wamena, Jayapura, Manokwari, Sorong dan lainnya.
*

BAB II
GAMBARAN UMUM KEGIATAN DAN HASIL

a. Uraian Pelaksanaan Kegiatan


Uraian pelaksanaannya :
1 Bentuk kegiatan : Sosialisasi atau demonstrasi
2 Hari pelaksanaan : Senin, 11 November 2019
3 Waktu pelaksanaan : 11.00 – 12.40
4 Tempat pelaksanaan : Kampus B Universitas Airlangga
5 Media : Poster dengan ukuran A4

b. Dampak (Target) Positifnya


Target positif yang ingin dicapai sebagai tolak ukur kesuksesan kegiatan ini
antara lain :
- Sikap saling menghargai terhadap orang-orang yang memiliki iman,
pemikiran, atau keturunan yang berbeda. Disini kalimat “Pembiaran ataupun
ketidakpedulian terhadap kejahatan, ketidakadilan, dan penindasan terhadap
mereka yang berbeda” dihilangkan.
- Meningkatnya wawasan dalam hal kehidupan berbangsa dan bernegara,
khususnya berkaitan dengan kebhinnekaan di Indonesia. Sehingga negara
Indonesia dipenuhi dengan perdamaian dan persatuan agar Indonesia menjadi
bangsa yang majemuk dan bangsa yang besar.
- Meningkatkan kebaikan dan cinta kasih dalam hidup berbangsa dan
bernegara.
- Menumbuhkan sikap kritis. Dimana sikap kritis yang dimaksud yaitu mampu
memahami, menganalisis, serta menjawab berbagai masalah yang dihadapi
masyarakat, bangsa, dan negara secara tepat, rasional, konsisten, berkelanjutan.
Serta menjadi warga negara yang tahu hak dan kewajibannya, menguasai iptek,
dapat menemukan jati dirinya, dan dapat mewujudkan kehidupan yang
demokratis, berkeadilan, dan berkemanusiaan.
*

- Meningkatkan sikap tenggang rasa.


- Berkurangnya stigma buruk masyarakat umum terhadap Papua yang selama
ini berkembang.

c. Biaya Kegiatan
Biaya kegiatan adalah pengeluaran yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok
yang bertujuan untuk dapat memperoleh lebih dari aktivitas yang dilakukan.
Untuk project ini tidak memakai biaya yang banyak. Berikut rincian biaya
kegiatan
No Rincian Harga

1 Print poster 5000

2 Print proposal 4000

d. Respon dari Masyarakat atau Foto Pendukung


Respon dari masyarakat belum dapat kami ketahui dengan jelas dikarenakan
kegiatan ini belum sepenuhnya terlaksana. Namun, kami berharap bahwa dengan
adanya kegiatan ini masyarakat dapat menunjukkan respon yang baik dan dapat
memberikan feedback yang baik pula berupa meningkatnya rasa saling
menghargai sesama warga negara Indonesia khususnya terhadap warga Papua.
Selain itu, kami juga berharap stigma buruk yang selama ini berkembang di
masyarakat mengenai Papua dapat dihilangkan.
e. Gambar Poster
*

Gambar poster diatas merupakan desain poster kelompok kami yang


beertemakan krisis keteladanan dengan judul “Guru Tidak Lagi Dihormati” yang
mengangkat isu mengenai kematian seorang guru seni di Sampang akibat pukulan
siswanya setelah dibangunkan saat kegiatan pembelajaran. Poster ini berisikan kasus-
kasus yang serupa mengenai perlakuan buruk siswa terhadap guru, dampak, latar
belakang, adap yang seharusnya dimiliki seorang siswa terhadap guru, dan tawaran
solusi agar kedepannya tidak terjadi hal serupa.
Dengan adanya poster ini diharapkan pesan dan pelajaran yang kami berikan
dapat tersampaikan kepada siapapun yang membacanya. Kami juga sangat
mengharapkan adanya kritikan dan saran positif atas poster tersebut agar projek ini
dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan.

f. Hasil/Pelajaran Positif yang Diperoleh


Dari tugas ini banyak pelajaran positif yang dapat kami ambil. Mengingat tema
yang kami ambil adalah intoleransi yang selama ini sangat marak terjadi di Indonesia.
Dengan adanya pengerjaan tugas ini, kami dapat lebih paham dan mengerti bahwa
sikap toleransi sangatlah penting untuk dijadikan pedoman dalam hidup berbangsa
*

dan bernegara. Tanpa sikap toleransi, dapat dipastikan bahwa akan sering terjadi
perselisihan yang dapat berujung pada perpecahan, sehingga kami berusaha untuk
membantu mencegah perpecahan tersebut dengan berupaya mengimplementasikan
rasa toleransi dalam kehidupan sehari-hari.

