Anda di halaman 1dari 34

Case Report Session

NASKAH PSIKIATRI
F41.2 Gangguan Campuran Ansietas dan Depresi

Oleh: Alvin Arif P 2887 A


Khusnul Rahman P 2878 A

Pembimbing : Dr. dr. Yaslinda Yaunin, Sp.KJ

BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M. DJAMIL
PADANG
2019

1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan campuran anxietas dan depresi mencakup pasien yang memiliki
gejala anxietas dan depresi, tetapi tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk suatu
gangguan anxietas maupun suatu gangguan mood. Kombinasi gejala depresi dan
anxietas menyebabkan gangguan fungsioanl yang bermakna pada orang yang
terkena.1
Menurut pengertian masing-masing Anxietas adalah suatu keadaan yang
ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu
kegiataan berlebihan dari susunan saraf autonomik (SSA), anxietas yang patologik
biasanya merupakan kondisi yang melampaui batas normal terhadap satu ancaman
yang sungguh-sungguh dan maladaptif. Sedangkan depresi merupakan satu
epsode terganggunya fungsi yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan
gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan,
psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya,
serta gagasan bunuh diri.2
Kondisi ansietas dan depresi sering ditemukan bersamaan. Sebanyak dua
pertiga dari semua pasien dengan gejala depresif memiliki gejala kecemasan yang
menonjol dan sepertiga mungkin memenuhi kriteria untuk gangguan panik. Tetapi
saat ini, data epidemiologis resmi tentang gangguan kecemasan depresi campuran
tidak tersedia.3
Di Indonesia (2000) sendiri penelitian seberapa banyak penderita depresi,
depresi terselubung dan juga kecemasan belum ada.Namun dari pengamatan dari
waktu ke waktu kasus-kasus gangguan kejiwaan yang tergolong kecemasan dan
depresi semakin bertambah. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan jumlah kunjungan
pasien yang berobat dipusat-pusat pelayanan kesehatan jiwa dan juga berobat ke
dokter (psikiater).3
1.1 Batasan Masalah
Penulisan laporan kasus ini dibatasi pada definisi, epidemiologi, etiologi,
gambaran klinis, diagnosis, tatalaksana, dan prognosis gangguan campuran
anxietas dan depresi.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk mempelajari,
memahami kasus yang berhubungan dengan definisi, epidemiologi, etiologi,
gambaran klinis, diagnosis, tatalaksana, dan prognosis gangguan campuran
anxietas dan depresi.

1.3 Metodologi Penulisan


Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan kepustakaan merujuk
kepada berbagai literatur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gangguan ini mencakup pasien yang memiliki gejala anxietas dan depresi, tetapi
tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk suatu gangguan anxietas maupun suatu
gangguan mood. Kombinasi gejala depresi dan anxietas menyebabkan gangguan
fungsioanl yang bermakna pada orang yang terkena.1

2.2 Epidemiologi
Di Indonesia (2000) sendiri penelitian seberapa banyak penderita depresi, depresi
terselubung dan juga kecemasan belum ada. Namun dari pengamatan dari waktu ke
waktu kasus-kasus gangguan kejiwaan yang tergolong kecemasan dan depresi
semakin bertambah. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan jumlah kunjungan pasien yang
berobat dipusat-pusat pelayanan kesehatan jiwa dan juga berobat ke dokter (psikiater).
Kenaikan jumlah pasien dengan kecemasan dan atau depresi dapat juga dilihat dari
kenaikan obat-obat psikofarmaka (obat anti cemas dan anti depresi) yang diresepka
oleh para dokter.1
Keberadaan depresi berat dan gangguan anxietas secara bersamaan adalah sering
ditemukan. Sebanyak dua pertiga dari semua pasien dengan gejala depresif memiliki
gejala kecemasan yang menonjol dan sepertiga mungkin memenuhi kriteria untuk
gangguan panik. Tetapi saat ini, data epideimologis resmi tentang gangguan
kecemasan depresi campuran tidak tersedia.3

2.3 Etiologi
Empat bukti utama menyatakan bahwa gejala anxietas dan gejala depresi
berhubungan sebab akibat pada beberapa pasien yang terkena, yaitu :1,3
1. ditemukannya neuroendokrin yang sama pada gangguan depresi dan gangguan
anxietas, khususnya gangguan panik. Termasuk penumpulan respon kortisol
terhadap hormone adrenokortikotropik (ACTH), penumpulan respon hormon
pertumbuhan terhadap clonidine, dan penumpulan thyroid-stimulating
hormone (TSH), dan prolactin terhadap thyrotropin-releasing hormone (TSH).
2. Hiperaktivitas sistem noradrenergik relevan sebab menyebab pada beberapa
pasien dengan gangguan depresi dan pada beberapa pasien dengan gangguan
depresif dan pada beberapa pasien dengan gangguan panik. Seperti pada
gangguan kecemasan dan depresif lainnya, serotonin dan gamma-
aminobutyric acid (GAMA) mungkin juga terlibat sebab menyebab pada
gangguan kecemasan depresif campuran.
3. Obat serotonergik, seperti fluoxetine adalah berguna dalam mengobati
gangguan depresi maupun gangguan kecemasan.
4. Gejala kecemasan dan depresi berhubungan secara genetik pada beberapa
keluarga.

