Anda di halaman 1dari 23

Tugas

MAKALAH FISIKA ZAT PADAT

Disusun oleh

Muhamad Alamin
17010109016

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat
sehat, iman, dan Islam pada kita semua, sehingga segala kendala dalam upaya dalam
penulisan makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Salawat dan Salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad Saw. manusia pilihan
Allah yang membawa Risalah kepada kita semua, sehingga kita terlepas dari belenggu
kebodohan, kesesatan dan mengajak serta membimbing kita menuju alam Ilmu
Pengetahuan tentunya dengan Iman dan Islam.
Makalah yang saya tulis ini bertemakan Pita Energi, yang insya Allah akan
menambah wawasan pembaca dalam memahami tentang Fisika Zat padat. Dan kami
berharap kepada kita semua untuk mengambil nilai positif dan membuang nilai negatif
yang tersaji dalam makalah kami ini, memahami isi makalah serta mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Terimakasih saya mengucapkan Kepada Bapak La Isa S.si M.sc selaku dosen
pembimbing mata kuliah Fisika Zat Padat yang telah memberikan kami tugas penting ini.
Dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan yang disengaja maupun
tidak disengaja, oleh sebab itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca guna tercipta
kesempurnaan dalam penulisan makalah-makalah yang akan datang.
Inilah sedikit kata-kata yang telah saya susun dalam lembaran-lembaran yang kami
harapkan akan memberikan ilmu pengetahuan kepada kita semua. Semoga kita dapat
mengamalkan ilmu-ilmu yang terkandung didalamnya, Aamiin ya Rabbal Alamiin.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengantar Pita Energi
B. Energy Model Elektron Hampir Bebas
C. Celah Energi
D. Persamaan Gelombang Elektron Dalam Potensial Periodik
E. Memakamkan Jenazah
F. Junlah Orbit Dalam Pita
G. Logam Dan Isolator
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori electron bebas Zat padat telah berhasil menjelaskna berbagai mancam
sifat-sifat termal (panas) suatu logam. Tetapi masih banyak sifat-sifat logam lainnya
yang tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan teori electron bebeas. Sebagai contoh
mengapa bebrapa logam dengan jumlah electron bebas yang banyak dapat bersifat
sebagai konduktor, sedangkan logam-logam dengan jumlah electron konduksi sedikit
akan bersifat sebagai isolator, sifat-sifat logam seperti ini tidak dapat dijelaskan oleh
teori tersebut, seperti misalnya resivitas konduktor oleh adanya perubahan suhu dan
semikonduktor.
Kegagalan teori elektrom bebas dalam menjelaskan hal-hal tersebut diatas
disebabkan oleh penyerdehanaan yang berlebihan tentang electron konduksi. Menurut
teori electron bebas, electron konduksi (electron valensi) dianggap mengalami energy
potensial yang tetap atau bahkan tidak memiliki energy potensial dari inti atom dan
elktron-elektron lainnya didalam atom. (untuk tujuan penyederhannaan, inti atom dan
electron-elektron lainnya didalam atom akan disebut sebagai pusat atom atau badan
atom yang merupakan terjemahan dari bahsa inggris “core”). Oleh karena itu, menurut
teori electron bebas, electron konduksi ini bebas bergerak didalam Kristal dan hanya
dibatasi oleh permukaan Kristal itu sendiri. Tetapikenyataannya, energy potensial
akibat badan atom itu tidaklah tetap, tetapi energy potensial itu merupakan fungsi posisi
electron. Artinya, nuilai energy ini bergantung pada posisi electron tersebut didalam
Kristal diukur relative terhadap inti atom. Disamping itu, energy potensial itu juga
mungkin timbul akibat adanya electron-elktron konduksi lainnya didalam Kristal itu. 1

