NASKAH PSIKIATRI
F41.2 Gangguan Campuran Ansietas dan Depresi
BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M. DJAMIL
PADANG
2019
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan campuran anxietas dan depresi mencakup pasien yang memiliki
gejala anxietas dan depresi, tetapi tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk suatu
gangguan anxietas maupun suatu gangguan mood. Kombinasi gejala depresi dan
anxietas menyebabkan gangguan fungsioanl yang bermakna pada orang yang
terkena.1
Menurut pengertian masing-masing Anxietas adalah suatu keadaan yang
ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu
kegiataan berlebihan dari susunan saraf autonomik (SSA), anxietas yang patologik
biasanya merupakan kondisi yang melampaui batas normal terhadap satu ancaman
yang sungguh-sungguh dan maladaptif. Sedangkan depresi merupakan satu
epsode terganggunya fungsi yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan
gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan,
psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya,
serta gagasan bunuh diri.2
Kondisi ansietas dan depresi sering ditemukan bersamaan. Sebanyak dua
pertiga dari semua pasien dengan gejala depresif memiliki gejala kecemasan yang
menonjol dan sepertiga mungkin memenuhi kriteria untuk gangguan panik. Tetapi
saat ini, data epidemiologis resmi tentang gangguan kecemasan depresi campuran
tidak tersedia.3
Di Indonesia (2000) sendiri penelitian seberapa banyak penderita depresi,
depresi terselubung dan juga kecemasan belum ada.Namun dari pengamatan dari
waktu ke waktu kasus-kasus gangguan kejiwaan yang tergolong kecemasan dan
depresi semakin bertambah. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan jumlah kunjungan
pasien yang berobat dipusat-pusat pelayanan kesehatan jiwa dan juga berobat ke
dokter (psikiater).3
1.1 Batasan Masalah
Penulisan laporan kasus ini dibatasi pada definisi, epidemiologi, etiologi,
gambaran klinis, diagnosis, tatalaksana, dan prognosis gangguan campuran
anxietas dan depresi.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk mempelajari,
memahami kasus yang berhubungan dengan definisi, epidemiologi, etiologi,
gambaran klinis, diagnosis, tatalaksana, dan prognosis gangguan campuran
anxietas dan depresi.
2.2 Epidemiologi
Di Indonesia (2000) sendiri penelitian seberapa banyak penderita depresi, depresi
terselubung dan juga kecemasan belum ada. Namun dari pengamatan dari waktu ke
waktu kasus-kasus gangguan kejiwaan yang tergolong kecemasan dan depresi
semakin bertambah. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan jumlah kunjungan pasien yang
berobat dipusat-pusat pelayanan kesehatan jiwa dan juga berobat ke dokter (psikiater).
Kenaikan jumlah pasien dengan kecemasan dan atau depresi dapat juga dilihat dari
kenaikan obat-obat psikofarmaka (obat anti cemas dan anti depresi) yang diresepka
oleh para dokter.1
Keberadaan depresi berat dan gangguan anxietas secara bersamaan adalah sering
ditemukan. Sebanyak dua pertiga dari semua pasien dengan gejala depresif memiliki
gejala kecemasan yang menonjol dan sepertiga mungkin memenuhi kriteria untuk
gangguan panik. Tetapi saat ini, data epideimologis resmi tentang gangguan
kecemasan depresi campuran tidak tersedia.3
2.3 Etiologi
Empat bukti utama menyatakan bahwa gejala anxietas dan gejala depresi
berhubungan sebab akibat pada beberapa pasien yang terkena, yaitu :1,3
1. ditemukannya neuroendokrin yang sama pada gangguan depresi dan gangguan
anxietas, khususnya gangguan panik. Termasuk penumpulan respon kortisol
terhadap hormone adrenokortikotropik (ACTH), penumpulan respon hormon
pertumbuhan terhadap clonidine, dan penumpulan thyroid-stimulating
hormone (TSH), dan prolactin terhadap thyrotropin-releasing hormone (TSH).