2.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis untuk gangguan campuran kecemasan dan depresi adalah suatu
kombinasi beberapa gejala gangguan kecemasan dan depresi. Disamping itu juga,
gejala hiperaktivitas system saraf otonom, seperti keluhan gastrointestinal, adalah
sering ditemukan dan menyebabkan seringnya pasien ditemukan klinik medis rawat
jalan.3

2.5 Diagnosis
Pedoman Diagnostik menurut PPDGJ-III4
1. Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat unutk menegakkan diagnosis
tersendiri. Utuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan
walaupun tidak terus-menerus, menerus, disamping rasa cemas atau
kekhawatiran berlebihan.
2. Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus
dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas
fobik.
3. Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk
menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus
dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika
karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu diagnosis maka gangguan
depresif harus diutamakan.
4. Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas,
maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuian.
Kriteria DSM-V-TR5

Gambar 1. Kriteria DSM-V-TR Gangguan Ansietas Depresi Campuran5

Overlap of Major Depressive Disorder and Anxiety Disorders Criteria5,6

2.6 Diagnosis Banding


Diagnosis banding mencakup gangguan ansietas dan depresif lainnya serta
gangguan kepribadian. Di antara gangguan ansietas, gangguan ansietas menyeluruh
merupakan gangguan yang lebih besar kemungkinannya untuk bertumpang tindih
dengan gangguan campuran ansietas-depresif. Diantara gangguan mood, gangguan
distimik, dan gangguan depresif ringan adalah gangguan yang lebih besar
kemungkinannya untuk bertumpang tindih dengan gangguan campuran ansietas-
depresif. Diantara gangguan kepribadian, gangguan kepribadian menghindar,
dependen, dan obsesif kompulsif dapat memliki gejala yang mirip dengan gejala
gangguan campuran ansietas-depresif. Diagnosis gangguan somatoform juga harus
dipertimbangkan.7

2.7 Penatalaksanaan

1. Psikoterapi7
Pada pasien yang mengalami anxietas dan depresi selain diberikan terapi
psikofarmaka (anti anxietas dan anti depresi) dan terapi somatik, juga diberikan terapi
kejiwaan (psikologik) yang dinamakan psikoterapi. Psikoterapi ini banyak macam
ragamnya tergantung dari kebutuhan baik individual maupun keluarga.
a. Psikoterapi suportif
Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan
serta percaya diri bahwa ia mampu mengatasi stressot psikososial yang sedang
dihadapinya.
b. Psikoedukasi
Dengan terapi ini dimaksudkan memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila
dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan dan depresinya itu dikarenakan
faktor psikoedukasi masa lalu dikala yang bersangkutan dalam periode anak dan
remaja. Dari terapi ini diharapkan yang bersangkutan mampu mengatasi stressor
psikososial yang sedang dihadapinya.

2.Terapi Psikofarmaka8
Farmakoterapi dapat termasuk obat anti anxietas atau obat antidepresan atau
keduanya, tergantung gejala yang muncul pada pasien.
Terapi psikofarmakadalam kasus ini, berguna untuk pengobatan anxietas atau
depresi dengan menggunakan obat-obatan. Cara kerja psikofarmaka ini adalah dengan
jalan memutuskan jaringan atau sirkuit psiko-neuro-imunologi, sehingga stressor
psikososial yang dialami oleh seseorang tidak lagi mempengaruhi fungsi kognitif,
afektif, psikomotor dan organ-organ tubuh lainnya.Terapi psikofarmaka banyak
dipakai para dokter adalah obat anti anxietas (anxiolytic) dan obat anti depresi (anti
depressant).
Tabel 5. Obat Anti Anxietas (Minor Tranquillizers8
Nama Generik Nama Dagang
Diazepam Valium, Valisanbe, Validex, Stezolid,
Mentalium, Lovium, Diazepin,
Prozepam, Trankinon, Trazep, Valdimex.
Clobazam Frisium, Clobazam Dexamedica,
Asabium, Clobium, Proclozam.
Bromazepam Lexotan
Lorazepam Ativan, Merlopam, Renaquil
Buspirone HCL Buspar, Tran-Q, Xiety
Meprobamate Medicar
Alprazolam Xanax, Alganax, Frixitas, Calmlet, Alviz,
Atarax, Feprax, Zypraz
Chlordiazepoxide HCL Arsitran, Cetabrium, Tensiyl
Oxazolam Serenal-10
Hydroxyzine HCL Iterax
Kava-kava rhizome Laikan

Tabel 6. Obat Anti Depresi8


Nama Generik Nama Dagang
Clomipramine HCL Anafranil
Imipramine Tofranil
Amitriptyline Laroxyl
Doxepin Sinequan
Maprotiline Ludiomil, Sandepril 50
Mianserin Tolvon
Amoxapine Asendin
Moclobemide Aurorix
Fluvoxamine maleate Luvox
Opipramol diHCL Insidon
Fluoxetine HCL Prozac, Nopres, Antiprestin, Courage,
Kalxetin, Lodep, Ndep, Ansi, Zac
Paroxetine HCL Seroxat
Trazodone HCL Trazone
Setraline HCL (SSRI) Zoloft, Fatral, Serenade, Fridep, Nudep
Citalopram Cipram
Perphenazine 2 mg + Amitriptyline HCL Mutabon-D
25 mg
Tianeptine Stablon
Mirtazapine Remeron
Hypericum Preso
Perforatum
Setraline HCL (SNRI) Efexor

Obat anti anxietas dan anti depresi yang ideal hendaknya memenuhi kriteria
antara lain sebagai berikut :8
1. Memiliki efek terapeutik yang tinggi dalam waktu relatif singkat
2. Jangka waktu pemakaian relatif pendek
3. Efek samping yang minimal
4. Memiliki dosis yang rendah
5. Tidak menyebabkan kantuk
6. Memperbaiki pola tidur
7. Tidak menyebabkan habituasi (kebiasaan), adiksi (ketagihan), dan dependensi
(ketergantungan)
8. Memiliki efek perbaikan pada gangguan fisik (somatik) sebagai gejala ikutan
atau gejala terselubung
9. Tidak menyebabkan lemas
10. Dan kalau dimungkinkan pemakaiannya dosis tunggal (single dose).