g. Kendala/Hambatan dalam Pelaksanaan


Sejauh ini kelompok kami belum menemukan kendala yang begitu signifikan
dikarenakan dalam pelaksanaan tugas anggota kelompok kami saling bekerja sama
untuk menyelesaikannya. Namun kendala yang kami khawatirkan adalah kurangnya
kesadaran masyarakat dalam hal edukasi sehingga mereka mengabaikan poster dan
sosialisasi yang kami buat.

h. Strategi - Teknik Penyelesaian Atas Kendala Tersebut


Strategi-teknik penyelesaian atas kendala tersebut adalah membuat demostrasi
dan sosialisasi yang lebih menarik lagi, misalnya dengan menambahkan video
mengenai kebudayaan dan keunggulan Papua atau dapat dilakukan dengan
memberikan penghargaan kepada audiens yang aktif saat mengikuti sosialisasi dan
demonstrasi.

i. Hal-hal yang Belum Dapat Terselesaikan


Hingga saat ini kami belum menemukan kesulitan yang begitu berarti. Kesulitan-
kesulitan kecil seperti kendala waktu pengerjaan yang berbenturan dengan tugas lain
dapat kami selesaikan dikarenakan anggota kelompok kami bekerja sama dengan baik
dalam menyelesaikan tugas ini.

j. Pada Bagian Apa Saja (Mengapa) Projek Itu Penting Menurut Anda
 Ananda Amalia Ramadhani
Menurut saya setiap proses dari pengerjaan project ini sangatlah penting,
mulai dari pemilihan tema, pembuatan proposal, pencarian materi, pembuatan
poster, pelaksanaan project, hingga penyusunan laporan. Dari serangkaian
*

kegiatan tersebut, banyak hal-hal yang harus kami perhatikan. Khususnya


pada pemilihan tema, pada bagian tersebut kami dituntut untuk memilih tema
yang benar-benar menjadi permasalahan inti di negara Indonesia. Agar minat
audiens terhadap masalah tersebut masih tinggi sehingga nantinya saat kami
mengadakan pelaksanaan project, audiens dapat menanggapi dengan baik.
Tidak kalah pentingnya dengan pemilihan tema, pelaksanaan/penyampaian
project kepada audiens juga merupakan bagian penting dari project ini.
Dikarenakan ini merupakan puncak dari pembuatan project, di mana kami
harus menyampaikan maksud dan tujuan pembuatan project kami dengan jelas
agar project yang kami buat dapat tepat sasaran dan sesuai dengan target.

 Nur Syarifah Addawiyah


Menurut saya, setiap proses dalam pembuatan project merupakan hal yang
penting karena dari segala proses itulah kita bisa mendapatkan hasil yang kita
inginkan. Proses pembuatan project ini dimulai dengan pembuatan proposal. Adanya
proposal ini merupakan dasar rencana project yang kita buat, disini kita akan
menjelaskan latar belakang kasus, alasan mengangkat tema tersebut, manfaat, media
yang dipakai dan rencana yang lain. Dengan adanya proposal ini kita mengetahui
secara jelas bagaimana project ini akan dilakukan selanjutnya, artinya dengan adanya
proposal tujuan project kita akan memiliki tujuan yang jelas kedepannya agar orang
yang menilai project kami mengerti orientasi kami untuk project ini. Kedua yaitu
dalam pembuatan media kami memilih poster, proses pembuatan poster ini harus
diperhatikan betul karena nantinya poster inilah yang akan di demonstrasikan kepada
masyarakat, pembuatan poster ini harus menarik agar pembaca nantinya akan mudah
mengerti tujuan pembuatan poster ini serta kata-kata yang digunakan pada poster ini
harus jelas dan mudah dimengerti oleh masyarakat. Yang terakhir yaitu saat
presentasi karya poster, disini kita sebagai pemateri harus menjelaskan secara jelas isi
dari poster, kita harus berusaha menjelaskan dan menggugah audiensi agar menyadari
bahwa saat ini Indonesia sedang mengalami krisis keteladanan agar nantinya kita
dapat bersama mengatasi krisis keteladanan di Indonesia.
*

