ONTOLOGI
Disusun oleh:
PPDS Tahap Basic
Mitari Nuzullita
Berli Kusuma
Pembimbing:
Prof. Dr. dr. T. Z. Jacoeb, SpOG(K)
I. Pendahuluan
Ontologi merupakan cabang ilmu dari filsafat yang tertua yang mempelajari ilmu
tentang apa, jenis dan struktur objek, properti, peristiwa, proses dan hubungan di
setiap bidang realitas. Ontologi juga sangat relevan dengan agama dan spiritualitas.1
Apa pun kepercayaannya tentang kerohanian akan selalu memiliki dimensi ontologis.
Ontologi umumnya dianggap sebagai sub-bidang metafisika. Metafisika
merupakan salah satu bab dari filsafat. Metafisika memiliki banyak definisi, tetapi itu
berarti sesuatu seperti "studi tentang sifat dasar realitas." Sebelum abad ke-17,
ontologi dan metafisika sering dijadikan satu dalam kajian ilmu metafisika, para filsuf
kemudian membedakan antara metafisika dan ontologi berdasarkan pada objek yang
ditelaah. Prof. B. Delfgaauw membedakan antar ontologi dan metafisika melihat dari
objeknya. Objek yang bisa ditangkap dengan panca indra dikelompokkan sebagai
ontologi, sedangkan objek yang tidak dapat ditangkap denga panca indra
dikelompokkan sebagai metafisika. Namun, sebagai patokan kita dapat mengatakan
bahwa ontologi menanyakan pertanyaan apa, sedangkan metafisika menanyakan
bagaimana.1
Ontologi secara ringkas membahas mengenai realitas dengan apa adanya atau
dengan kata lain membahas mengenai kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan
kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui
kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir yang
didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan
realitas. 2
II. Definisi Ontologi
Pengertian paling umum dari ontologi adalah bagian dari ilmu filsafat yang
3
mencoba mencari hakikat dari sesuatu. Pengertian ini menjadi melebar dan dikaji
secara tersendiri menurut lingkup cabang keilmuan tersendiri. Pengertian ontologi
juga semakin beragam sesuai dengan berjalannya waktu.
2
1. Berdasarkan asal katanya, ontologi berasal dari kata Yunani yaitu On/Ontis
yang berarti ada dan Logos yang berarti ilmu. Onto-logos merupakan ilmu
tentang keberadaan.
2. Ontologi adalah ilmu pengetahuan yang meneliti segala sesuatu yang ada.
3. Menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang mempelajari hakikat yang ada,
baik nyata maupun abstrak. 3
4. Suriasumantri menjelaskan bahwa ontologi merupakan ilmu yang mempelajari
apa yang ingin diketahui, seberapa jauh keingintahuan tersebut. Kajian
ontologi mencakup apakah obyek yang akan dikaji, bagaimana wujud hakiki
obyek dan bagaimana hubungan antara obyek tersebut dengan daya tangkap
manusia sehingga membuahkan pengetahuan. Sifat kejadian yang terjangkau
fitrah pengalaman manusia disebut empiris. Fakta empiris adalah fakta yang
dapat dialami langsung oleh manusia dengan mempergunakan panca indranya.
Ruang lingkup kemampuan panca indra manusia dan peralatan yang
dikembangkan sebagai pembantu panca indra tersebut membentuk yang
dikenal dengan dunia empiris. 4
5. Liang Gie menyatakan ontologi merupakan bagian dari filsafat dasar
mengenai makna dari sebuah eksistensi dengan pembahasan yang meliputi
apakah artinya ada. 3
Berdasarkan pengertian-pengertian ontologi tersebut, ontologi dapat disimpulkan
sebagai teori mengenai kemaknaan suatu objek, wujudnya dan relasi obyek tersebut
pada ilmu pengetahuan. Pengertian ini berbeda-beda sesuai dengan lingkup cabang
keilmuan.