2.8 Prognosis

Berdasarkan data klinis sampai saat ini, pasien tampak sama besar
kemungkinannya untuk memiliki gejala anxietas yang menonjol, gejala depresif yang
menonjol, atau campuran dua gejala dengan besar yang sama saat awitan. Selama
perjalanan penyakit, dominasi gejala anxietas dan depresif dapat bergantian muncul.
Prognosisnya tidak diketahui saat ini.7
BAB 3

ILUSTRASI KASUS

3.1 IDENTITAS PASIEN


Nama (inisial) : Nn. AW, Panggilan: Nn. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat & Tanggal Lahir/ Umur : 60 tahun
Nomor Rekam Medis : 03.41.96
Status Perkawinan : Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku Bangsa : Minangkabau
Negeri Asal : Lubuk Alung
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Kampung V Koto Balah Hilir, Lubuk Alung
Nama, No HP Keluarga : Nn. AW, No. HP :082169xxxxxx

3.2 KETERANGAN DIRI ALLO/ INFORMAN


Nama (inisial) : Ny. NK
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 22 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : S1
Alamat : Lubuk Alung
Hubungan dengan pasien : Anak Kandung
Keakraban dengan pasien: Akrab
Kesan pemeriksa/dokter terhadap keterangan yang diberikannya :
(Dapat dipercaya/ kurang dapat dipercaya)
3.3 RIWAYAT PSIKIATRI
Keterangan/anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini)

1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 27 November 2019 di Poliklinik


Jiwa RSJ Prof.HB.Saanin
2. Alloanamnesis dengan anak pasien di Poliklinik Jiwa RSJ Prof HB Saanin.

1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada


huruf yang sesuai)

a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain – lain
2. Sebab Utama
Pasien merasa cemas dan sulit tidur.
3. Keluhan Utama (Chief Complaint)
Pasien mengeluhkan cemas dan sulit tidur, dan suka menangis.
4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Pasien pergi ke Poliklinik Jiwa RSJ Prof. HB Saanin karena merasa cemas dan
sulit tidur. Keluhan tersebut dirasakan sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya pasien
mengeluh cemas dan sulit tidur sejak tahun 2017 karena masalah yang dihadapinya,
yaitu mengenai perekenomian keluarganya. Pasien cemas dan takut tidak sanggup
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Suami pasien bekerja sebagai guru tapi
tidak mendapatkan gaji karena telah menjual SK PNS nya, suami pasien selalu
meminta disediakan uang Rp. 150.000 setiap hari untuk kebutuhan harian. Pasien
memiliki 4 orang anak, semua anak pasien meminta kebutuhan uangnya kepada
pasien. Selama setahun pasien membiarkan kecemasannya dan cenderung
menyimpannya sendiri. Kecemasan ini juga menyebabkan pasien sulit memusatkan
konsentrasinya dan sulit untuk tidur. Pada tahun 2017 pasien baru mulai berobat ke
poliklinik Jiwa RSJ Saanin Padang setelah mulai bercerita kepada anak perempuan
pasien.
Keluhan cemas dan sulit tidur disertai dengan berdebar-debar dan sakit kepala.
Akibat permasalahan tersebut pasien tampak murung dan cenderung tidak mau
melakukan aktivitas di rumah. Pasien suka merasa bersedih hati dan menangis, dan
nafsu makan berkurang.
Pasien berobat untuk pertama kalinya ke RSJ Saanin Padang dan dikonsulkan
ke bagian jiwa, sejak saat itu pasien mengkonsumsi obat dari dokter jiwa sampai
sekarang. Pasien mengaku keluhan berkurang setelah minum obat dan tidur menjadi
lebih nyenyak, namun keluhan tidak pernah benar-benar hilang.
Saat ini keluhan cemas pasien muncul ketika anak pertama dan kedua pasien
yang berusia 28 tahun dan 27 tahun tidak mau bekerja dan terus meminta uang kepada
pasien. Permasalahan tersebut membuat pasien cemas dan sulit untuk tidur. Pasien
sering membayangkan masalah-masalahnya sebelum tidur. Pasien juga cenderung
sulit memusatkan konsentrasi dan tidak mau melakukan kontak dengan banyak orang.
Pasien melakukan beberapa usaha seperti shalat dan berdzikir untuk mengurangi
kecemasannya.
5. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Tidak ada riwayat memiliki gangguan psikiatri sebelumnya
b. Riwayat Gangguan Medis
Tidak ada riwayat memiliki gangguan medis sebelumnya
c. Riwayat Penggunaan NAPZA
Tidak ada riwayat penggunaan NAPZA

6. Riwayat Keluarga
a. Identitas orang tua/ pengganti
IDENTITAS Orang tua/ Pengganti Ket
Bapak Ibu
Kewarganegaraan Indonesia Indonesia
Suku bangsa Minangkabau Minangkabau
Agama Islam Islam
Pendidikan SD Tidak sekolah
Pekerjaan Meninggal Meninggal
Umur - -
Alamat - -
Hubungan pasien* Akrab Akrab
Biasa Biasa
Kurang Kurang
Tak peduli Tak peduli
Dan lain-lain :- :-

b. Sifat perilaku Orang tua kandung/ pengganti


Bapak (Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/ diragukan)
Pemalas ( - ), Pendiam ( - ), Pemarah ( - ), Mudah tersinggung ( - ), Tak suka
Bergaul ( - ), Banyak teman ( + ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( + ), Penjudi
( - ), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ), Perfeksionis ( - ),
Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ), Penakut ( - ),
Tak bertanggung jawab ( - ).
Ibu (Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/ diragukan )
Pemalas ( - ), Pendiam ( + ), Pemarah ( - ), Mudah tersinggung ( - ), Tak suka
Bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( - ), Penjudi ( -
), Peminum ( - ), Pencemas ( - ), Penyedih ( - ), Perfeksionis ( - ), Dramatisasi
( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( + ), Egois ( - ), Penakut ( - ), Tak
bertanggung jawab ( - ).
c.Saudara
Pasien anak ketiga dari 11 bersaudara.
d. Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien sendiri
lingkari nomornya.*
a. Lk/ Pr (67 tahun)
b. Lk/ Pr(64 tahun)
c. Lk/ Pr(60 tahun)
d. Lk/ Pr(58 tahun)
e. Lk/ Pr(57 tahun)
f. Lk/ Pr(55 tahun)
g. Lk/ Pr(53 tahun)
h. Lk/ Pr(52 tahun)
i. Lk/ Pr(50 tahun)
j. Lk/ Pr(47 tahun)
k. Lk/ Pr(45 tahun)
e. Gambaran sikap/ perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan pasien
terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa dengan yang
dinyatakan pada gambaran sikap/ perilaku pada orang tua.*

Saudara Kualitas hubungan dengan saudara


Gambaran sikap dan perilaku
ke (akrab/ biasa,/kurang/tak peduli)
1 Biasa Biasa
2 Akrab Akrab
4 Akrab Akrab
5 Biasa Biasa
6 Biasa Biasa
7 Biasa Biasa
8 Biasa Biasa
9 Biasa Biasa
10 Akrab Akrab
11 Akrab Akrab
Ket:
a. Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah laku
dan bagaimana pasien dengan mereka.*
No Hubungan Gambaran sikap dan Kualitas hubungan (akrab/
biasa,/kurang/tak peduli)
dengan pasien tingkah laku
1. Suami Perhatian Kurang Akrab
2. Anak Pertama Perhatian Kurang Akrab
3. Anak Kedua Perhatian Kurang Akrab
4. Anak Ketiga Perhatian Akrab
5. Anak Keempat Perhatian Akrab
6. Anak Kelima Perhatian Akrab
Ket:

b. Apakah ada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik (yang
ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga pasien :
Anggota Penyakit Jiwa Kebiasaan- Penyakit Fisik
Keluarga kebiasaan
Bapak - - -
Ibu - - -
Saudara 1 - - -
2 - - -
3 - - -
4 - - -
5 - - -
6 - - -
7 - - -
8 - - -
9 - - -
10 - - -
Kakek - - -
Nenek - - -
Dan lain-lain - - -

c. Skema Pedegree
: Perempuan : Laki-laki : yang sakit : meninggal

Keterangan : tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit gangguan jiwa.
d. Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami pasien:
Keadaan Rumah
No Rumah tempat tinggal
Tenang Cocok Nyaman Tidak Nyaman
1. Rumah Sendiri + + + -
7. Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan
1. Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan atau
kondisi- kondisi mental yang diderita si ibu)
a. Kesehatan Fisik : tidak ada gangguan
b. Kesehatan Mental : tidak ada gangguan
2. Keadaan melahirkan :
a. Aterm (+ ), partus spontan (+ ), partus tindakan ( - ) sebutkan jenis
tindakannya
b. Pasien adalah anak yang direncanakan/ diinginkan (ya/tidak)
c. Jenis kelamin anak sesuai harapan (ya/tidak)

8. Riwayat masa bayi dan kanak-kanak


1. Pertumbuhan Fisik : baik, biasa, kurang*
2. Minum ASI : ( + ), sampai usia 2 tahun
3. Usia mulai bicara : 18 bulan
4. Usia mulai jalan : 12 bulan
5. Sukar makan ( - ), anoreksia nervosa ( - ), bulimia ( - ), pika ( - ), gangguan
hubungan ibu-anak ( - ), pola tidur baik ( + ), cemas terhadap orang asing
sesuai umur ( - ), cemas perpisahan (- ), dan lain-lain.
6. Simtom-simtom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada
masa kanak-kanak, misalnya: mengisap jari ( - ), ngompol ( - ), BAB di tempat
tidur ( - ), night teror ( - ), temper tantrum ( - ), gagap ( - ), tik (- ), masturbasi (
- ), mutisme selektif ( - ), dan lain-lain.
7. Toilet training
Umur : tidak ingat
Sikap orang tua:(memaksa/menghargai/membiarkan/memberikan arahan)
Perasaan anak untuk toilet training ini: baik
8. Kesehatan fisik masa kanak-kanak: demam tinggi disertai menggigau ( - ),
kejang-kejang ( - ), demam berlangsung lama ( - ), trauma kapitis disertai
hilangnya kesadaran ( - ), dan lain-lain.
9. Temperamen sewaktu anak-anak : pemalu ( - ), gelisah ( - ) overaktif ( - ),
menarik diri ( - ), suka bergaul ( + ), suka berolahraga ( - ), dan lain-lain.
10. Masa Sekolah
Perihal SD SMP SMA PT
Umur 6-12 tahun 12-15tahun - -
Prestasi* Baik Sedang - -
Sedang
Kurang
Aktifitas Sekolah* Baik Sedang - -
Sedang
Kurang
Sikap Terhadap Teman * Baik Baik - -
Kurang
Sikap Terhadap Guru Baik Baik - -
Kurang
Kemampuan Khusus (Bakat) ( - ) - - -
Tingkah Laku Baik Baik - -

11. Masa remaja:Fobia ( - ), masturbasi ( - ), ngompol ( - ), lari dari rumah (- ),


kenakalan remaja (-), perokok berat ( - ), penggunaan obat terlarang (- ),
peminum minuman keras (- ), problem berat badan ( - ), anoreksia nervosa ( -),
bulimia ( - ), perasaan depresi ( - ), rasa rendah diri ( - ), cemas ( - ), gangguan
tidur ( - ), sering sakit kepala ( + ), dan lain-lain.
Ket: * coret yang tidak perlu
** ( ) diisi (+) atau (-)

9. Riwayat Pekerjaan
Pasien seorang pedagang alat-alat rumahan di Lubuk Alung
Keadaan ekonomi*: baik, sedang, kurang (menurut pasien)

10. Percintaan, Perkawinan, Kehidupan Seksual dan Rumah Tangga


Pasien menikah satu kali pada tahun 1988. Pasien memiliki 5 orang anak dari
pernikahan tersebut. Anak pertama lahir pada tahun 1991. Pernikahan tersebut
merupakan pernikahan atas kemauan pasien. Kepuasan dalam hubungan suami istri
kurang baik. Hubungan seks sebelum menikah ( - ), riwayat pelecehan seksual ( - ),
orientasi seksual normal.
1. Situasi sosial saat ini:
a. Tempat tinggal : rumah sendiri (+), rumah kontrak (-), rumah
susun(-), apartemen (-), rumah orang tua (-), serumah denganmertua (-), di
asrama (-) dan lain-lain (-).
b. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain-lain.
Ket: * coret yang tidak perlu, ** ( ), diisi (+) atau (-)
ai : atas indikasi

m) Ciri Kepribadian sebelumnya/Gangguan kepribadian (untuk axis II)


Keterangan : ( ) beri tanda (+) atau (-)

Kepribadian Gambaran Klinis

Skizoid Emosi dingin (-), tidak acuh pada orang lain (-), perasaan tidak
hangat atau lembut pada orang lain (-), peduli terhadap pujian
maupun kecaman (-), kurang teman (-), pemalu (-), sering
melamun(+),kurang tertarik untuk mengalami pengalaman
seksual (-), suka aktivitas yang dilakukan sendiri(-)

Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan (-), kewaspadaanberlebihan (-


), sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi (+),tidak mau
menerima kritik (-), meragukan kesetiaan orang lain (-), secara
intensif mencari-cari kesalahan dan bukti tentang prasangkanya (-
),perhatian yang berlebihan terhadap motif-motif yang tersembunyi (-
),cemburu patologik (-), hipersensifitas (-),keterbatasan kehidupan
afektif (-).

Skizotipal Pikiran gaib (-), ideas of reference (-), isolasi sosial (-), ilusi
berulang (-), pembicaraan yang ganjil (-), bila bertatap muka
dengan orang lain tampak dingin atau tidak acuh (-).

Siklotimik Ambisi berlebihan (-), optimis berlebihan (-), aktivitas seksual


yang berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan (-),
melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang merugikan
dirinya (-), melucu berlebihan (-), kurangnya kebutuhan tidur (-),
pesimis (-), putus asa (-), insomnia (-), hipersomnia ( - ), kurang
bersemangat (-), rasa rendah diri (-), penurunan aktivitas (-),
mudah merasa sedih dan menangis (-), dan lain-lain.

Histrionik Dramatisasi (-), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya (-),
mendambakan rangsangan aktivitas yang menggairahkan (-),
bereaksi berlebihan terhadap hal-hal sepele (-), egosentris (-), suka
menuntut (-), dependen (-), dan lain-lain.

Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya (-


),preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan
kecantikan(-), ekshibisionisme (-), membutuhkan perhatian dan
pujian yangterus menerus (-), hubungan interpersonal yang
eksploitatif (-),merasa marah,malu, terhina dan rendah diri bila
dikritik (-) dan lain-lain.

Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain(-), sikap yang amat tidak
bertanggung jawabdan berlangsungterus menerus (-), tidakmampu
mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari pengalaman (-
),tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan kewajiban sosial (-),
tidak mampu memelihara suatu hubungan agarberlangsung lama (-),
iritabilitas (-), agresivitas (-), impulsif (-), sering berbohong (-),
sangat cendrungmenyalahkan orang lainatau menawarkan
rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yangmembuat pasien
konflik dengan masyarakat (-)
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil (-),
kurangnya pengendalian terhadap kemarahan (-), gangguan
identitas(-),afek yang tidak mantap (-) tidak tahan untuk berada
sendirian(-),tindakan mencederai diri sendiri ( - ), rasa bosan kronik
(-),dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif (+), merasa dirinya tidak
mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain (-
),kengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa
yakin disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan
penolakan dalam situasi social (-), menghindari aktivitas sosial atau
pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut
dikritik, tidak didukung atau ditolak (-).
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan (-), preokupasi
pada hal-hal yang rinci (-), peraturan, daftar, urutan, organisasidan
jadwal (-), perfeksionisme (-), ketelitian yang berlebihan (-),kaku dan
keras kepala (-), pengabdian yang berlebihan terhadap pekerjaan
sehingga menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai hubungan
interpersonal (-), pemaksaan yang berlebihan agar orang lain
mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu (-), keterpakuan yang
berlebihan pada kebiasaan sosial (-) dan lain-lain.

Dependen Mengalami kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa


nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan orang lain
untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya(-
), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena
ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus
diri sendiri (-), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya(-
)

11. Stresor psikososial (axis IV)

Pertunangan (-), perkawinan (-), perceraian (-), kawin paksa (-), kawin lari (-),

kawin terpaksa (-), kawin gantung (-), kematian pasangan (-), problem punya

anak (-), anak sakit (-), persoalan dengan anak (-), persoalan dengan orang tua (-),

persoalan dengan mertua (-), masalah dengan teman dekat (-), masalah dengan

atasan/bawahan ( - ), mulai pertama kali bekerja (-), masuk sekolah (-), pindah kerja (-

), persiapan masuk pensiun (-), pensiun (-), berhenti bekerja (-), masalah di sekolah (-

), masalah jabatan/kenaikan pangkat (-), pindah rumah (-), pindah ke kota lain (-),

transmigrasi (-), pencurian (-), perampokan (-), ancaman (-), keadaan ekonomi yang

kurang (+), memiliki hutang (-), usaha bangkrut (-), masalah warisan(-), mengalami

tuntutan hukum (-), masuk penjara (-), memasuki masa pubertas(-), memasuki usia

dewasa (-), menopause (-), mencapai usia 50 tahun (-), menderita penyakit fisik yang

parah (-), kecelakaan (-), pembedahan (-), abortus (-), hubungan yang buruk antar
orang tua (-), terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga (-), cara

pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua atau kakek nenek (-), sikap orang

tua yang acuh tak acuh pada anak (-), sikap orang tua yang kasar atau keras terhadap

anak (-), campur tangan atau perhatian yang lebih dari orang tua terhadap anak (-),

orang tua yang jarang berada di rumah (-), terdapat istri lain (-), sikap atau kontrol

yang tidak konsisten (-), kontrol yang tidak cukup (-), kurang stimulasi kognitif dan

sosial (-), bencana alam (-), amukan masa (-), diskriminasi sosial (-), perkosaan (-),

tugas militer (-), kehamilan (-), melahirkan di luar perkawinan (-), kematian

orangtua(-),konflik dengan tetangga (-),dan lain–lain.

11. Riwayat Suicide

Pasien sempat berfikiran untuk melakukan tindakan bunuh diri.

12. Riwayat pelanggaran hokum

Tidak pernah ada riwayat pelanggaran hukum.

13. Riwayat agama


Pasien beragama Islam,saat ini jarang shalat dan jarang mengaji. Pendidikan
terakhir SMP.
14. Persepsi Dan Harapan Keluarga
Keluarga dapat memahami kondisi pasien dan berharap pasien untuk sembuh
dan dapat kembali beraktivitas normal
15. Persepsi Dan Harapan Pasien
Pasien menyadari penyakit jiwa yang dialaminya, pasien berharap segera
sembuh dan dapat beraktivitas dengan tenang.
3.4 GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT

Skema perjalanan penyakit

Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019

Pasien mulai
berobat ke dokter
Pasien cemas jiwa dan keluhan
memikirkan susah tidur mulai Perasaan cemas dan
perekonomian dapat teratasi. sulit tidur masih ada.
keluarga. Perasaan cemas Pasien mulai sering
Pasien ada masih ada tapi
menyendiri dan suka
keluhan sulit sudah berkurang.
menangis sendiri.
tidur.

3.4.1 Status Internus (Pemeriksaan tanggal 27 November 2019)


1. Keadaan Umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. Tekanan Darah :110/80 mmHg
4. Nadi : teraba, kuat angkat, teratur, frekuensi 86 x/menit
5. Nafas : pernapasan torakoabdominal, simetris kiri dan
kanan, frekuensi 20 x/menit
6. Suhu : 36,7°C
7. Tinggi Badan : 163 cm
8. Berat Badan : 64 kg
9. Status Gizi : Gizi baik
10. Sistem Kardiovaskuler : bunyi jantung reguler, murmur (-), gallop (-)
11. Sistem Respiratorik : suara nafas vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
12. Kelainan Khusus : tidak ditemukan

3.4.2 Status Neorologikus


1. GCS : E4M5V6
2. Tanda Rangsang Meningeal : tidak ada
3. Tanda-tanda efek samping piramidal
a. Tremor tangan : tidak ada
b. Akatisia : tidak ada
c. Bradikinesia : tidak ada
d. Tardive diskinesia : tidak ada
e. Cara berjalan : biasa
f. Keseimbangan : baik
g. Rigiditas : tidak ada
h. Kekuatan motorik : baik
555 555
555 555
i. Sensorik : baik
j. Refleks : bisep (++/++), trisep (++/++), KPR (++/++),
APR (++/++)
3.4.3 Status Mental (Pemeriksaan tanggal 17September 2018)
1. Keadaan Umum
Kesadaran/ sensorium : composmentis ( + ), somnolen ( - ), stupor ( - ),
kesadaran berkabut ( - ), konfusi ( - ), koma ( - ), delirium ( - ), kesadaran
berubah ( - ), dan lain-lain
2. Penampilan
a. Sikap tubuh: biasa ( + ), diam ( - ), aneh ( - ), sikap tegang (-), kaku ( - ),
gelisah ( - ), kelihatan seperti tua ( - ), kelihatan seperti muda ( - ),
berpakaian sesuai gender ( + )
b. Cara berpakaian : rapi ( + ), biasa ( - ), tak menentu ( - ), sesuai dengan
situasi( + ), kotor ( - ), kesan ( dapat/ tidak dapat mengurus diri)*
c. Kesehatan fisik : sehat ( + ), pucat ( - ), lemas ( - ), apatis ( - ), telapak
tangan basah ( ), dahi berkeringat ( ), mata terbelalak ( ).
3. Kontak psikis
Dapat dilakukan ( + ), tidak dapat dilakukan ( - ), wajar ( + ), sebentar ( -
),lama ( + ).
4. Sikap
Kooperatif ( + ), penuh perhatian ( +), berterus terang ( +), menggoda ( -
), bermusuhan ( - ), suka main-main (- ), berusaha supaya disayangi ( - ),
selalu menghindar ( - ), berhati-hati ( + ), dependen ( - ), infantil ( - ), curiga
( - ), pasif ( - ), dan lain-lain.
5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
a. Cara berjalan : biasa ( + ), sempoyongan ( - ), kaku ( - ), dan lain-lain
b. Ekhopraksia ( - ), katalepsi ( - ), luapan katatonik ( - ), stupor katatonik ( -
), rigiditas katatonik ( - ), posturing katatonik ( - ), cerea flexibilitas ( - ),
negativisme ( - ), katapleksi ( - ), stereotipik ( - ), mannerisme ( -
),otomatisme( - ), otomatisme perintah ( - ), mutisme ( - ), agitasi
psikomotor ( -), hiperaktivitas/ hiperkinesis ( - ), tik ( - ), somnabulisme (
- ), akathisia ( - ), kompulsi( - ), ataksia, hipoaktivitas ( + ), mimikri ( - ),
agresi (-), acting out (-), abulia ( - ), tremor ( - ), ataksia ( - ), chorea ( - ),
distonia ( - ), bradikinesia ( - ), rigiditas otot ( - ), diskinesia ( - ),
convulsi ( - ), seizure ( - ), piromania (-), vagabondage ( - ).
Ket : ( ) diisi (+ atau (-)
6. Verbalisasi dan cara berbicara
a. Arus pembicaraan* : biasa, cepat, lambat
b. Produktivitas pembicaraan* : biasa, sedikit, banyak
c. Perbendaharaan* : biasa,sedikit, banyak
d. Nada pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
e. Volume pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
f. Isi pembicaraan* : sesuai/ tidak sesuai
g. Penekanan pada pembicaraan* : Ada/tidak
h. Spontanitas pembicaraan * : spontan/ tidak
i. Logorrhea ( - ), poverty of speech ( - ), diprosodi (-), disatria ( - ),
gagap ( - ), afasia ( - ), bicara kacau ( - )
7. Emosi
Hidup emosi*: stabilitas (stabil/ tidak), pengendalian (adekuat/tidak adekuat),
echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi (sempit/luas), arus emosi
(biasa/lambat/cepat).
a. Afek
Afek appropriate/ serasi ( + ), afek in-appropriate/ tidak serasi( - ), afek
tumpul ( - ), afek yang terbatas ( - ), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).