2. Hiperaktivitas sistem noradrenergik relevan sebab menyebab pada beberapa
pasien dengan gangguan depresi dan pada beberapa pasien dengan gangguan
depresif dan pada beberapa pasien dengan gangguan panik. Seperti pada
gangguan kecemasan dan depresif lainnya, serotonin dan gamma-
aminobutyric acid (GAMA) mungkin juga terlibat sebab menyebab pada
gangguan kecemasan depresif campuran.
3. Obat serotonergik, seperti fluoxetine adalah berguna dalam mengobati
gangguan depresi maupun gangguan kecemasan.
4. Gejala kecemasan dan depresi berhubungan secara genetik pada beberapa
keluarga.
2.5 Diagnosis
Pedoman Diagnostik menurut PPDGJ-III4
1. Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat unutk menegakkan diagnosis
tersendiri. Utuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan
walaupun tidak terus-menerus, menerus, disamping rasa cemas atau
kekhawatiran berlebihan.
2. Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus
dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas
fobik.
3. Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk
menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus
dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika
karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu diagnosis maka gangguan
depresif harus diutamakan.
4. Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas,
maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuian.
Kriteria DSM-V-TR5
2.7 Penatalaksanaan
1. Psikoterapi7
Pada pasien yang mengalami anxietas dan depresi selain diberikan terapi
psikofarmaka (anti anxietas dan anti depresi) dan terapi somatik, juga diberikan terapi
kejiwaan (psikologik) yang dinamakan psikoterapi. Psikoterapi ini banyak macam
ragamnya tergantung dari kebutuhan baik individual maupun keluarga.
a. Psikoterapi suportif
Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan
serta percaya diri bahwa ia mampu mengatasi stressot psikososial yang sedang
dihadapinya.
b. Psikoedukasi
Dengan terapi ini dimaksudkan memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila
dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan dan depresinya itu dikarenakan
faktor psikoedukasi masa lalu dikala yang bersangkutan dalam periode anak dan
remaja. Dari terapi ini diharapkan yang bersangkutan mampu mengatasi stressor
psikososial yang sedang dihadapinya.
2.Terapi Psikofarmaka8
Farmakoterapi dapat termasuk obat anti anxietas atau obat antidepresan atau
keduanya, tergantung gejala yang muncul pada pasien.
Terapi psikofarmakadalam kasus ini, berguna untuk pengobatan anxietas atau
depresi dengan menggunakan obat-obatan. Cara kerja psikofarmaka ini adalah dengan
jalan memutuskan jaringan atau sirkuit psiko-neuro-imunologi, sehingga stressor
psikososial yang dialami oleh seseorang tidak lagi mempengaruhi fungsi kognitif,
afektif, psikomotor dan organ-organ tubuh lainnya.Terapi psikofarmaka banyak
dipakai para dokter adalah obat anti anxietas (anxiolytic) dan obat anti depresi (anti
depressant).
Tabel 5. Obat Anti Anxietas (Minor Tranquillizers8
Nama Generik Nama Dagang
Diazepam Valium, Valisanbe, Validex, Stezolid,
Mentalium, Lovium, Diazepin,
Prozepam, Trankinon, Trazep, Valdimex.
Clobazam Frisium, Clobazam Dexamedica,
Asabium, Clobium, Proclozam.
Bromazepam Lexotan
Lorazepam Ativan, Merlopam, Renaquil
Buspirone HCL Buspar, Tran-Q, Xiety
Meprobamate Medicar
Alprazolam Xanax, Alganax, Frixitas, Calmlet, Alviz,
Atarax, Feprax, Zypraz
Chlordiazepoxide HCL Arsitran, Cetabrium, Tensiyl
Oxazolam Serenal-10
Hydroxyzine HCL Iterax
Kava-kava rhizome Laikan
Obat anti anxietas dan anti depresi yang ideal hendaknya memenuhi kriteria
antara lain sebagai berikut :8
1. Memiliki efek terapeutik yang tinggi dalam waktu relatif singkat
2. Jangka waktu pemakaian relatif pendek
3. Efek samping yang minimal
4. Memiliki dosis yang rendah
5. Tidak menyebabkan kantuk
6. Memperbaiki pola tidur
7. Tidak menyebabkan habituasi (kebiasaan), adiksi (ketagihan), dan dependensi
(ketergantungan)
8. Memiliki efek perbaikan pada gangguan fisik (somatik) sebagai gejala ikutan
atau gejala terselubung
9. Tidak menyebabkan lemas
10. Dan kalau dimungkinkan pemakaiannya dosis tunggal (single dose).
2.8 Prognosis
Berdasarkan data klinis sampai saat ini, pasien tampak sama besar
kemungkinannya untuk memiliki gejala anxietas yang menonjol, gejala depresif yang
menonjol, atau campuran dua gejala dengan besar yang sama saat awitan. Selama
perjalanan penyakit, dominasi gejala anxietas dan depresif dapat bergantian muncul.
Prognosisnya tidak diketahui saat ini.7
BAB 3
ILUSTRASI KASUS
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain – lain
2. Sebab Utama
Pasien merasa cemas dan sulit tidur.
3. Keluhan Utama (Chief Complaint)
Pasien mengeluhkan cemas dan sulit tidur, dan suka menangis.
4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Pasien pergi ke Poliklinik Jiwa RSJ Prof. HB Saanin karena merasa cemas dan
sulit tidur. Keluhan tersebut dirasakan sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya pasien
mengeluh cemas dan sulit tidur sejak tahun 2017 karena masalah yang dihadapinya,
yaitu mengenai perekenomian keluarganya. Pasien cemas dan takut tidak sanggup
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Suami pasien bekerja sebagai guru tapi
tidak mendapatkan gaji karena telah menjual SK PNS nya, suami pasien selalu
meminta disediakan uang Rp. 150.000 setiap hari untuk kebutuhan harian. Pasien
memiliki 4 orang anak, semua anak pasien meminta kebutuhan uangnya kepada
pasien. Selama setahun pasien membiarkan kecemasannya dan cenderung
menyimpannya sendiri. Kecemasan ini juga menyebabkan pasien sulit memusatkan
konsentrasinya dan sulit untuk tidur. Pada tahun 2017 pasien baru mulai berobat ke
poliklinik Jiwa RSJ Saanin Padang setelah mulai bercerita kepada anak perempuan
pasien.
Keluhan cemas dan sulit tidur disertai dengan berdebar-debar dan sakit kepala.
Akibat permasalahan tersebut pasien tampak murung dan cenderung tidak mau
melakukan aktivitas di rumah. Pasien suka merasa bersedih hati dan menangis, dan
nafsu makan berkurang.
Pasien berobat untuk pertama kalinya ke RSJ Saanin Padang dan dikonsulkan
ke bagian jiwa, sejak saat itu pasien mengkonsumsi obat dari dokter jiwa sampai
sekarang. Pasien mengaku keluhan berkurang setelah minum obat dan tidur menjadi
lebih nyenyak, namun keluhan tidak pernah benar-benar hilang.
Saat ini keluhan cemas pasien muncul ketika anak pertama dan kedua pasien
yang berusia 28 tahun dan 27 tahun tidak mau bekerja dan terus meminta uang kepada
pasien. Permasalahan tersebut membuat pasien cemas dan sulit untuk tidur. Pasien
sering membayangkan masalah-masalahnya sebelum tidur. Pasien juga cenderung
sulit memusatkan konsentrasi dan tidak mau melakukan kontak dengan banyak orang.
Pasien melakukan beberapa usaha seperti shalat dan berdzikir untuk mengurangi
kecemasannya.
5. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Tidak ada riwayat memiliki gangguan psikiatri sebelumnya
b. Riwayat Gangguan Medis
Tidak ada riwayat memiliki gangguan medis sebelumnya
c. Riwayat Penggunaan NAPZA
Tidak ada riwayat penggunaan NAPZA
6. Riwayat Keluarga
a. Identitas orang tua/ pengganti
IDENTITAS Orang tua/ Pengganti Ket
Bapak Ibu
Kewarganegaraan Indonesia Indonesia
Suku bangsa Minangkabau Minangkabau
Agama Islam Islam
Pendidikan SD Tidak sekolah
Pekerjaan Meninggal Meninggal
Umur - -
Alamat - -
Hubungan pasien* Akrab Akrab
Biasa Biasa
Kurang Kurang
Tak peduli Tak peduli
Dan lain-lain :- :-
b. Apakah ada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik (yang
ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga pasien :
Anggota Penyakit Jiwa Kebiasaan- Penyakit Fisik
Keluarga kebiasaan
Bapak - - -
Ibu - - -
Saudara 1 - - -
2 - - -
3 - - -
4 - - -
5 - - -
6 - - -
7 - - -
8 - - -
9 - - -
10 - - -
Kakek - - -
Nenek - - -
Dan lain-lain - - -
c. Skema Pedegree
: Perempuan : Laki-laki : yang sakit : meninggal
Keterangan : tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit gangguan jiwa.
d. Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami pasien:
Keadaan Rumah
No Rumah tempat tinggal
Tenang Cocok Nyaman Tidak Nyaman
1. Rumah Sendiri + + + -
7. Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan
1. Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan atau
kondisi- kondisi mental yang diderita si ibu)
a. Kesehatan Fisik : tidak ada gangguan
b. Kesehatan Mental : tidak ada gangguan
2. Keadaan melahirkan :
a. Aterm (+ ), partus spontan (+ ), partus tindakan ( - ) sebutkan jenis
tindakannya
b. Pasien adalah anak yang direncanakan/ diinginkan (ya/tidak)
c. Jenis kelamin anak sesuai harapan (ya/tidak)
9. Riwayat Pekerjaan
Pasien seorang pedagang alat-alat rumahan di Lubuk Alung
Keadaan ekonomi*: baik, sedang, kurang (menurut pasien)
Skizoid Emosi dingin (-), tidak acuh pada orang lain (-), perasaan tidak
hangat atau lembut pada orang lain (-), peduli terhadap pujian
maupun kecaman (-), kurang teman (-), pemalu (-), sering
melamun(+),kurang tertarik untuk mengalami pengalaman
seksual (-), suka aktivitas yang dilakukan sendiri(-)
Skizotipal Pikiran gaib (-), ideas of reference (-), isolasi sosial (-), ilusi
berulang (-), pembicaraan yang ganjil (-), bila bertatap muka
dengan orang lain tampak dingin atau tidak acuh (-).
Histrionik Dramatisasi (-), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya (-),
mendambakan rangsangan aktivitas yang menggairahkan (-),
bereaksi berlebihan terhadap hal-hal sepele (-), egosentris (-), suka
menuntut (-), dependen (-), dan lain-lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain(-), sikap yang amat tidak
bertanggung jawabdan berlangsungterus menerus (-), tidakmampu
mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari pengalaman (-
),tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan kewajiban sosial (-),
tidak mampu memelihara suatu hubungan agarberlangsung lama (-),
iritabilitas (-), agresivitas (-), impulsif (-), sering berbohong (-),
sangat cendrungmenyalahkan orang lainatau menawarkan
rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yangmembuat pasien
konflik dengan masyarakat (-)
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil (-),
kurangnya pengendalian terhadap kemarahan (-), gangguan
identitas(-),afek yang tidak mantap (-) tidak tahan untuk berada
sendirian(-),tindakan mencederai diri sendiri ( - ), rasa bosan kronik
(-),dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif (+), merasa dirinya tidak
mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain (-
),kengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa
yakin disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan
penolakan dalam situasi social (-), menghindari aktivitas sosial atau
pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut
dikritik, tidak didukung atau ditolak (-).
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan (-), preokupasi
pada hal-hal yang rinci (-), peraturan, daftar, urutan, organisasidan
jadwal (-), perfeksionisme (-), ketelitian yang berlebihan (-),kaku dan
keras kepala (-), pengabdian yang berlebihan terhadap pekerjaan
sehingga menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai hubungan
interpersonal (-), pemaksaan yang berlebihan agar orang lain
mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu (-), keterpakuan yang
berlebihan pada kebiasaan sosial (-) dan lain-lain.
Pertunangan (-), perkawinan (-), perceraian (-), kawin paksa (-), kawin lari (-),
kawin terpaksa (-), kawin gantung (-), kematian pasangan (-), problem punya
anak (-), anak sakit (-), persoalan dengan anak (-), persoalan dengan orang tua (-),
persoalan dengan mertua (-), masalah dengan teman dekat (-), masalah dengan
atasan/bawahan ( - ), mulai pertama kali bekerja (-), masuk sekolah (-), pindah kerja (-
), persiapan masuk pensiun (-), pensiun (-), berhenti bekerja (-), masalah di sekolah (-
), masalah jabatan/kenaikan pangkat (-), pindah rumah (-), pindah ke kota lain (-),
transmigrasi (-), pencurian (-), perampokan (-), ancaman (-), keadaan ekonomi yang
kurang (+), memiliki hutang (-), usaha bangkrut (-), masalah warisan(-), mengalami
tuntutan hukum (-), masuk penjara (-), memasuki masa pubertas(-), memasuki usia
dewasa (-), menopause (-), mencapai usia 50 tahun (-), menderita penyakit fisik yang
parah (-), kecelakaan (-), pembedahan (-), abortus (-), hubungan yang buruk antar
orang tua (-), terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga (-), cara
pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua atau kakek nenek (-), sikap orang
tua yang acuh tak acuh pada anak (-), sikap orang tua yang kasar atau keras terhadap
anak (-), campur tangan atau perhatian yang lebih dari orang tua terhadap anak (-),
orang tua yang jarang berada di rumah (-), terdapat istri lain (-), sikap atau kontrol
yang tidak konsisten (-), kontrol yang tidak cukup (-), kurang stimulasi kognitif dan
sosial (-), bencana alam (-), amukan masa (-), diskriminasi sosial (-), perkosaan (-),
tugas militer (-), kehamilan (-), melahirkan di luar perkawinan (-), kematian
Pasien mulai
berobat ke dokter
Pasien cemas jiwa dan keluhan
memikirkan susah tidur mulai Perasaan cemas dan
perekonomian dapat teratasi. sulit tidur masih ada.
keluarga. Perasaan cemas Pasien mulai sering
Pasien ada masih ada tapi
menyendiri dan suka
keluhan sulit sudah berkurang.
menangis sendiri.
tidur.
b. Mood
Mood eutimik ( - ), mood disforik ( - ),mood yang meluap-luap (expansive
mood) ( - ), mood yang iritabel ( - ), mood yang labil (swing mood) ( - ), mood
meninggi (elevated mood/ hipertim) (-), ( -),euforia ( - ), ectasy ( - ), mood
depresi (hipotim) ( + ), anhedonia ( - ), dukacita ( - ), aleksitimia ( - ), elasi
( - ), hipomania ( - ), mania( - ), melankolia( - ), La belle indifference ( -),
tidak ada harapan ( - ).
c. Emosi lainnya
Ansietas ( + ), free floating-anxiety ( + ), ketakutan ( - ), agitasi ( - ), tension
(ketegangan) ( - ), panic ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ), abreaksional ( - ),
rasa malu ( - ), rasa berdosa/ bersalah( - ), kontrol impuls ( - ).
12. Persepsi
a. Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ),
Halusinasi auditorik ( - ), halusinasi visual ( - ), halusinasi olfaktorik ( - ),
halusinasi gustatorik ( - ), halusinasi taktil ( - ), halusinasi somatik ( - ),
halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi yang
tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ), halusinasi
perintah (command halusination), trailing phenomenon ( - ).
b. Ilusi ( - )
c. Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
1. Diagnosis Multiaksial
2. Diagnosis Banding
3.4.9 Penatalaksanaan
1. Psikoterapi
a. Psikoterapi suportif
i. Memberikan empati dan dukungan kepada pasien. Membantu
pasien mengidentifikasi faktor pencetus dan memecahkan
masalah secara terarah.
b. Psikoedukasi
i. Membantu pasien dan keluarga dalam mengenali kondisi
pasien, serta memberikan pengertian terkait kepatuhan minum
obat dan perubahan gaya hidup atau kebiasaan yang bisa
membantu mengurangi timbulnya gejala.
2. Farmakoterapi:
a. Alprazolam 0,5mg 2x0,5 tab
b. Amitriptilin 2mg 1x1 tab
c. Clobazam 10mg 2x0,5 tab
3.4.11 Prognosis
Quo ad Vitam : Bonam
- Faktor pendukung: