Disusun oleh
Muhamad Alamin
17010109016
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat
sehat, iman, dan Islam pada kita semua, sehingga segala kendala dalam upaya dalam
penulisan makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Salawat dan Salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad Saw. manusia pilihan
Allah yang membawa Risalah kepada kita semua, sehingga kita terlepas dari belenggu
kebodohan, kesesatan dan mengajak serta membimbing kita menuju alam Ilmu
Pengetahuan tentunya dengan Iman dan Islam.
Makalah yang saya tulis ini bertemakan Pita Energi, yang insya Allah akan
menambah wawasan pembaca dalam memahami tentang Fisika Zat padat. Dan kami
berharap kepada kita semua untuk mengambil nilai positif dan membuang nilai negatif
yang tersaji dalam makalah kami ini, memahami isi makalah serta mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Terimakasih saya mengucapkan Kepada Bapak La Isa S.si M.sc selaku dosen
pembimbing mata kuliah Fisika Zat Padat yang telah memberikan kami tugas penting ini.
Dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan yang disengaja maupun
tidak disengaja, oleh sebab itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca guna tercipta
kesempurnaan dalam penulisan makalah-makalah yang akan datang.
Inilah sedikit kata-kata yang telah saya susun dalam lembaran-lembaran yang kami
harapkan akan memberikan ilmu pengetahuan kepada kita semua. Semoga kita dapat
mengamalkan ilmu-ilmu yang terkandung didalamnya, Aamiin ya Rabbal Alamiin.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengantar Pita Energi
B. Energy Model Elektron Hampir Bebas
C. Celah Energi
D. Persamaan Gelombang Elektron Dalam Potensial Periodik
E. Memakamkan Jenazah
F. Junlah Orbit Dalam Pita
G. Logam Dan Isolator
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori electron bebas Zat padat telah berhasil menjelaskna berbagai mancam
sifat-sifat termal (panas) suatu logam. Tetapi masih banyak sifat-sifat logam lainnya
yang tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan teori electron bebeas. Sebagai contoh
mengapa bebrapa logam dengan jumlah electron bebas yang banyak dapat bersifat
sebagai konduktor, sedangkan logam-logam dengan jumlah electron konduksi sedikit
akan bersifat sebagai isolator, sifat-sifat logam seperti ini tidak dapat dijelaskan oleh
teori tersebut, seperti misalnya resivitas konduktor oleh adanya perubahan suhu dan
semikonduktor.
Kegagalan teori elektrom bebas dalam menjelaskan hal-hal tersebut diatas
disebabkan oleh penyerdehanaan yang berlebihan tentang electron konduksi. Menurut
teori electron bebas, electron konduksi (electron valensi) dianggap mengalami energy
potensial yang tetap atau bahkan tidak memiliki energy potensial dari inti atom dan
elktron-elektron lainnya didalam atom. (untuk tujuan penyederhannaan, inti atom dan
electron-elektron lainnya didalam atom akan disebut sebagai pusat atom atau badan
atom yang merupakan terjemahan dari bahsa inggris “core”). Oleh karena itu, menurut
teori electron bebas, electron konduksi ini bebas bergerak didalam Kristal dan hanya
dibatasi oleh permukaan Kristal itu sendiri. Tetapikenyataannya, energy potensial
akibat badan atom itu tidaklah tetap, tetapi energy potensial itu merupakan fungsi posisi
electron. Artinya, nuilai energy ini bergantung pada posisi electron tersebut didalam
Kristal diukur relative terhadap inti atom. Disamping itu, energy potensial itu juga
mungkin timbul akibat adanya electron-elktron konduksi lainnya didalam Kristal itu. 1
1
Sri Rahmayani, “Teori Pita Energi Berdasarkan Teorema Bloch”, Universitas negeri Makassar,
(Makassar: 2017), hal. 1
B. Rumusan Masalah
1. Pengantar pita energi ?
2. Bagaimana energi model electron hampir bebas ?
3. Apa yang dimaksud dengan celah energi ?
4. Bagaimana persamaan gelombang electron dalam potensial periodik ?
5. Bagaimana jumlah orbit dalam pita ?
6. Apa yang dimaksud logam dan isolator ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengantar pita energi
2. Untuk mengetahui Bagaimana energi model electron hampir bebas
3. Untuk Memgetahui pengertian celah energi
4. Untuk Mengetahui persamaan gelombang electron dalam potensial periodic
5. Untuk Mengetahui jumlah orbit dalam pita
6. Untuk Mengetahui pengertian logam dan isolator
BAB II
PEMBAHASAN
Ketika electron valensi dari dua orbital atom dalam molekul sederhana
seperti hydrogen bergabung membentuk ikatan kimia, akan menghasilakn dua
orbital molekul. Satu molekul orbital diturunkan dalam energy relatif terhadap
jumlah eenergi orbital elektron individu, dan sebut sebagai ikatan orbital. Moleku
orbital lainnya dinaikan dalam energy relative terhadap jumlah energy orbital
elektron individu dan disebut anti ikatan orbital.
Energy
Band Gap
Valance Band
Jika ada suatu elektron dari setiap atom yang terkait dengan masing-masing orbital
N yang digabungkan membentuk pita, kemudian karena setiap tingkat energi yang
dihgasilkan daoat ditempati secara ganda, pita valensi akan terisi penuh dan pita konduksi
akan kosong. Hal ini digambarkan secara skematis pada gambar diatas dengan shading abu-
abu dari pita valensi. Sebuah elektron hanya dapat tereksitasi dari pita valensi kepita
konduksi jika diberikan energi setidaknya sama besarnya dengan energi celah pita. Hal ini
dapat terjadi jika, elektron menyerap energy foton yang cukup tinggi.
Jika seperti dalam skema Gamabar 1, sebuah pita benar-benar terisi penuh dengan
elektron, dan pita yang tepat diatasnya kosong, maka material tersebut memiliki celah pita
energi. Celah pita energi ini adalah perbedaan energi antara pita valensi dan pita konduksi.
Material yang baik untuk dijadikan material semikonduktor jika material tersebut memiliki
band gap relative kecil, atau isolator jika band gap relative besar. Elektron dalam pita juga
disusun dalam pita, tetapi dalam logam distribusi elektron berbeda , elektron tidak
terionisasi. Dalam logam sederhana dengan satu elektron valensi per atom, seperti natrium,
pita valnesi tidak terisi penuh, sehingga terdapat tempat tertinggi bagi elektron untuk
menduduki tingkat keadaan tersebut. Bahan tersebut merupakan konduktor listrik yang
baik, karena ada keadaan energy dari medan listrik dan melompat kedalam energy yan
kosong.
Dengan konsep pita tenaga ini maka dapat diterangkan mengapa suatu zat
mempunyai perbedaan daya hantar listrik. Perbedaan daya hantar listrik disebabkan oleh
perbedaan lebar pita terlarang (energy Gap). Pada isolator lebar pita terlarang ini besar ≈
6ev sehingga sulit untuk terjadi elektron oada pita valensi pindah kepita konduksi,
walaupun deberi tenaga medan listrik luar. Karena tidak ada elektron pada pita konduksi,
maka tidak ada elektron bebas sehingga tidak bias menghantarkan listrik. Pada semi
konduktor lebar pita terlarang kecil ≈ 1 ev, sehingga pada suhu rendah (0o K) tidak ada
elktron pada pita konduksi, tetapi pada suhu kamar ada elektron yang bisa meloncat dari
pita valensi ke pita konduksi menjadi elektron bebas. Dengan demikina bahan semi
konduktor pada suhu rendah tidak bisa menghantarkan arus listrik, pada suhu tinggi dapat
menghantarkan arus listrik. Pada konsuktor pita valensi dan pita konduksi bertumpang
tindih, sehingga tidak terdapat pita terlarnag. Dengan demikian elektron valensi mudah
bergerak dalam pita konduksi, sehingga mudah menghantarkan arus listrik.2
Pita energy adalah kumpulan garis pada tingkat energi yang sama akan saling
berimpit dan membentuk pita, Jadi pita energi digunakan untuk mebedakan antara
konduktor, semikonduktro, isolator dan superkonduktor. Kristal dapat dikelompokan dalam
4 golongan (dapat dijelaskan berdasarkan konduktivitasnya) :
1. Konduktor ρ <<
2. Semikonduktor 0 ≤ρ≤∞
3. Isolator ρ≈∞
4. Superkonduktor ρ=0
2
Pradita Ajeng Wiguna, “Pita Energi”, Universitas Negeri Semarang, (Semarang: 2015), hal. 3-5
Berdasarkan pita energinya, dapat dibedakan menjadi isolator , semikonduktor, dan
komduktor (seperti gambar 2.)
E.g
P. P. P.
V V V
Keterangan :
P.V = Pita Valensi, yaitu pita energy yang terisi oleh elktron valensi
P.K= Pita Konduksi, yaitu pita energy diatas pita valensi yang akan terisi elektron konduksi
E.g= Celah energy, yaitu energy yang diperlukan elektron untuk ke pita konduksi3
Model elektron bebas memenuhi jumlah distribusi yang pada dasarnya terus
menerus berawal dari nol hingga tak terhingga. Telah diketahui bahwa:
3
Sri Rahmayani, Op. Cit. hal. 3
ℎ2
∈𝑘 = (𝑘 2 + 𝑘𝑦 2 + 𝑘𝑧 2 )
2𝑚 𝑥
2𝜋 4𝜋
𝑘𝑥 , 𝑘𝑦 , 𝑘𝑧 = 0; ± ;± ;…
𝐿 𝐿
Struktur pita merupakan sebuah Kristal yang seringkali dapat menjelaskan model
elektron bebas terdekat karena pita elektron diperlukan sebagai pengusik oleh potensial
periodikpada intiion saja. Refleksi Bragg merupakan cirri khas penyebaran gelombang
dalam Kristal. Refleksi Bragg gelombang elektron dalam Kristal adalah penyebab celah
energi. Celah energy dapat menentukan secara signifikan dalam penentuan apakah zat padat
merupakan insulator ataukah konduktor.
( k + G)2 = k2 ( pers 1)
K2 + 2k. G + G2 = k2 (pers. 2)
Untuk Kristal satu dimensi, k berimpit dengan G sehingga 2k.G = 2 k.G cos 0 = 2k.G
Sehingga persamaan 2 menjadi
K2 + 2k.G + G2 = k2
1
K = ± 𝐺 = ±𝑛 𝜋⁄𝑎
2
𝑛
Dimana G = 2𝜋 𝑎 adalah kisi resiprokal vector dan n adalah bilangan bulat.
𝜋
Refleksi pertama dan celah energy pertama terbentuk pada 𝑘 = ± 𝑎 . Pada bagian ini k
𝑛
dimana antara − 𝑎 adalah zona Brillouin kisi. Celah energy lainnya terjadi untuk nilai
bilangan n lainnya.
Gambar 3. Energy sebagai fungsi vector gelombang k menurut model elektron bebas
Gambar 4. Kurva energy (E) sebagai fungsi vector gelombang (k) dalam sebuah kristal
Mono atomic satu dimensi dengan konstanta Kristal sebesar a. celah energy Eg
𝜋
yang ditunjukan terjadi pada k = + 𝑎 .
Pada Gambar 4 dan 5 , nilai energy adalah kontinyu untuk semua niulai k.
artinya kita tidak menetukan adanya celah energy dimana elektron dilarang berada. Inilah
kegagalan teori elektron bebas dalam menjelaskan perbedaan antara isolator,
semikonduktor, dan konduktor. Oelh karena itu, agar kita dapat memamahami perbedaan
tersebut, kita menggunakan teori yang mirip dengan teori elektron bebas tetapi sedikit
dimodifikasi, yaitu terori elektron hampir bebas atau sering disebut model atom
elektron hampir bebas.
Menurut model atom elektron hampir bebas ( V(x) ≠ 0) energy elektron tidak lagi
kontinyus untuk semua nilai k, tetapi tepat pada nilai-nilai k tertentu, tingkatenergi elektron
𝜋
mengalami diskontinyu, yaitu pada nilai-nilai 𝑘 = ± 𝑛 , dimana n = 1,2,3 dan seterusnya.
𝑎
Dengan demikian, kurva energy (E) sebagai fungsi vector gelombang (k) tidak lagi seperti
kurva yang ditunjukan dalam gambar. 3 di atas, seperti kurva yang ditunjukan dalam
gambar 4.
𝜋
Funsi gelombang pada 𝑘 = ± 𝑎 bukanlah gelombang berjalan exp (i π x/a) atau
exp (- i π x/a), elektron bebas. Dimana nilai khusus untuk k fungsi gelombang membuat
persamaan bagian perjalanan gelombang untuk bagian kanan dan kiri.
C. Celah Energi
Dua gelombang berdiri diberi tanda 𝜓(+) atau 𝜓(−) bergantung kepada berubah
atau tidaknya gelombang tersebut ketika –x disubtitusikan pada x. kedua gelombang berdiri
tersebut terbentuk dari jumlah yang sama dari gelombang berjalan kea rah kiri dan kanan.
Inilah asal mula adanaya celah energy. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 5. Rapat peluang (rapat muatan) ψ(+) atau ψ(−) disekitar inti atom dalam sebuah
𝜌 = ψ ∗ ψ = |ψ|2
Jika gelombang berjalan murni 𝑒 𝑖𝑘𝑥 , maka rapat kebolehjadian ρ = 1. Rapat muatan tetap
untuk kombinasi linear gelombang bisang.
Rapat kebolehjadian gelombang tegak adalah :
𝜋𝑥
𝜌 (+) = |ψ(+)|2 ∝ 𝑐𝑜𝑠 2 ( )
𝑎
𝜋𝑥
𝜌 (−) = |ψ(−)|2 ∝ 𝑐𝑜𝑠 2 ( )
𝑎
𝜋 𝜋𝑥
Fungsi panjang gelombang pada batas wilayah Brillouin pertama 𝑘 = 𝑎 adalah √2 cos 𝑎
𝜋𝑥
dan √2 sin yang ternormalisasikan pada satuan panjang garis, misalkan besar energy
𝑎
potensial elektron dalam Kristal pada titik x adalah:
2𝜋𝑥
𝑈(𝑥) = 𝑈 cos
𝑎
Perbedaan energy orde pertama antara dua gelombang berdiri dinyatakan oleh:
1
𝐸𝑔 = ∫ 𝑈(𝑥)[ |ψ(+)|2 − |ψ(−)|2 dx
0
2πx πx πx
𝐸𝑔 = ∫ U cos ( ) (cos2 − sin2 ) dx
a a a
𝐸𝑔 = 𝑈
Dapat dilihat bahwa celah energi sama dengan komponen Fourier dari Kristal
Jika energy potensial berupa fungsi periodik U(x) = U (x+a) dapat dinyatakan
daret Fourier dalam vector kisi resiprok G, yakni:
𝑈(𝑥) = ∑ 𝑈𝐺 𝑒 𝑖𝐺𝑥
𝐺
Untuk energy potensial yang berbeda pada fungsi nyata (real) dari UG adalah:
Ĥ 𝜓(𝑥) = ∈ 𝜓(𝑥)
Adapun ∈ dan 𝜓 masing-masing swa nilai (eigen value) dan swa fungdi (eigen
function). Operator energy kinetic dan operator potensial masing-masing dinyatakan
𝑝2
dengan Ṱ= 𝑑𝑎𝑛 Ṽ = 𝑈(𝑥)
2𝑚
1 2 1 2
[ 𝑝 + 𝑈(𝑥)] 𝜓(𝑥) = [ 𝑝 + ∑ 𝑈𝐺 𝑒 𝑖𝐺𝑥 ] 𝜓(𝑥) = 𝑒𝜓(𝑥) (𝑝𝑒𝑟𝑠. 1)
2𝑚 2𝑚 𝐺
Dimana:
K = bilangan real (k = 2 πn/L)
n = bilangan bulat
a. Energi kinetik
1 1 𝑑 2 ℎ2 𝑑2 𝜓 ℎ2
𝑝2 𝜓(𝑥) = (−𝑖ℎ ) 𝜓(𝑥) = − = ∑𝑘 𝑘 2 𝐶 (𝑘)𝑒 𝑖𝑘𝑥
2𝑚 2𝑚 𝑑𝑥 2𝑚 𝑑𝑥 2 2𝑚
b. Energi potensial
Persamaan gelombang merupakan jumlah dari energy kinetic dan energy potensial :
Setiap komponen Fourier harus memiliki koefisien yang sama pada kedua sisi
(𝜆𝑘 −∈) + ∑ 𝑈𝐺 𝐶 (𝑘 − 𝐺) = 0
𝐺
Dengan notasi
ℎ2 𝑘 2
𝜆𝑘 =
2𝑚
1. Fungsih Bloch
Fungsuh Bloch membuktukan bahwa solusi untuk persamaan
Schrodinger pada potensial periodic harus berbentuk:
𝑖2𝜋𝑠𝑥
𝐶𝑁 = 𝑒( )
𝑁𝑎 ; 𝑠 = 0, 1, 2, … , 𝑁 − 1 (𝑝𝑒𝑟𝑠. 6)
𝑖2𝜋𝑠𝑥
𝜓(𝑥) = 𝑈𝑘 (𝑥)𝑒 ( )
𝑁𝑎 (𝑝𝑒𝑟𝑠. 6)
Dengan persamaan 3, 6 dan Uk (x) memiliki periodisasi dalam a, sehingga :
2𝜋𝑠
𝑈𝑘 (𝑥) = 𝑈𝑘 (𝑥 + 𝑎) 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘 = (𝑝𝑒𝑟𝑠. 7)
𝑁
2. Teorema Bloch
Kita menetukan C dari persamaan
= 𝑒 𝑖𝑘𝑥 𝑢𝑘 (𝑥)
Disam[ing itu, karena 𝑢𝑘 (𝑥) adalah deret fourier pada vector kisi
resiprokyang invariant pada translasi kisi T, maka 𝑢𝑘 (𝑥) = 𝑢𝑘 (𝑥 + 𝑇),
sehingga dapat dibuktkian dengan mudah
𝑢𝑘 (𝑥 + 𝑇) = 𝑒 −𝑖𝐺𝑥 𝑢𝑘 (𝑥)
E. Jumlah Orbit Dalam Pita
Pada kisi linear dengan ditetapkan kisi a terdiri atas N sel primitive. Nilai
k yang diperolehkan pada kawasan Brillouin pertama adalah :
2𝜋 4𝜋 𝑁𝜋
𝑘 = 0, ,± ,……,±
𝐿 𝐿 𝐿
Jumlah k yang diperoleh N buah, sejumlah sel primitifnya. Sedangkan jumlah
orbital yang diperoleh 2N pada setiap pita energy.4
Isolator adalah bahan yang tidak bisa atau sulit melakukan perpindahan
muatan listrik, mempunyai sifat dapat mengisolir arus listrik. Memiliki tahanan
listrik (resistansi) yang besar sekali. Susunan atomnya sedemikian rupa sehingga
elektron valensinya sulit berpindah dari pita valensi ke pita konduksi, karena celah
energinya (enegy gap) besar sekali. Jika terjadi perpindahan elektron daripita
valensi ke pita konduksi, dengan perkataan lain terjadi tegangan tembus (breakdown
voltage).5
Logam alkali bersifat logam karena memiliki elektron valensi satu. Alkali
tanah bersifat semi logam karena pitanya tumpangsuh. Berbeda halnya dengan
intan, silikon dan germanium bersifat isolator pada nol mutlak karena elektronnya
genap.
4
M. Mulya Arif dkk, “Pita Energi”, universitas Islam Negeri Imam Bonjol, (Padang : 2017), hal. 4-
14
5
Fiqih Anugrah Fariz dkk, “Isolator”, Universitas diponegoro, (Semarang: 2014), hal. 5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Isolator adalah bahan yang tidak bisa atau sulit melakukan perpindahan
muatan listrik, mempunyai sifat dapat mengisolir arus listrik. Memiliki tahanan
listrik (resistansi) yang besar sekali
Arif M. Mulya dkk. 2017. Pita Energi. Padang . universitas Islam Negeri Imam Bonjol.
Fariz, Fiqih Anugrah dkk. 2014. “Isolator”. Semarang. Universitas diponegor.
Rahmayani, Sri. 2017. Teori Pita Energi Berdasarkan Teorema Bloch. .Makassar
.Universitas negeri Makassar.
Wiguna, Pradita Ajeng. 2015. Pita Energi. Semarang . Universitas Negeri Semarang.