1
Sri Rahmayani, “Teori Pita Energi Berdasarkan Teorema Bloch”, Universitas negeri Makassar,
(Makassar: 2017), hal. 1
B. Rumusan Masalah
1. Pengantar pita energi ?
2. Bagaimana energi model electron hampir bebas ?
3. Apa yang dimaksud dengan celah energi ?
4. Bagaimana persamaan gelombang electron dalam potensial periodik ?
5. Bagaimana jumlah orbit dalam pita ?
6. Apa yang dimaksud logam dan isolator ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengantar pita energi
2. Untuk mengetahui Bagaimana energi model electron hampir bebas
3. Untuk Memgetahui pengertian celah energi
4. Untuk Mengetahui persamaan gelombang electron dalam potensial periodic
5. Untuk Mengetahui jumlah orbit dalam pita
6. Untuk Mengetahui pengertian logam dan isolator
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengantar Pita Energi

Semikonduktor adalah sebuah bahan dengan konduktivitas listrik yang


berada diantara isolator dan konduktor. Semikonduktor disebut juga sebgai bahan
setengah pengantar listrik. Suatau semikonduktor bersifat sebagai isolator jika tidak
diberi arus listrik dengan cara dan besaran arus tertentu, namun pada temperatur,
arus tertentu, tatacara tertentu dan persyaratan kerja semikonduktor berfungdi
sebagai kondultor, missal sebagai penguat arus, pengeuat tegangan dan penguat
daya. Untuk menggunakan suatu semikonduktor supaya bias berfungsi harus tahu
spesifikasi dan karakter semikonduktor itu, jika tidak memenuhi syarat operasinya
maka akan tidak berfungsi dan rusak. Semikonduktor merupakan bahan yang
dipakai dalam pembuatan komponen elektronika seperti resistor, diode, transistor,
kapasitor dan lain senagainya. Antara bahan yang satu dengan yanag lain nya sifat
dasar dan karakteristik yang berbeda.

Bahan semikonduktor yang sering digunakan adalah silicon, germanium


dan gallium arsenide. Silikom dan Germanium adalah bahan semikonduktor yang
paling benyak digunakan dalam pembuatan komponen elektronika. Silokon lebih
banyak digunakan daripada Gemanium karena sifatnya yang lebih stabil pada suhu
tinggi. Silicon adalah material dengan struktur pita energi tidak langsung (Inderect
bandgap), dimana nilai minimum dari pita konduksi dan nilaimaksimum dari pita
valensi tidak bertemu pada satu harga momentum yang sama. Ini berarti agar
terhadi eksitasi dan rekombinasi dari pembawa muatan diperlukan perubahan yang
besar pada nilai momentumnya atau dapat dikatakan dibutuhkan bantuan sebuah
partikel dengan momentum yang cukup (seperti pohon) untuk mengkonservasi
momentum pada semua proses transisi. Dengan kata lain, silicon sulit memancarkan
cahaya.sifat ini menyebabkan silikon tidak layak digunakan sebagai piranti
fotonik/opteolektronik. Bahan semikonduktor murni akan menjadi isolator pada
suhu mutlak (-273o C), hail ini dikarenakan electron valensi adalah electron-
elektron yang terletak dikulitterluar sebuah unsur.

Ketika electron valensi dari dua orbital atom dalam molekul sederhana
seperti hydrogen bergabung membentuk ikatan kimia, akan menghasilakn dua
orbital molekul. Satu molekul orbital diturunkan dalam energy relatif terhadap
jumlah eenergi orbital elektron individu, dan sebut sebagai ikatan orbital. Moleku
orbital lainnya dinaikan dalam energy relative terhadap jumlah energy orbital
elektron individu dan disebut anti ikatan orbital.

Atom-atom zat padat umumnya mempunyai jarak berdekatan satu sama


lain sehingga atom-atom tidak dapat dipandang terisolasi. Untuk logam dan bahan
semikonduktor atom-atom tersebut membentuk Kristal. Kristal adalah susunan
atom-atom molekul dalam ruang yang dibangun dengan mengadakan pengulangan
struktur satuan dasar dalam tida dimensi. Karena jarak antara atom dalam zat padat
berdekatan satu sama lain maka antara atom yang satu dengan yang lain terjadi
interaksi. Akibatnya keadaaan tingkat energy akan berbeda dengan keadaan tingkat
energy akan berbeda dengan keadaan tingkat energy atom terisolasi. Untuk atom-
atom yang membentuk Kristal ternyata tingkat energy dari elektron-elektron pada
kulit dalam tidak berubah, tetapi tingkat tenaga elektron pada kulit terluar berubah
karena lektron-elektron tersebut menjadi milim bersama lebih dari satru atom dalam
Kristal. Tingkat energy elektron pada kulit terluar tersebut berubah menjadi pita,
seperi ditunjukan pada gambar.1.
Conduction band

