Identitas Pasien :
Nama : Nn. Nadira
Usia : 18 tahun
Ruang : Beria / 7
Teori Pasien
S: S:
Manifestasi klinik : Keluhan utama : Nyeri Ulu Hati
Gejala klinik : Nyeri dirasakan seperti terbakar sejak 2 hari
Nyeri ulu hati SMRS dirasakan terus menerus disertai
Rasa tidak enak di ulu hati dan keluhan lemas badan, tidak menjalar. Nyeri
sekitarnya muncul saat makan. Mual (+), muntah (+) 3
Mual kali, isi cairan dan berwarna bening, darah (-).
Muntah Mulut terasa pahit. Nafsu makan menurun.
Kembung Demam (-) BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Rasa penuh atau cepat kenyang
RPD : pasien tidak memiliki riwayat darah
Sendawa
tinggi, tidak ada riwayat maag, kolesterol
Dispepsia akibat gangguan motilitas
tinggi (-), asam urat (-), kencing manis(-).
o Perasaan kembung
o Rasa penuh ulu hati/tidak RPK : keluhan sama (-)
nyaman setelah makan Kebiasaan : Merokok (-), alkohol (-)
o Cepat merasa kenyang
Usaha berobat : belum berobat
o Sendawa
o Mual, dan/atau muntah Riwayat alergi : Tidak ada alergi obat maupun
makanan
Dispepsia akibat tukak
Tukak duodenum :
o Nyeri muncul saat lapar
o Nyeri dapat membangunkan di
tengah malam
o Nyeri hilang setelah minum
antasida
o Sebelah kanan garis tengah
perut
Tukak lambung:
o Nyeri muncul setelah makan
o Sebelah kiri garis tengah perut
Dispepsia Fungsional
o Sindrom Distress Post-prandial
(SDP) Memenuhi salah satu
atau kedua syarat berikut :
Rasa penuh setelah
makan yang menganggu,
makanan dengan porsi
biasa, terjadi beberapa
kali dalam seminggu
Rasa cepat kenyang yang
menyebabkan tidak
dapat menghabiskan
makanan, terjadi dalam
beberapa kali dalam
seminggu
o Kriteria suportif :
Kembung di perut
bagian atas, mual atau
bersendawa setelah
makan
Dapat terjadi bersamaan
dengan Sindrom nyeri
epigastrik
Sindrom nyeri epigastik (SNE)
Memenuhi semua syarat berikut :
o Nyeri atau rasa terbakar di
epigastrium, intensitas moderat,
setidaknya sekali dalam
seminggu
o Nyeri intermitten
o Tidak tergeneralisasi atau
terlokalisasi ke area lain
abdomen
o Tidak membaik setelah defekasi
atau buang gas
o Tidak memenuhi kriteria batu
empedu
Kriteria suportif :
o Nyeri seperti terbakar, tapi
bukan di daerah retrosternal
o Nyeri diinduksi atau diredakan
dengan makanan, namun dapat
terjadi
selama puasa
o Dapat terjadi bersamaan dengan
Sindrom distress post-prandial
O: O:
Respirasi : 22 x/Menit
Suhu : 36,6 oC
SatO2 : 99%
BB : 49 kg
TB : 157 cm
Thorax :
Paru :
Jantung:
Abdomen:
Perkusi: timpani
Dispepsia
P:
P:
Usulan Pemeriksaan Penunjang :
Usulan Pemeriksaan Penunjang
Hematologi rutin
Hematologi rutin
Urea Breath Test
Urea Breath Test
USG upper abdomen
USG upper abdomen
Endoskopi
Endoskopi
Non medikamentosa
Non medikamentosa
Istirahat, edukasi pasien hindari stres,
Istirahat, edukasi pasien hindari stres, jangan
jangan mengonsumsi OAINS.
mengonsumsi OAINS.
Diet lunak, porsi kecil, hindari asam,
Diet lunak, porsi kecil, hindari asam, pedas,
pedas, susu, alcohol.
susu, alcohol.
Medikamentosa
Medikamentosa :
Antasida : Antasida DOEN 3x1 ac/pc
- Antasida DOEN 3x1 ac/pc
PPI : Omeprazole 1x1 ac
- Omeprazole 1x1 ac
Antiemetik : Domperidone 3x10mg
- Domperidone 3x10mg
PEMBAHASAN TEORI
Definisi Dispepsia
(Sindroma) Dispepsia : kumpulan gejala dari abdomen bagian atas, dapat
mencakup nyeri ulu hati, rasa tidak enak di ulu hati dan sekitarnya, mual, kembung,
muntah, rasa penuh atau cepat kenyang, sendawa.
Epidemiologi
Pada populasi umum didapatkan prevalensi dispepsia berkisar antara 12-45%
dengan estimasi rerata 25%. Insidensi dispepsia pertahun diperkirakan antara 1-11,5%.
Prevalensi berkisar antara 7-41% di negara Barat, dengan perkiraan 10-20% mencari
pertolongan medis. Dispepsia diperkirakan diderita sekitar 15-40% warga Indonesia.
Data Depkes tahun 2004 menempatkan dispepsia di urutan ke 15 dari daftar 50 penyakit
dengan pasien rawat inap terbanyak di Indonesia dengan proporsi 1,3%. Proporsi
tertinggi penderita dispepsia adalah kelompok umur>50th (33,0%), jenis kelamin
perempuan (61,6%), agama Islam (75,3%), tamat SLTA (17,7%), pekerjaan Ibu Rumah
Tangga (30,0%), status Kawin (70,4%), asal kota Medan (86,7%), dispepsia fungsional
(78,8%), manifestasi klinis campuran (52,7%), lama sakit akut (74,9%), pulang berobat
jalan (90,1%), bukan dengan biaya sendiri (79,8%), dan lama rawat inap rata - rata 5,24
hari.