b. Mood
Mood eutimik ( - ), mood disforik ( - ),mood yang meluap-luap (expansive
mood) ( - ), mood yang iritabel ( - ), mood yang labil (swing mood) ( - ), mood
meninggi (elevated mood/ hipertim) (-), ( -),euforia ( - ), ectasy ( - ), mood
depresi (hipotim) ( + ), anhedonia ( - ), dukacita ( - ), aleksitimia ( - ), elasi
( - ), hipomania ( - ), mania( - ), melankolia( - ), La belle indifference ( -),
tidak ada harapan ( - ).

c. Emosi lainnya
Ansietas ( + ), free floating-anxiety ( + ), ketakutan ( - ), agitasi ( - ), tension
(ketegangan) ( - ), panic ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ), abreaksional ( - ),
rasa malu ( - ), rasa berdosa/ bersalah( - ), kontrol impuls ( - ).

d. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood


Anoreksia ( - ), hiperfagia ( - ), insomnia ( + ), hipersomnia ( - ), variasi
diurnal ( - ), penurunan libido ( - ), konstispasi ( - ), fatigue ( - ), pica ( - ),
pseudocyesis ( - ), bulimia ( - ).
Keterangan : *)Coret yang tidak perlu, ( ) diisi (+) atau (-)

8. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)


a. Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat)
b. Mutu proses pikir (jelas/tajam)

9. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran


Gangguan mental ( - ), psikosis ( - ), tes realitas ( terganggu/ tidak ), gangguan
pikiran formal ( - ), berpikir tidak logis (-), pikiran autistik ( - ), dereisme ( - ),
berpikir magis ( - ), proses berpikir primer ( - ).

10. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran


Neologisme (-), word salad (-), sirkumstansialitas ( - ), tangensialitas ( - ),
inkohenrensia ( - ), perseverasi ( -), verbigerasi ( - ), ekolalia ( - ), kondensasi
(-), jawaban yang tidak relevan (-), pengenduran asosiasi ( - ), derailment ( -
), flight of ideas ( - ), clang association ( - ), blocking ( - ), glossolalia ( - ).

11. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran


a. Kemiskinan isi pikiran ( - ), Gagasan yang berlebihan ( - )
b. Delusi/ waham
waham bizarre ( - ), waham tersistematisasi ( - ), waham yang sejalan dengan
mood ( - ), waham yang tidak sejalan dengan mood ( - ), waham nihilistik ( -
), waham kemiskinan ( - ), waham somatik ( - ), waham persekutorik ( - ),
waham kebesaran ( - ), waham referensi ( - ), though of withdrawal ( - ),
though of broadcasting ( - ), though of insertion ( - ), though of control ( - ),
Waham cemburu/ waham ketidaksetiaan ( - ), waham menyalahkan diri
sendiri ( - ), erotomania ( - ), pseudologia fantastika ( - ),waham agama (-).
c. Idea of reference
Preokupasi pikiran (-), egomania (-), hipokondria ( - ), obsesi ( - ), kompulsi (
- ), koprolalia ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( - ), koprolalia ( - ), fobia (- )
noesis ( - ), unio mystica ( - )

12. Persepsi
a. Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ),
Halusinasi auditorik ( - ), halusinasi visual ( - ), halusinasi olfaktorik ( - ),
halusinasi gustatorik ( - ), halusinasi taktil ( - ), halusinasi somatik ( - ),
halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi yang
tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ), halusinasi
perintah (command halusination), trailing phenomenon ( - ).
b. Ilusi ( - )
c. Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )

13. Mimpi dan Fantasi


a. Mimpi : -
b. Fantasi : -
Keterangan : *)Coret yang tidak perlu, ( ) diisi (+) atau (-)

14. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual


a. Orientasi waktu (baik/ terganggu), orientasi tempat (baik/ terganggu),
orientasi personal (baik/ terganggu), orientasi situasi (baik/ terganggu).
b. Atensi (perhatian) ( + ), distractibilty ( - ), inatensi selektif ( - ),
hipervigilance ( - ), dan lain-lain
c. Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi (baik/terganggu),
d. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote ( - ),
gangguan memori jangka menengah/ recent past ( - ), gangguan memori
jangka pendek/ baru saja/ recent (- ), gangguan memori segera/ immediate
( - ), Amnesia ( - ), konfabulasi ( - ), paramnesia ( - ).
e. Luas pengetahuan umum: baik/ terganggu
f. Pikiran konkrit : baik/ terganggu/ sulit dinilai
g. Pikiran abstrak : baik/ terganggu/ sulit dinilai
h. Kemunduran intelek : (Ada/ tidak), Retardasi mental (-), demensia (-),
pseudodemensia ( - ).

15. Dicriminative Insight*


a. Derajat I (penyangkalan)
b. Derajat II (ambigu)
c. Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain):
d. Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)
e. Derajat V (tilikan intelektual)
f. Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)
16. Discriminative Judgement : tidak terganggu
3.4.4 Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan

3.4.5 Pemeriksaan oleh Psikolog


Tidak dilakukan

3.4.6 Ikhtisar Penemuan Bermakna


Telah datang seorang pasien perempuan berusia 60 tahun ke poliklinik jiwa
RSJ Prof. HB. Saanin Padang pada tanggal 27 November 2019 dengan keluhan utama
berupa cemas dan sulit tidur.
Cemas yang dirasakan pasien disebabkan oleh stres yang dihadapinya karena
memikirkan perekonomian keluarganya, dirasakan sejak tahun 2017. Perasaan cemas
diikuti oleh susah tidur, berdebar-debar, dan sakit kepala.
Didapatkan pula beberapa gejala depresif yang sifatnya sementara seperti
pasien tampak murung, hilangnya minat untuk beraktivitas seperti biasa (gejala
mayor). Pasien juga bersedih hati dan menangis, nafsu makan berkurang, merasa
rendah diri, sulit tidur dan sempat memikirkan untuk bunuh diri (gejala minor).

3.4.7 Diagnosis Multiaksial

1. Diagnosis Multiaksial

Axis I : F41.2Gangguan Campuran Ansietas Depresi

Axis II : Tidak ada diagnosis

Axis III : Tidak ada diagnosis

Axis IV : Masalah Perekonomian

Axis V : GAF 70-61

2. Diagnosis Banding

Tidak ada diagnosis banding

3.4.8 Daftar Masalah


1. Organobiologik : Tidak ada
2. Psikologis : Gangguan tidur, cemas, depresi
3. Lingkungan dan psikososial: Pasien cenderung diam dan menyendiri.

3.4.9 Penatalaksanaan
1. Psikoterapi
a. Psikoterapi suportif
i. Memberikan empati dan dukungan kepada pasien. Membantu
pasien mengidentifikasi faktor pencetus dan memecahkan
masalah secara terarah.
b. Psikoedukasi
i. Membantu pasien dan keluarga dalam mengenali kondisi
pasien, serta memberikan pengertian terkait kepatuhan minum
obat dan perubahan gaya hidup atau kebiasaan yang bisa
membantu mengurangi timbulnya gejala.
2. Farmakoterapi:
a. Alprazolam 0,5mg 2x0,5 tab
b. Amitriptilin 2mg 1x1 tab
c. Clobazam 10mg 2x0,5 tab

3.4.10 Terapi Anjuran


Tidak ada

3.4.11 Prognosis
Quo ad Vitam : Bonam

Quo ad fungsionam : Bonam

Quo et sanctionam : Dubia ad Bonam

- Faktor pendukung:

a. Tidak ada kelainan organobiologik

b. Tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga

c. Keinginan pasien untuk berobat dan sembuh


BAB 4
DISKUSI

Diagnosa pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan


penyakit dan pemeriksaan pada pasien, ditemukan adanya perubahan pola
pikiran, perilaku dan perasaan yang secara klinis bermakna dan menimbulkan
disabilitas dalam fungsi sosial.
Atas dasar rangkaian gejala di atas, menurut PPDGJ III dapat ditegakkan
diagnosis aksis I berupa gangguan campuran ansietas dan depresi, karena
memenuhi kriteria gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing
tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan
diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan
walaupun tidak terus-menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran
berlebihan. Pada pasien ditemukan gejala berdebar-debar dan sakit kepala.
Untuk diagnosis aksis II, pada pasien tidak ditemukan ciri kepribadian yang
khas. Menurut PPDGJ III, diagnosis gangguan kepribadian cemas menghindar
membutuhkan setidaknya 3 kriteria terpenuhi, sementara pada pasien hanya
terpenuhi 1 kriteria, sehingga tidak didiagnosis. Demikian juga untuk
gangguan kepribadian skizoid dan gangguan kepribadian paranoid, pada
pasien masing hanya terpenuhi 1 kriteria, sehingga tidak dapat ditegakkan
diagnosis tersebut.
Diagnosis aksis III tidak ada. Diagnosis aksis IV tidak ada. Aksis V GAF
scale 70-61 yaitu beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik.
Penulis tidak mencantumkan diagnosis banding karena tidak ada diagnosis
banding yang cocok, yang paling mendekati adalah gangguan ansietas
menyeluruh, tetapi dapat disingkirkan karena pada gangguan ansietas
menyeluruh penderita harus menunjukkan anxietas sebagi gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan,
yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus (sifatnya
“free floating” atau “mengambang”), sementara ansietas yang dialami pasien
jelas pencetusnya yaitu masalah perekonomian keluarga.
Terapi psikologi berupa psikoterapi suportif dan psikoedukasi. Memberikan
empati dan dukungan kepada pasien. Membantu pasien mengenali
gejalanyaserta faktor pencetusnya.Membantu pasien menangani gejalanya,
sehingga dapat mengurangi munculan gejala. Membantu memecahkan problem
eksternal pasien secara terarah. Mendorong keluarga untuk selalu memberikan
support dan pengertian akan kondisi pasien, sehingga dapat membantu
meningkatkan kualitas hidup pasien. Memberikan pengertian terkait kepatuhan
minum obat dan perubahan gaya hidup atau kebiasaan yang bisa membantu
mengurangi timbulnya gejala.
Terapi farmakologis yang diberikan adalah Alprazolam 0,5mg sebagai anti
anxietas, Amitryptiline 25mg sebagai anti depresan, Clobazam 10mg sebagai
anti-depresan dan meningkatkan “psychomotor performance”pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer, Arif, Triyanti, Kuspuji, Savitri, Rakhmi, Ika Wardhani, Wahyu,


Setiowulan, Wiwiek, eds. Kapita Selekta Kedokteran : Gangguan Campuran
Anxietas dan Depresi, Edisi III, Jilid 1. Media Aesculapius:Jakarta.2000. hal.
210-11.
2. M. Roan, W. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat : Anxietas, Depresi. Widya
Medika: Jakarta.1995. hal. 145-54, 227-32.
3. Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J. Sinopsis Psikiatri (Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis): Gangguan Kecemasan, Jilid II. Binarupa Aksara:
Jakarta.2010. hal. 21-25, 29-31.
4. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ-III). Gangguan
Anxietas : Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi. FK-Unika Atmajaya:
Jakarta. 2001. hal. 75.
5. Moller, Hans-Jurgen et al. The relevance of ‘mixed anxiety and depression’ as
a diagnostic category in clinical practice. Eur Arch Psychiatry Clin
Neuroscience. 2016. 266(8). Hal 725-736

6. Stahl, Stephen M. Stahl’s Essential Psychopharmacology: Neuroscientific


Basis and Practical Application. Cambridge University Press: USA. 2013. Hal
388-389
7. Kaplan, H., Sadock, Benjamin. 1997. Gangguan Kecemasan dalam Sinopsis
Psikiatri: IlmuPengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi ke-7 Jilid 2.
Jakarta: Bina Rupa Aksara. Hal.266-267
8. Maslim, rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Obat
anti Anxietas dan Depresi. Bagian FK UNIKA AtmaJaya:Jakarta.2002

Anda mungkin juga menyukai