Anda di halaman 1dari 4

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN

PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
BUDAYA
Jl. Raya Telang PO. BOX 2, Kamal-Bangkalan 69162
Telp. (031) 3012792, Faks. (031) 3011506
Laman :http://fisib.trunojoyo.ac.id/

UASGENAP TA. 2019/2020


PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

Komunikasi Lintas
Mata Kuliah : Pengampu : Dr. Nikmah Suryandari,Msi
Budaya
(dikumpulkan maksimal pada
Hari/Tanggal : Juni 2020 Waktu : 24 Juni 2020) melalui google
clasroom
Semester/Kela
: IV/ A Sifat : Take Home Test
s
- Kerjakan sesuai petunjuk
masing-masing soal.
- Tugas Individu dikumpulkan
oleh masing-masing melalui
google classroom
- Video masing-masing kelompok
dikumpulkan melalui google
classroom oleh ketua kelompok
dengan mencantumkan nama
anggota beserta NIM nya

Jawablah pertanyaan sebagai berikut!


Tugas Individu:
1. Mengapa kesadaran akan identitas penting dalam kehidupan manusia? Bagaimana
kesadaran akan identitas ini menjadi penting dalam kehidupan indivdual dan sosial
individu? Jelaskan dengan argumentasi epat berdasar asumsi teoritis komunikasi
antarbudaya!
2. Ada pendapat yang mengatakan bahwa dunia saat ini sedang bergerak ke “oligarki”
bahasa yang digerakkan oleh kekuatan ekonomi besar. Menurut Anda, apakah hal ini
sesuatu yang baik/ buruk? Jelaskan pendapat Anda berdasar argumentasi dan asumsi
teoritis komunikasi. Apa yang terjadi pada bahasa minoritas dan apa akibatnya?
3. Prasangka tidak dieliminaasi karena berakar kuat dalam sifat alami manusia. Jelaskan
pendapat Anda terkait pernyataan tersebut disertai argumentasi teoritis!
Rania Ulfa Matturi

180531100104

Jawaban

1. Menurut Rawlins, 1993. Identitas diri adalah komponen dari konsep diri yang
memugkinkan individu untuk memelihara pendirian yang konsisten dan karenanya
memungkinkan seseorang untuk menempati posisi yang stabil di lingkunngannya.
Pemahaman akan budaya dan bahasa sangat penting untuk menunjukkan identitas diri
kita. Seperti halnya ketika kita belajar di luar negeri. Kita akan mempelajari bahasa
mereka hingga budaya mereka tidak jarang yang meleburkan dirinya ke dalam budaya
tersebut. Seiring dengan berjalannya waktu dalam proses menyesuaikan itu mereka
mulai mengalami krisis identitas. Seperti yang saya alami sendiri, saya lahir dan besar
bukan di Indonesia melainkan di Arab Saudi. Saya mengalami culture shock dan
harus beradaptasi dengan adat dan kebiasaan yang ada di Indonesia. Walaupun saya
juga tidak lupa identitas diri saya bahwa saya orang Indonesia yang tinggal di luar
negeri. bagaimana cara saya mengekspresikan identitas diri saya ketika berada di luar
negeri atau memahami identitas orang lain saat berkomunikasi dalam bahasa yang
berbeda? Dari lahir saya tetap diajarkan dan bersekolah di Sekolah Indonesia Jeddah
(SIJ) yang disediakan oleh kedutaan Republik Indonesia. Nah ketika berbelanja atau
sedang jalan-jalan di luar rumah terjadi komunikasi lintas budaya. Nah disini kita
belajar budaya Negara lain bersamaan dengan kemampuan untuk mengekspresikan
identitas dari kita. Dari sini bisa ambil kesimpulan bahwa saya tetap bisa berbahasa
Indonesia dan tahu akan budaya di Indonesia yang selalu ditanam dimanapun dan
kapan pun kita berada. Setelah itu, ketika saya berada di Indonesia saya tetap bisa
berkomunikasi dengan baik dan lancar tanpa adanya hambatan walaupun saya sering
dibilang kok bisa lahir di arab dan tinggal disana selama belasan tahun tapi bisa
bahasa Indonesia? Nah itu mengapa identitas diri itu penting.

2. Di dalam teori Thomas Aquinas, istilah oligarki dapat disimpulkan dengan berupa
kekuasaan kelompok kecil sedangkan dalam oligarki penguasa Negara menindas
rakyatnya melalui represi ekonomi. Penguasa oligarki adalah orang-orang yang
memiliki harta kekayaan yang melimpah. (Suhelmi, 2001)
Jika disuatu Negara menganut sistem oligarki jelas ini tidak bagus dan ini adalah
sesuatu yang buruk. Kenapa begitu? Dikarenakan oligarki adalah kekuasaan yang di
pegang atau dikendalikan oleh masyarakat kecil dan menjadikan kesenjangan dari
segi mananpun seprti material, maupn ekonomi dan tempat tinggal. Di Indonesia
sendiri yang kita ketahui menganut sistem demokratis. Walaupun dalam eadaan yang
sebenarnya sering kita lihat ketimpangan sosial dimana yang kaya menjadi semakin
kaya dan yang miskin jadi semakin miskin. Dan membuat kesenjangan kamu
minoritas. Ambil saja contoh kasus yang sedang hangat diperbincangan. Yaitu
seorang komedia bintang emon yang menyuarakan pendapatnya melalui unggahan
video di laman instagramnya yang membuat banyak masyarakat hingga artis dan
sesame comedian mendukung pendapatnya dia. Bintang emon membahas kasus novel
baswedan yang disiram air keras dan hanya divonis 1 tahun. Disini ketidak adilan
hukum yang sangat jelas terlihat dan membuat bintang emon memberikan gerakan
melalui penyampaian secara komedia dan yang bisa diterima di masyarakat. Akan
tetapi, setelah dia membagikan video tersebut terjadilan kaum minoritas yang
memberikan tanggapan bahwa bintang emon tidak pantas berbicara seperti itu. Bahwa
dia hanyalah seorang comedian dan hingga akhirnya dia harus menjalani pemeriksaan
sendiri ketika ada oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang mengatakan dia
menggunakan sabu-sabu. Dari sini kaum minoritas dan oligarki jelas buruk dan hanya
untuk kepentingan orang-orang tertentu tanpa meikirkan dampak terhadap orang lain.

3. Prasangka terjadi karena sifat alami manusia. Prasangka bisa dianggap juga sebagai
opini yang disimpulkan secara tergesa-gesa. Menurut John E. Farley disini prasangka
dibagi menjadi 3. Yaitu:
a. Prasangka Kognitif – merujuk pada apa yang dianggap benar
b. Prasangka afektif – merujuk pada apa yang disukai dan tidak disukai
c. Prasangka konatif – merujuk pada bagaimana kecendrungan seseorang dalam
bertindak.

Disini prasangka kognitif sendiri adalah kemampuan menilai perilaku yang benar dan
tidak benar. Yang patut ditiru dan tidak patut ditiru. Disini peran kognitif sendiri
memberika persepsi langsung kepada apa yang kita rasakan. Contohnya saja disini
dengan cepat kita dapat memberikan persepsi bahwa orang itu cantik atau tidak cantik
sesuai standar kita.
Untuk prasangka afektif disini menyangkut aspek emosional, perasaan yang dimiliki
terhadap sesuatu. Contoh ketika kita kita merasa jatuh cinta kepada seseorang dan
melibatkan perasaan atau emosi disini.

Nah setelah itu kita ke aspek konatif. Disini aspek konatif memiliki kecendurangan
berperilaku tertentu dengan sesuai sikap yang dimiliki seseorang. Dan membuat
stimulus bekerja. Kecendrungan berperilaku belum tentu akan benar-benar
ditampakkan dalam bentuk perilaku yang sesuai. Contohnya saja setelah prasangka
afektif disini prasangka konatif bekerja yaitu dengan menyatakan cinta kepada orang
yang disukai dan merasakan jatuh cinta.

Tapi prasangka disini kadang memberikan aspek negatif. Karena terkadang terbawa
dan memuat sikap yang tidak adil dan bahkan menyimpang terhadap suatu kelompok
tertentu. Tindakan ini bisa dikatakan sebagai tindakan diskriminatif karena akan
merugikan orang yang yang diprasangaki. Disini prasangka menjadi melebur dalam
diri manusia dan menjadikan prasangkan muncul karena kesan dari kebiasaan di
lingkungan tertentu. Seperti halnya, ketika kita mendengar kata Madura? Apasih yang
dapat menggambarkan Pulau Madura? Disini pasti orang dari kota-kota lain langsung
melontarkan jawaban ‘Satenya!’ atau bisa juga ‘Caroknya’. Nah tidak lupa juga
kebiasaan dalam berbiacara keras keras membuat orang-orang beranggapan bahwa
orang Madura itu keras dan kejam. Disini setiap daerah pasti memiliki banyak aspek
sejarah dan kebiasaan yang tentunya berbeda dari kota lain. Negatifnya prasangka
disini adalah kita dapat langsung mengambil kesimpulan tanpa tau apa sih yang
menjadi alasan Madura di cap keras dan kasar. Ketika menginjakkan kaki langsung ke
Madura. Baru kita dapat mengubah prasangka bahwa orang Madura tidak seperti
prasangka awal yang kita berikan. Maka untuk prasangka sendiri. Kita boleh
berprasangka akan tetapi disini kita juga harus mempelajari bahwa tidak selamanya
prasangka itu memberikan efek yang baik dan sebaliknya. Kita harus sering membaca
agar wawasan kita luas dan mengetahui alasan mengapa itu terjadi. Mengapa kita bisa
dan harus memberika prasangka itu. Apakah itu akan merugikan kehidupan orang lain
atau tidak. Kia harus mempelajari banyak aspek untuk tidak salah dalam mengambil
langkah

Anda mungkin juga menyukai