Etiologi
Adanya satu atau lebih keluhan rasa penuh setelah makan, cepat kenyang,
nyeri ulu hati/epigastric, rasa terbakar di epigastrium.
Keluhan ini terjadi selama 3 bulan dalam waktu 6 bulan terakhir sebelum
diagnosis ditegakan
Faktor Resiko
Disamping infeksi Hp sebagai faktor risiko utama dan tersering ( estimated odds ratio
3.7) dan OAINS ( estimated odds ratio 3.3), terdapat faktor risiko tambahan yang
meningkatkan kemungkinan seseorang terkena ulkus peptikum :,
- PPOK (2.34)
- Penyakit ginjal kronis (2.29)
- Pengkonsumsi aktif tembakau atau produk-produk tembakau (1.99),
- Sebelumnya pernah mengkonsumsi tembakau atau produk-produk tembakau
(1.55)
- Usia lanjut >60 tahun (1.67)
- 3 atau lebih kunjungan dokter/RS per tahun (1.49)
- Penyakit jantung koroner (1.46)
- Pernah mengkonsumsi alkohol (1.29)
- Ras African-American (1.20)
- Obesitas (1.18)
- Diabetes (1.13).
Patogenesis
o Menghasilkan mukus
Bila Hp bersifat patogen maka yang pertama kali terjadi adalah Hp dapat
bertahan di dalam suasana asam di lambung, kemudian terjadi penetrasi terhadap
mukosa lambung, dan pada akhirnya Hp berkolonisasi di lambung tersebut. Sebagai
akibatnya Hp berproliferasi dan dapat mengabaikan sistem mekanisme pertahanan
tubuh yang ada. Pada keadaan tersebut beberapa faktor dari Hp memainkan peranan
penting diantaranya urease memecah urea menjadi amoniak yang bersifat basa lemah
yang melindungi kuman tersebut terhadap mileu asam HCL.
Gambaran Klinis Ulkus Peptikum
Keluhan pada pasien tukak peptik mencakup nyeri ulu hati, rasa tidak nyaman
(discomfort) disertai muntah.
- Disfagia progresif
- Anemia
- Demam
Keberadaan salah satu saja dari gejala-gejala tersebut merupakan indikasi absolut
Pemeriksaan Penunjang
- Radiologi
o Pemeriksaan radiologi dengan barium meal kontras ganda dapat
digunakan dalam menegakkan diagnosis tukak peptik, tetapi di era
modern ini sudah mulai ditinggalkan.
- Endoskopi
o Untuk diagnostik tukak peptik lebih dianjurkan pemeriksaan endoskopi.
Selain diagnosis definitif untuk infeksi HP, untuk memastikan diagnosa
keganasan tukak gaster harus dilakukan pemeriksaan histopatologi,
sitologi brushing dengan biopsi melalui endoskopi.
o Kelebihan endoskopi dibanding radiologi :
Lesi kecil diameter <0.5 cm dapat dilihat, dilakukan pembuatan
foto dokumentasi adanya tukak
Lesi yang ditutupi oleh gumpalan darah dengan penyemprotan
air dapat dilihat
Radiologi tidak dapat memastikan apakah suatu tukak ganas atau
tidak, tidak dapat menentukan adanya kuman HP sebagai
penyebab tukak
o Kecurigaan bahwa seseorang menderita penyakit tukak perlu dipikirkan
bila ditemukan :
Adanya riwayat pasien tukak dalam keluarga
Rasa sakit klasik dengan keluhan yang spesifik
Faktor predisposisi seperti pemakaian OAINS, perokok berat &
alkohol
Adanya penyakit kronik seperti PPOK dan sirosis hati
Adanya hasil positif kuman HP dari serologi/lgG anti HP atau
UBT
Diagnosis
- Dispepsia fungsional
- Penyakit vaskuler
Terapi
Tujuan terapi:
- Mencegah komplikasi
Terapi Medikamentosa
Secara klinis pasien dengan keluhan dispepsia tanpa tanda bahaya dan usia di bawah
45 tahun dapat dilakukan terapi empiris dengan pilihan sebagai berikut :
- Ulcer like, keluhan nyeri, muntah, sakit tengah malam, HPFR : PPI/ARH2
- Penyembuhan tukak
- Perdarahan
Insidensi 15-25%, meningkat pada usia lanjut (>60 tahun) akibat adanya
penyakit degeneratif dan meningkatnya pemakaian OAINS (20% tanpa simtom
dan tanda penyakit sebelumnya). Sebagian besar perdarahan berhenti spontan,
sebagian memerlukan tindakan endoskopi terapi, bila gagal dilanjutkan dengan
tindakan operasi (5% dari pasien yang memerlukan transfusi darah).
- Perforasi/ penetrasi
Terasa sakit tiba-tiba, sakit berat, sakit difus pada perut dapat terjadi dengan
insidensi 6-7%. Hanya 2-3% mengalami perforasi terbuka ke peritoneum, 10%
tanpa keluhan tanda perforasi dan 10% disertai perdarahan tukak dengan
mortalitas yang meningkat. Insiden perforasi meningkat pada usia lanjut karena
proses aterosklerosis dan meningkatnya penggunaan OAINS.
- Obstruksi/ stenosis
Stenosis pilorik atau Gastric outlet obstruction: Insidensi 1-2% dari pasien TP.
Keluhan pasien akibat obstruksi mekanik berupa cepat kenyang, muntah berisi
makanan tak tercerna, mual, sakit perut setelah makan, berat badan turun.