 Chintya Dwi Putri Salsabila


Menurut saya, bagian projek yang terpenting adalah semua bagian dari projek
ini baik dari pembuatan proposal, desain produk ( poster), maupun pada saat
presentasi projek tersebut karena dari setiap bagian projek memiliki peran masing-
masing yang sangat penting sehingga projek yang kita buat dapat terselesaikan
dengan hasil yang memuaskan.
Pada pembuatan laporan project, sangat penting karena pada bagian ini
menyajikan latar belakang kegiatan tersebut, alasan mengapa penting permasalahan
tersebut diangkat, media produk yang kita gunakan hingga gambaran dan hasil
kegiatan dari projek sehingga menjadi dasar dan bahan dalam penentuan kegiatan-
kegiatan selanjutnya agar kegiatan tersebut dapat terencana dan berjalan sebagaimana
mestinya.
Pada pembuatan poster menjadi hal yang sangat penting karena di dalam
poster memuat penjelasan isi secara singkat dari masalah yang kita angkat tetapi
mudah untuk dipahami sehingga memberikan pemahaman tentang suatu informasi
masalah kepada banyak orang atau para audiens.Selain itu, poster juga berisi gambar
yang mengilustrasikan masalah tersebut sehingga pembaca dapat tertarik untuk
melihat dan membaca isi dari poster tersebut.
Pada saat presentasi menjadi hal yang sangat penting karena disini adalah
proses terakhir dari projek ini. Disini kita sebagai pemapar harus mampu
memaparkan hasil karya kita tentang bagaimana krisis keteladanan yang ada di
Indonesia saat ini dan menguraikan kronologi masalah tentang krisis keteladanan
kepada audiens secara jelas dan menyeluruh dengan kata-kata yang mudah dipahami
sehingga audiens dapat mengetahui dan memahaminya. Tujuannya adalah agar
masalah krisis keteladanan di Indonesia dapat teratasi dan tidak terulang kembali.
 Oryza Septina Adiningsih
Menurut saya, setiap kegiatan mulai dari pembuatan proposal hingga
presentasi hasil produk merupakan sesuatu hal yang penting. Dalam pembuatan
proposal, hal yang perlu diperhatikan adalah latar belakang dari masalah yang
diangkat, solusi yang ditawarkan, uraian kegiatan, dan biaya yang diperlukan. Semua
*

itu harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh karena proposal ini menjadi tujuan
bagaimana kegiatan selanjutnya dilaksanakan. Hasil yang baik berasal dari
perencanaan yang baik.
Pada pembuatan poster, ini menjadi bagian yang paling penting karena poster
menjadi media para pembaca mengetahui masalah tersebut. Poster yang baik dapat
memberikan informasi yang jelas tetapi disajikan dalam produk yang menarik. Poster
memuat informasi terkait latar belakang, dampak, serta solusi yang ditawarkan.
Pada saat presentasi, kegiatan ini penting karena presentasi menjadi akhir dari
penilaian. Dalam presentasi, kita harus memaparkan dengan jelas bagaimana keadaan
Indonesia yang tengah mengalami krisis ketauladanan. Kita harus bisa menumbuhkan
sikap kritis terhadap masalah tersebut sehingga bisa bersama-sama menghadirkan
solusi agar hal itu tidak terulang lagi.
 Alvianti Nuravifah
Bagian terpenting dari projek ini menurut saya adalah bagian awal, yaitu penetuan
tema, proses pengerjaan, dan presentasi. Penetuan tema penting karena kita harus
memilih tema yang sesuai dan dirasa sangat perlu untuk diangkat karena menyangkut
sikap dan moral generasi penerus bangsa. Proses pengerjaan juga penting karena kita
harus membuat dan menciptakan suatu produk dan media penyampaian kasus yang
kita angkat. Kita harus memilih produk yang efektif dan efisien baik dalam
pembuatannya maupun dalam membantu proses penyampaian pesannya. Selain itu
kita juga harus membuat produk semenarik mungkin agar perhatian orang lain dapat
tertuju pada produk kita. Yang terakhir yaitu pada saat presentasi. Disinilah kita harus
dengan pintar menyampaikan dan menjelaskan produk yang telah kita pilih agar
pesan dari kita dapat tersampaikan pada audiens.

k. Kontribusi - Konkrit Anda dalam Projek


 Ananda Amalia Ramadhani
Dalam pembuatan project ini, saya ikut berpartisipasi dan berkontribusi dalam
penyampaian/presentasi kepada audiens dan penyusunan materi laporan sesuai
dengan pembagian tugas yang telah dilakukan oleh kelompok kami.
*

 Nur Syarifah Addawiyah


Dalam pembuatan project ini saya berusaha dapat berkontribusi baik dalam
pembuatan prosposal, karya, maupun presentasi. Dalam pembuatan proposal saya
membantu untuk memberikan pendapat saya mengenai kondisi krisis keteladanan
yang ada di Indonesia saat ini serta memberikan pendapat tentang manfaat kegiatan,
dampak kegiatan dan kekurangan yang ada pada proposal didiskusikan bersama.
Serta dalam presentasi poster ini saya akan memberikan penjelasan kepada para
audiensi tentang pentingnya mengatasi krisis keteladanan di Indonesia karena bagian
inilah nantinya yang akan dapat menggugah masyarakat untuk menyadari bahwa saat
ini Indonesia sedang mengalamai krisis keteladanan.
 Chintya Dwi Putri Salsabila
Dalam pembuatan project ini, saya berkontribusi dalam mengusulkan tema
"Krisis Keteladanan" dengan memberikan ide kasus masalah yang kelompok saya
ambil pada kegiatan project ini. Selain itu, dalam pembuatan laporan project ini, saya
membantu dalam memberikan alasan betapa pentingnya masalah tersebut diangkat,
serta saat presentasi saya akan berusaha memberikan penjelasan dengan pemaparan
yang jelas dan kata-kata yang mudah untuk dipahami sehingga audiens dapat
mengerti isi dari poster tersebut.
 Oryza Septina Adiningsih
Dalam project ini, saya ikut berpartisipasi dalam memberikan pendapat
tentang tema yang diangkat. Selain itu, saya juga mendesain poster sesuai dengan
tema yang diangkat yaitu krisis keteladanan.
 Alvainti Nuravifah
Yang saya lakukan dalam membantu terlaksananya projek ini yaitu,
membantu dalam penyelesaian laporan projek ini sebagai landasan dalam
pelaksanaan projek yang kelompok kami akan lakukan. Selain itu saya juga akan
membantu kelompok saya dalam presentasi produk kami. Saya akan berusaha
semaksimal mungkin demi kelancaran dan terlaksananya projek kami.

l. Pembelajaran Positif yang Anda Dapatkan dari Projek Tersebut


*

 Ananda Amalia Ramadhani


Dalam pengerjaan project ini, banyak pelajaran positif yang dapat saya ambil.
Diantaranya adalah saling menghargai pendapat yang disampaikan oleh teman
kelompok, selain itu saya dapat belajar cara bekerja sama yang baik dalam
pembagian tugas. Tidak hanya itu, dalam penyusunan laporan saya dapat
belajar bagaimana cara untuk menyusun dan merangkai kalimat dengan baik
dan kritis. Dan puncaknya adalah saat presentasi/penyampaian project, pada
bagian ini saya dapat belajar bagaimana cara berkomunikasi dan berbicara di
depan umum dengan baik.
 Nur Syarifah Addawiyah
Dari project ini saya mendapatkan pembelajaran yang positif yaitu saya
menjadi sadar bahwa kasus krisis keteladanan di Indonesia sudah dalam kondisi
kritis. Artinya dengan melakukan project ini saya mendapat pembelajaran bahwa kita
sebagai generasi penerus bangsa di masa depan harus turut serta menuntaskan krisis
keteladanan di Indonesia. Di project ini kita dilatih untuk bekerja dengan baik sesama
anggota kelompok, artinya kita harus belajar menghargai dan mempadukan pendapat
satu sama lain yang berbeda, kita juga belajar membagi tugas agar dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Dengan adanya project ini kita belajar berbicara secara baik
agar dapat diterima oleh banyak orang, serta kita juga bersikap lebih peduli terhadap
permasalahan yang terjadi di Indonesia saat ini.
 Chintya Dwi Putri Salsabila
Dalam kegiatan project ini, saya mendapatkan pembelajaran positif bahwa
betapa pentingnya menghargai seorang guru yang memberikan ilmu kepada saya dan
sudah sepatutnya guru untuk diteladani dan dihormati bukan malah dianiaya hingga
meninggal dunia yang merupakan contoh dari kasus yang saya dan kelompok saya
angkat saat ini. Sungguh sangat miris krisis Keteladanan di Indonesia saat ini. Kita
sebagai mahasiswa yang juga berada dalam lingkup pendidikan sudah seharusnya
dapat berfikir dan bertindak dalam mengatasi permasalahan di Indonesia terutama
pada krisis keteladanan agar kejadian tersebut tidak terulang kembali.
*

Selain itu, pembelajaran positif dari kegiatan project ini adalah saya diajarkan
dalam berkelompok untuk saling bekerja sama, memiliki tanggung jawab atas
pembagian tugas yang telah dikoordinir sehingga tugas dapat terselesaikan dengan
baik, serta dapat memberikan pendapat atau pemikiran kita sehingga kita terbiasa
untuk berpikir kritis dalam memberikan solusi terhadap permasalahan yang muncul.
 Oryza Septina Adiningsih
Dalam projek ini, saya belajar tentang bagaimana seharusnya sikap murid
terhadap gurunya serta bagaimana seharusnya guru mendidik muridnya. Guru yang
telah memberikan ilmu kepada kita, sudah sepatutnya dihormati. Kita sebagai murid
harus bisa introspeksi diri serta menerima nasehat dari guru jika ada sesuatu yang
kurang baik dari kita. Seorang guru pun tentu harus tahu bagaimana memperlakukan
murid karena setiap murid memiliki karakter yang berbeda-beda.
Selain itu, dari projek ini saya belajar bagaimana bisa menjadi mahasiswa
yang aktif disetiap pembelajaran. Serta menghargai pendapat orang lain, bekerjasama,
serta bertanggung jawab atas tugas yang diberikan.
 Alvianti Nuravifah
1. Peka dan peduli dengan masalah yang terjadi di sekitar
Projek ini mengingatkan saya agar bisa lebih peka dan peduli dengan masalah yang
terjadi di sekitar kita. Pemuda Indonesia cenderung tidak peduli dengan masalah yang
terjadi disekelilingnya. Hal tersebut sepatutnya diubah karena jika bukan kita yang
peduli dengan bangsa kita maka siapa lagi. Sebagai pemuda Indonesia kita dituntut
kritis dalam menghadapi maslah-masalah bangsa. Termasuk juga dalam hal ini krisis
keteladanan yang sedang menimpa negeri ini.
2. Menjadikan isu dan kasus yang terjadi sebagai refleksi diri
Kasus dan isu yang sedang terjadi bisa kita jadikan sebagai refleksi diri agar bisa
menjadi manusia yang lebih baik lagi. Kita juga harus dapat mengambil hikmah di
setiap kasus yang terjadi. Jika semua orang berpikiran yang sama maka dapat
meminimalisir adanya kasus yang sama untuk terjadi lagi.
3. Dapat memaksimalkan peran mahasiswa
*

Sebagai mahasiswa maka kita berperan sebagai agent of change, artinya kita adalah
agen perubahan untuk membawa dan menjadikan bangsa ini menjadi lebih baik lagi
dalam segala aspek kehidupan. Kita dituntut untuk menyebarkan hal-hal positif agar
masalah-maslah seperti yang kita angkat tidak terjadi lagi.
Sebagai Agent of change selain berani mengkritisi masalah, kita juga harus
memberikan solusi yang efektif dan efisien demi memajukan bangsa. Buat apa
bangsa ini memiliki banyak pemuda jika tidak untuk memajukan bangsa dengan
menyelesaikan berbagai masalah yang ada.
*

BAB III
PENUTUP

a. Simpulan
Intoleransi adalah
Krisis keteladanan adalah masalah yang signifikan sehingga sangat perlu atau
wajib untuk segera diselesaikan. Meskipun untuk menjadikan seubuah teladan
membutuhkan waktu dan berbagai rintangan tapi kami yakin dengan solusi yang kami
tawarkan bisa membantu meringankan masalah krisis keteladanan di Indonesia.
Masalah keteladanan memang tergantung pada pribadi masing-masing dalam
melihatnya, sehingga dengan adanya project ini kita berharap bahwa masyarakat
mengerti bahwa keteladanan merupakan hal yang penting dan patut diperhatikan.

b. Saran
Dengan adanya krisis keteladanan di Indonesia yang semakin hari semakin
banyak masalah kami memberikan solusi kepada para pemerintah, civitas akademika,
orang tua, hingga pada individu masing-masing. Kami berharap program kami bisa
didukung secara maksimal tak hanya itu juga dilaksanakan atau dipraktikkan secara
berkelanjutan sehingga bisa menghantarkan Indoensia lebih beradab.
*

LAMPIRAN
Lampiran
1. Media social yang digunakan untuk penyebaran atau distribusi
produk/karya/project Karakter Bangsa.

No. Nama NIM Jangkauan


WA Line IG
1 Anton Rifai 131911133067
2 Ananda Amalia Ramadhani 131911133060
3 Ayu Shania 131911133064
4 Nurul April Liyani 131911133057
5 Finikmatur Roudho 131911133074 178 378 624

2. Lampiran dokumentasi kegiatan baik berupa foto atau rekaman video


aktivitas.
3. Gambar poster dalam lampiran.

Anda mungkin juga menyukai