Ontologi bisa dilihat dari berbagai sisi. Pada pendekatan pertama, ontologi
adalah ilmu yang mempelajari what there is (apakah hal itu ada?). Beberapa masalah
filsafat klasik yang merupakan masalah dalam hal ontology seperti: pertanyaan
apakah Tuhan itu ada, atau masalah keberadaan alam semesta. Ini semua merupakan
masalah dalam ontologi dalam artian mereka berkenaan dengan apakah sesuatu hal,
atau dalam hal lebih luas entitas, itu ada atau tidak. Tetapi, ontologi juga biasanya
dipakai untuk menjelaskan hal paling umum dan hubungan antar entitas yang ada.
Terdapat banyak masalah filosofis klasik yang merupakan masalah ontologi yang
dapat dipahami dengan cara ini. Sebagai contoh, masalah bagaimana alam semesta
berhubungan dengan partikel-partikel yang dimiliki (dengan asumsi bahwa alam
3
semesta dan partikel itu ada), atau masalah tentang bagaimana sebuah kejadian. Misal
John memakan kue berhubungan dengan partikel John dan kue, dan hubungannya
dengan makan, dengan asumsi bahwa kejadian, partikel, dan hubungan itu ada.
Masalah seperti ini dengan cepat berubah menjadi metafisika secara umum, yaitu
cabang ilmu filsafat yang menjelaskan ontologi sebagai salah satu bagiannya. Batasan
dalam hal ini masih belum jelas. Akan tetapi, kita paling tidak mempunyai dua bagian
ontologi dalam tinjauan filsafat secara umum: pertama, kita katakan apakah sesuatu
itu ada, apakah keberadaan itu, terbuat dari apakah segala sesuatu, dan kedua apakah
ciri utama dan hubungan antar entitas tersebut. 5
Cara pandang terhadap ontologi datang dengan dua perangkat masalah yang
berujung pada disiplin ilmu filsafat tentang ontologi yang menjadi lebih kompleks
dari hanya sekedar menjawab pertanyaan di atas. Masalah pertama adalah bahwa
tidak terdapat kejelasan tentang bagaimana pendekatan untuk menjawab pertanyaan
tersebut. Hal ini memicu debat tentang komitmen ontologi. Masalah kedua adalah
bahwa pertanyaan yang ada menjadi tidak jelas. Hal ini memicu debat tentang meta-
onkologi.
Ontologi filosofis di sini adalah apa yang secara standar disebut ontologi
deskriptif atau realis. Ini bukan hanya mencari penjelasan melainkan deskripsi realitas
dalam hal klasifikasi entitas yang lengkap dalam arti bahwa dapat berfungsi sebagai
jawaban untuk pertanyaan seperti: Kelas entitas apa yang diperlukan untuk deskripsi
dan penjelasan lengkap dari semua terjadi di alam semesta atau: Kelas entitas apa
yang diperlukan untuk memberikan penjelasan tentang apa yang membuat semua
kebenaran benar atau: Kelas entitas apa yang diperlukan untuk memfasilitasi
pembuatan prediksi tentang masa depan. Kadang-kadang pembagian dibuat - seperti
misalnya dalam kasus Husserl dan Ingarden antara ontologi formal dan material (atau
regional). Ontologi formal adalah domain-netral berkaitan dengan aspek-aspek
realitas misalnya parthood dan identitas yang dimiliki bersama oleh semua wilayah
material. Ontologi material berkaitan dengan fitur-fitur tersebut (misalnya pikiran
atau hubungan sebab akibat) yang spesifik untuk domain yang diberikan
Salah satu kesulitan pada ontologi adalah tidak hanya terdapat ketidakjelasan
tentang what there is, tapi juga tidak jelas cara menyelesaikan pertanyaan tentang
what there is, paling tidak bukan seperti apa yang biasanya menjadi ketertarikan para
filsuf: angka, kepemilikan, Tuhan, dan sebagainya. Ontologi akhirnya menjadi cabang
4
filsafat yang menangani selain studi tentang what there is dan sifat-sifat yang
dimilikinya , tapi juga mencakup studi tentang hal melibatkan penyelesaian
pertanyaan tentang what there is secara umum, khususnya pada kasus filsafat yang
membingungkan. Cara kita mengetahui what there is bukanlah hal yang mudah untuk
dijawab. Hal ini terlihat sederhana untuk benda yang bisa kita lihat dengan mata,
misalkan kunci, namun bagaimana kita memutuskannya untuk suatu hal lain,
misalkan, angka dan sifat? Cara pertama untuk mencoba menyelesaikan pertanyaan
adalah dengan melihat apakah kita secara rasional telah menetapkan pertanyaan ini.
Dapat kita bilang, misalkan kita memiliki kepercayaan tertentu, apakah kepercayaan
ini menyertakan juga komitmen rasional untuk menjawab pertanyaan "apakah angka
itu ada?" misalnya. Jika kepercayaan kita menyertakan juga komitmen rasional akan
pertanyaan ontologis tentang keberadaan sebuah entitas tertentu maka kita bisa
mengatakan bahwa kita berkomitmen terhadap keberadaan entitas tersebut. Apakah
yang sebenarnya diperlukan untuk sebuah komitmen tersebut terjadi masih
diperdebatkan. Untuk mengetahui apakah seseorang berkomitmen terhadap suatu
kepercayaan tertentu, atau penerimaan terhadap teori tertentu tentang dunia,
merupakan bagian disiplin ilmu yang lebih besar daripada ontologi. 5
Di samping masih belum jelas cara komitmen untuk menjawab pertanyaan
ontologis, tapi juga masih tidak jelas apakah sebenarnya yang dimaksud dengan
pertanyaan ontologi, dan apakah yang berusaha dicapai dengan ontologi. Untuk
mengetahuinya adalah tugas meta-ontologi, yang dengan jelas bukan merupakan
bagian dari ontologi yang dipersempit, namun merupakan studi tentang apakah itu
ontologi. Namun, seperti halnya sebagian besar cabang ilmu filsafat, ontologi
diartikan secara lebih luas mencakup juga meta-ontologi, dan berarti meta-ontologi
merupakan bagian dari ontologi, dalam arti lebih luas. Akan tetapi hal ini berguna
untuk memisahkannya sebagai bagian khusus dari ontologi. Banyak pertanyaan paling
fundamental secara filsafat tentang ontologi merupakan pertanyaan meta-ontologi.
Meta-ontologi tidak begitu terkenal dalam beberapa dekade terakhir, sebagian karena
satu pandangan meta-ontologi, yang sering dikaitkan dengan Quine, dapat diterima
sebagai suatu pandangan yang benar, tapi hal ini mulai berubah dalam beberapa tahun
terakhir dalam berbagai cara. Salah satu motivasi studi meta-ontologi adalah karena
pertanyaan tentang apa itu ontologi berusaha untuk dijawab. Kita ambil contoh
misalnya dalam kasus angka. Apakah pertanyaan yang harus berusaha kita jawab
5
dalam ontologi jika kita ingin mengetahui apakah angka itu ada, adalah, jika realitas
mengandung angka di samping segala hal yang membentuknya? Dengan cara ini kita
mendapatkan jawaban mudah: "Apakah angka itu ada?". Namun pertanyaan ini
sepertinya mudah untuk dijawab. Jawabannya menyatakan, dengan trivia matematis,
kita katakan bahwa angka 7 lebih sedikit daripada 8. Jika hal ini benar, maka terdapat
angka yang lebih sedikit daripada 8, yaitu 7, jadi paling tidak terdapat satu angka.
Akan tetapi apakah ontologi semudah ini? Studi tentang meta-ontologi kemudian
akan menentukan, di antara lainnya, jika "Apakah angka itu ada" merupakan
pertanyaan yang harus dijawab oleh disiplin ilmu ontologi dan secara lebih umum,
apakah yang harus dilakukan oleh ontologi. Beberapa filsuf berpikir bahwa ontologi
seharusnya menjawab pertanyaan lain dibandingkan what there is, tapi mereka sering
tidak sepakat tentang apakah pertanyaannya itu. 5
III. Aliran-aliran dalam Ontologi
Beberapa pandangan pada pemikiran realitas secara kritis:
1. Monoisme
Aliran ini menyatakan bahwa hakikat dari kenyataan hanya terdiri dari satu, baik
berupa jasmani maupun rohani. 3 Aliran ini dibagi menjadi dua aliran yakni;
a. Materialisme (naturalisme). Aliran ini menyatakan sumber dari asal adalah materi
dan bukan rohani. Menurut aliran ini, zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya
fakta serta peristiwa jiwa selalu dilihat sebagai peristiwa jasmani. Hal yang mendasari
pemikiran materialisme adalah pikiran yang masih sederhana dimana apa yang
terlihat dapat diraba dan dijadikan kebenaran yang terakhir, pikiran sederhana yang
tidak mampu memikirkan sesuatu di luar ruang abstrak, dan penemuan-penemuan
yang menunjukkan bergantungnya jiwa pada badan. 3
b. Idealisme
Paham ini dikenal juga sebagai paham spiritualisme dimana hakikat dari kenyataan
adalah dari rohani atau sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Hal yang
mendasari pemikiran ini adalah;
• Nilai rohani yang lebih tinggi dibandingkan nilai jasmani bagi
kehidupan manusia dimana jasmani hanyalah bersifat penjelmaan
• Pemikiran Plato berupa konsep universal dari tiap sesuatu dimana alam
nyata yang menempati ruangan hanya berupa bayangan dari alam ide
sehingga ide yang menjadi hakikat sesuatu. 3
6
2. Dualisme
Aliran ini memadukan antara paham materialisme dan idealisme dimana keduanya
memiliki hakikat. Menurut aliran ini, benda memiliki dua macam hakikat sebagai
sumbernya yaitu hakikat materi dan spiritual yang bebas dan berdiri sendiri. Descartes
menganut aliran ini dan menyatakan bahwa hubungan materi dan spiritual
menciptakan kehidupan dalam alam. 3
3. Pluralisme
Aliran ini menganut bahwa segala bentuk merupakan kenyataan. Kenyataan alam
tersusun dari banyak unsur dan lebih dari satu atau dua entitas. Tokoh yang menganut
aliran ini adalah Empedocles dan Anaxogoras mengenai empat unsur alam; tanah, air,
api dan udara. Tokoh lainnya adalah William James yang menyatakan tiada
3
kebenaran yang mutlak, segala sesuatu bersifat tidak tetap dan berdiri sendiri.
Ontologi merupakan teori tentang objek dan keterkaitannya. Ontologi
memberikan kriteria untuk membedakan berbagai jenis objek yang berbeda (konkrit
dan abstrak, ada dan tiada, riil dan ideal, independen dan dependen), dan keterkaitan
di antara mereka (hubungan, ketergantungan, predikasi).6
Menurut Corazzon, kita dapat membagi ontologi menjadi: a)formal,
b)deksriptif dan c)ontologi foralized 6
a) ontologi formal
Ontologi formal diperkenalkan oleh Edmund Husserl dalam karyanya Logical
Investigation (1): menurut Husserl, tujuan ontologi adalah mempelajari terjadinya
sesuatu, leading regional concept, misalkan kategorik; metode utamanya adalah
reduksi eidetik bersama dengan metode intuisi kategorik. Ontologi fenomenologikal
dibagi menjadi dua: (I)formal, dan (II)regional, atau ontologi material. 6
Hal yang pertama mempelajari masalah kebenaran menurut tiga tingkatan
dasar: (a)apofantik formal, atau penilaian logis formal, di mana kondisi apriori
terhadap kemungkinan sebuah alasan pasti yang dipercaya dapat dilihat, bersama
dengan (b) bentuk sintesis kemungkinan aksiologis, dan (c) kebenaran "praktis".
Dalam kata lain, terbagi menjadi logika formal, aksiologi formal, dan praksis formal.6
Dalam filosofi kontemporer, ontologi formal berkembang menjadi dua cabang.
Pendekatan yang pertama adalah dengan memasukkan ontologi formal sebagai bagian
dari ontologi, dan menganalisanya dengan menggunakan pendekatan logika formal:
dari cara pandang ini ontologi formal mengamati fitur logis dari predikasi dan
7
berbagai teori universal. Penggunaan paradigma spesifik seperangkat teori digunakan
dalam predikasi interpretasinya. 6
Pendekatan ini dicontohkan oleh Nino Cocchiarella; di mana menurutnya
ontologi formal merupakan hasil dari kombinasi metode intuitif informal terhadap
ontologi klasik dengan metode formal matematis dari logika simbolis modern, dan
akhirnya mengidentifikasi mereka sebagai aspek berbeda dari satu ilmu yang sama.
Artinya, di mana metode ontologi adalah studi intuitif dari sifat, model, dan aspek
fundamental dari sesuatu, atau suatu entitas secara umum, dan metode logika simbolis
modern adalah konstruksi kuat akan sistem formal aksiotis, ontologi formal, hasil dari
kombinasi kedua metode ini, adalah pengembangan sistematis, formal, aksiomatis
dari logika segala sesuatu. Hal ini berarti, ontologi formal merupakan ilmu di atas
6
segala ilmu di mana mempelajari bentuk, mode, dan jenis dari segala sesuatu.
Perkembangan kedua menganalisis kategori fundamental dari suatu objek,
hubungan, sebagian, keseluruhan, dan seterusnya, demikian halnya hubungan antara
sebagian dan keseluruhan serta hukum saling ketergantungan. Analisis semacam ini
tidak berurusan dengan masalah hubungan antara ontologi formal dan ontologi
material.6
b) ontologi deskriptif peduli terhadap kumpulan informasi tentang daftar objek yang
dapat menjadi benda dependen ataupun independen (riil ataupun ideal). 6
c) formalized ontology mencoba membangun kodifikasi formal terhadap hasil yang
didapatkan secara deskriptif pada level tertentu.6
8
BAB II
PEMBAHASAN
10
Suatu kejadian akan berinteraksi dengan DSS interface menuju DSS control
unit. Control unit akan memulai ekstraksi pengetahuan faktual dari database. Data
pasien yang berhubungan kemudian akan ditransformsikan ke dalam format ontologi
dan siap untuk penalaran sebagai satu set fakta. Proses penalaran kemudian dilakukan
dan dan kesimpulan akan dikembalikan ke ontologi dan dianalisa oleh interpreter
ontologi. Informasi yang didapatkan akan ditampilkan kembali pada DSS interface.10
Keuntungan untuk menggunakan ontology dalam representas ilmu kedokteran
antara lain: standardisasi terminologi kedokteran, berbagi ilmu pengetahuan, dan
mendukung penalaran otomatis.10
12
Beberapa upaya dilakukan dalam merepresentasikan ilmu pengetahuan dalam
bidang obstetric dan ginekologi, misalnya OntONeo, sebuah ontology dalam bidang
obstetric dan neonatal yang merepresentasikan data rekam medis elektronik yang
merekam proses perawatan mulai prenatal, persalinan, nifas, fetus, neonates, sampai
usia toddler. Dalam pengembangannya OntONeo menggunakan detode ontology
realisme. Metodologi ini mengharuskan ontologi suatu domain dikonstruksi dari awal,
bukan dengan tujuan untuk merepresentasikan data yang sudah ada namun
merepresentasikan ilmu relevan yang sudah diakui.13
Contoh aplikasi lain adalah dalam referensi gambaran ultrasonografi. Sebuah
intelligent system berbasis pengetahuan untuk pregnansi ektopik dibangun sehingga
dapat menyediakan anotasi referensi gambaran ultrasonografi yang dapat memberikan
masukan terutama bagi operator dengan pengalaman yang belum banyak.14
14
DAFTAR PUSTAKA
15