Energy
Band Gap

Valance Band

Gambar. 1. Skema Pita Energi

Jika ada suatu elektron dari setiap atom yang terkait dengan masing-masing orbital
N yang digabungkan membentuk pita, kemudian karena setiap tingkat energi yang
dihgasilkan daoat ditempati secara ganda, pita valensi akan terisi penuh dan pita konduksi
akan kosong. Hal ini digambarkan secara skematis pada gambar diatas dengan shading abu-
abu dari pita valensi. Sebuah elektron hanya dapat tereksitasi dari pita valensi kepita
konduksi jika diberikan energi setidaknya sama besarnya dengan energi celah pita. Hal ini
dapat terjadi jika, elektron menyerap energy foton yang cukup tinggi.

Jika seperti dalam skema Gamabar 1, sebuah pita benar-benar terisi penuh dengan
elektron, dan pita yang tepat diatasnya kosong, maka material tersebut memiliki celah pita
energi. Celah pita energi ini adalah perbedaan energi antara pita valensi dan pita konduksi.
Material yang baik untuk dijadikan material semikonduktor jika material tersebut memiliki
band gap relative kecil, atau isolator jika band gap relative besar. Elektron dalam pita juga
disusun dalam pita, tetapi dalam logam distribusi elektron berbeda , elektron tidak
terionisasi. Dalam logam sederhana dengan satu elektron valensi per atom, seperti natrium,
pita valnesi tidak terisi penuh, sehingga terdapat tempat tertinggi bagi elektron untuk
menduduki tingkat keadaan tersebut. Bahan tersebut merupakan konduktor listrik yang
baik, karena ada keadaan energy dari medan listrik dan melompat kedalam energy yan
kosong.

Dengan konsep pita tenaga ini maka dapat diterangkan mengapa suatu zat
mempunyai perbedaan daya hantar listrik. Perbedaan daya hantar listrik disebabkan oleh
perbedaan lebar pita terlarang (energy Gap). Pada isolator lebar pita terlarang ini besar ≈
6ev sehingga sulit untuk terjadi elektron oada pita valensi pindah kepita konduksi,
walaupun deberi tenaga medan listrik luar. Karena tidak ada elektron pada pita konduksi,
maka tidak ada elektron bebas sehingga tidak bias menghantarkan listrik. Pada semi
konduktor lebar pita terlarang kecil ≈ 1 ev, sehingga pada suhu rendah (0o K) tidak ada
elktron pada pita konduksi, tetapi pada suhu kamar ada elektron yang bisa meloncat dari
pita valensi ke pita konduksi menjadi elektron bebas. Dengan demikina bahan semi
konduktor pada suhu rendah tidak bisa menghantarkan arus listrik, pada suhu tinggi dapat
menghantarkan arus listrik. Pada konsuktor pita valensi dan pita konduksi bertumpang
tindih, sehingga tidak terdapat pita terlarnag. Dengan demikian elektron valensi mudah
bergerak dalam pita konduksi, sehingga mudah menghantarkan arus listrik.2

Pita energy adalah kumpulan garis pada tingkat energi yang sama akan saling
berimpit dan membentuk pita, Jadi pita energi digunakan untuk mebedakan antara
konduktor, semikonduktro, isolator dan superkonduktor. Kristal dapat dikelompokan dalam
4 golongan (dapat dijelaskan berdasarkan konduktivitasnya) :

1. Konduktor ρ <<
2. Semikonduktor 0 ≤ρ≤∞
3. Isolator ρ≈∞
4. Superkonduktor ρ=0

2
Pradita Ajeng Wiguna, “Pita Energi”, Universitas Negeri Semarang, (Semarang: 2015), hal. 3-5
Berdasarkan pita energinya, dapat dibedakan menjadi isolator , semikonduktor, dan
komduktor (seperti gambar 2.)

p.k p.k p.k

E.g

P. P. P.
V V V

Isolator Konduktor Semikonduktor

Gambar 2. Pita Energi

Keterangan :

P.V = Pita Valensi, yaitu pita energy yang terisi oleh elktron valensi

P.K= Pita Konduksi, yaitu pita energy diatas pita valensi yang akan terisi elektron konduksi

E.g= Celah energy, yaitu energy yang diperlukan elektron untuk ke pita konduksi3

B. Energi Model Electron Hampir Bebas

Model elektron bebas memenuhi jumlah distribusi yang pada dasarnya terus
menerus berawal dari nol hingga tak terhingga. Telah diketahui bahwa:

3
Sri Rahmayani, Op. Cit. hal. 3
ℎ2
∈𝑘 = (𝑘 2 + 𝑘𝑦 2 + 𝑘𝑧 2 )
2𝑚 𝑥

Dimana, untuk kondisi batas periodic sebuah kubus berukuran L,

2𝜋 4𝜋
𝑘𝑥 , 𝑘𝑦 , 𝑘𝑧 = 0; ± ;± ;…
𝐿 𝐿

Fungsi gelombang elektron bebas, persamaannya sebagai berikut

ᴪ𝑘 (𝑟) = exp(𝑖𝑘. 𝑟);

Yang mewakili gelombang berjalan dengan momentum p = hk

Struktur pita merupakan sebuah Kristal yang seringkali dapat menjelaskan model
elektron bebas terdekat karena pita elektron diperlukan sebagai pengusik oleh potensial
periodikpada intiion saja. Refleksi Bragg merupakan cirri khas penyebaran gelombang
dalam Kristal. Refleksi Bragg gelombang elektron dalam Kristal adalah penyebab celah
energi. Celah energy dapat menentukan secara signifikan dalam penentuan apakah zat padat
merupakan insulator ataukah konduktor.

Syarat terjadinya difraksi Bragg adalah

( k + G)2 = k2 ( pers 1)

(untuk gelombang difraksi gelombang vector dalam satu dimensi)

Persamaan satu menjadi

K2 + 2k. G + G2 = k2 (pers. 2)

Untuk Kristal satu dimensi, k berimpit dengan G sehingga 2k.G = 2 k.G cos 0 = 2k.G
Sehingga persamaan 2 menjadi

K2 + 2k.G + G2 = k2

(semua besaran disini adalah besaran scalar)

1
K = ± 𝐺 = ±𝑛 𝜋⁄𝑎
2
𝑛
Dimana G = 2𝜋 𝑎 adalah kisi resiprokal vector dan n adalah bilangan bulat.
𝜋
Refleksi pertama dan celah energy pertama terbentuk pada 𝑘 = ± 𝑎 . Pada bagian ini k
𝑛
dimana antara − 𝑎 adalah zona Brillouin kisi. Celah energy lainnya terjadi untuk nilai

bilangan n lainnya.

Gambar 3. Energy sebagai fungsi vector gelombang k menurut model elektron bebas

Gambar 4. Kurva energy (E) sebagai fungsi vector gelombang (k) dalam sebuah kristal
Mono atomic satu dimensi dengan konstanta Kristal sebesar a. celah energy Eg
𝜋
yang ditunjukan terjadi pada k = + 𝑎 .

Pada Gambar 4 dan 5 , nilai energy adalah kontinyu untuk semua niulai k.
artinya kita tidak menetukan adanya celah energy dimana elektron dilarang berada. Inilah
kegagalan teori elektron bebas dalam menjelaskan perbedaan antara isolator,
semikonduktor, dan konduktor. Oelh karena itu, agar kita dapat memamahami perbedaan
tersebut, kita menggunakan teori yang mirip dengan teori elektron bebas tetapi sedikit
dimodifikasi, yaitu terori elektron hampir bebas atau sering disebut model atom
elektron hampir bebas.

Menurut model atom elektron hampir bebas ( V(x) ≠ 0) energy elektron tidak lagi
kontinyus untuk semua nilai k, tetapi tepat pada nilai-nilai k tertentu, tingkatenergi elektron
𝜋
mengalami diskontinyu, yaitu pada nilai-nilai 𝑘 = ± 𝑛 , dimana n = 1,2,3 dan seterusnya.
𝑎

Dengan demikian, kurva energy (E) sebagai fungsi vector gelombang (k) tidak lagi seperti
kurva yang ditunjukan dalam gambar. 3 di atas, seperti kurva yang ditunjukan dalam
gambar 4.

𝜋
Funsi gelombang pada 𝑘 = ± 𝑎 bukanlah gelombang berjalan exp (i π x/a) atau

exp (- i π x/a), elektron bebas. Dimana nilai khusus untuk k fungsi gelombang membuat
persamaan bagian perjalanan gelombang untuk bagian kanan dan kiri.

Pernyataan tidak terikat waktu direpresentasikan oleh gelombang berdiri. Kita


dapat menuliskan persamaan dua gelombang berdiri yang berbeda dari gelombang berjalan
𝑖𝑘𝑥
exp yaitu :
𝑎

ᴪ(+) = exp(𝑖𝜋 𝑥⁄𝑎) + exp(−𝑖𝜋 𝑥⁄𝑎 ) = 2 cos(𝜋 𝑥⁄𝑎 )


ᴪ(−) = exp(𝑖𝜋 𝑥⁄𝑎) − exp(−𝑖𝜋 𝑥⁄𝑎) = 2𝑖𝑠𝑖𝑛(𝜋 𝑥⁄𝑎 )

C. Celah Energi

Dua gelombang berdiri diberi tanda 𝜓(+) atau 𝜓(−) bergantung kepada berubah
atau tidaknya gelombang tersebut ketika –x disubtitusikan pada x. kedua gelombang berdiri
tersebut terbentuk dari jumlah yang sama dari gelombang berjalan kea rah kiri dan kanan.
Inilah asal mula adanaya celah energy. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 5. Rapat peluang (rapat muatan) ψ(+) atau ψ(−) disekitar inti atom dalam sebuah

Kristal atau dimensi

Kedua gelombang tersebut memiliki energy potensial yang berbeda. Rapat


kebolehjadian ρ suatu partikel adalah :

𝜌 = ψ ∗ ψ = |ψ|2

Jika gelombang berjalan murni 𝑒 𝑖𝑘𝑥 , maka rapat kebolehjadian ρ = 1. Rapat muatan tetap
untuk kombinasi linear gelombang bisang.
Rapat kebolehjadian gelombang tegak adalah :

𝜋𝑥
𝜌 (+) = |ψ(+)|2 ∝ 𝑐𝑜𝑠 2 ( )
𝑎

𝜋𝑥
𝜌 (−) = |ψ(−)|2 ∝ 𝑐𝑜𝑠 2 ( )
𝑎

𝜋 𝜋𝑥
Fungsi panjang gelombang pada batas wilayah Brillouin pertama 𝑘 = 𝑎 adalah √2 cos 𝑎
𝜋𝑥
dan √2 sin yang ternormalisasikan pada satuan panjang garis, misalkan besar energy
𝑎
potensial elektron dalam Kristal pada titik x adalah:

2𝜋𝑥
𝑈(𝑥) = 𝑈 cos
𝑎
Perbedaan energy orde pertama antara dua gelombang berdiri dinyatakan oleh:
1
𝐸𝑔 = ∫ 𝑈(𝑥)[ |ψ(+)|2 − |ψ(−)|2 dx
0

2πx πx πx
𝐸𝑔 = ∫ U cos ( ) (cos2 − sin2 ) dx
a a a

𝐸𝑔 = 𝑈

Dapat dilihat bahwa celah energi sama dengan komponen Fourier dari Kristal

D. Persamaan Gelombang Elektron Dalam Potensial Periodik

Jika energy potensial berupa fungsi periodik U(x) = U (x+a) dapat dinyatakan
daret Fourier dalam vector kisi resiprok G, yakni:

𝑈(𝑥) = ∑ 𝑈𝐺 𝑒 𝑖𝐺𝑥
𝐺
Untuk energy potensial yang berbeda pada fungsi nyata (real) dari UG adalah:

𝑈(𝑥) = ∑ 𝑈𝐺 (𝑒 𝑖𝐺𝑥 + 𝑒 −𝑖𝐺𝑥 ) = 2 ∑ 𝑈𝐺 cos 𝐺𝑥


𝐺>0 𝐺>0

Untuk memudahklan penanganan diasumsikan bahwa Kristal simetri sekitar x = 0 dan U0 =


0.

Persamaan gelombang sebuah elektron dalam Kristal yang dinyatakan dengan


persamaan Schrodinger, seperti telah disajikan dalam Bab elektron Bebas, yakni :

Ĥ 𝜓(𝑥) = ∈ 𝜓(𝑥)

Denangan Ĥ adalah operator Hamilton atau operator energy, yanag merupakan


kombinasi dari operastor energy potensial Ṽ dengan energy kinetic Ṱ, sebagai berikut:

Ĥ 𝜓(𝑥) = Ṽ 𝜓(𝑥) + Ṱ 𝜓(𝑥)

Adapun ∈ dan 𝜓 masing-masing swa nilai (eigen value) dan swa fungdi (eigen
function). Operator energy kinetic dan operator potensial masing-masing dinyatakan
𝑝2
dengan Ṱ= 𝑑𝑎𝑛 Ṽ = 𝑈(𝑥)
2𝑚

Dari persamaan diatas diperoleh persamaan gelombang

1 2 1 2
[ 𝑝 + 𝑈(𝑥)] 𝜓(𝑥) = [ 𝑝 + ∑ 𝑈𝐺 𝑒 𝑖𝐺𝑥 ] 𝜓(𝑥) = 𝑒𝜓(𝑥) (𝑝𝑒𝑟𝑠. 1)
2𝑚 2𝑚 𝐺

Fungsi gelombang 𝜓(𝑥) dapat dinyatakan sebagai deret Fourier

𝜓 = ∑ 𝐶(𝑘)𝑒 𝑖𝑘𝑥 (𝑝𝑒𝑟𝑠. 2)


𝑘

Dimana:
K = bilangan real (k = 2 πn/L)

n = bilangan bulat

untuk menyelesaikan persamaan gelombang, kita subtitusikan persamaan 2 ke dalam pers 1

a. Energi kinetik
1 1 𝑑 2 ℎ2 𝑑2 𝜓 ℎ2
𝑝2 𝜓(𝑥) = (−𝑖ℎ ) 𝜓(𝑥) = − = ∑𝑘 𝑘 2 𝐶 (𝑘)𝑒 𝑖𝑘𝑥
2𝑚 2𝑚 𝑑𝑥 2𝑚 𝑑𝑥 2 2𝑚

b. Energi potensial

∑ 𝑈𝐺 𝑒 𝑖𝐺𝑥 𝜓(𝑥) = ∑ ∑ 𝑈𝐺 𝑒 𝑖𝐺𝑥 𝐶 (𝐾)𝑒 𝑖𝐾𝑥


𝐺 𝐺 𝐾

Persamaan gelombang merupakan jumlah dari energy kinetic dan energy potensial :

∑ 𝑈𝐺 𝑒 𝑖𝐺𝑥 𝐶 (𝐾)𝑒 𝑖𝐾𝑥 + ∑ ∑ 𝑈𝐺 𝑒 𝑖(𝑘+𝐺)𝑥 =∈ ∑ 𝐶 (𝐾)𝑒 𝑖𝐾𝑥


𝐾 𝐺 𝐾 𝑘

Setiap komponen Fourier harus memiliki koefisien yang sama pada kedua sisi

(𝜆𝑘 −∈) + ∑ 𝑈𝐺 𝐶 (𝑘 − 𝐺) = 0
𝐺

Dengan notasi
ℎ2 𝑘 2
𝜆𝑘 =
2𝑚
1. Fungsih Bloch
Fungsuh Bloch membuktukan bahwa solusi untuk persamaan
Schrodinger pada potensial periodic harus berbentuk:

𝜓𝑘 (𝑟⃗) = 𝑈𝑘 (𝑟⃗) 𝑒 (𝑖𝑘𝑥) (𝑝𝑒𝑟𝑠. 3)

Dimana 𝑈𝑘 (𝑟⃗) mempunyai periode Kristal lattice dengan 𝑈𝑘 (𝑟⃗) =


⃗⃗ )
𝑈𝑘 (𝑟⃗ + 𝑇 ⃗⃗ adalah vector sisi translasi. Persamaan diatas
dengan 𝑇
mengungkapkan teorima bloch, yaitu “Fungsi Eigen dari persamaan
gelombang untuk potensial periodic mempunyai hasil dari bidang gelombang
eksp. (ik. r) fungsi waktu Uk ® dengan periodisitas kisi Kristal”.

Fungsi gelombang one-elektron pada persamaan (3) disebut fungsi


Bloch dan dapat didekomposisikan dalam jymlah gelombang berjalan. Fungsi
Bloch dapat dikumpulkan dalam bentuk gelombang paket-paket memwakili
elektron-elektron yang menyebar secara bebas melalui medan potensial dari inti
atom.
Teorema Bloch valid jika 𝜓𝑘 nondegenerasi yaitu ketika tidak ada
fungsi gelombang dengan energy yang sama dan vector gelombangnya 𝜓𝑘 .
Energy potensial priodik di a dengan U(x) = U(x + sa), dimana s adalah
bilanganh bulat.
Untuk mencari solusi persamaan gelombang dapat dibantu oleh garis
simetri cincin sehingga:

𝜓(𝑥 + 𝑎) = 𝐶𝜓(𝑥) (𝑝𝑒𝑟𝑠. 4)


Dimana c konstan, sehingga disekitar cincin adalah

𝜓(𝑥 + 𝑁𝑎) = 𝜓(𝑥) = 𝐶 𝑁 𝜓(𝑥) (𝑝𝑒𝑟𝑠. 5)


Karena 𝜓(𝑥) harus bernilai tungga. C adalah satu dari akar kesatuan atau

𝑖2𝜋𝑠𝑥
𝐶𝑁 = 𝑒( )
𝑁𝑎 ; 𝑠 = 0, 1, 2, … , 𝑁 − 1 (𝑝𝑒𝑟𝑠. 6)

Kita gunakan persamaan diatas

𝑖2𝜋𝑠𝑥
𝜓(𝑥) = 𝑈𝑘 (𝑥)𝑒 ( )
𝑁𝑎 (𝑝𝑒𝑟𝑠. 6)
Dengan persamaan 3, 6 dan Uk (x) memiliki periodisasi dalam a, sehingga :

2𝜋𝑠
𝑈𝑘 (𝑥) = 𝑈𝑘 (𝑥 + 𝑎) 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘 = (𝑝𝑒𝑟𝑠. 7)
𝑁

2. Teorema Bloch
Kita menetukan C dari persamaan

𝜓𝑘 (𝑥) = ∑ 𝐶 (𝑘 − 𝐺)𝑒 𝑖 (𝑘−𝐺)𝑥


𝐺

= 𝑒 𝑖𝑘𝑥 ∑ 𝐶 (𝑘 − 𝐺)𝑒 𝑖 (𝑘−𝐺)𝑥


𝐺

= 𝑒 𝑖𝑘𝑥 𝑢𝑘 (𝑥)

Dengan didefinisikan bahwa

𝑢𝑘 (𝑥) = ∑ 𝐶 (𝑘 − 𝐺)𝑒 𝑖 (𝑘−𝐺)𝑥


𝐺

Disam[ing itu, karena 𝑢𝑘 (𝑥) adalah deret fourier pada vector kisi
resiprokyang invariant pada translasi kisi T, maka 𝑢𝑘 (𝑥) = 𝑢𝑘 (𝑥 + 𝑇),
sehingga dapat dibuktkian dengan mudah

𝑢𝑘 (𝑥 + 𝑇) = 𝑒 −𝑖𝐺𝑥 𝑢𝑘 (𝑥)
E. Jumlah Orbit Dalam Pita

Pada kisi linear dengan ditetapkan kisi a terdiri atas N sel primitive. Nilai
k yang diperolehkan pada kawasan Brillouin pertama adalah :

2𝜋 4𝜋 𝑁𝜋
𝑘 = 0, ,± ,……,±
𝐿 𝐿 𝐿
Jumlah k yang diperoleh N buah, sejumlah sel primitifnya. Sedangkan jumlah
orbital yang diperoleh 2N pada setiap pita energy.4

F. Logam dan Isolator

Isolator adalah bahan yang tidak bisa atau sulit melakukan perpindahan
muatan listrik, mempunyai sifat dapat mengisolir arus listrik. Memiliki tahanan
listrik (resistansi) yang besar sekali. Susunan atomnya sedemikian rupa sehingga
elektron valensinya sulit berpindah dari pita valensi ke pita konduksi, karena celah
energinya (enegy gap) besar sekali. Jika terjadi perpindahan elektron daripita
valensi ke pita konduksi, dengan perkataan lain terjadi tegangan tembus (breakdown
voltage).5

Logam alkali bersifat logam karena memiliki elektron valensi satu. Alkali
tanah bersifat semi logam karena pitanya tumpangsuh. Berbeda halnya dengan
intan, silikon dan germanium bersifat isolator pada nol mutlak karena elektronnya
genap.

4
M. Mulya Arif dkk, “Pita Energi”, universitas Islam Negeri Imam Bonjol, (Padang : 2017), hal. 4-
14
5
Fiqih Anugrah Fariz dkk, “Isolator”, Universitas diponegoro, (Semarang: 2014), hal. 5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengelompokan energi yang berbeda ini disebut pita energy. Namun,


tungkat energy elektron orbit dalam tidak banyak terpengaruh oleh kehadiran
atom tetangga.

Struktur pita merupakan sebuah Kristal yang sering kali dapat


menjelaskan model elektron bebas terdekat karena pita elektron diperlukan
sebagai pengusik oleh potensial periodic pada inti-inti ion. Refleksi Bragg
merupakan gambaran karakteristik gelombang dalam Kristal. Refleksi Baragg
gelombang elektron dalam Kristal adalah penyebab celah energi.

Dua gelombang berdiri diberi tanda 𝜓(+) atau 𝜓(−) bergantung


kepada berubah atau tidaknya gelombang tersebut katika –x disubtitusikan pada
x. kedua gelombang berdiri tersebut terbentuk dari jumlah yang sama dari
gelombang berjalan kearah kiri dan kanan.

Isolator adalah bahan yang tidak bisa atau sulit melakukan perpindahan
muatan listrik, mempunyai sifat dapat mengisolir arus listrik. Memiliki tahanan
listrik (resistansi) yang besar sekali

Logam alkali bersifat logam karena memiliki elektron valensi satu.


Alkali tanah bersifat semi logam karena pitanya tumpangsuh. Berbeda halnya
dengan intan, silikon dan germanium bersifat isolator pada nol mutlak karena
elektronnya genap.
B. Saran

Setetelah mepelajari materi pita energi ini, penulis berharap agar


pembaca dapat lebih memahami konsep-konsep fisika terkait pita energy serta
dapat menerapkan ilmunya dalan kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Arif M. Mulya dkk. 2017. Pita Energi. Padang . universitas Islam Negeri Imam Bonjol.
Fariz, Fiqih Anugrah dkk. 2014. “Isolator”. Semarang. Universitas diponegor.

Rahmayani, Sri. 2017. Teori Pita Energi Berdasarkan Teorema Bloch. .Makassar
.Universitas negeri Makassar.
Wiguna, Pradita Ajeng. 2015. Pita Energi. Semarang . Universitas Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai