Karakter Bangsa
JUDUL:
Disusun Oleh :
PendidikanKewarganegaraan/Pancasila
Kelas: Soedirman; Hari: Senin Pukul: 11.00-12.40 WIB
Kelompok 13
Universitas Airlangga
Mata Kuliah Umum Universitas (MKWU) Terintegrasi
Tahun 2019
*
PernyataanPenyusun:
Kami selaku penyusun karya (Poster/Video,dll) dengan Judul:…..Ini menyatakan
bahwa:
1. Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap seluruh konten dalam karya
(Poster/Video,dll).
2. Seluruh konten dalam karya (Poster/Vedio<dll) ini, hanya ditujukan dalam upaya
untuk mengembangkan pengetahuan, keilmuan dan keterampilan.
3. Seluruh konten dalam karya (Poster/Video/Dll) ini, tidak bermaksud mengolah isu-
isu yang tendensius, memihak, atau Segala hal yang berjutuan untuk menyinggung
pihak lain, melainkan hanya ditujukan sebagai media open access untuk pendidikan
dan keilmuan bagi kemajuan peradaban manusia, khususnya pada apa saja yang
terkait dengan studi tentang Pendidikan Kewarganegaraan/Pancasila.
Surabaya,…..Desember 2019
PendidikanKewarganegaraan/Pancasila
Kelas: Soedirman; Hari: Senin Pukul: 11.00-12.40 WIB
Kelompok 13
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Baru-baru ini di Papua, ujung timur Indonesia, terjadi protes besar di sana.
Konflik ini dipicu oleh perlakuan rasis aparat keamanan dan anggota masyarakat
terhadap mahasiswa Papua di Jawa. Perlakuan rasis juga dialami banyak orang Papua
lainnya, hal ini sudah mengakar dalam budaya dan sejarah Indonesia. Bentuk
perlakuannya berbeda-beda, ada yang berbentuk kekerasan, ada yang tidak kentara.
Maka karena itu, tercoreng lah muka Indonesia dikancah dunia, dari Forum
Kepulauan Pasifik hingga Majelis Umum PBB. Pada 17 Agustus 2019, kepolisian
menahan 43 mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur, dengan tuduhan melecehkan
bendera Indonesia saat perayaan Hari Kemerdekaan. Polisi meneriaki mereka dengan
makian rasis, menyerbu asrama, dan menggunakan gas air mata untuk memaksa
mereka keluar.
Rasisme justru meningkat karena orang Indonesia tidak membicarakan apa itu
rasisme, seperti apa bentuknya, dan apa akibatnya. Mereka beranggapan masyarakat
Papua biang masalah dan aktivis politik yang diam-diam mendukung separatisme,
khususnya Organisasi Papua Merdeka (OPM). Oleh karena itu, mereka harus
memantau, mengawasi, dan menggerebek asrama-asrama ini.
Coba kita lihat dalam ideologi keseharian di Indonesia. Apakah ada suku tertentu
yang diakui karena kecantikannya? Kemampuan bisnis? Kemampuan artistik?
Kecakapan fisik? Apakah perempuan dari suku tertentu dianggap sebagai calon istri
yang lebih baik dibandingkan perempuan dari suku lain? Apakah ada suku tertentu
yang dianggap lebih keras kepala, lebih patuh, lebih disiplin, lebih emosional, lebih
bisa kerja keras, atau lebih menarik? Indonesia memiliki banyak gagasan semacam
itu, beberapa di antaranya sudah ada sejak era kolonial Belanda.
*
c. Manfaat Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan untuk mematahkan dan mengurangi stigma buruk
masyarakat umum terhadap Papua yang selama ini berkembang.
*
d. Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan yang kami ambil adalah demonstrasi dengan poster. Karena
menurut kami poster sangat mudah diterima oleh masyarakat. Penyebarannya mudah
dapat melalui media social, ditempel di dinding, madding atau permukaan datar
lainnya yang dapat dilihat oleh masyarakat. Selain itu poster sangat mudah dibuat,
lebih efisien, efektif, dan terjangkau.
yang berpeluang melanggar HAM, (5) kekerasan struktural yakni kebijakan Negara
yang berpeluang melanggar HAM. Hingga saat ini aspirasi rakyat Papua agar
kekerasan politik dan pelanggaran HAM selama masa kekausaan Orde Baru dibuka
kembali untuk diadili, tampaknya belum membuahkan hasil karena negara masih
sangan dominan. “Ketiga”, konflik Papua juga merupakan cermin yang terang dari
kegagalan pembangunan di Papua, dimana terjadi disparitas pembangunan Papua
dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Pemberian Otonomi Khusus untuk Papua
pada tahun 2001, yang diikuti dengan pemberian sejumlah kewenangan politik dan
budaya serta alokasi dana Otsus yang bernilai Triliunan Rupiah, sejauh ini belum
menyelesaikan masalah. Bahkan secara kuantitatif justru meningkatkan angka
kemiskinan dan kesenjangan sosial di sebagaian besar wilayah Papua. Mayoritas
orang Papua masih hidup dalam jerat kemiskinan yang ekstrim. Data BPS tahun 2011
menunjukkan fakta bahwa angka kemiskinan di Papua dan Papua Barat adalah yang
tertinggi di Indonesia atau mencapai 38,8 % untuk Papua dan 34,68% untuk Papua
Barat. Sementara itu mayoritas penduduk Papua yang mendiami desa dan pedalaman
adalah penduduk miskin, mereka terpinggirkan dari proses pembangunan3 . Suatu
kondisi yang sangat ironis karena mereka hidup di sebuah wilayah yang memiliki
kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Sementara itu mereka menyaksikan
masyarakat pendatang memiliki status sosial-ekonomi yang lebih baik dan menguasai
sumber daya ekonomi sehingga menimbulkan kecemburuan orang Papua (Heru
Nugroho, dkk., 2006:16-17).
Konflik-konflik berskala lokal yang berkaitan pengusiran kelompok
pendatang, perebutan tanah ulayat, pembakaran pasar dan lainnya, memperlihatkan
upaya orang Papua untuk menunjukkan kekuasaan dan kepemilikan mereka terhadap
sumber daya ekonomi di Papua. “Keempat”, konflik di Papua juga disebabkan oleh
diksriminasi dan marjinalisasi yang dialami orang-orang Papua dalam kurun waktu
yang cukup lama. 3 Laporan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(P2K), tahun 2011. Kebanyakan orang Papua sering memperoleh stigma-stigma yang
negatif; merendahkan dan diskriminatif. Mereka di-sterotipe sebagai masyarakat yang
bodoh, terbelakang, barbar dan sulit diajak berdialog. Kondisi ini menjadikan
*
kebanyakan orang Papua dilihat sebagai others, yakni sebagai entitas yang berbeda
dari kebanyakan suku bangsa di Indonesia (Nugroho, 2006). Sebagai bangsa
Melanesia, orang Papua memiliki identitas kultural yang spesifik, yakni berambut
kriting dan berkulit hitam legam. Hal ini mengakibatkan orang Papua melihat etnis
lainnya yang mendatangi Papua sebagai kelompok luar (out group) yang mencoba
menguasai Papua. Perasaan seperti ini sering melahirkan konflik dan ketegangan etnis
antara orang Papua dan masyarakat pendatang.
Berbagai upaya penegakan hukum untuk menjamin keamanan dan ketertiban
juga dilakukan secara tegas. Sejumlah tokoh masyarakat yang menuntut keadilan dan
menyuarakan aspirasi Papua Merdeka, ditangkap dan dipenjarakan dengan tuduhan
makar. Pemerintah juga mendorong pelaksanaan Otonomi Khusus (UU Otsus, 2001)
yang disertai sejumlah kewenangan politik budaya, serta ekonomi. Kebijakan ini
mendorong aliran dana yang cukup besar ke Papua sebagai konsekwensi dari
pembagian hasil-hasil eksplorasi sumber daya alam yang cukup besar di wilayah
Papua. Namun tampaknya, kebijakan pemerintah masih belum mampu
mengendalikan konflik secara komprehensif, sebab dinamika social dan politik
masyarakat Papua masih sering diliputi konflik dan kekerasan. Dalam satu dasawarsa
terakhir masih terjadi kekerasan politik, sosial dan ekonomi di hampir sebagian besar
wilayah Papua seperti di Wamena, Jayapura, Manokwari, Sorong dan lainnya.
*
BAB II
GAMBARAN UMUM KEGIATAN DAN HASIL
c. Biaya Kegiatan
Biaya kegiatan adalah pengeluaran yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok
yang bertujuan untuk dapat memperoleh lebih dari aktivitas yang dilakukan.
Untuk project ini tidak memakai biaya yang banyak. Berikut rincian biaya
kegiatan
No Rincian Harga
dan bernegara. Tanpa sikap toleransi, dapat dipastikan bahwa akan sering terjadi
perselisihan yang dapat berujung pada perpecahan, sehingga kami berusaha untuk
membantu mencegah perpecahan tersebut dengan berupaya mengimplementasikan
rasa toleransi dalam kehidupan sehari-hari.
j. Pada Bagian Apa Saja (Mengapa) Projek Itu Penting Menurut Anda
Ananda Amalia Ramadhani
Menurut saya setiap proses dari pengerjaan project ini sangatlah penting,
mulai dari pemilihan tema, pembuatan proposal, pencarian materi, pembuatan
poster, pelaksanaan project, hingga penyusunan laporan. Dari serangkaian
*
itu harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh karena proposal ini menjadi tujuan
bagaimana kegiatan selanjutnya dilaksanakan. Hasil yang baik berasal dari
perencanaan yang baik.
Pada pembuatan poster, ini menjadi bagian yang paling penting karena poster
menjadi media para pembaca mengetahui masalah tersebut. Poster yang baik dapat
memberikan informasi yang jelas tetapi disajikan dalam produk yang menarik. Poster
memuat informasi terkait latar belakang, dampak, serta solusi yang ditawarkan.
Pada saat presentasi, kegiatan ini penting karena presentasi menjadi akhir dari
penilaian. Dalam presentasi, kita harus memaparkan dengan jelas bagaimana keadaan
Indonesia yang tengah mengalami krisis ketauladanan. Kita harus bisa menumbuhkan
sikap kritis terhadap masalah tersebut sehingga bisa bersama-sama menghadirkan
solusi agar hal itu tidak terulang lagi.
Alvianti Nuravifah
Bagian terpenting dari projek ini menurut saya adalah bagian awal, yaitu penetuan
tema, proses pengerjaan, dan presentasi. Penetuan tema penting karena kita harus
memilih tema yang sesuai dan dirasa sangat perlu untuk diangkat karena menyangkut
sikap dan moral generasi penerus bangsa. Proses pengerjaan juga penting karena kita
harus membuat dan menciptakan suatu produk dan media penyampaian kasus yang
kita angkat. Kita harus memilih produk yang efektif dan efisien baik dalam
pembuatannya maupun dalam membantu proses penyampaian pesannya. Selain itu
kita juga harus membuat produk semenarik mungkin agar perhatian orang lain dapat
tertuju pada produk kita. Yang terakhir yaitu pada saat presentasi. Disinilah kita harus
dengan pintar menyampaikan dan menjelaskan produk yang telah kita pilih agar
pesan dari kita dapat tersampaikan pada audiens.
Selain itu, pembelajaran positif dari kegiatan project ini adalah saya diajarkan
dalam berkelompok untuk saling bekerja sama, memiliki tanggung jawab atas
pembagian tugas yang telah dikoordinir sehingga tugas dapat terselesaikan dengan
baik, serta dapat memberikan pendapat atau pemikiran kita sehingga kita terbiasa
untuk berpikir kritis dalam memberikan solusi terhadap permasalahan yang muncul.
Oryza Septina Adiningsih
Dalam projek ini, saya belajar tentang bagaimana seharusnya sikap murid
terhadap gurunya serta bagaimana seharusnya guru mendidik muridnya. Guru yang
telah memberikan ilmu kepada kita, sudah sepatutnya dihormati. Kita sebagai murid
harus bisa introspeksi diri serta menerima nasehat dari guru jika ada sesuatu yang
kurang baik dari kita. Seorang guru pun tentu harus tahu bagaimana memperlakukan
murid karena setiap murid memiliki karakter yang berbeda-beda.
Selain itu, dari projek ini saya belajar bagaimana bisa menjadi mahasiswa
yang aktif disetiap pembelajaran. Serta menghargai pendapat orang lain, bekerjasama,
serta bertanggung jawab atas tugas yang diberikan.
Alvianti Nuravifah
1. Peka dan peduli dengan masalah yang terjadi di sekitar
Projek ini mengingatkan saya agar bisa lebih peka dan peduli dengan masalah yang
terjadi di sekitar kita. Pemuda Indonesia cenderung tidak peduli dengan masalah yang
terjadi disekelilingnya. Hal tersebut sepatutnya diubah karena jika bukan kita yang
peduli dengan bangsa kita maka siapa lagi. Sebagai pemuda Indonesia kita dituntut
kritis dalam menghadapi maslah-masalah bangsa. Termasuk juga dalam hal ini krisis
keteladanan yang sedang menimpa negeri ini.
2. Menjadikan isu dan kasus yang terjadi sebagai refleksi diri
Kasus dan isu yang sedang terjadi bisa kita jadikan sebagai refleksi diri agar bisa
menjadi manusia yang lebih baik lagi. Kita juga harus dapat mengambil hikmah di
setiap kasus yang terjadi. Jika semua orang berpikiran yang sama maka dapat
meminimalisir adanya kasus yang sama untuk terjadi lagi.
3. Dapat memaksimalkan peran mahasiswa
*
Sebagai mahasiswa maka kita berperan sebagai agent of change, artinya kita adalah
agen perubahan untuk membawa dan menjadikan bangsa ini menjadi lebih baik lagi
dalam segala aspek kehidupan. Kita dituntut untuk menyebarkan hal-hal positif agar
masalah-maslah seperti yang kita angkat tidak terjadi lagi.
Sebagai Agent of change selain berani mengkritisi masalah, kita juga harus
memberikan solusi yang efektif dan efisien demi memajukan bangsa. Buat apa
bangsa ini memiliki banyak pemuda jika tidak untuk memajukan bangsa dengan
menyelesaikan berbagai masalah yang ada.
*
BAB III
PENUTUP
a. Simpulan
Intoleransi adalah
Krisis keteladanan adalah masalah yang signifikan sehingga sangat perlu atau
wajib untuk segera diselesaikan. Meskipun untuk menjadikan seubuah teladan
membutuhkan waktu dan berbagai rintangan tapi kami yakin dengan solusi yang kami
tawarkan bisa membantu meringankan masalah krisis keteladanan di Indonesia.
Masalah keteladanan memang tergantung pada pribadi masing-masing dalam
melihatnya, sehingga dengan adanya project ini kita berharap bahwa masyarakat
mengerti bahwa keteladanan merupakan hal yang penting dan patut diperhatikan.
b. Saran
Dengan adanya krisis keteladanan di Indonesia yang semakin hari semakin
banyak masalah kami memberikan solusi kepada para pemerintah, civitas akademika,
orang tua, hingga pada individu masing-masing. Kami berharap program kami bisa
didukung secara maksimal tak hanya itu juga dilaksanakan atau dipraktikkan secara
berkelanjutan sehingga bisa menghantarkan Indoensia lebih beradab.
*
LAMPIRAN
Lampiran
1. Media social yang digunakan untuk penyebaran atau distribusi
produk/karya/project Karakter Bangsa.